I. STANDAR KOMPETENSI
1
II. KERANGKA PENULISAN
Definisi
Jenis-jenis Autopsi
Dasar Hukum
Pelaksanaan Autopsi
Persiapan Sebelum
Tindakan Autopsi
Pendahuluan
Perlengkapan Autopsi
Teknik Autopsi Pembahasan
Pemeriksaan Luar
Kesimpulan
Teknik Autopsi
Pemeriksaan Dalam
Insisi
Pemeriksaan
Penunjang
III. PENDAHULUAN
Pada zaman dahulu orang Mesir tidak menggunakan tubuh orang mati
2
Namun yang pertama kali menemukan adanya hubungan antara tanda dan
gejala pada pasien adalah ilmuwan Yunani, Galen dari Pergamum. Ini
oleh Andreas Vesalius (De humani corporis fabrica, 1543) yang membuat
awal abad ke 13, Frederick II meminta dua tubuh korban eksekusi kriminal
dan secara signifikan memiliki hubungan antara gejala dan apa yang
ditemukan. 1
modern, yang pada tahun 1761 mendeskripsikan apa yang bisa dilihat
dengan mata telanjang. Pada penelitiananya yang besar On the Seats and
dan observasi pada 700 pasien dengan temuan anatomis pada pemeriksaan
tubuh. 1
3
Jerman, Rudolf Virchow (1821-1902), yang memperkenalkan doktrin
diperluas bahwa struktur sel terlalu kecil untuk dilihat kecuali dengan
Secara etimologis, autopsi berasal kata dari Auto yang artinya sendiri
penyebab kematian.3
4
4.2.1 Autopsi klinik; dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita
autopsi ini mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang
bersangkutan.
yang berwenang, dalam hal ini pihak penyidik. Izin keluarga tidak
5
Membantu dalam hal penentuan identitas mayat
kejahatan
Aspek hukum yang terkait dengan autopsi antara lain; pihak yang
berhak meminta VeR, dasar hukum autopsi forensik, barang bukti, dan
6
Dasar hukum autopsi forensik adalah KUHAP 133, KUHAP 134,
KUHP 222, Reglemen pencatatan sipil Eropa 72, Reglemen pencatatan sipil
KUHAP 42, yakni barang bukti harus diperiksa oleh dokter untuk dicatat
keadaan insane yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa
fungsi otak, pernapasan, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.
Khusus untuk transplantasi; saat kematian ditentukan oleh dua dokter yang
7
pihak penyidik yang berwenang untuk autopsi forensik, mutlak dilakukan
mayat yang dimaksudkan dalam surat yang bersangkutan dalam hal ini surat
yang akan diperiksa telah dilakukan identifikasi oleh pihak yang berwenang
berupa penyegelan dengan label polisi yang diikatkan pada ibu jari kaki
bukti. Label dari polisi ini memuat antara lain nama, alamat, tanggal
kematian, dan sebagainya yang harus diteliti apakah sesuai dengan data –
terlewat atau hilangnya bukti – bukti yang penting, misalnya saja tidak
8
diperlukan alat – alat yang mewah, namun tersedianya beberapa alat
sebagai berikut3 :
Kamar autopsi
Meja autopsi
Peralatan autopsi
pemeriksaan label pada jempol kaki mayat yang berasal dari pihak
Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan label
rumah sakit, untuk identifikasi di kamar zenazah, harus tetap ada pada tubuh
mayat.3
tali pengikatnya bila ada. Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari
9
yang dikenakan di atas sampai di bawah, dari yang terluar sampai terdalam.
dan tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada
isinya.3
Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada
Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dam dicatat juga suhu
Pembusukan.
perkiraan umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan,
rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali dan cacat pada
tubuh.3
10
Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari
lokasi kulit kepala yang berbeda. Potongan rambut ini disimpan dalam
tanda kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola
mata, warna, cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau
patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat
hidung. Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi
kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya. Bagian leher diperiksa jika ada
wanita dicatat keadaan selaput darah dan komisura posterior, periksa sekret
11
terdapatnya tanda perbendungan, ikterus, sianosis, edema, bekas
Setiap luka pada tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan
penyebab luka, lokasi, ukuran, dan lain – lain. Dalam luka diukur dan
panjang luka diukur setelah kedua tepi ditautkan. Lokalisasi luka dilukis
tulang dada, garis tengah melalui tulang belakang, garis mendatar melalui
kedua puting susu, dan garis mendatar melalui pusat. Pemeriksaan ada
mayat namun pada umumnya setiap teknik autopsi hanya memiliki sedikit
dalam hal urutan pengangkatan maupun jumlah atau kelompok organ yang
dikeluarkan pada satu waktu, serta bidang pengirisan pada organ yang
diperiksa.
12
Teknik ini mungkin merupakan teknik autopsi yang tertua. Setelah
anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistim menjadi
hilang. Dengan demikian, teknik ini kurang baik bila digunakan pada
autopsi forensik, terutama pada kasus penembakan dengan senjata api dan
ini jarang dipakai karena tidak menunjukkan keunggulan yang nyata atas
teknik lainnya. Teknik ini pun tidak baik digunakan untuk autopsi forensik.
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut
aorta diperiksa, aorta dibuka sampai arcus aortae dan Aa. Renales kanan dan
13
jejunum diikat pada dua tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan
tersebut dan usus dapat dilepaskan. Esofagus dilepaskan dari trakea, tetapi
diputus di atas diafragma dan dengan demikian organ leher dan dada dapat
dari tubuh. Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu,
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai tiga
kumpulan. Organ leher dan dada sebagai satu kumpulan, organ perut serta
rectosigmoid.
14
Gambar 1. Skema Perbedaan Teknik Autopsi
pembesaran.
tersebut.
5. Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu.
15
saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi
kuat.
organ tubuh adalah keabu-abuan, tapi hal ini juga dipengaruhi oleh
1. Dada :
a) Seksi Jantung :
kava inferior sampai keluar di vena superior dan bagian ini dipotong.
bilik kanan dan bagian ini dipotong. Ujung pisau lalu dimasukkan
arteri pulmonalis dan otot jantung mulai dari apeks dipotong sejajar
16
melalui katup mitral keluar di insisi bilik kiri dan bagian ini dipotong.
mm mulai dari lubang dikatup aorta. Otot jantung bilik kiri diiris di
b) Paru-paru :
dengan bagian tajam horizontal diarahkan pada tulang rawan iga dan
dimulai dari tulang rawan iga no. 2. Tulang dada diangkat dan
17
Kemudian pisau dengan tangan kanan dimasukkan dalam
yang lainnya.
2. Perut
a) Esofagus-Lambung-Doudenum-Hati
dan esofagus dan unit tadi dapat diangkat. Sebelum diangkat, anak
dahulu.
18
dibuka dengan gunting ke arah papila Vater, kemudian dibuka ke arah
batu.
cara memasukkan jari telunjuk lateral dari kandung urine dan dengan
jari telunjuk dibesarkan sehingga 4 jari kanan dan kiri dapat bertemu,
lepas dari sakrum. Rektum dan kandung urine dipotong sejauh dekat
diafragma pelvis.
19
Pada laki-laki rektum dibuka dari belakang dan kandung urine melalui
c) Urogenital Perempuan :
vagina, rektum difiksasi dalam formalin 10% selama 7 hari, setelah itu
dibuat irisan tegak lurus pada sumbu rektum setebal 1,25 cm,
tusuk akan terlihat sebagai noda merah, hiperemis. Dari noda merah
septa.
20
3. Leher
kelenjar gondok dan tonsil. Pada kasus pencekikan tulang lidah harus
4. Kepala
Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri
paralel dengan bekas mata gergaji. Falx serebri digunting dibagian muka.
Otak dipisah dengan memotong pembuluh darah dan saraf dari muka ke
belakang tulang karang dan sekarang otak dapat diangkat. Selaput tebal
otak ditarik lepas dengan cunam. Otak kecil dipisah dan diiris horisontal,
pula otak besar setebal 2,5 cm. Pada trauma kepala perhatikan adanya
5. Tengkorak Neonatus :
21
Kulit kepala dibuka seperti biasa, tengkorak dibuka dengan
4.9 Insisi
lalu dari lekukan suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher.3,4
22
Gambar 3. Skin Insisi (diambil dari kepustakaan no.9)
dalam tindakan otopsi, antara lain : insisi ”Y”, insisi pada kasus dengan
kelainan leher, tes emboli udara, tes apung paru, tes pada pneumothorax,
1. Insisi ”Y”
adanya jahitan setelah dilakukan bedah mayat. Ada dua macam insisi
”Y”, yaitu :
tubuh pria.
23
Lanjutkan sayatan, dimulai dari incisura jugularis ke arah bawah
bawah; tindakan ini dimulai dari sayatan yang telah dibuat pertama
kali.
Dengan kulit daerah leher dan dada bagian atas tetap utuh, alat-alat
yang biasa.
b) Insisi yang lebih dalam (deep incision), yang dilakukan untuk kaum
wanita.
Buat sayatan yang letaknya tepat di bawah buah dada, dimulai dari
dengan arah garis ketiak depan (linea axillaris anterior), hal yang
sama juga dilakukan untuk sisi yang lain (kiri dan kanan).
yang berada dalam rongga mulut, leher, dan rongga dada lebih sulit
24
Buat insisi ”I”, yang dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah
Buka rongga dada, dengan jalan memotong tulang dada dan iga-iga.
leher akan bersih dari darah, oleh karena darah telah mengalir ke atas
Insisi ini dimaksudkan agar daerah leher dapat bersih dari darah,
Potong rawan iga mulai dari iga ke-3 kiri dan kanan, pisahkan rawan
iga dan tulang dada keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan
iga ke-3,
Potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke-
3,
25
Setelah kandung jantung tampak, buat insisi pada bagian depan
dibuat tadi, sampai jantung terbenam; akan tetapi bila jantung tetap
terapung, maka hal ini merupakan pertanda adanya udara dalam bilik
jantung,
Tusuk dengan pisau organ yang runcing, tepat di daerah bilik jantung
udara,
dengan prinsip yang sama, dilakukan mulai dari rahim dan berakhir
pada jantung,
26
pengurutan atas nadi tersebut, agar tampak gelembung kecil yang
keluar,
vena yang ada di paru-paru, misalnya pada trauma dada dan trauma
venanya.
daerah leher bagian bawah, lipat paha atau daerah sekitar rahim (yang
sedang hamil); dapat pula pada daerah lain, misalnya pembuluh vena
infus tadi. Fiksasi ini penting, mengingat bahwa tekanan vena lebih kecil
dari tekanan udara luar, sehingga jika ada robekan pada vena, vena
Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam
27
Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan.
dua lobus.
Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan
air.
sama dengan test emboli udara, yakni mayatnya harus segar. Cara
28
Buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu
sekitar iga ke 4 dan 5 (udara akan berada pada tempat yang tertinggi),
tampak kollaps,
Cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit besar
dengan jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut;
spuit tadi.
yang fatal semata-mata atas dasar test ini, bila test ini tidak dilakukan,
diagnosa sifatnya hanya dugaan. Cara melakukan test ini adalah sebagai
berikut:
29
Kertas saring Whatman direndam dalam larutan alpha-naphthylamine,
matahari,
Test yang positif akan terbentuk warna merah jambu (pink colour),
tulang dada dan iga yang dilepaskan pada saat membuka rongga dada.
Jahitkan kulit dengan rapi menggunakan benang yang kuat, mulai dari dagu
30
tempatnya dan difiksasi dengan menjahit otot temporalis, baru kemudian
kulit kepala dijahit dengan rapi. Bersihkan tubuh mayat dari darah sebelum
ginjal, prostat, uterus, korteks otak, basal ganglia dan dari bagian lain
2. Pemeriksaan toksikologi
Darah, yang berasal dari sentral (jantung) dan yang berasal dari perifer
dibagi dua, yang satu diberi bahan pengawet dan yang lain tidak diberi
bahan pengawet.
31
Otak, diambil 500 gram. Khusus untuk keracunan chloroform dan
mengalami pembususkan.
otot, lemak di bawah kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan
otak.
alkohol dan larutan garam jenuh pada sampel padat atau organ. NaF 1%
pengawet urine.
3. Pemeriksaan bakteriologi.
Dalam hal ada dugaan sepsis diambil darah dari jantung dan
darah jantung diambil dengan tabung injeksi yang steril dan dipindah
32
dalam tabung reagen yang steril. Permukaan limpa dibakar dengan cara
tersebut di atas dan dengan pinset dan gunting yang steril diambil
sepotong limpa dan dimasukkan dalam tabung reagen yang steril dan
biokimia.
8. Cairan uretra.
V. Kesimpulan
kesimpulan bahwa :
33
sebab akibat antara kelainan – kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian
Ada dua jenis autopsi yaitu autopsi klinik dan autopsi forensik.
Cara insisi yang dikenal dalam autopsi adalah insisi “Y” dan insisi “I”.
DAFTAR PUSTAKA
1. Finkbeiner WE, Ursell PC, Davis RL. The Autopsy Past And Present dalam
Autopsy Pathology A Manual And Atlas 2nd Edition. Philadelphia : Saunders;
2009. Hal.1-11
2. Adelman HC. The Autopsy dalam Kobilinsky L: editor : Forensic Medicine.
New York : Chelsea House Publisher; 2007. Hal. 28-34
3. Tim Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik.
Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 2010. Hal.1-45
34
4. Shepherd R. The Autopsy dalam Simpson’s Forensic Medicine 12th Edition.
London : Arnold – Hodder Headline Group; 2003. Hal.34-5
5. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan
Bedah Mayat Anatomis sert Transplantasi dan atau jaringan Tubuh Manusia
7. Sheaff MT, Hopster DJ. General Inspection and Initial Stages of Evisceration
dalam Post Mortem Technique Handbook 2nd Edition. London : Springer;
2005. Hal.56-81
8. Sheaff MT, Hopster DJ. Evisceration Technique dalam Post Mortem
Technique Handbook 2nd Edition. London : Springer; 2005. Hal 82-110
9. Ludwig J. Principles of Autopsy Techniques. Immediate, and Restricted
Autopsies, and Other Special Procedures dalam Handbook of Autopsy
Practice 3rd Edition. New Jersey : Human Press; 2002. Hal.3
10. Finkbeiner WE, Ursell PC, Davis RL. Basic Postmortem Examination dalam
Autopsy Pathology A Manual And Atlas 2nd Edition. Philadelphia : Saunders;
2009. Hal.34-55
11. Collins KA, Hutchins GM. An Introduction To Autopsy Technique : Step-by-
Step Diagram. College of American Pathologists : Advancing Excellence;
2005. Hal.1-22
12. Mozayani A. Toxicology in The Crime Laboratory. In: Mozayani A, Noziglia
C, editors. The Forensic Laboratory Handbook Procedures and Practice. New
Jersey: Humana Press; 2006. Hal.249-264
35