Anda di halaman 1dari 7

Bab II

kajian pustaka

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak

pada tiga kesempatan yang berbeda. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal

adalah kurang dari 120 mmhg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan

diastolic, sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg

untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolic (Corwin, 2009).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(morbiditas) dan angka kematian atau mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg

didasarkan pada 2 fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 mmHg

menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90

mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014)

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Penyebab dari Hipertensi menurut (Corwin, 2009):

a. Peningkatan denyut jantung yang diakibatkan oleh rangsangan saraf simpatids

atau hormonal yang yang abnormal pada nodus SA. Peningkatan denyut jantung

yang kronis seringkali menyertai kondisi hipertiroidisme.

b. Peningkatan volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma

meningkat dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma direfleksikan

dengan peningkatan volume diastolic akhir sehingga volume sekuncup dan


tekanan darah meningkat. Peningkatan volume diastolic akhir dihubungkan

dengan preload jantung.

c. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat

gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang

berlebihan.

d. Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf

simpatis atau hormone pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari

arteriol terhadap rangsangan normal.

Adapun faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat

terkontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol

(seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan

garam) (Wahyuni, 2016).

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

klasifikasi menurut The Join Nstional Committee On Prevention, Detection

Evaluation, and Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7)

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan

Tekanan darah Sistolik (mmHg) Darah

Diastolik

(mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi 140-159 90-99

derajat 1
Hipertensi >160 >100

derajat 2

Sumber : Sudoyo, et al., (2009)

2.1.4 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai

saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna

medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan saraf vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf

simpatis pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang

merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

melepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Ode, 2012).

2.1.5 Gejala klinis Hipertensi

Gejala-gejala penyakit yang bisa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun

pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Adapun gejala yang dirasakan

yaitu sakit kepala hebat, pengelihatan kabur (gejala peningkatan tekanan intracranial),

iritabilitas berat, mimisan, pusing, keletihan, gugup, anoreksia, gagal tumbuh, berat

badan turun, kejang fokal atau umum, nyeri punggung dan/atau abdomen yang berat,

edema papil, perdarahan atau eksudat retina, hipermetropi ventrikel kiri, perubahan

fungsi ginjal (Betz & Linda, 2009)

2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi

a. Non Farmakologi
1) Dengan menurunkan berat badan dapat mengurangi tekanan darah,

kemungkinan denjgan mengurangi beban kerja jantung sehingga kecepatan

denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang

2) Olahraga, terutama disertai dengan penurunan berat badan, menurunkan

tekanan darah dengan menurunkan kecepatan denyut jantung istirahat dan

mungkin TPR. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi

3) Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara

menghambat respons stress saraf simpatis

4) Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi

karena asap rokok dapat menurunkan aliran darah ke organ dan meningkatkan

kerja jantung

5) Penyakit saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri

dengan menginterfensi influx kalsium yang di butuhkan untuk kontraksi.

6) Penghambat enzim pengubah angiotensin II atau anhibitor ACE berfungsi

untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan

untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini

menurunkan tekanan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan

secara tidak langsung menurunkan sekresi aldosteron, yang akhirnya

meningkatkan pengeluaran natrium pada urine kemudian menurunkan volume

plasma dan curah jantung (Corwin, 2009).

b. Farmakologis

1) Obat anti hipertensi seperti, diuretic : HCT, Higroton, lasix.


2) Beta bloker seperti, propanolol

3) Alfa bloker seperti, phentolamin, prozazine, nitroprusside captopril

4) Simphatolitic seperti, hidralazine, diazoxine,

5) Antagonis kalsium seperti, nefedipine (adalat) (Ode, 2012)


Daftar pustaka

Aswar A. (2008). Pengantar Epidemiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Atun, L., Tri, S., Dan Weni K. (2014). Asupan Sumber Natrium, Rasio Kalium Natrium,

Aktivitas Fisik, Dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. MGMI (6) , 63-71. Di akses dari

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mgmi/article/view/3780

Dalimartha, Setiawan. (2008). Care yourself, hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.

Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.

Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ostchega, Y., Zhang, G., Sorlie, P., Hunghes, J. P., Reed-Gillette, D.S., Nwankwo, T., & Yoon,

S. (2012). Blood Pressure Randomized Methodology Study Comparing Automatic

Oscillometric And Mercury Sphygmomanometer Devices: National Healt And Nutrition

Examination Survey, 2009-2010. Nalth Health Stat Report, 59,1-15.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktisi Edisi

4. Jakarta : EGC

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Ed 7 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

Pusat Data dan Informasi kementerian Kesehatan RI. (2014). Hipertensi. Jakarta selatan

Ridwan, M., 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Semarang: Pustaka

Widyamara.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Robbins. (2010). Buku ajar patologi, Edisi 7. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Rohaendi. (2008). Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Andalas, (4)2. Di akses dari jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/268/257

Sugiharto A. (2007). Faktor-faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan jatipuro

Kabupaten Karanganyar. [Thesis]. Surakarta: fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

maret. Diambil dari

Sutanto. (2010). Cekal Penyakit Moderen Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan Diabetes.

Yogyakarta: C.V Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai