Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 1410-233

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN 4G LTE PADA


GEDUNG A FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
JEMBER MENGGUNAKAN RADIOWAVE
PROPAGATION SIMULATOR 5.4
Farah Oktauliah1, Dodi Setiabudi2, Bambang Supeno3
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 6812
Email: farahoktauliah@gmail.com, gbdoydist@gmail.com, bambangsupeno@gmail.com

Abstrak — Kondisi gedung yang memiliki banyak ruangan juga terdapat banyak redaman yang
mengakibatkan pelemahan sinyal sehingga diperlukan adanya perencanaan jaringan nirkabel.
Pada penelitian ini melakukan perencanaan jaringan 4G LTE pada Gedung A Fakultas Teknik
Universitas Jember yang kemudian disimulasikan oleh perangkat lunak Radiowave Propagation
Simulator 5.4 dengan variasi pengambilan data berupa jenis antena dan letak ketinggian FAP. Dari
perencanaan jaringan 4G LTE menggunakan metode propagasi indoor COST 231 Multi Wall
diperoleh jumlah FAP yang dibutuhkan pada lantai 1 sebesar 2 FAP, lantai 2 sebesar 4 FAP, dan
lantai 3 sebesar 4 FAP. Analisa cakupan yang efektif pada perencanaan jaringan 4G LTE indoor
diperoleh saat FAP menggunakan jenis isotropic antenna dan letak ketinggian FAP 2 meter dari
permukaan lantai seperti pada lantai 1 saat ketinggian FAP 2 meter dan menggunakan dipole
antenna diperoleh mean level daya sebesar -88,04 dBm dan isotropic antenna diperoleh mean
level daya sebesar -87,89 dBm, sedangkan saat FAP 3,5 meter menggunakan dipole antenna
diperoleh mean level daya sebesar -88,89 dBm dan isotropic antenna diperoleh mean level daya
sebesar -88,33 dBm. Perencanaan jaringan 4G LTE menggunakan RPS 5.4 dan metode COST
231 Multi Wall dapat diterapkan pada Gedung A Fakultas Teknik Universitas Jember.

Kata Kunci: Cakupan, Femtocell, LTE, Propagasi Indoor COST 231 Multi Wall, Radiowave
Propagation Simulator 5.4

Abstract — The condition of the building has many rooms there are also a lot of attenuation
resulting in signal attenuation, so that the necessary planning wireless networks. In this research,
doing the 4G LTE network planning of Gedung A Fakultas Teknik Universitas Jember, then
simulated by software Radiowave Propagation Simulator 5.4 with a variety of data about antenna
type and FAP height. From planning LTE 4G network using indoor propagation method COST 231
Multi Wall obtained the required number of FAP on the 1st floor need 2 FAP, 2nd floor need 4 FAP,
and the 3rd floor need 4 FAP. Analysis on the effective coverage 4G LTE network planning indoor
obtained when using isotropic antenna and FAP height of 2 meters from the floor as the first floor
when the elevation is FAP 2 meters and a dipole antenna using the mean of -88.04 dBm power
level and the mean isotropic antenna at -87.89 dBm power level, whereas when FAP 3.5 meter
dipole antenna using the mean level of -88.89 dBm power and isotropic antenna the mean power
level of -88.33 dBm. 4G LTE network planning and methods of using the RPS 5.4 COST 231 Multi
Wall can be applied to Building A Faculty of Engineering, University of Jember.
Key Word: COST 231 Multi Wall Indoor Propagation, Coverage, Femtocell, LTE, Radiowave
Propagation Simulator 5.4

1. PENDAHULUAN maupun indoor merupakan salah satu hal


Perkembangan teknologi telekomunikasi penting dalam peningkatan kemampuan
disesuaikan dengan kebutuhan manusia untuk jaringan nirkabelnya. Aktivitas komunikasi
dapat mengirimkan dan menerima data dengan paling banyak dilakukan saat berada di lingkup
kecepatan yang tinggi dan juga efisien dalam indoor sehingga dapat mengakibatkan
kondisi dimanapun dan kapanpun. Sehubungan terjadinya pelemahan sinyal. Pelemahan sinyal
dengan kondisi tersebut, penyedia layanan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
komunikasi harus melakukan peningkatan cakupan jaringan nirkabel pada outdoor tidak
terhadap kemampuan jaringan nirkabelnya. mencakup seluruh area indoor seperti gedung
Penyediaan layanan akan kebutuhan bertingkat pada perkantoran, pusat
telekomunikasi baik dalam area outdoor perbelanjaan, rumah sakit, dan hotel. Selain itu,

Farah Oktauliah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 1


ISSN: 1410-233

gedung yang memiliki banyak ruangan terdapat penelitian ini divariasikan dalam letak
banyak redaman barang-barang di dalam ketinggian dari Femtocell Access Point (FAP)
gedung dan redaman dinding yang menyusun dan jenis antena yang digunakan oleh
gedung tersebut. Oleh karena itu, untuk Femtocell Access Point (FAP) karena keduanya
memperbaiki dan meningkatkan kualitas sinyal berpengaruh terhadap kualitas sinyal yang
pada lingkup indoor perlu dilakukan adanya dipancarkan. Letak ketinggian dalam
perencanaan jaringan nirkabel sehingga pemasangan FAP diberikan jarak 2 meter dan
diharapkan dapat melakukan komunikasi 3,5 meter. Variasi antena disini nantinya
dengan baik walaupun berada di lingkup indoor menggunakan jenis antena berupa isotropic
sekalipun. antenna dan dipole antenna dengan masing-
Perencanaan jaringan nirkabel dapat masing pemberian gain sebesar 3 dBi. Dan
dilakukan dengan menggunakan perhitungan kemudian hasil yang dicapai adalah besar
link budget dimana parameter standart cakupan sinyal (dBm) dari masing-masing
perhitungan jaringan berdasarkan standart pengujian.
yang dikeluarkan oleh 3GPP (Utomo, Santoso,
& Z., 2013). Perhitungan link budget digunakan 2. METODOLOGI PENELITIAN
untuk mengestimasi maksimum pelemahan Dalam metodologi penelitian ini
sinyal yang diperbolehkan antara mobile dijelaskan mengenai hal pokok yang akan dikaji
antenna dan base station antenna. Nilai secara garis besar alur penelitian melalui
maksimum pelemahan sinyal ini yang disebut diagram blok seperti Gambar 1.
Maximum Allowable Pathloss (Triaoktora,
Usman, & Munadi, 2015). Dalam suatu
perencanaan jaringan juga membutuhkan
adanya model propagasi guna menghitung rugi
propagasi yang terjadi. Terdapat beberapa
model propagasi indoor salah satunya adalah
COST 231 Multi Wall yang akan diterapkan
pada penelitian ini. Model propagasi tersebut
digunakan untuk perhitungan pathloss dengan
mempertimbangkan faktor jarak, frekuensi, Gambar 1. Diagram Blok Penelitian
informasi tentang banyaknya dinding pemisah 2.1 Kondisi Gedung A Fakultas Teknik
ruangan, jenis material, dan ketebalannya Universitas Jember
sehingga model propagasi ini efektif untuk Kondisi Gedung A Fakultas Teknik
menentukan jumlah Femtocell Access Point
Universitas Jember diperoleh dari bagian
(FAP). Femtocell Access Point (FAP) dalam
perlengkapan Fakultas Teknik Universitas
penelitian ini menggunakan teknologi jaringan Jember berupa denah lokasi. Denah lokasi ini
4G LTE (Long Term Evolution). Femtocell atau
menginformasikan detail ukuran ruangan dan
Home NodeB adalah pengembangan dari
banyak ruangan per lantai. Pada denah gedung
konsep arsitektur BTS di jaringan selular yang A lantai 1 tersedia 12 ruangan yaitu ruangan
menggunakan level daya rendah dan memiliki akademik, ruangan keuangan, ruangan arsip,
cakupan yang lebih kecil dibandingkan dengan ruangan bagian umum, ruangan KTU, ruangan
sel makro (BTS). Penggunaan femtocell berupa kemahasiswaan, gudang, auditorium, ruangan
perangkat Femtocell Access Point (FAP) yang
kontrol, ruangan panel, dan dua toilet. Untuk
diletakkan di dalam gedung untuk denah gedung A lantai 2 terdiri dari 14 ruangan
meningkatkan cakupan dan kapasitas pada yaitu ruangan jurusan Teknik Mesin, ruangan
jaringan terutama di dalam lingkup indoor.
jurusan Teknik Elektro, ruangan jurusan Teknik
Sebelumnya telah ada beberapa penelitian Sipil, ruangan rapat fakultas, musholla, ruangan
mengenai simulasi perencanaan jaringan Pembantu Dekan 1, ruangan Pembantu Dekan
nirkabel tetapi kebanyakan dari penelitian 2, ruangan Pembantu Dekan 3, ruangan
sebelumnya hanya membahas besar cakupan sekretaris dekanat, ruangan dekan, ruangan
sinyal di dalam gedung dan tidak membahas panel, dan tiga toilet. Pada gedung A lantai 3
analisa dari perangkat transmitter maupun
terdiri dari 14 ruangan yaitu 5 ruangan kuliah, 3
receiver-nya. Oleh karena itu, dalam penelitian
ruangan ujian atau seminar, laboratorium
kali ini melakukan perencanaan jaringan 4G teknologi informasi, ruang baca, kantor,
LTE pada Gedung A Fakultas Teknik ruangan panel, dan dua toilet.
Universitas Jember menggunakan perangkat
lunak Radiowave Propagation Simulator (RPS)
melalui perhitungan link budget. Adapun

Farah Oktauliah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 2


ISSN: 1410-233

2.2 Permasalahan Pada Jaringan Nirkabel perhitungan ini adalah Maximum Allowable
Di Gedung A Fakultas Teknik Propagation Loss (MAPL). Berikut tabel radio
Universitas Jember link budget untuk arah uplink pada tabel 1 dan
Permasalahan mengeni jaringan nirkabel radio link budget untuk arah downlink seperti
yang melayani komunikasi data di Gedung pada tabel 2 (Pasaribu, 2010). Selain
Fakultas Teknik Universitas Jember parameter-parameter tersebut, juga terdapat
diantaranya : parameter umum lainnya mengenai nilai
a. Bentuk ruangan yang berkumpul dan maksimum yang dibutuhkan oleh suatu
berhadapan sehingga banyak dinding perangkat seperti pada Tabel 3 (Utomo,
pemisah dapat menyebabkan pelemahan Santoso, & Z., 2013).
sinyal. Tabel 1. Parameter Link Budget Dari Arah Uplink
b. Pengguna aktif paling padat terdapat pada Transmitter (Mobile Station) Tanda
gedung A lantai 2. Daya Pancar MS (dBm) a
Gain Antena MS (dBi) b
2.3 Pengumpulan Data Rugi-Rugi (dB) c
Equivalent Isotropic Radiated d=a+b-c
2.3.1 Data Persiapan Perencanaan
Power (EIRP) (dBm)
Data perencanaan merupakan data yang Receiver (Base Station) Tanda
dibutuhkan dalam melakukan perencanaan. e = 10 log (1,38
Data yang dibutuhkan ini berupa denah lokasi Thermal Noise Density x 10−23 x 290) =
Gedung A Fakultas Teknik Universitas Jember, (dBm/Hz) -204 dBW = -
material penyusun gedung tersebut, 174 dBm
perhitungan link budget, dan data perhitungan Receiver Noise Figure (dB) f
jumlah Femtocell Access Point (FAP). Receiver Noise Density g=e+f
2.3.2 Data Hasil Perencanaan (dBm/Hz)
Data hasil perencanaan merupakan data Receiver Noise Power (dBm), h = g + 10 log
yang diperoleh setelah melakukan dihitung untuk nilai 3,84 Mbps (3,84 x 106
perencanaan. Data tersebut antara lain hasil Interference Margin (dB) i
perhitungan link budget, data perhitungan Noise And Interference (dBm) j=h+i
jumlah Femtocell Access Point (FAP), dan Processing Gain (dB) k
coverage dari hasil simulasi perencanaan Eb/No yang dibutuhkan (dB) l
Receiver Sensitivity (dBm) m=l–j+k
menggunakan perangkat lunak RPS 5.4.
Gain Antena BS (dBi) n
Fast Fading Margin (dB) o
2.4 Perhitungan Link Budget Rugi-rugi Penetrasi Gedung p
2.4.1 Link Budget Pada 4G LTE (dB)
Dalam perhitungan radio link budget ada Soft Handover Gain (dB) q
beberapa parameter penting yang berlaku pada Maximum Allowable r=d–m+n-o
LTE, adalah sebagai berikut (Pasaribu, 2010): Propagation Loss (MAPL) (dB) –p+q
a. Interference Margin : diperlukan untuk Tabel 2. Parameter Link Budget Dari Arah Downlink
mengantisipasi loading dari cell (load of Transmitter (Base Station) Tanda
factor). Semakin besar loading maka Daya Pancar BS (dBm) a
semakin besar margin yang dibutuhkan Gain Antena BS (dBi) b
sehingga coverage-nya membesar. Rugi-Rugi (dB) c
Biasanya besar interference margin adalah Equivalent Isotropic Radiated d=a+b–c
Power (EIRP) (dBm)
1,0 – 3,0 dB atau loading 20 – 50 %.
Receiver (Mobile Station) Tanda
b. Fast Fading Margin (Power Control e = 10 log (1,38
Headroom) : terdapat pada mobile station Thermal Noise Density x 10−23 x 290) =
untuk mengantisipasi fast fading yang terjadi (dBm/Hz) -204 dBW = -
ketika pergerakan MS lambat (pedestrian). 174 dBm
Umumnya sekitar 2,0 – 5,0 dB. Receiver Noise Figure (dB) f
c. Soft Handover Gain : terjadi akibat Receiver Noise Density g=e+f
penambahan penguatan macro diversity (dBm/Hz)
yang timbul karena menurunnya kebutuhan Receiver Noise Power (dBm), h = g + 10 log
Eb/No relative terhadap satu radio link. dihitung untuk nilai 3,84 Mbps (3,84 x 106
Besarnya sekitar 2,0 – 3,0 dB. Interference Margin (dB) i
Untuk parameter-parameter lainnya Noise And Interference (dBm) j=h+i
sama seperti perhitungan link budget pada Processing Gain (dB) k
Eb/No yang dibutuhkan (dB) l
umumnya dimana terdapat beberapa parameter
Receiver Sensitivity (dBm) m=l–j+k
untuk transmitter dan receiver. Hasil akhir dari

Farah Oktauliah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 3


ISSN: 1410-233

Gain Antena BS (dBi) N nwi = number of wall crossed by the direct


Fast Fading Margin (dB) O path
Rugi-rugi Penetrasi Gedung P Untuk luas area sel,
(dB) L = 2,6 x 𝑑 2 .....................................................(4)
Soft Handover Gain (dB) Q Sehingga didapatkan jumlah Femtocell Access
Maximum Allowable r=d–m+n–o Point (FAP) yang dibutuhkan dengan
Propagation Loss (MAPL) (dB) –p+q
menggunakan persamaan :
Tabel 3. Parameter-Parameter Umum 3GPP Release 9 Luas Area Yang Direncanakan
Jumlah FAP = .....(5)
Perangkat Parameter Nilai Satuan Luas Cakupan Sel
Max Power
43 dBm 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Transmit
Transmit Cable 3.1 Hasil MAPL Uplink Dan MAPL Downlink
Macrocell 2 dB Jaringan 4G LTE
/Feeder Loss
Transmit Antenna Tujuan melakukan perhitungan link budget
15 dB adalah untuk mendapatkan nilai MAPL arah
Gain
Max Power uplink dan MAPL arah downlink sebagaimana
Femtocell 20 dBm perhitungan link budget itu sendiri digunakan
Transmit
User Max Power untuk mengestimasi maksimum pelemahan
23 dBm sinyal yang diperbolehkan antara mobile
Equipment Transmit
antenna dan base station antenna. Nilai
maksimum pelemahan sinyal inilah yang
2.4.2 Redaman Material
disebut sebagai Maximum Allowable Pathloss
Perhitungan terhadap redaman material
(Triaoktora, Usman, & Munadi, 2015).
bertujuan untuk mendapatkan seberapa besar
3.1.1 MAPL Gedung A Lantai 1
hasil dari loss wall material, yaitu redaman yang
Dari hasil perhitungan link budget
muncul karena diakibatkan oleh partisi material
jaringan 4G LTE gedung A lantai 1 didapat
bangunan seperti jenis dinding, lantai, sekat
MAPL arah uplink sebesar 110,05 dB dan
antar ruangan, kaca, dan lain–lain. Besar loss
MAPL arah downlink sebesar 107,28 dB.
material untuk glass (kaca) sebesar 2,8 dB,
Selisih antara nilai MAPL uplink dan downlink
plasterboard 4 dB, dan concrete (beton) 8 dB
didapat sebesar 2,77 dB. Dengan demikian
(Alfin, Berlianti, & Pamungkas, 2012).
perencanaan ini layak untuk diterapkan pada
lantai 1 karena selisih keduanya kurang dari 5
2.5 Model Propagasi Yang Digunakan
dB.
Menentukan jumlah Femtocell Access
3.1.2 MAPL Gedung A Lantai 2
Point (FAP) berdasarkan coverage terlebih
Dari hasil perhitungan link budget
dahulu menghitung radius sel dengan
jaringan 4G LTE gedung A lantai 2 didapat
menggunakan persamaan COST 231 Multi Wall
MAPL arah uplink sebesar 78,05 dB dan MAPL
dengan rumus sebagai berikut (Alfin, Berlianti,
arah downlink sebesar 73,28 dB. Selisih antara
& Pamungkas, 2012) :
nilai MAPL uplink dan downlink sebesar 2,77
LFSL = 20 log f (MHz) + 20 log d (Km)
dB. Dengan demikian perencanaan ini layak
+ 32,5 .............................................(1)
untuk diterapkan pada lantai 2 karena selisih
Dimana:
keduanya kurang dari 5 dB.
LFSL = loss free space
3.1.3 MAPL Gedung A Lantai 3
F = frekuensi operasi (MHz)
Dari hasil perhitungan link budget
d = jarak antara pengirim dan penerima (km)
jaringan 4G LTE gedung A lantai 3 didapat
Dengan indoor loss :
𝑛𝑓+2 MAPL arah uplink sebesar 82,05 dB dan MAPL
[ − 𝑏]
∑𝑀
𝑖=1 𝑛𝑤𝑖. 𝐿𝑤𝑖 + n𝑓
𝑛𝑓+1 Lf...........................(2) arah downlink sebesar 79,28 dB. Selisih antara
Maka, nilai MAPL uplink dan downlink sebesar 2,77
LTMultiwallModel = LFSL + LC + ∑𝑀 𝑖=1 𝑛𝑤𝑖. 𝐿𝑤𝑖
dB. Dengan demikian perencanaan ini layak
𝑛𝑓+2
[ − 𝑏] untuk diterapkan pada lantai 3 karena selisih
+ n𝑓 Lf..........................(3)
𝑛𝑓+1
keduanya kurang dari 5 dB.
Keterangan :
LC = loss constanta (nilai mendekati nol) 3.2 Hasil Perhitungan Redaman Indoor
Lwi = wall type loss Kondisi gedung A Fakultas Teknik
Lf = loss per floor Universitas Jember memiliki struktur dan
b = empirical parameter (0.46) material gedung yang berbeda-beda tiap
M = number of wall type lantainya sehingga diperlukan perencanaan
nf = number of floors crossed by the path jaringan nirkabel secara per lantai. Pada

Farah Oktauliah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 4


ISSN: 1410-233

gedung A lantai 1 didapatkan hasil total loss ketinggian FAP. Data grafik hasil simulasi
sebesar 134,8 dB, gedung A lantai 2 sebesar berupa diagram batang mean level daya (dBm)
166,8 dB, dan gedung A lantai 3 sebesar 162,8 yang ditunjukkan oleh sumbu y dan letak
dB ketinggian FAP yang ditunjukkan oleh sumbu x.
Sedangkan diagram batang warna biru
3.3 Hasil Perhitungan Jumlah FAP menunjukkan jenis antena yang digunakan
Perhitungan jumlah FAP pada penelitian berupa dipole antenna dan diagram batang
ini hanya dilakukan berdasarkan coverage saja warna merah menggunakan jenis isotropic
tanpa memperhitungkan banyak pengguna antenna. Pada hal ini terdapat perbandingan
yang aktif melakukan komunikasi dan paket level daya (dBm) yang dipancarkan oleh FAP
data karena pengguna aktif pada gedung ini antara ketinggian FAP dengan jenis antena
tidak konstan atau berubah-ubah jumlahnya. yang digunakan. Mengenai grafik hasil simulasi
3.3.1 FAP Gedung A Lantai 1 gedung A lantai 1 ditunjukkan pada gambar 2,
Perhitungan model propagasi COST 231 lantai 2 pada gambar 3, dan lantai 3 pada
Multi Wall mencari radius sel terlebih dahulu gambar 4.
dimana radius sel ini adalah diameter daerah Pada lantai 1 grafik gambar 2 saat letak
cakupan sinyal yang dari perhitungan sebesar ketinggian FAP 2 meter dan menggunakan
18,28 meter sehingga diketahui luas selnya dipole antenna diperoleh mean level daya
sebesar 868,81 m2. Dari sinilah dapat dicari sebesar -88,04 dBm sedangkan isotropic
jumlah FAP yang dibutuhkan untuk dapat antenna diperoleh mean level daya sebesar -
mencakup seluruh area gedung lantai 1. 87,89 dBm.
Berdasarkan dari perhitungan luas daerah
cakupan (luas gedung lantai 1 yaitu 1512 m 2)
dibagi dengan luas sel didapatkan jumlah FAP
yang dibutuhkan sebanyak 2 FAP.
3.3.2 FAP Gedung A Lantai 2
Perhitungan model propagasi COST 231
Multi Wall mencari radius sel terlebih dahulu
dimana radius sel ini adalah diameter daerah
cakupan sinyal yang dari perhitungan sebesar
11,53 meter sehingga diketahui luas selnya
sebesar 345,65 m2. Dari sinilah dapat dicari
jumlah FAP yang dibutuhkan untuk dapat
mencakup seluruh area gedung lantai 2. Gambar 2. Grafik Perbandingan Level Daya Gedung A
Berdasarkan dari perhitungan luas daerah lantai 1
cakupan (luas gedung lantai 2 yaitu 1512 m 2)
dibagi dengan luas sel didapatkan jumlah FAP Saat letak ketinggian FAP 3,5 meter dan
yang dibutuhkan sebanyak 4 FAP. menggunakan dipole antenna diperoleh mean
3.3.3 FAP Gedung A Lantai 3 level daya sebesar -88,89 dBm dan isotropic
Perhitungan model propagasi COST 231 antenna diperoleh mean level daya sebesar -
Multi Wall mencari radius sel terlebih dahulu 88,33 dBm.
dimana radius sel ini adalah diameter daerah Pada lantai 2 grafik gambar 3 saat letak
cakupan sinyal yang dari perhitungan sebesar ketinggian FAP 2 meter dan menggunakan
11,53 meter sehingga diketahui luas selnya dipole antenna diperoleh mean level daya
sebesar 345,65 m2. Dari sinilah dapat dicari sebesar -69,55 dBm sedangkan isotropic
jumlah FAP yang dibutuhkan untuk dapat antenna diperoleh mean level daya sebesar -
mencakup seluruh area gedung lantai 3. 69,23 dBm. Sedangkan saat letak ketinggian
Berdasarkan dari perhitungan luas daerah FAP 3,5 meter dan menggunakan dipole
cakupan (luas gedung lantai 3 yaitu 1512 m 2) antenna diperoleh mean level daya sebesar -
dibagi dengan luas sel didapatkan jumlah FAP 71,05 dBm dan isotropic antenna diperoleh
yang dibutuhkan sebanyak 4 FAP. mean level daya sebesar -70,06 dBm.
Pada lantai 3 grafik gambar 4 saat letak
3.4 ANALISA HASIL SIMULASI ketinggian FAP 2 meter dan menggunakan
Pada hasil simulasi terdiri dari dua analisa, dipole antenna diperoleh mean level daya
untuk analisa pertama bertujuan mengetahui sebesar -70,41 dBm sedangkan isotropic
hasil coverage area dari penggunaan jenis antenna diperoleh mean level daya sebesar -
antenna dengan gain 3 dBi, dan analisa kedua 70,33 dBm. Sedangkan saat letak ketinggian
bertujuan mengetahui coverage area dari letak FAP 3,5 meter dan menggunakan dipole

Farah Oktauliah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 5


ISSN: 1410-233

antenna diperoleh mean level daya sebesar - karena semakin tinggi letak akses point pada
72,37 dBm dan isotropic antenna diperoleh lingkup indoor maka redaman yang diperoleh
mean level daya sebesar -71,87 dBm. semakin banyak. Berdasarkan dari hasil
simulasi tersebut menunjukkan perencanaan
jaringan 4G LTE pada gedung Dekanat
Fakultas Teknik Universitas Jember
menggunakan RPS 5.4 dan metode COST 231
Multi Wall dapat diterapkan dan mendapatkan
coverage area yang efektif sehingga didalam
gedung user dapat melakukan komunikasi
dengan baik.

4. KESIMPULAN
Setelah melakukan perencanaan jaringan
dan diterapkan pada simulasi yang kemudian
dilanjutkan melakukan pengujian dan analisa
Gambar 3. Grafik Perbandingan Level Daya Gedung A data, maka dari hasil tersebut didapatkan
lantai 2 beberapa kesimpulan antara lain :
1. Perencanaan jaringan 4G LTE
menggunakan metode COST 231 Multi Wall
diperoleh jumlah FAP yang dibutuhkan pada
lantai 1 sebesar 2 FAP, lantai 2 sebesar 4
FAP, dan lantai 3 sebesar 4 FAP.
Banyaknya FAP disesuaikan dengan kondisi
redaman material pada tiap lantainya
dimana lantai 2 dengan loss material 166,8
dB dan lantai 3 dengan loss material 162,8
dB memiliki redaman material yang paling
besar dibandingkan dengan lantai 1 yang
memiliki loss material 134,8 dB.
Gambar 4. Grafik Perbandingan Level Daya Gedung A 2. Analisa cakupan yang efektif pada
lantai 3 perencanaan jaringan 4G LTE indoor
diperoleh saat FAP menggunakan jenis
isotropic antenna dan letak ketinggian FAP
2 meter dari permukaan lantai seperti pada
lantai 1 saat ketinggian FAP 2 meter dan
Dari hasil simulasi inilah dapat disimpulkan menggunakan dipole antenna diperoleh
bahwa cakupan yang lebih efektif pada mean level daya sebesar -88,04 dBm dan
perencanaan jaringan 4G LTE indoor saat FAP isotropic antenna diperoleh mean level daya
menggunakan jenis isotropic antenna sebesar -87,89 dBm, sedangkan saat FAP
dibandingkan dengan dipole antenna dimana 3,5 meter menggunakan dipole antenna
menggunakan gain yang sama besar yaitu 3 diperoleh mean level daya sebesar -88,89
dBi. Jika dibandingkan dengan penggunaan dBm dan isotropic antenna diperoleh mean
jenis antena antara dipole dan isotropic saat level daya sebesar -88,33 dBm.
diberikan gain yang sama dari kuat tidaknya Perencanaan jaringan 4G LTE
pancaran maupun baik buruknya penerimaan menggunakan RPS 5.4 dan metode COST
sinyal tidak menunjukkan perbedaan yang jauh 231 Multi Wall dapat diterapkan pada
berdasarkan nilai hasil simulasi. Untuk pola Gedung A Fakultas Teknik Universitas
radiasi dipole antenna itu sendiri berdasarkan Jember.
dari landasan teori omnidirectional antenna
dimana pola radiasinya bergerak tegak lurus 5. SARAN
dari kedua sisi antena sedangkan isotropic Setelah melakukan penelitian mengenai
antenna bergerak menyebar ke segala arah perencanaan jaringan 4G LTE dan analisa
dan membagikan daya sama besar. Selain dari coverage area dari hasil perencanaan tersebut
jenis antena, letak ketinggian FAP juga perlu menggunakan simulasi RPS 5.4 dan metode
diperhatikan seperti pada penelitian ini cakupan COST 231 Multi Wall ini terdapat bebeberapa
yang lebih efektif diperoleh jika FAP diletakkan kekurangan dan berikut saran yang diperlukan
dengan tinggi 2 meter dari permukaan lantai untuk pengembangan selanjutnya :

Farah Oktauliah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 6


ISSN: 1410-233

1. Menggunakan metode selain COST 231


Multi Wall sebagai model propagasi yang
diperlukan dalam perencanaan jaringan
nirkabel indoor.
2. Perencanaan jaringan nirkabel dapat
menggunakan teknologi yang paling terbaru
setelah 4G LTE dimana teknologi
telekomunikasi merupakan salah satu
teknologi yang cepat berkembang seiiring
berjalannya waktu.
3. Dapat mennggunakan lokasi perencanaan
outdoor maupun indoor dan software
radioplan lainnya dilengkapi fitur yang lebih
lengkap sehingga dapat mendeteksi struktur
gedung yang lebih kompleks dan detail.
4. Penelitian dapat dilanjutkan dengan
memperkirakan interferensi yang terjadi
antara sel femto (FAP) pada lingkup indoor
dengan sel makro (BTS) pada lingkup
outdoor.
5. Pada penelitian ini memiliki kualitas sinyal
dengan daya pancar yang kurang baik
sehingga untuk penelitian selanjutnya
diperlukan sebuah optimalisasi dengan
penambahan dan posisi strategis peletakan
access point.

DAFTAR PUSTAKA
Utomo, B., Santoso, I., & Z., A. A. (2013).
Simulasi Link Budget Pada Sel Femto
Teknologi Telekomunikasi Lte (Long
Term Evolution). Universitas Diponegoro
Semarang , 1-11.
Triaoktora, M. H., Usman, I. M., & Munadi, I. D.
(2015). Analisa Perencanaan Jaringan
Long Term Evolution Indoor Di Stasiun
Gambir. Universitas Telkom , 1-8.
Pasaribu, Y. A. (2010, Oktober 18). Proposal.
Retrieved Desember 02, 2015, from
Sribd.:
https://www.scribd.com/doc/39596509/Pr
oposal
Alfin, H., Berlianti, L., & Pamungkas, W. (2012).
Analisa Model Propagasi Cost 231 Multi
Wall Pada Perancangan Jaringan Indoor
Femtocell HSDPA Menggunakan
Radiowave Propagation Simulator.

Farah Oktauliah, Panduan Penulisan Jurnal Ilmiah Sinergi 7

Anda mungkin juga menyukai