JUDUL
penambangan berjenjang. Pola yang demikian ini dapat mengakibatkan suatu masalah yaitu
Pembuatan jenjang dapat menimbulkan masalah terutama pada batuan yang tidak
kompak. Perubahan tegangan batuan yang besar dapat mengakibatkan longsoran. Hal ini
akan berbahaya bagi pekerja yang berada dilokasi penambangan dan juga mengakibatkan
Pemilihan judul ini didasarkan pada jenis batuan yang ada di lokasi penambangan
Untuk mengatasi masalah ini perlu kita melakukan analisis kemantapan lereng
untuk rancangan geometris timbunan lapisan tanah penutup agar dapat memperkecil bahaya
C. TUJUAN PENELITIAN
penambangan itu aman/stabil dan menganalisa jenis kelongsoran yang mungkin akan
terjadi untuk merancang geometris lereng penambangan batuan. Hal ini bisa diketahui
setelah data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan diperoleh, yaitu berupa data-data yang
akan diperoleh dari penyelidikan maupun data penunjang lain sehingga angka faktor
- Data litologi
- Data topografi
- Peta Geologi
b. kekuatan geser
D. PERUMUSAN MASALAH
yaitu pada jenjangnya. Keruntuhan pada jenjang dapat disebabkan oleh tidak sesuainya
parameter geometri lereng terhadap kekuatan batuan itu sendiri. Sehingga parameter-
parameter dan faktor lain yang mempengaruhi kemantapan lereng perlu diketahui dan
disesuaikan dengan kekuatan batuan, sehingga rancangan geometris lereng penambangan
2. Dengan mengetahui urutan pekerjaan penelitian, didukung dengan teori dasar yang baik
serta data pendukung yang memadai maka dapat dilakukan penyelidikan di lapangan
maupun di laboratorium untuk mendapatkan sejumlah data utama yang merupakan data-
dengan faktor keamanan lereng standar, maka akan dapat diketahui apakah lereng
E. PENYELESAIAN MASALAH
1. Dasar Teori
tegangan dipermukaan. Pada batuan yang tidak kompak dengan adanya perubahan
Jenjang yang dibuat dalam rancangannya agar stabil yang bertujuan supaya
lereng adalah:
a. Geometri Lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah :
Lereng yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kondisi yang tidak mantap dan
cenderung lebih mudah longsor, demikian juga untuk sudut lereng yang mempunyai
b. Penyebaran Batuan
penyelidikan harus diketahui. Hal ini perlu dilakukan karena sifat fisis dan
Faktor ini mempengaruhi laju erosi, pengendapan, menentukan arah aliran air
lereng berkurang.
d. Struktur Geologi, yang perlu diketahui adalah bidang diskontinuitas atau bidang
Struktur geologi ini merupakan bidang lemah dalam massa batuan dan dapat
pelapukan batuan. Untuk daerah tropis pelapukan berlangsung lebih cepat dan
Sifat fisis dan mekanis batuan yang diperlukan sebagai data menganalisis
Bobot isi
Porositas
Kandungan air
Suatu istilah umum yang digunakan untuk menyatakan suatu kemantapan lereng
adalah faktor keamanan atau faktor kemantapan. Faktor ini merupakan perbandingan antara
gaya penahan yang membuat lereng tetap mantapdengan gaya penggerak yang
menyebabkan lereng longsor. Secara matematis rumus faktor keamanan lereng dapat
F=
Fp
Dimana, F = Faktor keamanan lereng
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang
luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang sesar, rekahan
1. Terdapatnya bidang luncur bebas, berarti kemiringan bidang luncur harus lebih kecil
2. Arah bidang luncur searah atau mendekati sejajar dengan arah lereng.
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalam batuan.
4. Terdapatnya bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.
Gambar 1.
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang
lemah yang bebas saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut
harus lebih besar dari sudut geser dalam batuan. Bidang lemah ini dapat berupa bidang
sesar, rekahan maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui salah satu
beberapa bidang lemahnya, atau melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
Gambar 2.
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur disebut dengan busur.
Longsoran busur akan terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah, yang
diantara partikel tanah tidak saling terikat satu sama lain. Dengan demikian longsoran busur
juga dapat terjadi pada batuan yang sudah lapuk dan banyak terdapat bidang-bidang lemah
Gambar 3.
LONGSORAN BUSUR
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya
berikut :
Jika > dan X/Yn < tan, maka balok akan meluncur kemudian mengguling.
Jika < dan X/Yn < tan, maka balok akan langsung mengguling.
2. Pengamatan Lapangan
b. Penyebaran batuan
yaitu:
longsoran sudah diketahui maka akan lebih mudah untuk menetukan kemantapan
2. Pemboran
Pemboran dilakukan untuk memenuhi muka air tanah dan data litologi batuan serta
contoh batuan.
Pengamatan sifat fisik dan mekanik ini dilakukan di laboratorium, meliputi bobot isi
batuan, porositas, kandungan air atau bobot isi air, kohesi batuan, sudut geser
a. Data utama yaitu data penting yang digunakan untuk membahas masalah-masalah yang
dihadapi. Data utama yang perlu diambil adalah data yang mempengaruhi kelongsoran.
b. Data pendukung yaitu data yang dapat mendukung data-data dari lapangan guna
perusahaan, dari data instansi yang terkait dan juga dari literatur-literatur.
diperhatikan adalah :
Alat yang dipakai adalah sarana laboratorium seperti neraca listrik, eskilator, pompa
vacum, oven, alat bor inti, alat pemotong batu, gerenda, jangka sorong, dial gauge,
ditentukannya jenis longsoran kemudian permasalahan yang timbul kita analisa. Metode
yang sesuai untuk menganalisisdalam penelitian ini penyusun akan menggunakan metode
Hoek dan Bray, karena metode ini merupakan metode yang baik dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
F. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam menyusun rencana skripsi ini penyusun akan menggabungkan antara teori yang
telah ada dengan keadaan yang ada dilapangan, sehingga dari keduanya akan didapatkan
1. Studi literatur
Studi ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang diperoleh
dari :
Perpustakaan
Brosur-brosur, buletin
Informasi-informasi
2. Penelitian di lapangan
dilakukan tidak meluas, data yang diambil dapat digunakan secara efektif.
3. Pengambilan data
4. Akuisisi data
nantinya.
5. Pengolahan data
7. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang
2. PENGAMATAN
3. PENGAMBILAN DATA
4. PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
5. PEMBUATAN
LAPORAN
1. Bowless, “Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1989.
3. Hok, Ever and Bray, J.W, “Rock Slope Engineering”, Revised Third Edition,
Institution of Mining and Metallurgy, London, 1980.
5. Made Astawa Rai, Dr. Ir, “Mekanika Batuan”, Laboratorium Geoteknik, Pusat
Antar Universitas Ilmu Rekayasa ITB Bandung, 1988.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
VI. PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN