Oleh
Kelompok 3
FADLY GHOZALI (150332605179)**
FAHMI ASRORI (150332603391)
FARIDA AISYAH (150332600347)
B. TUJUAN
Memahami proses penukaran ion yang terjadi pada resin penukar kation
dan menentukan jumlah garam terlarut yang dipertukarkan melalui titrasi
C. DASAR TEORI
Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di
dalam larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik
dengan yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner
tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya
mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme
pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan
negatif seperti gugus sulfonat (-SO3-), maka akan dapat berfungsi sebagai
penukar kation. Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai
gugus amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat berfungsi sebagai
penukar anion. Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan
molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik anion maupun kation.
Resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon
terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta
gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat
dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai karakteristik yang
berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung
(swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya
dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu,
memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau
demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan
kromatografi penukar ion
Resin pemisah ion yang biasa dipakai pada kromatografi modern sudah
mempunyai ukuran yang lebih kecil, akan tetapi kelebihannya memiliki
kapasitas yang rendah di banding pada model kromatografi sebelumnya.
Paking material kolom yang baik, dianggap bisa memberikan bentuk puncak
yang baik atau tidak broading peak dan tailing peak. Bentuk puncak yang
baik bisa seperti lancip berdiri tegak. Dengan sejumlah alasan di atas,
pemisahan anion dan kation sekarang ini bisa berjalan sukses walau masih
menyisakan sedikit perbedaan dalam waktu retensi dari ion sampel.
Jika suatu kolom kromatografi diisi dengan resin penukar kation bergugus
fungsi sulfonat, maka kontra ion H+ dapat dipertukarkan dengan kation lain
(misal ion A+) yang terdapat dalam larutan. Efektif tidaknya pertukaran ini
akan berlangsung pada kesetimbangan pertukaran yang terjadi. Larutan
elektrolit AX jika dialirkan kedalam kolom akan membentuk pita pertukaran.
Pada bagian awal dari kolomnya terdapat ion A+ sedangkan bagian lainnya
hanya akan ada ion H+. Kesetimbangan yang terjadi dapat dituliskan sebagai
berikut :
Res-SO3H + A+ → Res-SO3A + H+
Dalam percobaan ini, sejumlah ion Cu2+ dalam larutan CuSO4 encer akan
ditentukan melalui pertukaran kation dan titrasi. Resin penukar ion yang
digunakan mempunyai gugus aktif H+, pertukaran ion dalam resin dengan ion
Cu2+ dalam larutan terjadi secara stoikiometri. Elutan (eluat) selanjutnya
dititrasi dengan larutan standar NaOH.
E. PROSEDUR KERJA
1. Diisi kolom dengan resin penukar kation, setinggi 7 cm. Dicuci kolom
dengan 25 mL aquades.
2. Eluat yang keluar ditampung dalam erlenmeyer yang telah berisi beberapa
tetes (3 tetes) indikator MO.
3. Dipastikan bahwa eluat netral, yang ditunjukkan dengan warna MO pada
pH mendekati netral. Eluat ini dibuang.
4. 10 ml larutan CuSO4 0,1M dituangkan perlahan-lahan pada kolom resin
5. Cairan dalam kolom harus 1 cm di atas resin, supaya reain tidak kering.
akuades. Perubahan warna yang terjadi dicatat saat eluat terkumpul dalam
erlenmeyer
7. Saat sampel hampir masuk ke dalam kolom, elusi mulai dilakukan dengan
yang sama
8. Eluat dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N hingga terjadi perubahan warna
9. Kolom diregenerasi dengan menambahkan 10 mL HCL 2 M. Dilanjutkan
F. ANALISA PROSEDUR
dalam erlenmeyer yang telah diketahui kapan larutan atau eluat tersebut
berisi 3 tetes indicator MO bersifat netral. Eluat harus netral agar resin
resin.
3 Cairan dalam kolom harus 1 cm Bertujuan agar resin tidak kering, apabila
6 Kolom diisi dengan akuades dan Pengisian akuades bertujuan agar resin
G. DATA PENGAMATAN
netral
kuning
= 159,65 mg
2. Titrasi
1
= 2
𝑥 16,3 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑀 𝑥 63,55
= 51,79325 mg
63,55
= x 159, 65 mg
159,65
= 63,55 mg
= 63,55 mg – 51,79325 mg
= 11,756 mg
I. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini digunakan resin penukar kation dimana larutan yang
kolom, dilakukan dengan menambahkan larutan HCL 2M. Ketika larutan HCl
2M dialirkan ke kolom resin maka ion-ion H⁺ akan terikat pada resin penukar
ion. Saat pengerjaan ini larutan HCl dijaga 1 cm tetap berada di atas resin
sehingga resin penukar ion tidak kering. Setelah itu dilakukan pembilasan
HCl. Pembilasan oleh akuades dilakukan hingga cairan yang keluar dari
kolom.
kolom resin penukar ion yang sudah diregenerasi sehingga kation yang ada
dalam sampel (Cu2+) ditukar dengan H+ yang ada pada resin penukar ion,
sehingga Cu2+ terikat pada resin penukar ion sedangkan ion-ion yang keluar
dalam sampel sudah dalam bentuk H+ yang didapat dari resin penukar ion.
perhitungan didapat berat Cu2+ yang terikat dalam resin sebesar 11,756 mg
J. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa jumlah berat ion
tembaga yang diikat oleh resin adalah 11,756 mg
K. DAFTAR PUSTAKA