Abortus Inkomplitus
Abortus Inkomplitus
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tanda-tanda pasti
1) Terdengarnya detak jantung anak. Ini menjadi tanda pasti karena dengan adanya detak
jantung, pasti ada individu lain dalam tubuh ibu, dan individu itu hidup. Terdengarnya detak
jantung anak ini biasanya mulai kehamilan 18 minggu sampai 20 minggu.
2) Teraba bagian-bagian anak. Ini didapatkan waktu mengadakan palpasi, perabaan ini mulai
kehamilan 20 minggu. Bagian-bagian anak yang dapat diraba itu ialah : kepala anak, pantat,
punggung dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan tangan.
3) Pergerakan anak, ini terdapat pada kehamilan antara 18-20 minggu. Pergerakan anak ini
dapat dirasakan oleh ibu sendiri, waktu mengadakan palpasi, atau waktu mendengar detik
jantung anak. Bila kehamilan sudah besar pergerakan itu dapat dilihat dari luar.
4) Pemeriksaan roentgen. Dalam pemeriksaan roentgen akan terlihat kerangka anak.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setelah kehamilan 16 minggu.
3. Perubahan Fisiologi yang terjadi pada wanita hamil (Wiknjosastro, H, 2007, Hal 89-
98)
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan
progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh
hipertrofi otot polos uterus; disamping serabut-serabut kalogen yang adapun menjadi
higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti
pertumbuhan janin. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah alpokat,
agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya, pada akhir
kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur.
Tafsiran pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
1). Uterus pada wanita tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam
2). Kehamilan 8 minggu, sebesar telur bebek
3). Kehamilan 12 minggu, sebesar telur angsa, TFU tiga jari diatas simfisis.
4). Kehamilan 16 minggu, sebesar kepala bayi atau sebesar tinju orang dewasa. TFU
pertengahan simfisis dengan pusat.
5). Kehamilan 20 minggu, tiga jari bawah pusat
6). Kehamilan 24 minggu, TFU berada tepat dipinggir atas pusat
7). Kehamilan 28 minggu, TFU terletak kira-kira 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara
pusat ke prosessus xipodeus
8). Kehamilan 32 minggu, TFU terletak di antara setengah jarak pusat dan prosessus
xipodeus.
9). Kehamilan 36 minggu, TFU terletak kira-kira 1 jari di bawah prosessus xipodeus.
10). Kehamilan 40 minggu, TFU kira-kira 3 jari di bawah prosessus xipodeus.
b. Seviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrongen .Jika
korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot ,maka serviks lebih banyak mengandung
jaringan ikat,hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung
kolangen. Akibat kadar ekstrogen meningkat, dan dengan adanya hypervaskularisasi maka
konsistensi serviks menjadi lunak.
c. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya
hypervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan
(livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Warna porsiopun tampak levide. Pembuluh-
pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia tersebut meningkat.
d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya
plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-
kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah dikemukakan,
korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini
diambil alih oleh plasenta.
e. Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen dan
progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu.
Estrogen menimbulkan hypertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel
asinus pada mamma. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula
dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktabumin
dan laktoglobulin. Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk laktasi. Disamping ini
dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotrofin, terbentuk lemak disekitar
kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar.
Papilla mamma akan membesar, lebih tegak, tampak lebih hitam, seperti seluruh aerola
mamma karena hyperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol
dipermukaan aerola mamma. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar
cairan berwana putih agak jernih, disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-
kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan
warnanya agak kuning. Postpartum dengan dilahirkannya plasenta pengaruh estrogen,
progesteron, dan somatomammotropin terhadap hipotalamus hilang, sehingga prolaktin dapat
dikeluarkan dan laktasi terjadi.
f. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus
yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang besar pula, mamma dan alat lain-
lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu dalam
kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25 %, dengan puncak kehamilan 32 minggu,
diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30%. Akibat hemodilusi
tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit
jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.
g. Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2.
disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
kehamilan 32 minggu. Sebagai konpensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% (Manuaba, I. B. G. 1998. Hal
109).
h. Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua terjadi
gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh. Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar
sehingga pembentukan air senipun akan bertambah,. Filtrasi pada glomerolus bertambah
sekitar 69%-70%. Pada kehamilan ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya
pembentukan urin, terutama pada kateter kanan karena peristaltic ureter terhambat karena
pengaruh progesteron, tekanan rahim yang membesar dan terjadi perputaran kekanan, dan
terdapat kolon dan sigmoid disebelah kiri yang menyebabkan perputaran rahim kekanan.
Tekanan rahim pada ureter kanan dapat menyebabkan infeksi pielonefritis (Manuaba, I. B. G.
1998. Hal 110).
i. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hyperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini
disebabkan oleh pengaruh Melanophore stimulatin hormon (MSH) yang meningkat. MSH ini
adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang
terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung dikenal sebagai kloasma gravidarum.
Di daerah leher sering terdapat hyperpigmentasi yang sama, juga didaerah aerolamamma.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit
perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut
striae livide. Setelah partus, striae livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut
striae albicantes. Pada seorang multigravida sering tampak striae levide bersama dengan
striae albicantes.
j. Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan
ASI. Adapun perubahan lain pada metabolisme adalah :
1) Metabolisme basal naik 15-20% terutama pada trimester ketiga
2) Kesinambungan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq perliter menjadi 145 mEq
perliter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, perkembangan organ kehamilan dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan
protein tinggi sekitar ½ gram /kg berat badan atau sebutir telur ayam.
4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein
5) Kebutuhan mineral untuk ibu hamil :
a) Kalsium 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pembentukan tulang janin
b) Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari
c) Zat besi 800 mg atau 30-50 mg perhari
d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air
e) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5-16,5 kg selama hamil.
k. Endokrinologi Kehamilan (Wiknjosastro, H, 2007, Hal 95-96)
Dari segi endokrinologi, maka kehamilan dibagi menjadi tiga masa, yaitu :
1) Kehamilan muda
Masa ini di tandai oleh pembentukan hCG dari sel-sel trofoblas dan perubahan korpus luteum
menjadi korpus luteum graviditatis. Korpus luteum graviditatis memproduksi estrogen dan
progesterone.
2) Kehamilan petengahan triulan pertama
Pada masa ini produksi hCG yang semula meningkat mulai menurun. Estrogen dan
progesterone tidak dihasilkan lagi oleh korpus luteum graviditatis, melainkan oleh plasenta.
3) Kehamilan triulan kedua dan ketiga
Pada masa ini plasenta menghasilkan hormone steroid seks dalam jumlah yang sangat besar.
Selain itu terjadi pula peningkatan sekresi hormone PRL dari hipofisis anterior. Plasenta juga
membentuk human chorionic somammotropin (hCS), human plasenta lactogen (hPL), atau
human chorionic thyrotropin (hCt).
Pembentukan hCG meningkat pada awal kehamilan dan mencapai puncaknya pada hari ke 50
hingga hari ke 80 kehamilan.
B. Konsep Dasar Abortus
1. Pengertian Abortus
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil dilaporkan dapat hidup diluar
kandungan memiliki berat badan lahir 297 gram tetapi jarangnya janin yang di lahirkan
dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu
(Winkjosastro. H, 2007, Hal 302).
Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi abortus menurut beberapa pendapat antara lain:
a. Abortus
Abortus merupakan kehamilan yang berakhir sebelum periode viabilitas janin, yaitu yang
berakhir sebelum berat janin 500 gram. Bila berat badan tidak diketahui, maka perkiraan
lama kehamilan kurang dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari hari pertama haid
terakhir normal yang dapat dipakai.(Kegawatdaruratan Obstetric Dan Ginekologi, Ben-Zion
Taber, M.D: 1994, hal 56).
b. Abortus
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, karena devinisi viabilitas
berbeda-beda diberbagai Negara , WHO merekomendasikan bahwa janin viable apabila masa
gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
(Dasar-Dasar Obsteri Dan Ginekologi, Jones :2001, hal 96).
c. Abortus
Abortus adalah meninggalnya jann sebelum usia kehamilan ke-24.(kehamilan dan
melahirkan, Mary Nolan: 2003, hal 16).
d. Abortus
1) Abortus merupakan berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan (Saifuddin., A. B, dalam buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, 2006).
2) Menurut Wong & Ferry (1998), abortus adalah terminasi dari kehamilan sebelum viabilitas
fetus tercapai (20-40 minggu) dengan berat fetus 500 gram.
(Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehanmilan, Maryunani, Anik : 2009, hal 14-15).
e. Abortus
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu hidup
di luar rahim (belum viable);dengan criteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin
<500 gram.(Obstetric dan Ginekologi, dr. Crisdiono M. Achadiat, SpOG, 2004, hal 26).
Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa abortus adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan umur kehamilan < 20
minggu atau berat badan < 500 gram.
7. Gejala Abortus Inkomplit dan Penanganannya (Maryunani, Anik, 2009, hal 23)
a. Tanda dan gejala abortus inkomplit sebagai berikut:
• perdarahan bias sedikit bias banyak dan bis terdapat bekuan darah .
• rasa mules(kontraks)i tanbah hebat.
• Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
• Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
• Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok.
b. Penanganan umum
a) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
b) Periksa tanda-tanda syok (pucat dan berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang
dari 90 mmHg, nadi lebih 112 x/ menit).
c) Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda
syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai
kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
d) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih besar), berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama).
c. Penanganan abortus incomplit .
a) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan
sepsis).
b) Bila perdarahan tidak banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi
secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
c) Bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg / IM atau Misoprostol 400 gram/oral.
d) Bila perdarahan banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi sisa hasil
konsepsi dengan :
e) Aspirasi vakum manual (AVM)
Merupakan metode evakuasi yang dipilih. Jika aspirasi vakum tidak tersedia evakuasi
dilakukan dengan kuret tajam.
f) Bila evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg/IM (diulangi setiap
menit jika perlu) atau misorostol 400 gram/oral (dapat diulangi setelah 4 jam atau jika perlu)
g) Kehamilan lebih dan 16 minggu :
(1) Infus oksitoksin 20 unit dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik/Ringer Laktat) dengan
kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
(2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg/vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (maksimal 800 mg)
(3) Evakuasi sisa konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
h) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2 gram/IM atau
sefuroksim 1 gram oral).
i) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.
j) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2 minggu (anemia
sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
8. Prosedur Kerja
a Pengeluaran sisa jaringan secara digital
Tindakan ini dilakukan untuk menolong penderita di tempat-tempat yang tidak ada fasilitas
kuretase, sekurang-kurangnya untuk menghentikan pendarahan. Hal ini sering dilakukan pada
keguguran yang sedang berlangsung (abortus insipiens) dan abortus inkompletus.
Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri
yang dapat dilalui oleh satu jari longgar dan vacum uteri cukup luas. Karena manipulasi ini,
akan menimbulkan rasa nyeri maka sebaiknya dilakukan dalam narkosa umum intravena
(katalar) atau anastesi blok pars servikal.
Caranya adalah dengan dua tangan (bimanual); jari telunjuk dengan jari tengah tangan kanan
dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk mengeluarkan hasil konsepsi, sedangkan tangan kiri
menekan korpus uteri sebagai fiksasi. Dengan kedua jari tangan kikislah hasil konsepsi
sebanyak mungkin atau sebersihnya.
b. Pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase atau kerokan (Saifuddin. A.B., 2001, Hal 441).
Prosedur kerja kuretase adalah suatu rangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada
dinding cavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret).
Sendok kuret akan melepas jaringan tersebut dengan tehnik pengerokan secara sistematis.
1) Prosedur kerja kuretase terdiri atas :
a) Persetujuan tindakan medik (informat counsent)
b) Persiapan pasien :
(1) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi
(2) Cairan dan slang infus sudah terpasang, perut bagian bawah dan lipatan paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
(3) Uji fungsi kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
(4) Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
(5) Medikamentosa :
(a) Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCL 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg
BB).
(b) Sedativa (diazepam 10 mg)
(c) Atropiny sulfas 0,25 – 0,50 mg/ml
(d) Oksitoksin 1 amp dan ergometrin 1 amp
(6) Larutan bethadine
(7) Oksigen dengan regulator
(8) Instrument :
(a) Speculum sims 2 buah
(b) Cunam tampong 1 buah
(c) Cunam peluru atau tenakulum 1 buah
(d) Sonde uterus 1 buah
(e) Dilatator 1 set
(f) Kuret tajam 1 buah dan kuret tumpul 1 buah
(g) Klem ovum (penster) 1 buah lurus dan lengkung 1 buah
(h) Sendok kuret 1 set
(i) Kateter karet 1 buah
(j) Spoit 3 cc sekali pakai 2 buah
(k) Kain kasa dan kapas steril
(l) Doek steril 2 buah
(m) Mangkok logam 2 buah
(n) Ember penampung darah dan jaringan 1 buah
(o) Ember yang berisikan larutan klorin 0,5 %
(p) Lampu sorot 1 buah
c) Penolong (operator dan asisten)
(1) Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung.
(2) Sarung tangan DTT/steril 2 pasang
(3) Alas kaki (sepatu/bot karet) 2 pasang
2) Tindakan :
a) Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik (dokter Obgyn)
b) Lakukan kateterisasi kandung kemih
c) Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan serviks, besar, arah dan
konsistensi uterus.
d) Bersihkan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin 0,5 %.
e) Pakai sarung tagan DTT / steril yang baru
f) Satu tangan masukkan speculum sim’s / L secara vertikal kedalam vagina setelah itu putar
kebawah sehingga posisi bilah menjadi transversal.
g) Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya.
h) Dengan sedikit menarik spekulum bawah hingga (lumen vagina tampak jelas) masukkan
bilah speculum secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas terlihat serviks.
i) Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.
j) Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas antiseptik yang dijepit dengan
cunam tampon). Tentukan bagian serviks yang akan dijepit (jam 11.00 dan 13.00).
k) Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan.
l) Setelah penjepitan terpasang dengan baik, keluarkan spekulum atas.
m) Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan sonde uterus. Pegang
gagang tenakulum, masukkan klem ovum yang sesuai dengan pembukaan serviks hingga
mengentuh fundus.
n) Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung sendok kuret
melalui kanalis servikalis kedalam uterus hingga menyentuh fundus uteri.
o) Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersih.
p) Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina bagian
belakang.
q) Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
r) Lepaskan spekulum bagian bawah.
s) Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium patologi
t) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
3) Pasca tindakan :
(a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan apabila terjadi
kelainan/komplikasi.
(b) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan (dokter) didalam kolom yang tersedia.
(c) Lanjutkan pengobatan dan pemantapan kondisi pasien.
7 langkah menurut Varney (1997) 5 langkah menurut Kompetensi Bidan (2000) SOAP
Langkah 1 :
Pengumpulan data Langkah 1 :
Pengumpulan data
Data Subyektif
Data Obyektif
Langkah 2 :
Diagnosis/masalah Langkah 2 :
Assessment/diagnosis
Assessment/Diagnosis
Langkah 3 :
Antisipasi diagnosis masalah potensial
Langkah 4 :
Pertimbangan perlunya konsultasi/rujukan
Langkah 3 :
Rencana tindakan
1. Konsultasi/rujuk
2. Pemeriksaan diagnostic/ laboratorium
3. Pemberian pengobatan
4. Pendidikan kesehatan dan konseling kesehatan
5. Follow up pemeriksaan
Langkah 5 :
Rencana tindakan
Langkah 6 :
Implementasi Langkah 4 :
Implementasi
Langkah 7 :
Evaluasi Langkah 5 :
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, 2005, Obstetri Williams, Edisi 21. EGC. Jakarta
8. Rustam Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II. Cetakan I. EGC. Jakarta..
9. Sastra Winata S, 2004, Obstetric Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi II.
Cetakan I.EGC. Jakarta.
10. Simatupang Erna Juliana, 2006, Penerapan Unsur-Unsur Manajemen, Awan Indah.
Jakarta.
11. Soepardan Suryani, 2007, Konsep Kebidanan,Eka Annisa Mardella. EGC. Jakarta.
12. Sujiatini, 2009, Asuhan Patologi Kebidanan, Cetakan I. Nuha Medika. Yogjakarta.
13. Syaifuddin A.B, 2004, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Edisi I. Cetakan VI. YBP-SP. Jakarta.
16. Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP.
Jakarta.
17. Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina
Pustaka. Jakarta.