33
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
Pendapat ini diperkuat Studi The third minat dan motivasi belajar. Pembelajaran
International Mathematic and Science Study Interaktif merupakan salah satu jenis teknologi
Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999 (dalam komunikasi dan informasi yang digunakan
Yaniawati, 2007), menyebutkan bahwa nilai untuk mempermudah proses pembe-lajaran
matematika pada ujian negara pada semua baik guru maupun siswa karena memuat
tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku berbagai media yang berupa gambar, animasi,
pada angka yang rendah. Berdasarkan teks, dan suara. Sesuai dengan kerucut
pengamatan pada umumnya guru dalam pengalaman Dale (dalam Waluya, 2006),
menanamkan suatu konsep menggunakan mengatakan bahwa memori kita 10 %
model ekspositori (konvensional), dimulai dari membaca (teks), 20% mendengar (sound),
menjelaskan materi, memberi contoh, 30% melihat (grafis/foto), 50 % melihat dan
kemudian dilanjutkan dengan latihan soal dari mendengar (video/animasi) yang tercakup
LKS (lembar kerja siswa) atau buku paket, dalam multimedia, masih ditambah lagi 80 %
sehingga dalam menanamkan suatu konsep berbicara dan 80 % berbicara dan melakukan.
pembelajaran guru aktif atau guru sebagai Hal ini menunjukkan bahwa penanaman
pusat pembelajaran dan siswa pasif. konsep akan mudah diterima bagi siswa
Khususnya pada penanaman konsep volum apabila didalam proses belajar melibatkan
benda putar guru hanya menggambarkan siswa secara optimal dengan siswa aktif
benda hasil putar pada bidang datar (papan melakukan kegiatan pembelajaran.
tulis) sehingga siswa kesulitan dalam Pembelajaran matematika volum
mengabtraksikan benda putar yang terjadi ke benda putar dengan strategi konstruktivisme
bentuk nyata. Guru tidak menggunakan dunia yang menekankan keaktifan siswa dalam
nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar proses belajar dibantu dengan media
berpikir kritis dalam memperoleh konsep. pembelajaran berupa CD interaktif, disajikan
Akibatnya, siswa kesulitan dalam memahami animasi, gambar grafis, teks dan suara akan
konsep volum benda putar dan kesulitan membangkitkan motivasi siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan mempelajari konsep volum benda putar.
pengetahuan yang dimiliknya. Hal ini Pembelajaran volum benda putar dengan
menunjukkan bahwa pembelajaran bantuan CD interaktif, memungkinkan siswa
matematika kurang bermakna. sehingga dapat mengetahui keberhasilan hasil
pengertian siswa tentang konsep sangat lemah. belajarnya dengan mengerjakan tes akhir yang
Guru dalam pembelajaran volum benda putar tersedia pada CD pembelajaran serta siswa
di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang dapat memutar kembali penjelasan konsep
telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang volum benda putar yang belum jelas dan
diberikan kesempatan untuk menemukan belum dipahaminya. Untuk itu penulis
kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide mencoba mengembangkan model
matematika. Menurut Soedjadi (2000) pembelajaran matematika volum benda putar
mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak berbasis teknologi dengan strategi
dengan ide-ide matematika dalam pembe- konstruktivisme student active learning
lajaran di kelas penting dilakukan agar berbantuan CD interktif kelas XII.
pembelajaran bermakna. Berdasarkan uraian di atas, rumusan
Kemajuan teknologi dewasa ini masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana
motivasi guru untuk menyampaikan materi mengembangkan model pembelajaran
pembe-lajaran melalui media pembe-lajaran. matematika volum benda putar berbasis
Salah satu jenis media pembelajaran yang teknologi dengan strategi konstruktivisme
mutakhir yaitu komputer, yang dapat student active learning berbantuan CD
digunakan untuk menyampaikan bahan interaktif yang valid, dan efektif? Tulisan ini
pembelajaran secara interaktif dan dapat bertujuan untuk mengembangkan model
mempermudah pembelajaran karena didukung pembelajaran matematika volum benda putar
oleh berbagai aspek: suara, video, animasi, berbasis teknologi dengan strategi
teks, dan grafiks (Rahmat, 2005). Menurut konstruktivisme student active learning
Koesnandar (2003:8), belajar berbantuan berbantuan CD interaktif.
multimedia membuat siswa terlibat dan lebih
aktif belajarnya, membuat komunikasi lebih B. Kajian Teori
efektif, memfasilitasi forum, dan menambah 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
34
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
Belajar dapat didefinisikan sebagai yang aktif dan independen yang memecahkan
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masalah dengan menarik makna dari
untuk memperoleh tingkah laku secara sadar pengalaman dan konteks terjadinya
dari hasil interaksinya dengan lingkungan pengalaman, dan aliran ini dianut oleh Jean
(Slameto, 1991:2). Ratna (1996:21) Piaget. Konstruktivisme sosial dipelopori oleh
mendifinisikan belajar sebagai perubahan Vigotsky lebih bersifat sosial. Aliran ini lebih
perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. menekankan kepada hubungan antara individu
Sedangkan Anderson (2000) menyatakan dan masyarakat dalam mengkonstruksi
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan pengetahuan. Vigotsky lebih lanjut
yang relatif menetap terjadi dalam tingkah menekankan bahwa pentingnya interaksi
laku potensial sebagai hasil dari pengalaman. sosial dengan orang lain yang punya
Dari definisi di atas terlihat bahwa belajar pengetahuan lebih baik. Dengan interaksi itu
adalah suatu usaha untuk mendapatkan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya
perubahan tingkah laku, perubahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki
menetap sebagai hasil dari pengalaman. orang lain yang memiliki pengetahuan lebih
Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar baik. Jadi konstrutivisme pembelajaran adalah
apabila di dalam dirinya disadari telah terjadi suatu pembelajaran yang didasarkan faham
perubahan tingkah laku. Menurut Ausubel, bahwa perolehan pengetahuan berasal dari diri
(Suparno, 1997:53), belajar bermakna adalah siswa sendiri dengan cara membangun
suatu proses belajar dimana informasi baru pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang
dihubungkan dengan sruktur pengertian yang dimilikinya melalui tindakan dan interaksi
sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. dengan lingkungannya. Vigotsky menyatakan
Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba bahwa konsep dasar konstruktivisme adalah
menghubungkan fenomena baru ke dalam scaffolding dan kooperatif. Pembentukan
sruktur pengetahuan mereka. Ini terjadi kelompok kecil dalam pembelajaran
melalui belajar konsep, dan perubahan konsep memungkinkan siswa dapat berinteraksi
yang telah ada, yang akan mengakibatkan dengan yang lain, bertukar pengalaman dan
pertumbuhan dan perubahan struktur konsep membantu mengecek pemahaman tentang
yang telah dipunyai siswa. Teori belajar konsep yang telah dimiliki sebelumnya.
bermakna Ausubel menekankan pentingnya
pelajar mengasosiasikan pengalaman, 3. Student Active Learning
fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam
sistem pengertian yang telah dipunyai. Dengan Student Active Learning atau
demikian diharapkan dalam proses belajar itu pembelajaran siswa aktif, pada dunia
siswa aktif. pendidikan bukan merupakan hal baru di
Indonesia. Pada kurikulum 94 dipopulerkan
2. Pembelajaran Konstruktivisme dengan istilah CBSA (cara belajar siswa
aktif). CBSA merupakan konsekuensi logis
Filsafat konstruktivisme mengatakan dari hakikat belajar. Hampir tak pernah terjadi
bahwa pengetahuan seseorang itu proses belajar tanpa adanya keaktifan siswa
dikonstruksikan oleh siswa sendiri yang belajar. Dengan demikian hakikat CBSA
(Suparno,1996). Perolehan pengetahuan harus pada dasarnya adalah cara atau usaha
melalui tindakan secara aktif dari siswa. Teori mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan
Bruner menyatakan bahwa cara terbaik bagi belajar siswa dalam proses pengajaran.
seseorang untuk memulai belajar konsep dan Menurut Setiawan (2004: 5) keaktifan dalam
prinsip dalam matematika adalah pembelajaran lebih banyak berupa keaktifan
mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip mental meskipun dalam beberapa hal ada juga
yang dipelajari itu. (Bell.1981 :143). yang diwujudkan dengan keaktifan fisik.
Matthews (dalam Suparno, 1997) secara garis Untuk mengetahui terwujudnya cara belajar
besar membagi aliran konstruktivisme menjadi siswa aktif dalam proses belajar mengajar
dua, yaitu konstruktivisme psikologi dan dapat dilihat beberapa indikator cara belajar
konstruktivisme sosiologi. Konstruktivisme siswa aktif. Melalui indikator cara belajar
psi-kologi biasanya juga disebut siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana
konstruktivisme personal lebih menekankan yang muncul dalam suatu proses belajar
bahwa pengetahuan disusun oleh pembelajar mengajar, berdasarkan apa yang dirancang
35
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
oleh guru. Indikator tesebut dapat dilihat dari Strategi yang digunakan pada proses belajar
sudut pandang siswa, guru, program, situasi dengan menggunakan model pembelajaran ini
belajar, dan sarana belajar. adalah strategi konstrukstivesme student
Student active learning pada tulisan active learning yang merupakan modifikasi
ini adalah cara strategi mengajar yang dari Strategi Think Talk Write (TTW) yang
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa dikenalkan oleh Huiker yang terdiri dari tiga
seoptimal mungkin, sehingga mampu unsur think, talk, dan write dan desain
mengubah tingkah laku siswa secara lebih pembelajaran konstruktivis (Constructivist
efektif dan efisien. Kegiatan tersebut antara Learning Design) CLD disusun atas 6 dasar,
lain berupa siswa membangun pengetahuan yaitu situation, grouping, bridge, question,
dengan cara membaca teks, exhibit, dan reflection (Gagnon dan Collay,
menulis/mengerjakan Lembar Kerja Siswa 2000:11). Dari strategi tersebut penulis
(LKS) dan Lembar Tugas Siswa (LTS) yang memodifikasi sehingga menjadi strategi yang
ada pada CD pembelajaran interaktif, maupun mencerminkan konstruktivisme dan
dari guru, melakukan diskusi dengan teman, mencerminkan siswa aktif. Strategi tersebut
melakukan tanya jawab dengan guru, memuat unsur-unsur (Bridge, grouping, think,
menyimpulkan. talk, write, reflection, evaluation). Bridge.
Sebelum memulai pelajaran baru, guru dapat
4. Strategi Konstruktivisme Student menggali pengetahuan siswa sebelumnya,
Active Learning (KSAL) untuk menjembatan antara pengetahuan yang
telah dimiliki siswa sebelumnya dengan
a. Strategi Pembelajaran pelajaran baru yang akan mereka peroleh
Strategi pembelajaran ada-lah selama pembelajaran. Grouping. Grouping
pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam merupakan mengorganisir siswa untuk
suatu sistem pembelajaran, yang berupa menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa
pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk dalam satu grup saling interaksi dalam
mencapai tujuan umum pembelajaran, yang memecahkan suatu masalah. Think. siswa
dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau membaca untuk memahami masalah, diikuti
teori belajar tertentu (Miarso,2004:530). dengan memikirkan penyelesaiannya. Talk.
Menurut Sanjaya (2007 :126), strategi siswa mengkomunikasikan penyelesaiannya.
pembelajaran dapat diartikan sebagai Write. siswa menuliskan hasil pemikirannya
perencanaan yang berisi tentang rangkaian tersebut. Reflection. Refleksi dilakukan untuk
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan memberikan kesempatan kepada siswa dan
pendidikan tertentu. Kemp (dalam Sanjaya, guru untuk berpikir kembali mengenai
2007: 126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
pembelajaran adalah suatu kegiatan menarik simpulan untuk pembelajaran
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan berikutnya. Evaluation. Untuk mengetahui
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai tingkat pemahaman konsep yang dipelajari
secara efektif dan efisien. Jadi strategi diberikan soal dalam bentuk soal permainan
pembelajaran adalah suatu perncanaan dan tes akhir.
kegiatan pembelajaran yang dikukan guru dan
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Pengembangan Model Pembelajaran
dengan Strategi KSAL
b. Strategi Pembelajaran Dalam mengembangkan model
Konstruktivisme Student Active pembelajaran, tulisan ini mengacu pada
Learning model pengembangan Plomp(1997). Menurut
Strategi Pembelajaran Plomp dalam mengembangkan model ada
Konstruktivisme Student Active Learning lima tahapan yang harus dilalui. Kelima
(KSAL) adalah suatu strategi mengajar yang tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa (1) Investigasi Awal (Preliminary
seoptimal mungkin, sehingga mampu Investigation), tahapan ini menganalisis
mengubah tingkah laku siswa secara lebih kebutuhan atau masalah, termasuk dalam
efektif dan efisien dalam mempelajari suatu tahap ini adalah studi literatur yang berkaitan
konsep, membangun pengetahuan berdasarkan dengan permasalahan yang dikaji mencakup:
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. (a) Analisis kebutuhan, (b) Tujuan
36
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
pembelajaran, (c) Analisis topik, dan (d) pembelajaran, sebagai akibat terciptanya
Rencana kegiatan. (2) Perancangan suasana belajar yang dialami langsung oleh
(Design), tahap perancangan ini bertujuan siswa tanpa pengarahan langsung dari
merancang penyelesaian masalah yang telah pengajar (Winataputra,2005). Dampak
diidentifikasi pada tahap investigasi awal. (3) instruksional yang diharapkan dalam
Realisasi (Realization), pada tahap ini disusun pengembangan model ini berupa hasil belajar
perangkat model pembelajaran yang sudah matematika terutama kemampuan kognitif,
dirancang pada tahap dua. (4). Pengujian, yang meningkat. Dampak pengiring adalah
Evaluasi, dan Revisi (Test, Evaluation, and meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
Revision), perangkat yang sudah disusun belajar, kemandirian siswa serta meningkatnya
dievaluasi dengan divalidasi oleh orang yang motivasi siswa dalam belajar.
ahli dibidangnya dan guru, evaluasi ini untuk e. Materi Volum Benda Putar.
mengetahui kelayakan model pembelajaran. Pada tulisan ini penulis memilih materi
Langkah berikutnya adalah mengadakan revisi volum benda putar karena volum benda putar
apabila pada kegiatan evaluasi masih merupakan bentuk bangun ruang hasil
ditemukan hal yang tidak sesuai dengan yang perputaran dari suatu bidang datar yang
diharapkan. (5) Implementasi diputar mengelilingi suatu garis tertentu
(Implementation), hasil revisi sejauh 3600, yang cocok dengan model
diimplementasikan atau diuji coba pada situasi pembelajaran dengan strategi konstruktivisme
yang sesungguhnya. student active learning dengan berbantuan CD
interaktif. Di dalam CD interaktif siswa
d. Deskripsi Rancangan Model ditunjukkan perputaran bidang datar hingga
Pembelajaran terbentuk bangun ruang sehingga siswa dapat
Sebagaimana dikemukan oleh Joyce dan membangun pengetahuan berdasarkan
Weil (Winataputra, 2005) setiap model pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya.
pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagai Hal ini memudahkan siswa memahami konsep
berikut. (1) Sintakmatik, (2) Sistem Sosial, (3) volum benda putar. Volum benda putar yang
Prinsip Reaksi, (4) Sistem Pendukung, dan (5) dipelajari pada CD pembelajaran ini adalah: 1)
Dampak Instruksional dan Pengiring. volum benda putar dari daerah bidang data
Sintakmatik adalah tahap kegiatan dari model yang dibatasi fungsi f(x), sumbu x, garis x = a,
dalam proses pembelajaran. Sintakmatik ini garis x = b yang diputar mengelilingi sumbu x
akan terlihat dalam Rencana Pelaksanaan sejauh 3600. 2) volum benda putar dari daerah
Pembelajaran yang terdiri dari pendahuluan, bidang datar yang dibatasi fungsi f(y) , sumbu
kegiatan inti dan penutup. Sistem sosial ialah y, garis y = a, garis y = b yang diputar
situasi atau suasana dan norma yang berlaku mengelilingi sumbu y sejauh 3600. 3) volum
dalam model. Sistem sosial yang dimaksud benda putar dari daerah bidang datar yang
adalah interaksi antar siswa dalam diskusi dibatasi oleh dua buah kurva f(x),dan g(x),
kelompok dan guru menerapkan konsep dasar sumbu x, garis x = a, garis x = b yang diputar
konstruktivisme dengan membantu siswa yang mengelilingi sumbu X sejauh 3600. 4) volum
mengalami kesulitan. Prinsip Reaksi ialah benda putar dari daerah bidang datar yang
pola kegiatan yang menggambarkan dibatasi oleh dua buah kurva f(y) dan g(y),
bagaimana seharusnya guru melihat dan sumbu y, garis y = a, garis y = b yang diputar
memperlakukan para pelajar, termasuk mengelilingi sumbu Y sejauh 3600. Pada
bagaimana seharusnya pengajar memberikan penanaman konsep volum benda putar dibatasi
respon terhadap mereka. Sistem Pendukung satu kurva disajikan lembar kerja siswa,
adalah segala sarana, bahan, dan alat yang lembar tugas siswa. Demikian juga pada
diperlukan untuk melaksanakan model penanaman konsep volum benda putar dibatasi
pembelajaran. Sarana yang digunakan dalam dua kurva, disajikan lembar kerja siswa,
model pembelajaran ini adalah komputer, CD lembar tugas siswa, soal permainan dan tes
pembelajaran interaktif , LKS, LTS dan soal akhir. Sedang tes akhir berfungsi untuk
latihan. Dampak Instruksional adalah hasil menunjukkan apakah siswa sudah menguasai
belajar yang dicapai langsung dengan cara konsep volum benda putar.
mengarahkan siswa pada tujuan yang
diharapkan dan dampak pengiring adalah
hasil lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses
37
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
38
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). semua soal yang diberikan. Bentuk soal tes
Pada model pembelajaran matematika volum akhir adalah obyektif dengan lima pilihan
benda putar ini lembar kerja siswa jawaban. Tahap Pengujian, Evaluasi, dan
dimasukkan pada CD pembelajaran interaktif. Revisi, melakukan tahap pengujian hasil
Lembar Kerja Siswa volum benda putar terdiri realisasi tahap ke tiga, bertujuan untuk
dari lembar kerja siswa untuk volum benda mengetahui apakah perangkat yang disusun
putar dari daerah yang dibatasi satu kurva dan perlu direvisi atau sudah sesuai dengan yang
lembar kerja siswa untuk volum benda putar diharapkan. Untuk itu RPP, LKS, LTS dan
dari daerah yang dibatasi dua kurva. Lembara soal pemahaman konsep perlu divalidasi oleh
kerja siswa volum benda putar pada tulisan yang ahli dibidangnya. Tahap Implementasi.
ini disusun sedemikian rupa sehingga siswa Perangkat yang telah direvisi langkah
secara mandiri dapat menemukan rumus berikutnya diimplementasikan atau digunakan
volum benda putar. 3) Menyusun Lembar pada situasi sesungguhnya yaitu digunakan
Tugas Siswa (LTS). Penyusunan lembar pada proses mengajar ke kelas. Untuk
tugas siswa volum benda putar hampir sama mengetahui apakah model pembelajaran ini
dengan penyususnan lembar kerja siswa. dapat digunakan, dibuat lembar respon siswa
Perbedaaannya pada LTS berupa lembar soal dan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran.
volum benda putar yang dikerjakan siswa
dalam pemahaman konsep volum benda putar. 3. Pengembangan Media Pembelajaran
Pada tulisan ini LTS yang dikembangkan
adalah LTS volum benda putar baik pada Pengembangan media pembelajaran
volum benda putar hasil putaran suatu bidang volum benda putar berbasis teknologi dengan
datar yang dibatasi satu kurva terhadap garis strategi konstruktivisme student active
tertentu maupun volum benda putar hasil learning menggunakan model pengembangan
putaran suatu bidang datar yang dibatasi dua yang dikemukakan oleh Triagarajan, Sammuel
kurva terhadap garis tertentu. LTS pada model dan Sammel (Abba,2000:28-29) yang
pembelajaran ini disusun pada CD interaktif dikenal dengan sebutan four-D model (model
untuk belajar mandiri dan LTS disusun pada 4-D) yang terdiri atas empat tahap, yaitu
lembar kertas untuk pembelajaran kelompok. define (pendefinisian/penetapan), design
4) Menyusun Tes Pemahaman Konsep. Tes (perancangan), develop (pengembangan) dan
pemahaman konsep dalam tulisan ini disseminate (penyebaran).
bertujuan untuk mengetahui apakah siswa Rancangan pengembangan media
sudah memahami konsep volum benda putar pembelajaran matematika volum benda putar
yang dipelajarinya. Tes pemahaman konsep berbasis teknologi dengan strategi
volum benda putar tertetak pada CD konstruktivisme student active learning
pembelajaran interaktif dalam bentuk berbantuan CD interaktif dapat digambarkan
kuis/permainan dan tes akhir. Dalam tulisan dengan diagram alur seperti pada Gambar 1
ini siswa dinyatakan telah memahami konsep berikut ini.
apabila dalam mengerjakan tes akhir siswa
dapat menjawab dengan benar 65% dari
39
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
Validasi Materi
Pembuatan
diagram alur Naskah
siap
Penulisan Naskah diproduks
Penyebaran
Revisi 2
40
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
41
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J. R, 2000. Learning and Memory, New York John Willey;Sons, Inc.
Arief, S, Rahardjo R, Anung, H,dan Rahardjito, 2006. Media Pendidikan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
42
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
Bell, H. 1991. Teaching and Learning Matematics (In Secondary School). Iowa:Wm C. Brown
Company.
Gagnon, W. G dan Collay, M. 2000. Designing for Learning. Six Elements in Construktivist
Classroom. California: Corwin Press, Inc.
Kemp, J.E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Terjemahan Asril Marjohan. Bandung: ITB.
Plomp, T, 1997. Educational and Training System Design. Enschede, The Netherlands:
Univercity of Twente.
Rachmat, A, 2005. Pengantar Multimedia. http://lecturer.
ukdw.ac.id/anton/download/multimedia1.pdf.ac (diakses 15-02-2007)
Rudiyanto, MS, 2008. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Volum Benda Putar
Bernuansa Konstruktivisme berbasis Multimedia Komputer dalam CD Interaktif. Makalah
diseminar nasionalkan Pascasarjana UNNES. 16 Januari 2008.
Sanjaya, 2007. Strategi pembelajaran berorientasi stándar proses pendidikan, Jakarata: Kencana
Prenada Media Group
Setiadi A, 1999. Teknik Evaluasi Pendidikan, Makalah disampaikan pada bintek guru SMA Jawa
tengah, Proyek peningkatan mutu SMU Jawa Tengah.
Soedjadi, 2000. Nuansa Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia. Dalam majalah Ilmiah
Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konperensi Nasional Matematika X ITB, 17-20
Juli 2000.
Sortha S. 2006. Efektifitas Media Pendidikan Berbasis Komputer dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Mahasiswa pada Praktikum Biokimia. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain. I/2:73-
78
Suparno,P. 1996. Konstruktivisme Dalam Pendidikan Sains dan Matematika, Article from
Journal-ilmiah nasional-terakreditasi DIKTI. Dalam koleksi: Widya Dharma: Majalah Ilmiah
Kependidikan. 7/1,131-146
43
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran
Surya M. 2004. Psikologi Pembelajaran & Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Suyanto, 2007. Tantangan Profesional guru di era global. Makalah disampaikan dalam rangka
Dies Natalis ke 43 Universitas Negeri Yokyakarta.
Winataputra, U.S, 2005. Model-model Pembelajaran Inovatif, Pusat antar Universitas Untuk
Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Intruksional, Universitas terbuka. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
______2004, Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional SMA/MA, Semarang. Dinas
Pendidikan kota Semarang.
______ 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 20 tahun 2005, Jakarta. Depdiknas
44