1. LATAR BELAKANG
Pemodelan dapat diartikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek atau
situasi aktual (Eriyatno 1998). Istilah lainnya disebut tiruan model dunia nyata yang dibuat
virtual (Sterman 2000). Bentuk yang berupa tiruan ini maka model tidak mesti harus sama
persis dengan aslinya, minimal memiliki keserupaan. Model yang dibuat harus dilakukan
analisis lebih lanjut. Pemodelan merupakan kumpulan aktivitas pembuatan model. Sebagai
landasan pengertian pemodelan diperlukan suatu penelaahan tentang model itu sendiri
secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai pada tahap pemodelan,
perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi model-model secara terperinci. Salah satu
dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa
yang penting dan tepat. Penemuan peubah-peubah tersebut sangat erat hubungannya
dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat di antara peubah-peubah. Teknik
kuantitatif seperti persamaan regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari
keterkaitan antar peubah dalam sebuah model (Dimyati 1987).
Model dapat dikategorikan dalam tiga macam model yaitu model statis, model statis
komparatif dan model dinamis. Model statis menggambarkan fenomena kejadian pada saat
ini. Model statis komparatif merupakan model yang membandingkan beberapa fenomena
dengan kejadian yang berbeda dalam suatu waktu. Model dinamis merupakan model yang
dapat dikembangkan untuk menunjukkan perubahan over time permintaan dan pasokan.
Model ini juga merefleksikan perubahan melalui simulasi ataupun berdasarkan waktu real
dan menghitung komponen secara konstan dengan memasukkan beberapa alternatif
tindakan yang akan datang (McGarney dan Hannon 2004)
1
dalamnya terdapat aktor-aktor, sumber-sumber informasi, dan jaringan aliran informasi
yang menghubungkan keduanya.
Pengembangan Kawasan Techno Park Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau yang
mempunyai luasan lebih dari 3.500 ha, yang dimulai tahun 2012-2013 ini terbagi ke dalam 7
(tujuh) pengembangan. Masterplan Pengembangan Teknopolitan Pelalawan menyebutkan
Zona-zona tersebut adalah sebagai berikut: (1) Zona Pendidikan (100 Ha), (2) Zona Riset
(180 Ha), (3) Zona Industri (625 Ha), (4) Zona Pemukiman (120 Ha), (5) Zona
Konservasi (2228 Ha), (6) Zona Komersial (99 Ha), dan (7) Zona Publik (11 Ha).
Kawasan Techno Park Pelalawan dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang cukup komplek.
Berbagai aktor, jaringan, kebijakan, dan sebagainya, banyak yang terlibat. Dengan adanya
berbagai kegiatan nantinya dan adanya pembagian zona, maka akan timbul proses sebab
akibat yang cukup komplek, serta adanya struktur balik di antara pelaku maupun
komponen-komponen lainnya. Pada akhirnya akan terbentuk suatu struktur informasi
sistem. Dari struktur ini, diharapkan dapat diketahui berbagai perilaku komponen (aktor
manusia, ekonomi-sosial-budaya, lembaga, infrastruktur, maupun lingkungan) dan
keterkaitan antar komponen, sehingga dapat diindentifikasi dampak-dampak
pengembangan Techno Park Pelalawan ini melalui simulasi dengan tanpa intervensi
(business of usual) maupun berbagai intervensi yang dilakukan.
Tulisan singkat ini akan mencoba membahas tentang aktor-aktor yang terkait dengan
adanya pengembangan TP Pelalawan, khususnya yang terkait dengan instansi pendukung,
yaitu jaringan jalan, penyediaan energi, air bersih, dan pengelola sampah/limbah. Materi
digunakan sebagai masukan untuk penyusunan model simulasi dampak pengembangan
Kawasan Techno Park Pelalawan.
1) Terjalinnya kemitraan antara universitas dan pusat riset dengan industri dan
pemerintah.
2) Terciptanya kombinasi usaha mikro, kecil, menengah, besar, serta technopreneur,
dan entrepreneur.
3) Pengembangan klaster bangunan dalam lingkungan riset dan pengembangan (R&D)
dengan tema multidisiplin berdasarkan program pelatihan universitas, termasuk
teknologi komunikasi maju, biosains dan bioteknologi, material maju, teknologi
lingkungan, dan lain-lain.
4) Pembentukan kemitraan yang intensif antara penghuni industri, pemerintah, dan
universitas pada suatu komunitas yang tinggal sangat berdekatan (pedestrian-scale
community).
2
5) Infrastruktur teknologi maju untuk jaringan komunikasi.
6) Balai pertemuan dan hotel untuk pertemuan, pelatihan, dan hiburan.
7) Lingkungan tempat tinggal sangat dekat sekali dengan fasilitas R&D.
8) Fasilitas olah raga seperti jogging, bersepeda, pusat kebugaran, dan lain-lain.
3
1) Zona Pendidikan (100 Ha),
2) Zona Riset (180 Ha),
3) Zona Industri (625 Ha),
4) Zona Pemukiman (120 Ha),
5) Zona Konservasi (2228 Ha),
6) Zona Komersial (99 Ha),
7) Zona Publik (11 Ha).
Perkembangan di Kawasan TP Pelalawan hingga akhir tahun 2017, telah berdiri di zona
pendidikan berupa bangunan Sekolah Tinggi Teknologi Pelalawan, dimana telah digunakan
kegiatan belajar mengajar. Kemudian telah dilakukan pematangan lahan untuk kebun
percobaan bibit, khususnya kelapa sawit, yang dikelola oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan. Kegiatan yang lain adalah persiapan pembuatan Kebun Raya, dimana
pembangunan dan pengelola oleh LIPI. Diluar bangunan atau kegiatan tersebut, kawasan
masih lenggang. Infrastruktur masih jauh dari kata memadai. Jalan, listrik, pengolalaan
sampah masih jauh dari standar mininum.
4
3. KEBUTUHAN AKTOR PENDUKUNG
A. Jaringan Jalan
Pembangunan Jalan Baru adalah upaya pelaksanaan pembangunan jalan lokasi baru, baik
dengan kemampuan struktural mantap maupun tidak mantap (antara lain jalan krikil,
jalan tanah) dan bertujuan untuk memperluas jangkauan pelayanan jaringan jalan.
Jaringan jalan di Kawasan TP Pelalawan ini terbagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas jalan
kolektor sekunder, yang nantinya menjadi menjadi akses penghubungan antara Jalan
Langgam dengan
Jalan menuju
Pelabuhan Sokoi;
dan jalan
lingkungan yang
merupakan
penghubung/ask
ses antar zona di
dalam kawasan.
Diperkirakan
jalan kolektor
sekunder ini
panjangnya
sekitar 13 km,
yang merupakan
jalan lurus dengan arah Barat-Timur dengan ROW sekitar 30 m. Hal ini disesuaikan
dengan jalan-jalan yang direncanakan di Kawasan Industri Pelalawan. Jalan lingkungan
nantinya diperkirakan panjangnya 50-60 km dengan ROW sekitar 20 m.
Leading sector untuk pembangunan jaringan jalan ini adalah Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pelalawan. Untuk perencanaan jaringan jalan ini
perlu dilakukan bersama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
dan Dinas Perhubungan Kabupaten Pelalawan. Besaran anggaran untuk pembangunan
jalan baru sangatlah besar yaitu sekitar Rp 120 an milyar. Untuk itu pihak Pemerintah
Daerah Kabupaten Pelalawan perlu menggandeng pihak-pihak lain, seperti Kementerian
5
Perindustrian atau swasta untuk jalan-jalan di Kawasan Industri, Kementerian PUPR
untuk kawasan perumahan/permukiman, Dinas PUPR Provinsi, BUMN, dan swasta
lainnya.
Kebutuhan dari aktor penyedia jalan adalah status lahan yang jelas dan bisa
dimanfaatkan, rencana jaringan jalan, dan pembangunan serta
pemeliharaan/peningkatan jalan.
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum
dan faktor utama pembangunan. Sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat
bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama. Persyarakat
tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan
kontinuitas. Berikut penjelasannya secara sederhana:
• Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih.
Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan
biologis dan persyaratan radiologis.
• Persyaratan Kontinuitas., yaitu air baku untuk air bersih harus dapat diambil
terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim
kemarau maupun musim hujan.
Melihat besarnya peran dan fungsi air bersih serta untuk mengantisipasi kebutuhan air
khususnya air bersih di Kawasan Techno Park Pelalawan (yang digunakan untuk air
minum, industri, sarana pendidikan, usaha perdagangan dan lainnya) maka perencanaan
sistem air bersih harus mandapat perhatian yang serius. Karena perencanaan sistem air
bersih merupakan salah satu faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di
Kawasan Techno Park Pelalawan.
ntuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kawasan Techno Park Pelalawan, bisa
memanfaatkan dua intake Intake (bangunan pengambilan/penyadapan air baku dari
sumbernya berupa sungai atau danau) yang terdapat di wilayah aliran Sungai Kampar
segmen Kecamatan Langgam sebagai sumber air baku. Air baku adalah air yang
6
memenuhi ketentuan baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum dan
merupakan air yang belum diolah, diambil dari sumbernya seperti sungai, danau atau air
tanah dalam dan mempunyai kualitas sesuai standar air baku yang berlaku. Intake
tersebut dengan kawasan TP berjarak lurus sekitar 2 km sebagai sumber air baku. Dari
kedua sumber air baku tersebut, dapat dibangun jaringan drainase atau saluran
utamanya hingga menuju instalasi pengelolaan air bersih (Water Treatment Plant/WTP)
yang dibangun di dalam Kawasan Techno Park Pelalawan. Adapun kebutuhan air bersih
di Kawasan Techno Park Pelalawan diestimasi sekitar 0,55 – 0,75 liter per detik per
hektar.
Sebagai aktor utama dalam penyediaan jaringan air bersih ini adalah Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM)
Kabupaten Pelalawan. Namun karena PDAM belum terbentuk di kabupaten ini, maka
Dinas PUPR yang masih mengelola secara penuh, yang dalam pelaksanaannya dilakukan
oleh unit khusus. Dalam rangka perencanaan jaringan air (Sistem Pengelolaan Air
Minum/SPAM maupun untuk industri) ini perlu dilakukan bersama dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pelalawan. Untuk itu pihak
pemerintah perlu menggandeng pihak-pihak lain, seperti Kementerian PUPR, Dinas
PUPR Provinsi, BUMN, dan swasta lainnya dalam mewujudkan pembangunan jaringan
air Kawasan Techno Park Pelalawan. Perlu pula dilakukan konsultasi dengan pihak
PERPAMSI sebagai wadah Perhimpunan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia, yang
mewakili semua Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) guna mendapatkan masukan.
Berdasarkan informasi dari survei di lapangan, anggaran yang disiapkan untuk
penyediaan air bersih di tahun 2017 adalah Rp. 7,5 milyar.
Kebutuhan dari aktor penyedia jaringan air bersih adalah: adanya sumber air baku yang
secara kualitas, kuantitas dan kontinousitas terjamin, rencana jaringan air,
pembangunan intake, WTP, bangunan distribusi, pengelola, dan pemeliharaan.
C. Jaringan Energi/Listrik
7
• Pembangkit Listrik Tenaga Angin adalah pembangkit listrik yang menggunakan
angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.
Di dalam perencanaan jaringan listrik, selain sumber pembangkitnya, maka yang juga
perlu diperhatikan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah suatu sistem
jaringan distribusi yang terdiri dari sejumlah peralatan listrik (peralatan gardu, proteksi
dan lain-lain) dan orang yang berada di dalamnya yang bekerja mendistribusikan
energi listrik dari Gardu Induk ke konsumen.
Aktor penting dalam bidang penyediaan jaringan listrik dapat diuraikan seperti di bawah
ini:
Listrik di Kabupaten Pelalawan dikelola oleh 2 (dua) operator yaitu PLN dan BUMD
Tuah Sekata. Jaringan ketenagalistrikan di Kawasan Techno Park Pelalawan akan
dilayani oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Pelalawan, yakni PD Tuah
Sekata. Sumber listrik PT Langgam Power berasal dari gas alam (Pembangkit Listrik
Tenaga Mesin Gas /PLTMG). Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 11/1/PWUPTL/2016 tentang Penetapan Wilayah Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PD Tuah Sekata, perusahaan daerah ini memiliki luas
wilayah usaha sekitar ±409,7102 km2 yang meliputi Kecamatan Pangkalan Kerinci,
Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Teluk Meranti, dan Kawasan Teknopolitan
Pelalawan, serta Kabupaten Siak.
Selain jaringan distribusi, PD Tuah Sekata juga dapat membangun gardu listrik di
dalam Kawasan Industri Pelalawan. Dalam pengoperasionalnya, PD Tuah Sekata
8
bekerja sama dengan PT Langgam Power. Tahun 2017, diperkirakan sudah disiapkan
dana sekitar Rp 2,5 milyar untuk pembuatan jaringan.
Untuk Kawasan Industri akan dikelola oleh PD. Tuah Sekata. Adapun untuk penyuplai
listrik, sudah ada kesiapan dari 2 industri pembangkit yaitu PT Langgam Power dan
Indo Turbin dengan kapasitas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan kawasan
industri. Pola kerjasama antara industri pembangkit dan PD. Tuah Sekata adalah,
listrik disuplai oleh investor industri pembangkit, jaringan dibangun oleh PD. Tuah
Sekata. Ditargetkan akhir tahun 2017 ini ada kepastian mengenai kontrak kerjasama.
PT Langgam Power sebagai salah satu industri pembangkit yang telah ada di
Pelalawan saat ini memiliki kapasitas terpasang 30 MW, dan kontrak dengan PLN
sebesar 15 MW. Jadi masih ada iddle capacity sebesar 15 MW.
Guna mendukung kemandirian energi, khususnya dari energi baru terbarukan dengan
memanfaatkan limbah-limbah yang berasal dari kelapa sawit, maka telah diwacanakan
akan dibangun beberapa PKS mini berkapasitas 5-10 ton/perjam. Limbah-limbah dari
PKS ini nantinya dimanfaatkan untuk membuat biogas/biomassa.
Kebutuhan dari aktor penyedia jaringan energi adalah: adanya sumber energi dan
kontinousitas terjamin, rencana jaringan listrik, pembangunan gardu induk, jaringan
distribusi, pembangunan jaringan listrik, tiang, dan pemeliharaan.
D. Pengelolaan Sampah
9
Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Jadi pengelolaan sampah adalah salah satu hal penting yang harus
dilakukan di Kawasan Techno Park Pelalawan. Namun hingga saat ini belum ada data
perkiraan/proyeksi seluruh timbulan sampah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan
yang ada di Kawasan Techno Park Pelalawan. Hanya dari kawasan industri, nantinya
diperkirakan berjumlah 1.200 m3/hari.
Aktor penting dalam bidang pengelolaan sampah ini adalah Dinas Kebersihan Kabupaten
Pelalawan. Selain itu juga ada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pelalawan yang turut
memantau terkait sampah ini. Khusus untuk lingkungan Kawasan Industri Pelalawan,
tentunya dikelola sendiri oleh Perusahaan Kawasan Industri. Kerjasama juga harus
dijalin dengan kementerian PUPR, khususnya Ditjen Cipta Karya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan terkait dengan sarana persampahan adalah sebagai berikut:
• Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R/reduce, reuse, recycle (TPS 3R)
adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.
TPS dan TPST pada umumnya terdapat di beberapa tempat di Kawasan Techno Park
Pelalawan, sedangkan TPA tidak seharusnya berada di kawasan ini.
10
Sistem sanitasi terpusat, yang biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan
swasta resmi. Biasanya berbentuk Sistem penyaluran air limbah (SPAL) yakni saluran
air limbah dan sarana pengolahan yang mengumpulkan, mengalirkan dan mengolah
kotoran manusia dan air limbah. SPAL ini terdiri dari:
• Pengaliran (pengangkutan) seperti halnya pipa interseptor dan trunk sewer, yang
juga menyertakan stasiun pompa dan truk tangki.
Hal yang perlu diingat adalah kualitas limbah cair yang sebelum disalurkan ke badan air
harusnya memenuhi baku mutu limbah cair.
Untuk itu dari sekarang di Kawasan Techno Park Pelalawan harus segera dirancang
Rencana Pengelolaan Limbah Cair ini. Hal ini mengingat luasnya lahan kawasan yang
sangat luas, pembagian zona, dan perkiraan orang yang akan berada di kawasan ini.
Untuk itu sebagai aktor penting yang terkait adalah seperti halnya pengelolaan
persampahan, yaitu Dinas Kebersihan Kabupaten Pelalawan. Selain itu juga ada Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Pelalawan yang turut memantau terkait sampah ini.
Khusus untuk lingkungan Kawasan Industri Pelalawan, tentunya dikelola sendiri oleh
Perusahaan Kawasan Industri. Kerjasama juga harus dijalin dengan kementerian PUPR,
khususnya Ditjen Cipta Karya guna mendapatkan dukungan fasilitas maupun
penganggaran.
Hal perlu diingat adalah kualitas limbah cair yang sebelum disalurkan ke badan air
harusnya memenuhi baku mutu limbah cair.
Kebutuhan dari aktor pengelola limbah cair adalah: rencana pengelolaan limbah,
jaringan limbah cair, pembangunan WWTP, pengolahan, pengelola, dan pemeliharaan.
F. PENUTUP
Pada Kawasan Techno Park Pelalawan, berikut adalah aktor-aktor penting di bidang:
• Jaringan jalan adalah Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, dan Bappeda Kabupaten
Pelalawan;
11
• Jaringan air bersih adalah Dinas PUPR, dan Bappeda Kabupaten Pelalawan. Hal ini
karena belum terbentuk badan pengelola air minum/bersih (PDAM/BPAM);
• Pengelolaan limbah cair adalah Dinas Kebersihan dan Dinas Lingkungan Hidup,
Kabupaten Pelalawan.
Berbagai kebutuhan aktor secara umum adalah kejelasan status lahan, rencana infrastruktur,
pembangunan fisik, pengelolaan dan pemeliharaan. Masukan dari analisis kebutuhan para
aktor ini merupakan komponen penting dalam pengembangan model simulasi dampak
pengembangan Kawasan Techno Park Pelalawan.
G. REFERENSI
12