Anda di halaman 1dari 12

M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya.

Pengembangan Model Pembelajaran

Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Volum Benda


Putar Berbasis Teknologi Dengan Strategi Konstruktivisme
Student Active Learning Berbantuan CD Interaktif Kelas XII
M. S. Rudiyanto dan S. B. Waluya
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Kemampuan mengkonstruksi pengetahuan merupakan aspek yang penting dalam
belajar matematika. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan
mempengaruhi kualitas belajar siswa yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar
siswa. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut dilakukan dengan pembelajaran yang
menekankan keaftifan siswa. Model pembelajaran yang menekankan siswa yang akan
dibahas pada makalah ini adalah Model pembelajaran dengan Strategi Konstruktivisme
Student Active Learning berbantuan CD interaktif (KSAL).
Pengembangan model pembelajaran KSAL mengacu pada model pengembangan
Plom (1977) yang terdiri dari Premilinary Investigation, Design, Realization, Test,
Evaluation, Revision, and Implementation. Model KSAL memiliki unsure sintakmatik
yang tercermin dalam RPP memuat strategi yang merupakan modifikasi model TTW dan
model CLD yang terdiri dari bridge, grouping, think, write, reflection, and evaluation.
Model ini menempatkan guru sebagai fasilitator. CD interaktif dalam model KSAL ini
dirancang agar siwa belajar mandiri. Materi dalam CD terdiri dari materi volum benda
putar, lembar kerja siswa, lembar tugas siswa, permainan dan tes akhir dan disusun secara
kontruktivisme yakni memungkinkan siswa membangun pengetahuan dalam menemukan
konsep volum benda putar.

Kata kunci: kontruktivisme, Student Active Learning, volum benda putar.

A. Pendahuluan sarana dalam pembelajaran (Suyanto, 2007).


Guru dituntut untuk memiliki kemampuan
Perkembangan teknologi komunikasi berinteraksi dengan siswa secara baik agar
dan informasi sekarang ini semakin pesat dan proses kolaborasi dalam kegiatan
memasyarakat, mulai dari radio, televisi, pembelajaran bisa berjalan efektif, sehingga
komputer sampai internet. Bahkan, setiap pembelajaran secara single media akan
keluarga dapat dikatakan tidak asing dengan terhindari. Di samping itu, guru harus
komputer. Hal tersebut karena komputer dapat memiliki kemampuan untuk mengubah proses
memberikan kemudahan bagi manusia di belajar dari sekedar memberi informasi ke
semua aspek kehidupan termasuk dalam arah tukar menukar informasi. Peranan guru
bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan, untuk dapat memperlakukan siswa sebagai
teknologi komputer dapat dimanfaatkan untuk subyek belajar yang memiliki kesetaraan satu
membuat media pembelajaran yang interaktif sama lain baik terhadap sesama siswa maupun
berupa multimedia. Perkembangan teknologi terhadap guru, agar pertukaran informasi
komputer memungkinkan penayangan berjalan secara produktif tanpa ada hambatan
informasi grafik, suara dan gambar, teks, secara psikologis. Selanjutnya proses
sehingga memungkinkan dibuatnya media pembelajaran harus memungkinkan siswa
audio visual yang interaktif. Adanya media berpikir kritis dalam mengambil keputusan,
pembelajaran berupa multimedia sehingga akhirnya siswa mampu
memungkinkan proses pembelajaran yang menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
variasi, dinamis, menyenangkan, dan Pada umumnya, hasil pembelajaran
berkualitas. matematika di Indonesia kurang memuaskan,
Paradigma pembelajaran dewasa ini termasuk pembelajaran kalkulus yang memuat
telah bergeser dari pembelajaran tradisional ke materi volum benda putar. Hal ini dapat
pembelajaran baru. Pergeseran pembelajaran terlihat dari hasil NEM (Nilai Ebtanas Murni)
itu dapat dilihat proses belajar yang semakin maupun hasil nilai UAN (Ujian Akhir
berorientasi pada kepentingan peserta didik Nasional) mata pelajaran matematika, dari
dengan meman-faatkan multimedia sebagai tahun ke tahun termasuk kategori rendah.

33
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

Pendapat ini diperkuat Studi The third minat dan motivasi belajar. Pembelajaran
International Mathematic and Science Study Interaktif merupakan salah satu jenis teknologi
Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999 (dalam komunikasi dan informasi yang digunakan
Yaniawati, 2007), menyebutkan bahwa nilai untuk mempermudah proses pembe-lajaran
matematika pada ujian negara pada semua baik guru maupun siswa karena memuat
tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku berbagai media yang berupa gambar, animasi,
pada angka yang rendah. Berdasarkan teks, dan suara. Sesuai dengan kerucut
pengamatan pada umumnya guru dalam pengalaman Dale (dalam Waluya, 2006),
menanamkan suatu konsep menggunakan mengatakan bahwa memori kita 10 %
model ekspositori (konvensional), dimulai dari membaca (teks), 20% mendengar (sound),
menjelaskan materi, memberi contoh, 30% melihat (grafis/foto), 50 % melihat dan
kemudian dilanjutkan dengan latihan soal dari mendengar (video/animasi) yang tercakup
LKS (lembar kerja siswa) atau buku paket, dalam multimedia, masih ditambah lagi 80 %
sehingga dalam menanamkan suatu konsep berbicara dan 80 % berbicara dan melakukan.
pembelajaran guru aktif atau guru sebagai Hal ini menunjukkan bahwa penanaman
pusat pembelajaran dan siswa pasif. konsep akan mudah diterima bagi siswa
Khususnya pada penanaman konsep volum apabila didalam proses belajar melibatkan
benda putar guru hanya menggambarkan siswa secara optimal dengan siswa aktif
benda hasil putar pada bidang datar (papan melakukan kegiatan pembelajaran.
tulis) sehingga siswa kesulitan dalam Pembelajaran matematika volum
mengabtraksikan benda putar yang terjadi ke benda putar dengan strategi konstruktivisme
bentuk nyata. Guru tidak menggunakan dunia yang menekankan keaktifan siswa dalam
nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar proses belajar dibantu dengan media
berpikir kritis dalam memperoleh konsep. pembelajaran berupa CD interaktif, disajikan
Akibatnya, siswa kesulitan dalam memahami animasi, gambar grafis, teks dan suara akan
konsep volum benda putar dan kesulitan membangkitkan motivasi siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan mempelajari konsep volum benda putar.
pengetahuan yang dimiliknya. Hal ini Pembelajaran volum benda putar dengan
menunjukkan bahwa pembelajaran bantuan CD interaktif, memungkinkan siswa
matematika kurang bermakna. sehingga dapat mengetahui keberhasilan hasil
pengertian siswa tentang konsep sangat lemah. belajarnya dengan mengerjakan tes akhir yang
Guru dalam pembelajaran volum benda putar tersedia pada CD pembelajaran serta siswa
di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang dapat memutar kembali penjelasan konsep
telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang volum benda putar yang belum jelas dan
diberikan kesempatan untuk menemukan belum dipahaminya. Untuk itu penulis
kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide mencoba mengembangkan model
matematika. Menurut Soedjadi (2000) pembelajaran matematika volum benda putar
mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak berbasis teknologi dengan strategi
dengan ide-ide matematika dalam pembe- konstruktivisme student active learning
lajaran di kelas penting dilakukan agar berbantuan CD interktif kelas XII.
pembelajaran bermakna. Berdasarkan uraian di atas, rumusan
Kemajuan teknologi dewasa ini masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana
motivasi guru untuk menyampaikan materi mengembangkan model pembelajaran
pembe-lajaran melalui media pembe-lajaran. matematika volum benda putar berbasis
Salah satu jenis media pembelajaran yang teknologi dengan strategi konstruktivisme
mutakhir yaitu komputer, yang dapat student active learning berbantuan CD
digunakan untuk menyampaikan bahan interaktif yang valid, dan efektif? Tulisan ini
pembelajaran secara interaktif dan dapat bertujuan untuk mengembangkan model
mempermudah pembelajaran karena didukung pembelajaran matematika volum benda putar
oleh berbagai aspek: suara, video, animasi, berbasis teknologi dengan strategi
teks, dan grafiks (Rahmat, 2005). Menurut konstruktivisme student active learning
Koesnandar (2003:8), belajar berbantuan berbantuan CD interaktif.
multimedia membuat siswa terlibat dan lebih
aktif belajarnya, membuat komunikasi lebih B. Kajian Teori
efektif, memfasilitasi forum, dan menambah 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

34
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

Belajar dapat didefinisikan sebagai yang aktif dan independen yang memecahkan
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masalah dengan menarik makna dari
untuk memperoleh tingkah laku secara sadar pengalaman dan konteks terjadinya
dari hasil interaksinya dengan lingkungan pengalaman, dan aliran ini dianut oleh Jean
(Slameto, 1991:2). Ratna (1996:21) Piaget. Konstruktivisme sosial dipelopori oleh
mendifinisikan belajar sebagai perubahan Vigotsky lebih bersifat sosial. Aliran ini lebih
perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. menekankan kepada hubungan antara individu
Sedangkan Anderson (2000) menyatakan dan masyarakat dalam mengkonstruksi
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan pengetahuan. Vigotsky lebih lanjut
yang relatif menetap terjadi dalam tingkah menekankan bahwa pentingnya interaksi
laku potensial sebagai hasil dari pengalaman. sosial dengan orang lain yang punya
Dari definisi di atas terlihat bahwa belajar pengetahuan lebih baik. Dengan interaksi itu
adalah suatu usaha untuk mendapatkan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya
perubahan tingkah laku, perubahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki
menetap sebagai hasil dari pengalaman. orang lain yang memiliki pengetahuan lebih
Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar baik. Jadi konstrutivisme pembelajaran adalah
apabila di dalam dirinya disadari telah terjadi suatu pembelajaran yang didasarkan faham
perubahan tingkah laku. Menurut Ausubel, bahwa perolehan pengetahuan berasal dari diri
(Suparno, 1997:53), belajar bermakna adalah siswa sendiri dengan cara membangun
suatu proses belajar dimana informasi baru pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang
dihubungkan dengan sruktur pengertian yang dimilikinya melalui tindakan dan interaksi
sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. dengan lingkungannya. Vigotsky menyatakan
Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba bahwa konsep dasar konstruktivisme adalah
menghubungkan fenomena baru ke dalam scaffolding dan kooperatif. Pembentukan
sruktur pengetahuan mereka. Ini terjadi kelompok kecil dalam pembelajaran
melalui belajar konsep, dan perubahan konsep memungkinkan siswa dapat berinteraksi
yang telah ada, yang akan mengakibatkan dengan yang lain, bertukar pengalaman dan
pertumbuhan dan perubahan struktur konsep membantu mengecek pemahaman tentang
yang telah dipunyai siswa. Teori belajar konsep yang telah dimiliki sebelumnya.
bermakna Ausubel menekankan pentingnya
pelajar mengasosiasikan pengalaman, 3. Student Active Learning
fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam
sistem pengertian yang telah dipunyai. Dengan Student Active Learning atau
demikian diharapkan dalam proses belajar itu pembelajaran siswa aktif, pada dunia
siswa aktif. pendidikan bukan merupakan hal baru di
Indonesia. Pada kurikulum 94 dipopulerkan
2. Pembelajaran Konstruktivisme dengan istilah CBSA (cara belajar siswa
aktif). CBSA merupakan konsekuensi logis
Filsafat konstruktivisme mengatakan dari hakikat belajar. Hampir tak pernah terjadi
bahwa pengetahuan seseorang itu proses belajar tanpa adanya keaktifan siswa
dikonstruksikan oleh siswa sendiri yang belajar. Dengan demikian hakikat CBSA
(Suparno,1996). Perolehan pengetahuan harus pada dasarnya adalah cara atau usaha
melalui tindakan secara aktif dari siswa. Teori mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan
Bruner menyatakan bahwa cara terbaik bagi belajar siswa dalam proses pengajaran.
seseorang untuk memulai belajar konsep dan Menurut Setiawan (2004: 5) keaktifan dalam
prinsip dalam matematika adalah pembelajaran lebih banyak berupa keaktifan
mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip mental meskipun dalam beberapa hal ada juga
yang dipelajari itu. (Bell.1981 :143). yang diwujudkan dengan keaktifan fisik.
Matthews (dalam Suparno, 1997) secara garis Untuk mengetahui terwujudnya cara belajar
besar membagi aliran konstruktivisme menjadi siswa aktif dalam proses belajar mengajar
dua, yaitu konstruktivisme psikologi dan dapat dilihat beberapa indikator cara belajar
konstruktivisme sosiologi. Konstruktivisme siswa aktif. Melalui indikator cara belajar
psi-kologi biasanya juga disebut siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana
konstruktivisme personal lebih menekankan yang muncul dalam suatu proses belajar
bahwa pengetahuan disusun oleh pembelajar mengajar, berdasarkan apa yang dirancang

35
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

oleh guru. Indikator tesebut dapat dilihat dari Strategi yang digunakan pada proses belajar
sudut pandang siswa, guru, program, situasi dengan menggunakan model pembelajaran ini
belajar, dan sarana belajar. adalah strategi konstrukstivesme student
Student active learning pada tulisan active learning yang merupakan modifikasi
ini adalah cara strategi mengajar yang dari Strategi Think Talk Write (TTW) yang
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa dikenalkan oleh Huiker yang terdiri dari tiga
seoptimal mungkin, sehingga mampu unsur think, talk, dan write dan desain
mengubah tingkah laku siswa secara lebih pembelajaran konstruktivis (Constructivist
efektif dan efisien. Kegiatan tersebut antara Learning Design) CLD disusun atas 6 dasar,
lain berupa siswa membangun pengetahuan yaitu situation, grouping, bridge, question,
dengan cara membaca teks, exhibit, dan reflection (Gagnon dan Collay,
menulis/mengerjakan Lembar Kerja Siswa 2000:11). Dari strategi tersebut penulis
(LKS) dan Lembar Tugas Siswa (LTS) yang memodifikasi sehingga menjadi strategi yang
ada pada CD pembelajaran interaktif, maupun mencerminkan konstruktivisme dan
dari guru, melakukan diskusi dengan teman, mencerminkan siswa aktif. Strategi tersebut
melakukan tanya jawab dengan guru, memuat unsur-unsur (Bridge, grouping, think,
menyimpulkan. talk, write, reflection, evaluation). Bridge.
Sebelum memulai pelajaran baru, guru dapat
4. Strategi Konstruktivisme Student menggali pengetahuan siswa sebelumnya,
Active Learning (KSAL) untuk menjembatan antara pengetahuan yang
telah dimiliki siswa sebelumnya dengan
a. Strategi Pembelajaran pelajaran baru yang akan mereka peroleh
Strategi pembelajaran ada-lah selama pembelajaran. Grouping. Grouping
pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam merupakan mengorganisir siswa untuk
suatu sistem pembelajaran, yang berupa menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa
pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk dalam satu grup saling interaksi dalam
mencapai tujuan umum pembelajaran, yang memecahkan suatu masalah. Think. siswa
dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau membaca untuk memahami masalah, diikuti
teori belajar tertentu (Miarso,2004:530). dengan memikirkan penyelesaiannya. Talk.
Menurut Sanjaya (2007 :126), strategi siswa mengkomunikasikan penyelesaiannya.
pembelajaran dapat diartikan sebagai Write. siswa menuliskan hasil pemikirannya
perencanaan yang berisi tentang rangkaian tersebut. Reflection. Refleksi dilakukan untuk
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan memberikan kesempatan kepada siswa dan
pendidikan tertentu. Kemp (dalam Sanjaya, guru untuk berpikir kembali mengenai
2007: 126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
pembelajaran adalah suatu kegiatan menarik simpulan untuk pembelajaran
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan berikutnya. Evaluation. Untuk mengetahui
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai tingkat pemahaman konsep yang dipelajari
secara efektif dan efisien. Jadi strategi diberikan soal dalam bentuk soal permainan
pembelajaran adalah suatu perncanaan dan tes akhir.
kegiatan pembelajaran yang dikukan guru dan
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Pengembangan Model Pembelajaran
dengan Strategi KSAL
b. Strategi Pembelajaran Dalam mengembangkan model
Konstruktivisme Student Active pembelajaran, tulisan ini mengacu pada
Learning model pengembangan Plomp(1997). Menurut
Strategi Pembelajaran Plomp dalam mengembangkan model ada
Konstruktivisme Student Active Learning lima tahapan yang harus dilalui. Kelima
(KSAL) adalah suatu strategi mengajar yang tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa (1) Investigasi Awal (Preliminary
seoptimal mungkin, sehingga mampu Investigation), tahapan ini menganalisis
mengubah tingkah laku siswa secara lebih kebutuhan atau masalah, termasuk dalam
efektif dan efisien dalam mempelajari suatu tahap ini adalah studi literatur yang berkaitan
konsep, membangun pengetahuan berdasarkan dengan permasalahan yang dikaji mencakup:
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. (a) Analisis kebutuhan, (b) Tujuan

36
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

pembelajaran, (c) Analisis topik, dan (d) pembelajaran, sebagai akibat terciptanya
Rencana kegiatan. (2) Perancangan suasana belajar yang dialami langsung oleh
(Design), tahap perancangan ini bertujuan siswa tanpa pengarahan langsung dari
merancang penyelesaian masalah yang telah pengajar (Winataputra,2005). Dampak
diidentifikasi pada tahap investigasi awal. (3) instruksional yang diharapkan dalam
Realisasi (Realization), pada tahap ini disusun pengembangan model ini berupa hasil belajar
perangkat model pembelajaran yang sudah matematika terutama kemampuan kognitif,
dirancang pada tahap dua. (4). Pengujian, yang meningkat. Dampak pengiring adalah
Evaluasi, dan Revisi (Test, Evaluation, and meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
Revision), perangkat yang sudah disusun belajar, kemandirian siswa serta meningkatnya
dievaluasi dengan divalidasi oleh orang yang motivasi siswa dalam belajar.
ahli dibidangnya dan guru, evaluasi ini untuk e. Materi Volum Benda Putar.
mengetahui kelayakan model pembelajaran. Pada tulisan ini penulis memilih materi
Langkah berikutnya adalah mengadakan revisi volum benda putar karena volum benda putar
apabila pada kegiatan evaluasi masih merupakan bentuk bangun ruang hasil
ditemukan hal yang tidak sesuai dengan yang perputaran dari suatu bidang datar yang
diharapkan. (5) Implementasi diputar mengelilingi suatu garis tertentu
(Implementation), hasil revisi sejauh 3600, yang cocok dengan model
diimplementasikan atau diuji coba pada situasi pembelajaran dengan strategi konstruktivisme
yang sesungguhnya. student active learning dengan berbantuan CD
interaktif. Di dalam CD interaktif siswa
d. Deskripsi Rancangan Model ditunjukkan perputaran bidang datar hingga
Pembelajaran terbentuk bangun ruang sehingga siswa dapat
Sebagaimana dikemukan oleh Joyce dan membangun pengetahuan berdasarkan
Weil (Winataputra, 2005) setiap model pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya.
pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagai Hal ini memudahkan siswa memahami konsep
berikut. (1) Sintakmatik, (2) Sistem Sosial, (3) volum benda putar. Volum benda putar yang
Prinsip Reaksi, (4) Sistem Pendukung, dan (5) dipelajari pada CD pembelajaran ini adalah: 1)
Dampak Instruksional dan Pengiring. volum benda putar dari daerah bidang data
Sintakmatik adalah tahap kegiatan dari model yang dibatasi fungsi f(x), sumbu x, garis x = a,
dalam proses pembelajaran. Sintakmatik ini garis x = b yang diputar mengelilingi sumbu x
akan terlihat dalam Rencana Pelaksanaan sejauh 3600. 2) volum benda putar dari daerah
Pembelajaran yang terdiri dari pendahuluan, bidang datar yang dibatasi fungsi f(y) , sumbu
kegiatan inti dan penutup. Sistem sosial ialah y, garis y = a, garis y = b yang diputar
situasi atau suasana dan norma yang berlaku mengelilingi sumbu y sejauh 3600. 3) volum
dalam model. Sistem sosial yang dimaksud benda putar dari daerah bidang datar yang
adalah interaksi antar siswa dalam diskusi dibatasi oleh dua buah kurva f(x),dan g(x),
kelompok dan guru menerapkan konsep dasar sumbu x, garis x = a, garis x = b yang diputar
konstruktivisme dengan membantu siswa yang mengelilingi sumbu X sejauh 3600. 4) volum
mengalami kesulitan. Prinsip Reaksi ialah benda putar dari daerah bidang datar yang
pola kegiatan yang menggambarkan dibatasi oleh dua buah kurva f(y) dan g(y),
bagaimana seharusnya guru melihat dan sumbu y, garis y = a, garis y = b yang diputar
memperlakukan para pelajar, termasuk mengelilingi sumbu Y sejauh 3600. Pada
bagaimana seharusnya pengajar memberikan penanaman konsep volum benda putar dibatasi
respon terhadap mereka. Sistem Pendukung satu kurva disajikan lembar kerja siswa,
adalah segala sarana, bahan, dan alat yang lembar tugas siswa. Demikian juga pada
diperlukan untuk melaksanakan model penanaman konsep volum benda putar dibatasi
pembelajaran. Sarana yang digunakan dalam dua kurva, disajikan lembar kerja siswa,
model pembelajaran ini adalah komputer, CD lembar tugas siswa, soal permainan dan tes
pembelajaran interaktif , LKS, LTS dan soal akhir. Sedang tes akhir berfungsi untuk
latihan. Dampak Instruksional adalah hasil menunjukkan apakah siswa sudah menguasai
belajar yang dicapai langsung dengan cara konsep volum benda putar.
mengarahkan siswa pada tujuan yang
diharapkan dan dampak pengiring adalah
hasil lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses

37
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

C. Pemecahan Masalah 2. Pengembangan Perangkat


1. Pengembangan Model Pembelajaran Pembelajaran

Pengembangan model pembelajaran Perangkat pembelajaran yang


matematika volum benda putar berbasis dikembangkan adalah (1) Rencana
teknologi dengan strategi konstruktivisme Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Lembar
student active learning berbantuan CD Kerja Siswa (LKS), dan (3) Lembar
interaktif mencakup didalamnya adalah Tugas Siswa (LTS). Pengembangan perangkat
pengembangan perangkat pembelajaran, pembelajaran juga mengacu pada model
pengem-bangan media pembelajaran. pengembangan pendidikan umum dari Plomp
Pengembangan model pembe-lajaran mengacu (1997). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada model pengembangan dari Plomp (1977), dalam mengembangkan perangkat
yang terdiri lima tahap yaitu tahap investigasi pembelajaran sebagai berikut. Tahap
awal, tahap perancangan, tahap realisasi, dan Investigasi Awal, dalam tahap ini dilakukan
tahap pengujian, evaluasi dan revisi serta studi leteratur tentang (1) Kurikulum Berbasis
tahap implementasi. Tahap Investigasi Awal, Kompetensi mata pelajaran matematika SMA,
tahap ini dilakukan studi literatur tentang (1) (2) Materi volum benda putar, (3) Kompensi
teori belajar dan pembelajaran, (2) teori yang harus dicapai siswa. (4) Silabus Volum
konstruktivisme, (3) prinsip – prinsip belajar Benda Putar, (5) Strategi Konstruktivisme
aktif, (4) teori pengembangan model Student Active Learning. Tahap
pembelajaran, (5) strategi konstruktivisme Perancangan, pada tahap ini dilakukan
student active learning, dan (6) tujuan kegiatan-kegiatan, (1) Merancang Rencana
pembelajaran. Dengan mengkaji teori tersebut Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Volum
akan mendapat landasan teori yang kokoh Benda Putar yang didalamnya memuat
dalam merancang model pembelajaran. Tahap Strategi Konstruktivisme Student Active
Perancangan, tahap perancangan ini, Learning, (2) Merancang Lembar Kerja Siswa
mengacu pada Joyce and Weil (dalam (LKS) dan Merancang Lembar Tugas Siswa
Winataputra, 2005) yang menyatakan bahwa (LTS), dan Merancang tes pemehaman
setiap model memiliki unsur-unsur: konsep. Tahap Realisasi, pada tahap realisasi
sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, ini dilakukan kegiatan-kegiatan (1) Menyusun
sistem pendukung dan dampak instruksional Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan pengiring. Tahap Realisasi, tahap Volum Benda Putar, (2) menyusun Lembar
realisasi ini dilakukan kegiatan-kegiatan, Kerja Siswa (LKS), (3) menyusun Lembar
menyusun sintakmatik, sistem sosial, prinsip Tugas Siswa (LTS), dan menyusun tes
reaksi, sistem pendukung, dampak pemahaman konsep yang sesuai dengan tahap
instruksional, dampak pengiring materi volum perancangan. 1) Menyusun Rencana
benda putar. Tahap Pengujian, Evaluasi, Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
dan Revisi, berdasarkan hasil pada tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan
realisasi, berikutnya dilakukan uji validasi. Pembelajaran (RPP), terbagi menjadi dua
Uji validasi adalah melakukan perbaikan akhir yakni RPP untuk materi volum benda putar
terhadap model yang dikembangkan. Uji dari suatu daerah bidang datar yang dibatasi
validasi model pembelajaran dilakukan oleh oleh satu kurva dan RPP untuk materi volum
orang yang ahli dibidangnya dan guru. Saran benda putar dari suatu daerah bidang datar
yang diberikan dijadikan dasar untuk merevisi yang dibatasi oleh dua kurva. RPP memuat 1)
hasil pada tahap realisasi, atau pendahuluan, membahas penjelasan tujuan
menyempurnakan model pembelajaran KSAL pembelajaran, pembuatan kelompok,
sehingga diperoleh model sesuai yang penjelasan pengunaan CD interaktif dan
diharapkan. Tahap Implementasi, model apersepsi menggali pengetahuan yang dimiliki
yang telah direvisi langkah berikutnya siswa sebelumnya. 2) kegiatan inti membahas
diimplementasikan atau diujicobakan ke tentang pemahaman konsep, mengerjakan
situasi sesungguhnya yaitu ke kelas, untuk LKS dan LTS yang ada pada CD
mengetahui bahwa model yang dikembangkan pembelajaran, mengerjakan LTS buatan guru
sesuai yang diharapkan. dengan berdiskusi serta mengerjakan soal
permainan. 3) penutup menyimpulkan materi
yang sudah diajarkan dan pemberian tugas. 2)

38
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). semua soal yang diberikan. Bentuk soal tes
Pada model pembelajaran matematika volum akhir adalah obyektif dengan lima pilihan
benda putar ini lembar kerja siswa jawaban. Tahap Pengujian, Evaluasi, dan
dimasukkan pada CD pembelajaran interaktif. Revisi, melakukan tahap pengujian hasil
Lembar Kerja Siswa volum benda putar terdiri realisasi tahap ke tiga, bertujuan untuk
dari lembar kerja siswa untuk volum benda mengetahui apakah perangkat yang disusun
putar dari daerah yang dibatasi satu kurva dan perlu direvisi atau sudah sesuai dengan yang
lembar kerja siswa untuk volum benda putar diharapkan. Untuk itu RPP, LKS, LTS dan
dari daerah yang dibatasi dua kurva. Lembara soal pemahaman konsep perlu divalidasi oleh
kerja siswa volum benda putar pada tulisan yang ahli dibidangnya. Tahap Implementasi.
ini disusun sedemikian rupa sehingga siswa Perangkat yang telah direvisi langkah
secara mandiri dapat menemukan rumus berikutnya diimplementasikan atau digunakan
volum benda putar. 3) Menyusun Lembar pada situasi sesungguhnya yaitu digunakan
Tugas Siswa (LTS). Penyusunan lembar pada proses mengajar ke kelas. Untuk
tugas siswa volum benda putar hampir sama mengetahui apakah model pembelajaran ini
dengan penyususnan lembar kerja siswa. dapat digunakan, dibuat lembar respon siswa
Perbedaaannya pada LTS berupa lembar soal dan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran.
volum benda putar yang dikerjakan siswa
dalam pemahaman konsep volum benda putar. 3. Pengembangan Media Pembelajaran
Pada tulisan ini LTS yang dikembangkan
adalah LTS volum benda putar baik pada Pengembangan media pembelajaran
volum benda putar hasil putaran suatu bidang volum benda putar berbasis teknologi dengan
datar yang dibatasi satu kurva terhadap garis strategi konstruktivisme student active
tertentu maupun volum benda putar hasil learning menggunakan model pengembangan
putaran suatu bidang datar yang dibatasi dua yang dikemukakan oleh Triagarajan, Sammuel
kurva terhadap garis tertentu. LTS pada model dan Sammel (Abba,2000:28-29) yang
pembelajaran ini disusun pada CD interaktif dikenal dengan sebutan four-D model (model
untuk belajar mandiri dan LTS disusun pada 4-D) yang terdiri atas empat tahap, yaitu
lembar kertas untuk pembelajaran kelompok. define (pendefinisian/penetapan), design
4) Menyusun Tes Pemahaman Konsep. Tes (perancangan), develop (pengembangan) dan
pemahaman konsep dalam tulisan ini disseminate (penyebaran).
bertujuan untuk mengetahui apakah siswa Rancangan pengembangan media
sudah memahami konsep volum benda putar pembelajaran matematika volum benda putar
yang dipelajarinya. Tes pemahaman konsep berbasis teknologi dengan strategi
volum benda putar tertetak pada CD konstruktivisme student active learning
pembelajaran interaktif dalam bentuk berbantuan CD interaktif dapat digambarkan
kuis/permainan dan tes akhir. Dalam tulisan dengan diagram alur seperti pada Gambar 1
ini siswa dinyatakan telah memahami konsep berikut ini.
apabila dalam mengerjakan tes akhir siswa
dapat menjawab dengan benar 65% dari

39
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

Analisis kebutuhan Pembuatan


peta materi

Tujuan instruksional Perumusan alat


pengukur
keberhasilan Revisi
?
Pemilihan Topik
Pembuatan
GBIPM

Validasi Materi
Pembuatan
diagram alur Naskah
siap
Penulisan Naskah diproduks

Revisi 1 Validasi Media


Validasi Materi

Uji Coba lapangan

Penyebaran
Revisi 2

Gambar 1: Diagram alur pengembangan media pembelajaran


Diadopsi dari Rudiyanto (2008)

a. Tahap Penetapan prestasi yang rendah, kesulitan guru dalam


Tahap penetapan media pendidikan menyampaikan materi, kurangnya bahan
menurut Arief dkk (2006:99) adalah sebagai ajar dan sebagainya. Jika informasi tentang
berikut: 1) menganalisis kebutuhan 2) tersebut diatas sudah diketahui, maka
merumusan tujuan instruksional, 3) implikasi terhadap rancangan bahan ajar
pemilihan topik 4) pembuatan peta materi dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat
yaitu merumuskan butir-butir materi secara segera dikembangkan.
terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan, 5) mengembangkan alat pengukur 2) Perumusan Tujuan Instruksional
keberhasilan. Dalam proses belajar mengajar,
tujuan instruksional merupakan faktor yang
1) Analisis Kebutuhan sangat penting. Tujuan yang diharapkan
Kebutuhan adalah kesenjangan akan tercapai apabila tujuan instruksional
antara kemampuan, ketrampilan, dan sikap berorientasi pada siswa dan tujuan tidak
siswa yang kita inginkan dengan menyatakan apa yang harus dilakukan guru,
kemampuan, ketrampilan, dan sikap siswa melainkan perilaku siswa.
yang mereka miliki sekarang. (Arief dkk,
2006: 100), lebih lanjut dikatakan bahwa 3) Analisis Topik
jika kita membuat prugram media tentu saja Analisis topik digunakan untuk
kita berharap program yang kita buat itu mengidentifikasi bagian-bagian utama yang
akan digunakan atau dimanfaatkan oleh akan diajarkan dan menyusunnya secara
siswa. Program tersebut akan digunakan sistematis. Topik yang akan dibahas dalam
kalau program itu memang mereka tulisan ini meliputi materi volum benda
butuhkan. Program media yang baik adalah putar dari suatu benda datar yang dibatasi
media yang dapat menjawab kebutuhan dari oleh suatu kurva yang diputar mengelilingi
pemakai. Kebutuhan biasanya diketahui dari sumbu x atau sumbu y sejauh 3600.
adanya masalah misalnya materi apa yang
bagi siswa masih kesulitan untuk dipahami, 4) Perumusan Peta Materi

40
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

Perumusan peta materi pada Instruksional Interaktif, dan digunakan


dasarnya adalah menentukan jabaran materi untuk (1) menetapkan struktur materi
atau istilahkan peta konsep. Penentuan peta pembelajaran, (2) Menterjemahkan
konsep merupakan langkah awal sebelum spesifikasi materi pembelajaran dan (3)
menulis naskah atau bahan ajar, karena visualisasi alur pembelajaran dalam citra
dengan membuat peta konsep berarti penulis yang kongkrit.
naskah menentukan urutan-urutan pokok
bahasan atau membagi materi sub pokok 3) Penulisan Naskah
bahasan bagian yang paling kecil sehingga Berdasarkan GBIPM yang telah
akan memudahkan menulis naskah disusun, dapat ditulis naskah pembelajaran
pembelajaran. yang berisi materi volum benda putar,
lembar kerja siswa dan lembar tugas siswa
5) Perumusan Alat Pengukur yang diprogram interaktif yakni siswa
Keberhasilan mengkonstruksi pengetahuannya dengan
Dalam setiap kegiatan instruksional menjawab setiap pertanyaan yang ada.
perlu dikaji apakah tujuan instruksional Penulisan naskah dimulai dengan membuat
dapat dicapai atau tidak pada akhir kegiatan diagram alur yang bertujuan untuk
instruksional. Untuk itu perlu alat yang mengarahkan siswa mencapai tujuan
digunakan untuk mengukur tingkat pembelajaran yang dikehendaki. Naskah
keberhasilan siswa. Alat pengukur pembelajaran ditulis dalam format naskah
keberhasilan siswa ini perlu dirancang yang berisi tentang: judul, nama frame, no
sebelum naskah program media ditulis atau frame, no. halaman, keterangan tampilan,
sebelum kegiatan belajar mengajar keterangan animasi/video dan kolom
dilaksanakan. Alat ini berupa lembar kerja narasi/audio. Agar pembelajaran sesuai
siswa (LKS), lembar tugas siswa (LTS) dan dengan strategi konstruktivisme, maka
tes. dibuat pertanyaan pancingan agar siswa
dapat membangun pengetahuan berdasrkan
b. Tahap Perancangan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Setelah menganalisa kebutuhan Pertanyaan tersebut diletakkan pada kolom
yang diperlukan siswa, maka langkah tampilan teks/gambar.
selanjutnya adalah tahap perancangan yaitu
merancang media pembelajaran yang sesuai 4) Pelaksanaan Produksi
dengan kebutuhan siswa. Pada tahap Setelah naskah selesai ditulis, dilanjutkan
perancangan ini terdiri dari: 1) pembuatan dengan kegiatan produksi. Kegiatan
Garis-garis Besar Isi Program Media produksi mencakup pembuatan rancangan
(GBIPM), 2) pembuatan diagram alur, 3) tampilan, pemrograman, pembuatan
penulisan naskah, 4) pelaksanaan produksi. gambar, pembuatan animasi, pemotretan,
pengetikan teks, pengisian suara dan
1) Penyusunan Garis Besar Isi Program pengisian musik. Setelah pemrograman
Media (GBIPM) cukup lengkap, dilakukan tes dan preview.
Sebelum penulisan naskah maka Tes dan preview dilakukan orang lain agar
dibuat terlebih dahulu GBIPM. GBIPM mendapatkan masukan. Berdasarkan
merupakan singkatan dari Garis-garis Besar masukan tersebut dilakukan revisi dan
Isi Program Media. GBIPM memuat: (1) pemrograman lanjutan. Preview dan revisi
Kompetensi Dasar, (2) Indikator pencapaian dapat dilakukan berulang-ulang sesuai
Hasil Belajar, (3) Pokok- pokok materi, (4) dengan kebutuhan sampai didapatkan hasil
latihan, tes dan (5) judul. yang memuaskan.

2) Pembuatan Diagram Alur (Flowchart)


Setelah pembuatan GBIPM dan c. Tahap Pengembangan
jabaran materi selesai kemudian dilanjutkan Setelah produksi media dalam
pembuatan diagram alur (Flow chart). bentuk CD interaktif selesai, maka
Menurut Rusjdy (2005), Flow chart dilanjutkan dengan tahap pengembangan
merupakan diagram yang menggambarkan yang meliputi:
lay-out dari sebuah program Multimedia

41
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

1) Validasi Media dan Materi


Pembelajaran D. Penutup
Media pembelajaran yang sudah 1. Simpulan
dipoduksi divalidasi melalui konsultasi dan Pengembangan model pembelajaran
tes yang dilakukan dengan ahli media, ahli matematika volum benda putar berbasis
materi, guru dan siswa yang digunakan teknologi dengan strategi konstruktivisme
untuk kepentingan revisi. Cara validasi student active learning, memiliki unsur-
adalah validator diberi CD pembelajaran unsur sintakmatik yang tercermin dalam
interaktif untuk dipelajari, kemudian RPP memuat strategi KSAL yang
disuruh mengisi angket penilaian terhadap merupakan modifikasi model TTW dan
unsur media yang terdiri dari: grafis, model CLD, yaitu bridge, grouping, think,
animasi, pemrograman, suara, video, dan talk, write, reflection, and evaluation.
unsur rmateri yang terdiri dari: kedalaman, Model KSAL berorientasi kepada siswa
runtutan materi, kesesuaian media dan dengan penekanan pada keaktifan siswa dan
materi, tingkat kesukaran soal pada kuis menempatkan guru sebagai fasilisator.
atau tes akhir dan metode pembelajaran Penerapan scaffolding yaitu memberikan
yang terdapat didalamnya. Selaian itu sejumlah bantuan kepada siswa selama
validator melakukan tes yang berupa tes tahap-tahap awal pembelajaran dan
fungsi, tes kehandalan. Tes fungsi untuk kemudian mengurangi bantuan tersebut
mengetahui fungsi tidaknya tombol-tombol berangsur-angsur hingga siswa dapat
yang digunakan. Tes kehandalan untuk memecahkan masalah dengan mandiri,
menguji kemampuan dan kecepatan meningkatkan keaktifan siswa dalam
software merespon berbagai kemungkinan mempelajari konsep volum benda putar,
respon oleh pengguna. siswa lebih mandiri dan berpikir kritis.

2) Ujicoba dan Revisi 2. Saran


Dari hasil validasi maka dilakukan Dalam penggunaan model KSAL
revisi terhadap media pembelajaran. Setelah perlu diberikan petunjuk penggunaan CD
revisi dilakukan ujicoba lapangan kepada interaktif dengan jelas, pembagian
siswa sebagai penggunanya. Ujicoba ini kelompok disarankan merata (heterogen),
bertujuan untuk memperbaiki produk. Cara presentasi kelompok perlu dilaksankan agar
menguji coba adalah siswa diberi CD siswa pada kelompok bawah lebih mudah
pembelajaran interaktif untuk dipelajari, memahami materi volum benda putar.
kemudian siswa disuruh mengisi angket Setelah pelaksanaan diskusi dalam
penilaian terhadap media pembelajaran mengerjakan lembar tugas siswa dari guru,
apakah media yang dibuat sudah sesuai sebaiknya guru memantau kerjasama
dengan yang diharapkan. kelompok serta diadakan presentasi untuk
mengetahui keterlibatan siswa baik
d. Tahap Penyebaran kelompok atas, menengah dan bawah dalam
Pada tahap ini media proses pembelajaran. Para guru dapat
pembelajaran yang sudah direvisi sesuai mengembangkan model pembelajaran yang
yang diharapkan dapat disebarkan untuk serupa untuk materi yang lain.
digunakan sebagai media pembelajaran
volum benda putar.

DAFTAR PUSTAKA

Abba, N, 2000. Pengembangan Perangkat pembelajaran Matematika berorientasi Model


Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based-Instruction). Surabaya Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

Anderson, J. R, 2000. Learning and Memory, New York John Willey;Sons, Inc.

Arief, S, Rahardjo R, Anung, H,dan Rahardjito, 2006. Media Pendidikan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

42
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

Bell, H. 1991. Teaching and Learning Matematics (In Secondary School). Iowa:Wm C. Brown
Company.

Gagnon, W. G dan Collay, M. 2000. Designing for Learning. Six Elements in Construktivist
Classroom. California: Corwin Press, Inc.

Kemp, J.E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Terjemahan Asril Marjohan. Bandung: ITB.

Koesnandar, A, 2003. Prinsip-prinsip Penulisan program multimedia. Jakarta Pusat Teknologi


dan informasi Pendidikan Depdiknas.

Miarso, Y,2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta Prenada Media.

Nana S, dan Rivai,A.2001. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.

Plomp, T, 1997. Educational and Training System Design. Enschede, The Netherlands:
Univercity of Twente.
Rachmat, A, 2005. Pengantar Multimedia. http://lecturer.
ukdw.ac.id/anton/download/multimedia1.pdf.ac (diakses 15-02-2007)

Ratna W, 1996. Teori-teori Belajar. Penerbit Erlangga. Jakarta

Rusjdy,S.2005. Flowchart dan Alur Penyajian, Makalah disampaikan pada pembekalan


pembuatan naskah Multi Media, Semarang: BPM Semarang.

Rudiyanto, MS, 2008. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Volum Benda Putar
Bernuansa Konstruktivisme berbasis Multimedia Komputer dalam CD Interaktif. Makalah
diseminar nasionalkan Pascasarjana UNNES. 16 Januari 2008.

Sanjaya, 2007. Strategi pembelajaran berorientasi stándar proses pendidikan, Jakarata: Kencana
Prenada Media Group

Seels B,1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan kawasannya. Jakarta, Lembaga


Pengembangan Teknologi Kinerja (LPTK).

Setiadi A, 1999. Teknik Evaluasi Pendidikan, Makalah disampaikan pada bintek guru SMA Jawa
tengah, Proyek peningkatan mutu SMU Jawa Tengah.

Setiawan, 2004, Pembelajaran Trigonometri berorientasi Pakem di SMA, Yogyakarta:PPPG.

Slameto,1991, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta:Rineka Cipta

Soedjadi, 2000. Nuansa Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia. Dalam majalah Ilmiah
Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konperensi Nasional Matematika X ITB, 17-20
Juli 2000.

Sortha S. 2006. Efektifitas Media Pendidikan Berbasis Komputer dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Mahasiswa pada Praktikum Biokimia. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain. I/2:73-
78

Suparno,P. 1996. Konstruktivisme Dalam Pendidikan Sains dan Matematika, Article from
Journal-ilmiah nasional-terakreditasi DIKTI. Dalam koleksi: Widya Dharma: Majalah Ilmiah
Kependidikan. 7/1,131-146

43
M.S. Rudiyanto dan S.B. Waluya. Pengembangan Model Pembelajaran

Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Surya M. 2004. Psikologi Pembelajaran & Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Suyanto, 2007. Tantangan Profesional guru di era global. Makalah disampaikan dalam rangka
Dies Natalis ke 43 Universitas Negeri Yokyakarta.

Waluya, S. B. 2006, Multimedia Pembelajaran, Penelitian disampaikan pada perkuliahan


Multimedia Pembelajaran Matematika, Semarang: UNNES Semarang.

Winataputra, U.S, 2005. Model-model Pembelajaran Inovatif, Pusat antar Universitas Untuk
Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Intruksional, Universitas terbuka. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Yaniawati P,2007, Mengajar (menyenangi) Matematika, Wikipedia Indonesia,


http://www.fi.uu.nl/indespublicaties/3124.pdf. diakses 11 Maret 2007

______2004, Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional SMA/MA, Semarang. Dinas
Pendidikan kota Semarang.

______ 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 20 tahun 2005, Jakarta. Depdiknas

44

Anda mungkin juga menyukai