Anda di halaman 1dari 19

1

FIBROMIALGIA

Robert A. Hawkins, MD

From the Boonshoft School of Medicine at Wright State University in Dayton,


Ohio. Financial Disclosures: Dr Hawkins is a member of the speakers’ bureau for
Pfizer, Inc. Address correspondence to Robert A. Hawkins, MD, Department of
Medical Education, Kettering Medical Center 4NW, 3535 Southern Blvd,
Kettering, OH 45429-1221.

Fibromialgia merupakan sindrom kronis yang paling sering terjadi, ditandai


dengan gejala khas berupa nyeri yang luas, kelelahan, dan gangguan tidur. Gejala
umum lainnya termasuk gangguan kognitif, nyeri kepala, parestesia, dan
kekakuan pada pagi hari. Fibromialgia semakin dipahami sebagai salah satu dari
beberapa gangguan yang disebut central sensitivity syndrome; gangguan
memeiliki penyebab yang mendasari dan gambaran klinis. Nyeri yang terlokalisir
biasanya dijumpai pada pasien dengan fibromialgia dan diperlukan untuk
mendiagnosis. Kriteria baru lainnya yang diusulkan, bagaimanapun, bergantung
pada laporan pasien berupa nyeri yang luas dan gejala somatik lain untuk
menegakkan diagnosis fibromialgia. Pengobatan fibromialgia membutuhkan
pendekatan multidimensional termasuk edukasi pasien, cognitive behavioral
therapy, latihan, dan terapi farmakologis. Artikel ini memberikan informasu
terbaru pada berbagai aspek pengobatan pasien dengan fibromialgia.

J Am osteopati Assoc. 2013; 113 (9): 680-689 doi: 10,7556 / jaoa.2013.034

Fibromialgia bersifat kronis, kondisi yang berpotensi menimbulkan


disabilitas yang ditandai dengan gejala khas berupa dari nyeri yang luas,
kekakuan, kelelahan, gangguan tidur, dan disfungsi kognitif.1,2 Sebagai kondisi
yang mengenai sekitar 2% dari populasi di Amerika Serikat dan 7 kali lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria,3 fibromialgia merupakan salah satu
gangguan yang paling sering dijumpai oleh dokter pelayanan primer. Pasien

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
2

dengan fibromialgia biasanya memiliki gejala yang membingungkan dan


kurangnya temuan objektif, yang dapat menggagalkan upaya diagnostik penyedia
pelayanan kesehatan. Hasil tes untuk penyakit otot dan saraf dalam batas normal;
Studi serologi untuk autoimun dan penyakit menular tidak ditemukan. Mengingat
prevalensi dan kesulitan dalam mendiagnosis fibromialgia, maka dari itu penting
untuk dokter pelayanan primer mengetahui kriteria diagnostik terbaru yang
diusulkan dan kemajuan dalam identifikasi dan pengobatan fibromialgia.

Kurangnya teori organik dasar yang jelas untuk fibromialgia dan


peningkatan prevalensi gangguan afektif pada fibromialgia menyebabkan
beberapa peneliti untuk menganggapnya bukanlah sebagai penyakit atau
gangguan psikosomatik. Penelitian terbaru, telah meningkatkan pemahaman kita
tentang dasar neurobiologis dari sindrom nyeri kronis. Penelitian saat ini
memberikan pemahaman bahwa fibromialgia merupakan salah satu 1 fenotip dari
beberapa sindrom yang tumpang tindih dan menunjukkan regulasi nyeri yang
teratur yang disebut sebagai sensitisasi sentral.4-6 Dalam makalah ini, saya
menggambarkan proses patologis fibromialgia dan memberikan pemahaman
mengenai diagnosis, kondisi komorbiditas, dan pengobatan gangguan ini.

Hal Penting
● Fibromialgia merupakan gangguan yang sering terjadi terutama pada
wanita. Gambaran khas dari fibromyalgia adalah nyeri yang luas,
gangguan tidur, dan kelelahan kronis.
● Meskipun dalam entitas yang berbeda, fibromialgia dianggap sebagai salah
satu fenotip dari spektrum yang jauh lebih besar dari gangguan yang
tumpang tindih pada pasien.
● Teradapat kelainan dari neurotransmitter sistem saraf pusat pada
fibromialgia. Sensitisasi sistem pusat saraf tampaknya mendasari klinis
fibromialgia dan gangguan lain dari central sensitivity syndrome.
● Pada pasien dengan fibromialgia, biasanya dijumpai nyeri yang terlokalisir
tapi tidak lagi diperlukan untuk diagnosis fibromialgia.
● Pemeriksaan untuk autoantibodi antinuklear dan lainnya harus dihindari

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
3

dalam evaluasi pasien dengan dugaan fibromialgia.


● Sensitivitas nyeri pada populasi ini menunjukkan kurva berbentuk lonceng.
Pasien dengan peningkatan rasa nyeri tetapi hanya sedikit atau gejala
lainnya yang kurang menonjol dapat dianggap sebagai “fibromyalgianess”
yang dapat merespon terapi untuk fibromialgia.
● Keparahan Fibromialgia bervariasi. Pasien ditandai dengan nyeri tekan,
depresi ringan, dan penyembuhan nyeri yang merespon dengan baik
terhadap pengobatan dan memiliki prognosis yang lebih baik.
● Pengobatan fibromialgia membutuhkan kombinasi dari pengobatan
farmakologis dan non farmakologis
● Suatu filosofi “start slow, go slow” dengan terapi latihan dan obat
meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam pengobatan fibromialgia.

PATOFISIOLOGIS

Fibromialgia menggantikan istilah sebelumnya “fibrositis” pada tahun


1980-an setelah gagalnya dilakukan beberapa upaya untuk membuktikan adanya
inflamasi atau kelainan lain dari otot dan jaringan ikat.2,5,7 Pada saat itu, perhatian
telah beralih ke sistem saraf pusat dan konsep sentral, atau non-nosiseptif, nyeri.
Saat ini, telah dianggap bahwa fibromialgia merupakan abnormalitas yang
menunjukkan penyebab, dan gambaran klinis yang sama dengan beberapa
kelainan lainnya.4-6 Pemahaman saat ini menimbulkan konsep berupa sekelompok
kondisi yang membentuk central sensitivity syndrome (CSS) ( Gambar 1).
Dianggap sebagai penyakit dengan entitas tersendiri, saat ini fibromialgia
merupakan salah satu fenotip dari spektrum yang jauh lebih besar dari gangguan
yang tumpang tindih pada pasien individu.

FAKTOR PREDISPOSISI PADA CENTRAL SENSITIVITY SYNDROME


(CSS)

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
4

Penyebab yang mendasari gangguan CSS masih dieksplorasi, namun suatu


teori telah diusulkan.4,6 Skema menunjukkan kemungkinan hubungan antara
mekanisme biopsikososial yang ditunjukkan pada Gambar 2. Genetik, tidur,
sistem saraf, infeksi, dan faktor psikologis merupakan semua potensi yang
berperan untuk terjadinya fibromialgia.

Predisposisi Genetik dan Familial


Tampaknya terdapat komponen familial yang kuat terhadap fibromialgia
dan gangguan CSS lainnya. Anggota keluarga tingkat pertama dari pasien dengan
fibromialgia 8,5 kali lebih mungkin untuk mengalami gangguan daripada populasi
umum.8 Selain itu, penanda genetik tertentu untuk serotonin, dopamin, dan
polimorfisme metiltransferase katekolamin dapat terkait dengan peningkatan
sensasi nyeri.9

Sindrom kelelahan kronis

Nyeri panggul kronis dan endometriosis

Fibromialgia

Nyeri kepala (tipe tegang dan migrain)

Nyeri pinggang idiopatik

Sistitis interstitial

Irritable bowel syndrome

Sensitivitas terhadap beberapa zat kimia

Myofascial pain syndrome

Gangguan stres paska trauma

Dysmenorrhea primer

Restless leg syndrome

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
5

Temporomandibular kelainan sendi


Gambar1. Kondisi Tersering Pada Central Sensitivitas Syndrome

Predisposisi Genetik

Stresor Fisik
Stresor Psikologis
Depresi, Kecemasan, Kesulitan Infeksi, Inflamasi, Trauma Fisik
Tidur, Respon yang buruk
terhadap stres

Hipereksitasi kronis dari sistem saraf pusat

Sensitisasi Sentral

Gambar 2. Kerangka Teoritis menunjukkan kemungkinan hubungan antara


predisposisi dan sensitisasi sentral yang sering menimbulkan kelainan berupa
central sensitivity syndrome.

Gangguan Tidur

Pada pemeriksaan ketika tidur, pasien dengan fibromialgia biasanya


menampilkan “intrusi alpha-delta,” seperti yang ditunjukkan pada
electroencephalography. Akibat kehilangan dari restoratif gelombang tidur delta
menyebabkan peningkatan kelelahan dan rasa sakit.10 Hubungan sebab dan akibat
ini, bagaimanapun, berjalan dua arah. Individu normal yang kurang tidur
mengalami gejala fibromialgia, sehingga gangguan tidur dapat menjadi jalur
pemicu untuk fibromialgia, serta gejala tersendiri dari kondisi tersebut.4

Disfungsi Sistem Saraf Otonom


The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
6

Stres emosional dan fisik mengaktifkan aksis hipotalamus-hipofisis-


adrenal (HPA). Pasien dengan fibromialgia mengalami hiperaktivitas aksis HPA
dan sistem saraf simpatik, disertai hipokortisolism relatif.11 Hubungan kausal
antara disfungsi HPA dan fibromialgia masih belum jelas, tetapi stres pada anak
usia dini dapat memicu kelainan HPA.11

Infeksi, Inflamasi, dan Trauma Fisik

Inflamasi dapat memicu sensitisasi sentral terus-menerus pada individu


yang rentan.12-15 Kondisi ini termasuk infeksi virus dan lainnya, penyakit
autoimun kronis seperti artritis reumatoid dan lupus eritematosus sistemik, dan
trauma fisik. Neurotransmiter pro-inflamasi, termasuk substansi P dan glutamat,
merangsang serabut nosiseptif perifer, yang bersinaps pada neuron spinal dan
menyebabkan sensitisasi sentral sementara pada individu normal. Sebagai contoh,
pasien dengan osteoartritis yang parah memiliki bukti berupa peningkatan tingkat
substansi P pada cairan serebrospinal (CSF) dan menimbulkan nyeri luas pada
bagian bawah.15 Respon ini kembali normal setelah dilakukan penggantian
sendi.15 bersama dengan faktor-faktor kerentanan genetik dan lainnya mungkin
terjadi kegagalan untuk mengakhiri proses sementara ini, sehingga memicu untuk
terjadinya sensitisasi sentral kronis. Bukti mengenai trauma fisik sebagai jalur
terjadinya fibromialgia telah diakui tetapi masih kontroversial, dengan beberapa
penelitian yang mendukung dan yang lainnya gagal untuk mendukung hubungan
tersebut.16,17

Faktor Psikologis dan Stres

Depresi, kecemasan, dan kesulitan mengatasi stres biasanya terjadi pada


pasien dengan fibromialgia. Terdapat hubungan antara kekerasan dan fibromialgia
masa kanak-kanak. McBeth dkk,18 menyarankan bahwa tidak layaknya
pembelajaran mengenai perilaku dari anak yang hidup dengan orang tua peminum
alkohol atau disfungsional dapat mendorong perilaku katastrofik dan
The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
7

ketidakmampuan belajar yang lazim terjadi pada sebagian besar pasien dengan
fibromialgia. Hubungan antara faktor-faktor psikologis dan fibromialgia ini
bersifat dua arah.

Sensitisasi Sentral

Kelainan pada sistem saraf pusat yang terkait dengan peningkatan nyeri
yang luas pada fibromialgia. Sebagai contoh, Russel dan Larson6 menemukan
peningkatan substansi P berkelanjutan 2 sampai 3 kali lipat pada cairan
serebrospinal dan neuropeptida lain yang memfasilitasi rasa nyeri pada pasien
dengan fibromialgia, serta berkurangnya metabolit serotonin dari CSF,
norepinefrin, dan dopamin, yang bertindak untuk menghambat persepsi nyeri.
Nyeri merupakan sine qua non dari fibromialgia, dan pasien dengan gangguan ini
mengalami alodinia yang luas (persepsi rasa nyeri yang disebabkan oleh stimulus
yang seharusnya biasanya tidak menyebabkan rasa nyeri) dan hiperalgesia (rasa
nyeri yang berlebihan dalam menanggapi stimulus berbahaya).

Manifestasi Klinis

Nyeri muskuloskeletal yang luas merupakan gambaran yang paling sering


pada fibromialgia.1,2 Daerah proksimal seperti leher, bahu, pinggul, dan paha yang
paling sering terlibat, tetapi nyeri dapat dirasakan di tangan dan kaki.1,2,19 Keluhan
berupa seperti “Saya merasa semua nyeri” biasanya mengarahkan dokter untuk
mempertimbangkan diagnosis fibromialgia. Pada kasus yang berat, bahkan
sentuhan lembut pun dapat dianggap menyakitkan. Pasien dapat mengeluhkan
pembengkakan sendi (pembengkakan bersifat subjektif), tapi pada pemeriksaan
tidak dijumpai sinovitis. Parestesia nondermatomal tanpa kelainan neurologis
merupakan keluhan yang sering ditemui.

Kelelahan terjadi pada sebagian besar pasien.1,2,19 Gangguan tidur berupa


sering terbangun pada waktu malam dan sulit untuk kembali tidur, merupakan

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
8

gejala yang biasanya dikeluhkan oleh pasien.10,19 Pada saat bangun tidur dapat
terasa berat, dan biasanya terjafi kekakuan pada pagi hari. “Fibro-fog”
menggambarkan gejala memori jangka pendek yang buruk dan kurangnya
kemampuan untuk berkonsentrasi.1,19 Terkadang dapat terjadi gangguan
keseimbangan, mata dan mulut kering, dan fenomena Raynaud.19

Pasien biasanya mengalami gejala yang berhubungan dengan dari


kelainan CSS (Gambar 1) .4,5 Meskipun depresi sering terjadi pada pasien dengan
fibromialgia, tidak seluruhnya termasuk dalam gangguan dari cairan
serebrospinal. Tampaknya terdapat perbedaan yang jelas dalam patologi tidur dan
kelainan neuroendokrin antara fibromialgia dan depresi.4

Diagnosis

Diagnosis fibromialgia sebagai entitas penyakit yang berbeda biasanya


ditegakkan berdasarkan klasifikasi kriteria dari American College of
Rheumatology (ACR) tahun 1990, berupa nyeri yang luas selama lebih dari 3
bulan dan terjadi setidaknya 11 dari 18 titik nyeri tekan.2 Meluasnya rasa sakit
yang dideskripsikan sebagai nyeri di kedua sisi tubuh, nyeri di atas dan di bawah
pinggang, dan adanya nyeri aksial. Pemeriksa mengidentifikasi titik nyeri tekan
dengan menggunakan ibu jari untuk mengerahkan tekanan sebesar 4.0 kg (cukup
dengan menekan dengan ibu jari) pada masing-masing titik nyeri yang berbeda
untuk mengetahui nyeri.2

Kriteria diagnostik ACR yang dikembangkan untuk tujuan penelitian


tetapi secara bertahap digunakan untuk diagnosis klinis. Menggunakan kriteria ini
masih bersifat problema dalam diagnosis dengan lebih dari 1 alasan. Beberapa
dokter pelayanan primer melakukan pemeriksaan lokasi nyeri tekan (atau
memeriksa lokasi nyeri sesungguhnya).19 Hal yang sama dilakukan oleh sebagian
besar reumatologist.19 Selain itu, identifikasi mengenai kasus fibromialgia telah
berkembang dalam 20 tahun terakhir untuk memasukkan gejala kognitif dan
gejala lain yang belum termasuk dalam kriteria 1990 ACR.1 Selanjutnya, lokasi
The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
9

nyeri tekan sangat berkorelasi dengan tekanan psikologis dan tidak terjadi pada
25% dari pasien yang mengalami fibromialgia.19,20 Untuk alasan ini, ACR
memperkenalkan satu kriteria diagnostik terbaru untuk fibromialgia pada tahun
2010.1 Kriteria yang diusulkan ini tidak memerlukan pemeriksaan lokasi nyeri
tekan tapi mengandalkan laporan pasien berupa nyeri yang luas dan gejala
somatik lainnya. Beberapa keluhan pasien yang diusulkan sebagai kriteria
diagnostik jika 3 kondisi terpenuhi:

● Pasien mengalami widespread pain index (WPI) 7 atau lebih dan skor
severity symptoms (SS) 5 atau lebih besar. Atau, pasien dapat memenuhi
kriteria dengan WPI 3 sampai 6 dan skor SS 9 atau lebih.
● Gejala terjadi dengan tingkat keparahan sama selama minimal 3 bulan.
● Pasien tidak memiliki gangguan yang lain akan menyebabkan rasa nyeri.

WPI dihitung dengan menjumlahkan laporan nyeri pasien di 19 lokasi


yang berbeda dari tubuh.1 Skor SS dihitung dengan adanya beberapa gejala
(misalnya, nyeri, kelelahan, kelelahan saat terbangun) pada tingkat keparahan dari
0 (“tidak ada masalah “) hingga 3 (‘berat, pervasif, terus menerus,mengganggu
aktivitas sehari-hari). 1

Kondisi Penyerta

Berbagai penyakit yang termasuk dalam CSS tercantum dalam Gambar 1


yang biasanya disebut sebagai gangguan komorbiditas yang berhubungan dengan
fibromialgia, dan hal tersebut biasanya ditemukan 1 atau lebih dari gangguan ini
pada pasien dengan fibromialgia.5,6 Kecemasan dan depresi terjadi pada sekitar
setengah dari pasien dengan fibromialgia.4

Fibromyalgianess

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
10

Meskipun terdapat kesulitan “ya atau bukan” persyaratan dalam


mendiagnosis fibromialgia, biasanya terjadi dan secara klinis bermanfaat dalam
konsep mempertimbangkan berbagai tingkat “fibromyalgianess” pada pasien.20,21
Istilah yang merefleksikan bahwa sensitivitas nyeri pada populasi digambarkan
sebagai kurva berbentuk lonceng.21,22

Sebagian besar penyakit muskuloskeletal yang terjadi mampu memicu


fenomena sensitisasi sentral dengan peningkatan gejala yang berhubungan dengan
gangguan tidur, kelelahan, nyeri yang luas, dan gejala lain yang biasanya terjadi
pada fibromialgia.11-16 Jika gejala cukup berat, diagnosis fibromialgia biasanya
ditegakkan dan pengobatan dapat dimulai. Pasien dengan gejala yang minimal
atau kurang-menonjol, bagaimanapun, dapat merespon terapi biasanya disebut
sebagai “fibromialgia komplit.”20-22

Diagnosis Banding dan Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis banding dari fibromyalgia termasuk gangguan yang memiliki


gejala nyeri yang luas dan kelelahan. Gangguan ini termasuk hipotiroidisme,
inflamasi dan miopati lainnya, polimialgia reumatik, penyakit rematik lainnya,
infeksi virus, dan defisiensi berat daripada vitamin D.19

Pasien dengan hipotiroidisme biasanya datang dengan kelelahan yang


cukup berat, mialgia, dan malaise. Kadar Creatine kinase (CK) dalam serum dapat
meningkat pada pasien dengan hipotiroidism.23 Gejala pada polimiositis berupa
kelemahan otot proksimal dan peningkatan kadar CK serum.24 Pasien dengan
miopati terkait statin dapat mengalami kelemahan otot atau rasa sakit atau
kombinasi keduanya. Kadar CK serum biasanya meningkat, namun dapat juga
normal.25 Pasien dengan penyakit ringan dengan dugaan miopati akibat statin
namun dengan kadar CK serum yang normal sering dapat membaik pada
observasi dengan penghentian penggunaan obat statin tersebut.25 Biasanya
dibutuhkan beberapa minggu setelah penghentian obat untuk terjadinya
perbaikan.25 Polimialgia reumatik biasanya terlihat pada pasien usia lanjut yang
The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
11

mengalami gejala ditandai dengan kekakuan otot proksimal lebih berat daripada
nyeri pada otot.26 Peningkatan laju endap darah (LED) dan respon yang cepat
terhadap pengobatan glukokortikoid dosis rendah dapat mengkonfirmasidiagnosis.
Beberapa infeksi virus kronis seperti virus Epstein-Barr, hepatitis B, hepatitis C,
dan parvovirus dapat menyerupai atau memicu fibromialgia.4,14

Individu dengan penyakit inflamasi rematik seperti artritis reumatoid,


lupus eritematosus sistemik, atau sindrom Sjögren dapat mengalami nyeri dan
kelelahan, tetapi diagnosis ditegakkan atas dasar adanya sinovitis, kelainan
multisistem, gejala sika, atau temuan dalam pemeriksaan.13 Pemeriksaan lainnya
berupa autoantibodi antinullear dan lainnya memiliki nilai prediktif yang buruk
dan harus diindikasikan untuk pasien yang menunjukkan inflamasi atau penyakit
multisistem pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik.13,27

Pentingnya untuk menekankan bahwa fibromialgia dapat dipicu oleh dan


terjadi bersamaan dengan sebagian besar penyakit kronis. Sebagai contoh, seorang
pasien artritis reumatoid dengan gejala yang terkontrol dengan baik menggunakan
terapi yang tepat, namun yang terus mengeluhkan nyeri paling mungkin untuk
mengalami fibromialgia sekunder dan kemungkinan akan merespon terhadap
terapi untuk fibromialgia.4,13

Klasifikasi Fibromialgia

Terdapat spektrum yang luas dari keparahan gejala pada fibromialgia.


Menggunakan gambarab derajat nyeri tekan, depresi dan kecemasan, perilaku
katastrofik, dan kemampuan kognitif untuk mengontrol rasa nyeri, peneliti
mengidentifikasi 3 sub kelompok pasien dengan fibromialgia.28 Subkelompok
pasien yang paling sering (kelompok 1) menunjukkan nyeri sedang, depresi dan
kecemasan moderat, kecenderungan katastrofik sedang, dan keterampilan
pengalihan nyeri moderat. Yang paling menantang adalah subkelompok pasien
(kelompok 2) ditandai dengan nyeri, tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi,
ditandai perilaku katastrofik, dan kemampuan yang buruk dalam mengatasi nyeri.
The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
12

Yang lebih penting, subkelompok pasien ketiga (kelompok 3) ditandai dengan


nyeri tetapi dengan sedikit depresi atau kecemasan, kecenderungan katastrofik
yang ringan, dan kemampuan mengatasi nyeri dengan baik.

Hal yang terpenting adalah mengetahui bahwa fiibromialgia merupakan


gangguan yang bersifat heterogen. Pasien kelompok 3 biasanya merespon dengan
baik terhadap pengobatan dan memiliki prognosis yang lebih baik. Pasien
kelompok 2 cenderung memiliki respon yang buruk terhadap pengobatan, dan
prognosis jangka panjang mereka adalah buruk.28

Penatalaksanaan Fibromialgia

Pengobatan pasien dengan fibromialgia membutuhkan kombinasi


modalitas farmakologis dan nonfarmakologis, termasuk latihan dan terapi perilaku
kognitif.

Tabel. Obat Yang Sering Digunakan Dalam Pengobatan Fibromialgia


Efek Samping
Obat Dosis Awal Dosis Sasaran
tersering
Amitriptilin 5-10 mg 2 jam 25-50 mg Mengantuk,
Sebelum Tidur mulut kering,
pusing
Desipramin 5-10 mg 2 jam 25-50 mg Mengantuk,
Sebelum Tidur mulut kering,
pusing
Siklobenzaprin 5-10 mg 2 jam 10-30 mg Mengantuk,
Sebelum Tidur mulut kering,
pusing
Duloxetin 20-30 mg 30-60 mg Mual, Sakit
SETIAP pagi kepala, pening,
insomnia
Milnacipran 12,5 mg SETIAP 50- 100 mg doa Mual, Sakit
pagi kali Sehari kepala, Pening,
insomnia
Pregabalin 25 mg Sebelum 50-200 mg Mual, Sakit
Tidur kepala, Pening,

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
13

insomnia
Penatalaksanaan Non Farmakologis

Edukasi Pasien

Mudahnya menegakkan diagnosis fibromialgia memiliki efek positif pada


penatalaksanaan, yang menghasilkan penurunan kunjungan pengobatan
kempelayanan primer, tes diagnostik, dan peresepan obat.29-31 Edukasi terhadap
pasien merupakan langkah selanjutnya. Menekankan bahwa pasien tidak memiliki
penyakit serius atau mengancam jiwa sehingga dapat mengurangi kecemasan.
Membahas apa yang diketahui mengenai ketidakseimbangan neurotransmiter
sistem saraf pusat dan kelainan aliran darah otak membantu untuk meyakinkan
pasien bahwa fibromialgia adalah penyakit yang nyata. Salah satu metafora yang
berguna untuk menjelaskan kelainan pengolahan nyeri sentral dengan alarm asap
yang terlalu sensitif yang berbunyi setiap kali oven dihidupkan. Dalam hal ini
alarm berbunyi yang menunjukkan adanya “api” padahal sesungguhnya tidak ada
api. Suatu sistem pengolahan nyeri yang terlalu sensitif akan menunjukkan suatu
sensasi nyeri tanpa adanya patologi perifer, tetapi persepsi nyeri sangatlah nyata.
Tersedia pada Website oleh Arthritis Foundation (http:// www .arthritis.org /),
National Fibromyalgia Association (http://fmaware.org/site/), dan organisasi
terkemuka lainnya dapat menyediakan sumber informasi yang berguna bagi
pasien \untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai fibromialgia.

Menentukan harapan mengenai prognosis penyakit dan peran pasien dan


dokter adalah penting. Hal ini dapat membantu untuk memberikan informasi
terhadap pasien mengenai fibromialgia yang merupakan penyakit kronis dengan
yang suatu hari dapat membaik dan memburuk; Pengobatan akan memperbaiki
gejala tetapi biasanya tidak menghilangkannya. Pasien dapat mengikuti sleep
hygiene dan program latihan, serta modalitas nonfarmakologis lainnya.

Cognitif Behavioral Therapy

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
14

Terapi perilaku kognitif (untuk mengatasi pikiran maladaptif) dan


merupakan teknik mengurangi stres yang telah terbukti efektif pada beberapa
pasien.32,33 Mengenali dan menangani masalah perilaku perilaku katastrofik dan
kemampuan belajar dapat membantu dalam pengobatan yang berfokus pada
pengelolaan teknik diri.

Latihan

Latihan aerobik dan latihan kekuatan otot dapat membalikkan kondisi dan
memperbaiki tidur, nyeri, dan fungsi pada pasien dengan fibromialgia.33-35 Pasien
yang memilih kegiatan yang mereka sukai (misalnya, berjalan, latihan renang,
kegiatan kelompok) dan yang mulai pada tingkat latihan yang rendah lebih dapat
berhasil dalam mengelola fibromialgia mereka dalam jangka panjang. Intensitas
latihan harus ditingkatkan secara perlahan untuk menghindari cedera dan serangan
nyeri, yang dapat menyebabkan pasien untuk meninggalkan aktivitas pasien
tersebut.35 Dengan kemampuan pengalihan yang baik sangat mungkin untuk
mematuhi suatu program latihan.36

Pelengkap dan Pengobatan Alternatif

Secara umum, sedikit bukti ilmiah yang mendukung penggunaan


pengobatan tambahan dan alternatif dalam penatalaksanaan fibromialgia.36,37
Akupunktur, Balneoterapi, pengobatan chiropractic, dan pengobatan manipulasi
osteopati telah sering digunakan untuk menangani gejala fibromialgia.37-39 Hasil
dari pernelitian terkontrol 38 menunjukkan bahwa manfaat dari terapi pijat dapat
bertahan hingga 6 bulan setelah pengobatan. Selain itu, Penelitian terhadap
seorang pilot secara acak39 menunjukkan bahwa pasien yang menerima
pengobatan manipulasi osteopati dan obat untuk fibromialgia memiliki hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan pasien yang hanya menerima pengobatan.

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
15

Pengobatan Farmakologis

Fibromialgia adalah suatu sindrom dengan banyak gejala dan penyakit


penyerta, dan terdapat bukti adanya kelainan beberapa jalur saraf termasuk yang
dimediasi oleh serotonin, norepinefrin, substansi P, dan glutamat dan
neurotransmiter lainnya.4-6 Pasien mengeluhkan dari berbagai gejala yang
tampaknya tidak saling berhubungan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tidak ada agen farmakologis
tunggal yang mampu secara efektif menangani semua potensi gejala pada
fibromialgia.

Anti Depresan

Anti depresan berefek dengan memodulasi jalur serotonin dan


norepinefrin. Antidepresan trisiklik (TCA) seperti amitriptilin, desipramin, dan
nortriptilin telah ditunjukkan dalam studi jangka pendek dapat memperbaiki rasa
nyeri, gangguan tidur, kelelahan, dan keseluruhan rasa berangsur membaik.33,36
Namun, obat ini berhubungan dengan efek yang lebih buruk ketika digunakan
pada dosis yang lebih tinggi.5 Anti depresan trisiklik awalnya biasa diresepkan
untuk pasien dengan fibromialgia yang tidak memiliki depresi.

Dianjurkan bahwa TCA dimulai pada dosis yang sangat rendah 2 jam
sebelum tidur dan dititrasi secara perlahan-lahan selama beberapa minggu (Tabel)
.40 Meskipun efektivitas awal, daya tahan jangka panjang TCA masih menjadi
pertanyaan.40 Efek antikolinergik (mulut kering dan sembelit), sedasi, dan
kebingungan yang membatasi toleransi pasien. Meskipun Siklobenzaprin
diklasifikasikan sebagai relaksan otot, obat tersebut secara struktural merupakan
suatu TCA. Obat ini digunakan untuk memperbaiki kualitas tidur, nyeri, dan rasa
kenyamanan secara keseluruhan tetapi tampaknya memiliki sedikit atau tidak
berpengaruh terhadap gejala kelelahan pada pasien dengan fibromialgia.41

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
16

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) yang berguna untuk


pengobatan depresi dan kelelahan tetapi telah kurang memperbaiki pada rasa nyeri
dan kualitas tidur pada pasien dengan fibromialgia.5,40 Selective norepinephrine
serotonin reuptake inhibitor (SNRIs) duloxetin dan Milnacipran telah disetujui
oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat untuk pengobatan
fibromialgia dan tampaknya lebih efektif dalam mengurangi gejala fibromialgia
dibandingkan SSRIs.33,36,40 Duloxetin mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Obat ini memiliki relatif sedikit efek pada gangguan tidur
dan biasanya digunakan pada pagi hari. Efek samping yang paling sering adalah
mual dan nyeri kepala, yang cenderung membaik dengan penggunaan obat
berkelanjutan. Pasien dengan fibromialgia dan komorbiditas depresi dapat efektif
pada penggunaan SNRIs sebagai terapi awal. Seperti pada semua pengobatan
untuk fibromialgia, “start low, go slow” strategi dosis untuk meningkatkan
kepatuhan pasien.

Tramadol dikombinasikan dengan asetaminofen dapat memperbaiki gejala


nyeri pada fibromialgia.33,36 Obat ini memiliki efek SNRI ringan selain ringan dari
pada efek opioid ringan.5 Kombinasi ini digunakan untuk menghindari kombinasi
berlebihan obat SSRI dan SNRI untuk menghindari gejala serotonin syndrome.42
Serotonin syndrome termasuk perubahan status mental, hiperaktifitas otonomik,
dan hiperaktifitas neuromuskular.

Obat Anti Epilepsi

Pregabalin, merupakan obat anti epilepsi yang disetujui oleh Food and
Drug Administration Amerika Serikat untuk pengobatan fibromialgia, dan
gabapentin berperan menghambat pelepasan neurotransmitter jalur nyeri,
termasuk substansi P dan glutamat.43 Obat ini telah dibuktikan dapat memperbaiki
rasa nyeri, gangguan tidur, kelelahan, dan kualitas hidup pada pasien dengan
fibromialgia.5,36,43 Obat ini tidak disetujui untuk pengobatan depresi. Obat ini
biasanya digunakan sebagai terapi tambahan, yang dikombinasikan dengan obat

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
17

yang mempengaruhi jalur nyeri lainnya. Efek samping yang membatasi


penggunaannya termasuk pusing, mengantuk, dan penambahan berat.43 Gejala ini
cenderung meningkat seiring dengan penggunaan berkelanjutan.

Obat Lain

Opioid belum terbukti efektif dalam pengobatan fibromialgia dan harus


dihindari jikamungkin.33,36 Hiperalgesia yang diinduksi opioid dan efek samping
jangka panjang membatasi penggunaan golongan obat ini.33,36 Obat anti-inflamasi
nonsteroid obat memiliki efek utama pada prostaglandin yang berhubungan
dengan jalur inflamasi dan sangat tidak efektif dalam mengurangi rasa pusat nyeri
pada fibromialgia.36 Obat anti-inflamasi nonsteroid dapat berguna, namun, dalam
pengobatan yang bersamaan dengan “generator rasa nyeri” seperti osteoartritis
atau penyakit sendi degeneratif.

Kesimpulan

Fibromialgia merupakan salah satu dari beberapa gangguan yang tumpang


tindih dari central sensitivity syndrome. Perkembangan ilmu pengetahuan
mengenai penyebab biopsikososial yang mendasari gangguan ini mengarah pada
pendekatan yang lebih rasional untuk pengobatan. Mengetahui sifat heterogen dari
fibromialgia, dengan variasi individu mengenai prognosis dan respon terhadap
terapi, secara substansial membantu dalam penatalaksanaannya. Pemahaman
mengenai mekanisme penghilang rasa nyeri yang berbeda dari kegunaan obat
dalam pemilihan kombinasi terapi yang mungkin lebih efektif dalam pengobatan
pasien dengan fibromialgia.

The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Wolfe F, Clauw DJ, Fitzcharles MA, et al. The American College of


Rheumatology preliminary diagnostic criteria for fibromyalgia and
measurement of symptom severity. Arthritis Care Res (Hoboken).
2010;62(5):600-610.
2. Wolf F, Smythe HA, Yunas MB, et al. The American College of
Rheumatology 1990 criteria for the classifcation of fibromyalgia: report of
the Multicenter Criteria Committee. Arthritis Rheum. 1990;33(2):160-172.
3. Lawrence RC, Felson T, Helmick CG, et al. Estimates of the prevalence of
arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Arthritis
Rheum. 2008;58(1):26-35.
4. Yunus MB. Fibromyalgia and overlapping disorders: the unifying concept
of central sensitivity syndromes. Sem Arthritis Rheum. 2007;36(6):339-356.
5. Smith HS, Harris R, Clauw D. Fibromyalgia: an afferent processing disorder
leading to a complex pain generalized syndrome. Pain Physician.
2011;14(2):E217-E245.
6. Russel IJ, Larson AA. Neurophysiopathogenesis of fbromyalgia syndrome:
a unifed hypothesis. Rheum Dis Clin North Am. 2009;35(2):421-435.
7. Simms RW, Roy SH, Hrovat M, et al. Lack of association between
fibromyalgia syndrome and abnormalities in muscle energy metabolism.
Arthritis Rheum. 1994;37(6):794-800.
8. Arnold LM, Hudson JI, Hess EV, et al. Family study of fibromyalgia.
Arthritis Rheum. 2004;50(3):944-952.
9. Buskila D, Neumann L, Press J. Genetic factors in neuromuscular pain
[review]. CNS Spectr. 2005;10(4):281-284.
10. Moldofsky H. The signifcance of dysfunctions of the sleep/waking brain to
the pathogenesis and treatment of fibromyalgia syndrome. Rheum Dis Clin
North Am. 2009;35(2):275-283.
11. Heim C, Ehlert U, Hellhammer DH. The potential role of hypocortisolism in
the pathophysiology of stress-related bodily disorders.
Psychoneuroendocrinology. 2000;25(1):1-35.
The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9
19

12. Wolfe F, Michaud K. Severe rheumatoid arthritis (RA), worse outcomes,


comorbid illness, and sociodemographic disadvantage characterize RA
patients with fbromyalgia. J Rheumatol. 2004;31(4):695-700.
13. Clauw DJ, Katz P. The overlap between fbromyalgia and inflammatory
rheumatic disease: when and why does it occur. J Clin Rheumatol.
1995;1(6):335-342.
14. Goldenberg DL. Do infections trigger fibromyalgia [editorial] Arthritis
Rheum. 1993;36(11):1489-1492.
15. Kosek E, Ordeberg G. Abnormalities of somatosensory perception in
patients with painful osteoarthritis normalize following successful
treatment. Eur J Pain. 2000;4(3):229-238.
16. McLean SA, Williams DA, Clauw DJ. Fibromyalgia after motor vehicle
collision: evidence and implications. Traffc Inj Prev. 2005;6(2):97-104.
17. Tishler M, Levy O, Maslakov I, Bar-Chaim S, Amit-Vazine M. Neck injury
and fbromyalgia are they really associated. J Rheumatol. 2006;33(6):1183-
1185.
18. McBeth J, Mcfarlane GJ, Benjamin S, Morris S, Silman AJ.The association
between tender points, psychological distress, and adverse childhood
experiences: a community-based study. Arthritis Rheum. 1999;42(7):1397-
1404.
19. Bennett RM. Clinical manifestations and diagnosis of fbromyalgia. Rheum
Dis Clin North Am. 2009;35(2):215-232.
20. Yunas MB, Aldag JC. The concept of incomplete fibromyalgia syndrome:
comparison of incomplete fbromyalgia syndrome with fbromyalgia
syndrome by 1990 ACR classifcation criteria and its implications for newer
criteria and clinical practice. J Clin Rheumatol. 2012;18(2):71-75.
21. Wolfe F. Fibromyalgianess [editorial]. Arthritis Rheum. 2009;61(6):715-
716.
22. Ablin K, Clauw DJ. From fbrositis to functional somatic syndromes to a
bell-shaped curve of pain and sensory sensitivity: evolution of a clinical
construct. Rheum Dis Clin North Am. 2009;35(2):233-251
The Journal of American Osteopathic Association September 2013 | Vol 113 | Nomor 9

Anda mungkin juga menyukai