Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES

DI SUSUN OLEH :

ALKA ANTONIO SIAGA


AMANAH TRI AMALIA
DIKY SETIAWAN
IKE APRILIA NURJANAH
IQBAL ASEGAB
RISCHA DESY PRATIWI

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
T.A 2017/ 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah “ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES” ini kami


berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya
oleh para pembaca.

kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.

Pringsewu, 19 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah ..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit ...........................................................................3
2.2. Pengertian .......................................................................................................5
2.3. Etiologi ...........................................................................................................5
2.4. Klasifikasi Skabies .........................................................................................5
2.5. Patofisiologi ....................................................................................................6
2.6. Manifestasi Klinis ...........................................................................................7
2.7. Komplikasi......................................................................................................8
2.8. Cara Menemukan Tungau ..............................................................................8
2.9. Cara Pencegahan dan Pengobatan ..................................................................8

BAB III PROSES KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian ....................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................12
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................12

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................17
4.2 Saran .............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit yang menutupi tubuh adalah salah satu organ yang terbesar, sekitar 16 % dari
berat badan.Kulit memiliki beberapa fungsi penting yaitu; merupakan sawar yang
melindungi organisme terhadap trauma dan pengikisan, organ sensoris taktilnya
menerima rangsangan dari lingkungan, dan berperan penting dalam pengaturan suhu
dan keseimbangan air. Kulit terdiri dari dua lapisan utama yaitu, epitel permukaan
yang disebut epitel epidermis dan lapisan ikat dibawahnya, dermis atau corium.
Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabie tipe
humanus yang merupakan sejenis family Anthropoda yang benyak menyerang pada
orang-orang yang hidup dengan kondisi hygiene dibawah standard dan orang-orang
yang seksual aktif atau hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas ( dengan siapa
saja, tidak memilih – milih ), sosial ekonomi rendah, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografik serta ekologik. Sarcoptes Scabiei menginvasi kulit pada
bagian epidermis tepatnya pada Scratum Corneum. Dimana lapisan ini merupakan
lapisan sel yang sangat gepeng penuh keratin tanpa inti tanpa organel sitoplasma.
Pada sel-sel lapisan Scratum Corneum saling melekat erat dengan dermosom yang
telah dimodifikasi. Pada lapis-lapis luar Scratum Corneum yang telah mengalami
kereatinisasi sempurna, sel-selnya akan mati, melonggar dan akhirnya akan
dilepaskan.Sarcoptes Scabie masuk kedalam Scratum Corneum membentuk kanali
kulit atau terowongan yang lurus atau berkelok-kelok sepanjang 0,6-1,2 cm, sehingga
penyakit ini menimbulkan rasa gatal dan eksema yang disebabkan oleh garutan.
Scabies atau Kudis dapat menyerang dan paling banyak ditemukan pada anak-anak
terutama dibawah usia 15 tahun. Scabies ini juga sering menjangkit dikomunitas yang
padat, pusat asuhan-asuhan, asrama dan panti-panti.
Tempat – tempat predileksinya yaitu ; sela – sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian dalam, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae ( wanita ),

1
pusat, bokong, alat kelamin luar ( pria ) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit
Scabies, maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari kulit?
2. Apa pengertian dari skabies?
3. Apa saja etiologi dari skabies?
4. Apa saja klasifikasi dari scabies?
5. Bagaimana patofisiologi scabies?
6. Apa saja manifestasi klinis dari skabies?
7. Apa komplikasi skabies?
8. Bagaimana pengkajian penyakit skabies dan proses keperawatannya?

1.2 Tujuan Makalah


1. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari kulit
2. Mengetahui pengertian dari skabies
3. Mengetahui apa saja etiologi dari skabies
4. Mengetahui apa saja klasifikasi dari scabies
5. Mengetahui patofisiologi scabies
6. Mengetahui manifestasi klinis dari skabies
7. Mengetahui komplikasi skabies
8. Mengetahui pengkajian penyakit skabies dan proses keperawatannya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit Organ Kulit


1) Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis
dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
seperti berikut :
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan
epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami
pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang
baru.
b) Stratum lusidum,
Berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut. Semakin
banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna kulit akan
menjadi semakin gelap.

2) Jaringan Dermis
Memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas
banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5
mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur,
yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar
30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur
kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan
epidermis.
Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur
sekitarnya:

3
a) Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus
arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan
membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan
berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila
rambut dicabut.
b) Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut.Melalui
pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga
rambut dapat tumbuh.
c) Kelenjar Minyak (Glandula Sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut.Adanya kelenjar
minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
d) Kelenjar Keringat (Glandula Sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat.Kelenjar keringat
berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut.Bagian tubuh
yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka,
sekitar hidung, dan lain-lain.Kelenjar keringat tidak terdapat dalam
kulit tapak tangan dan telapak kaki.
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung
akhir saraf sensoris.Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera
perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang
memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat
memikat lawan jenis Dermis (Kulit Jangat)

4
2.2 Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular yang disebabkan oleh infestasi
tungau (kutu) yang berada dalam Stratum Corneum kulit terutama pada tempat
predileksinya.

2.3 Etiologi
Timbulnya Scabies di dahului oleh infestasi kutu Sarcoptes Scabie Var Hominis yang
membuat terowongan pada Stratum Corneum.

2.4 Klasifikasi Skabies


a. Scabies pada orang bersih
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah
didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan.Kutu biasanya
hilang akibat mandi secara teratur.
b. Scabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi,
lesi terdapat di muka.
c. Scabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan
gembala.Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi
terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila
menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
d. Scabies nodular
Nodul terjadi akibat reaksi hypersensitifitas. Tempat yang sering di kenai
adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila.Lesi ini dapat menetap beberapa
minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.

5
e. Skabies Incognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid
topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.Hal ini
mungkin di sebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.
f. Scabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat
tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.
g. Scabies Norwegia atau Scabies Krustosa
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata,
eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali.Krusta ini melindungi
Sarcoptes scabiei di bawahnya.Bentuk ini mudah menular karena populasi
Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.Bentuk ini sering
salah didiagnasis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat di tegakkan setelah
penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada
orang tua dan orang yang menderita radiasi mental (Down’s syndrome) sensasi
kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes doralis), penderita penyakit
sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif
(misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau
sitotoksit jangka panjang)

2.4 Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder
Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh

6
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat
lebih luas dari lokasi tungau.

2.6 Manifestasi Klinis


Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh
anggota keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang1
cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi
biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari
tangan,pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan,areola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna,
danperut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan
dantelapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit.Pada remaja dan orang
dewasadapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Pada pasien yang
selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadang kala sulitditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul
likenifikasi,impetigo, dan furunkulosis.
(Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S.2000)
e. Bengkak / gelembung halus pada kulit
f. Rasa gatal yang hebat dan panas pada malam hari / pruritus nocturna
g. Kulit bintik kemerah-merahan
h. Terbentuk terowongan berwarna putih / keabu-abuan berbentuk garis

7
lurus pada Stratum Corneum
i. Pustula, ekskoriasis.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Scabies adalah :
1. Pioderma
2. Furunkulosis
3. Impetigo

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup
dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan, caranya ; jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat
irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE

2.9 Cara Pencegahan dan Pengobatan


Cara Pencegahan
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
2. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur
minimal 2 kali dalam seminggu.
3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai
terinfeksi tungau skabies.
6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

8
7. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan
penderita. Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin
terbebas dari infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
8. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.
9. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan
seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
10. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.
11. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab(Depkes, 2007).

Pengobatan
1. Pengobatannya dapat dilakukan dengan menghilangkan tungau dalam kulit
terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan krim ataupun lotion selama 8
jam pertama. Lalu pengobatan lanjutan dilakukan jika muncul ruam yang baru
atau timbul liang di area lainnya. Seluruh anggota keluarga juga perlu diobati,
walau tidak memiliki gejala serupa guna menghindari penularan tungau.
2. Obat-obatan yang dapat digunakan berdasarkan resep dokter ialah krim dengan
kandungan Permethrin 5%. Krim ini lebih aman digunakan ketimbang
Lindane. Pada bayi dokter biasanya menerapkan krim Crotamiton yang dapat
digunakan selama 2 hingga 5 hari.

9
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
b. Identitas orang tua
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan
merasakan gatal terutama pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi
edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami yaitu kurap, kudis.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila
tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS
terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit : Aktivitas 0 1 2 3 4
1) Makan
2) Mandi
3) Berpakaian
4) Eliminasi

10
5) Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat
pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas
dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran
dan penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua.
h. Pola konsep diri
i. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
j. Pola koping
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu
merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.

11
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal.
2) Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus.
3) Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.
4) Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari.
5) Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi.
6) Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya.

3.3 Intervensi Keperawatan


1) Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal.
Kriteria hasil :
- Klien menunjukan nyeri berkurang dan terkontrol.
- Terlihat rileks dan dapat tidur/istirahat.

a. Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.


R/ : Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri.
b. Catat lokasi dan factor-faktor pencetus.
R/ : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan asuhan.
c. Gunakan terapi bermain, relaksasi sesuai usia dan kondisi.
R/ : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang.
d. Biarkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur/
duduk.
R/ : Pemberian posisi yang nyaman membantu klien untuk berelaksasi.

2) Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus.


Kriteria hasil :
- Menunjukan regenerasi jaringan.
- Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka.

12
a. Lakukan program terapeutik sesuai ketentuan atau dukungan dan bantu
orang tua dalam melakukan rencana pengobatan.
R/ : Untuk meningkatkan pemulihan kulit.
b. Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi
gambaran lesi dan amati perubahan.
R/ : Memberikan informasi dasar tentang sirkulasi pada area graft.
c. Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih dan kering.
R/ : Untuk meminimalkan ekskoriasis dan infeksi kulit.
d. Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih.
R/ : Untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
e. Berikan pakaian yang tipis, longgar dan tidak mengiritasi.
R/ : Panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
f. Anjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang
tidak mengiritasi.
R/ : Untuk meningkatkan personal hygiene, meminimalkan rasa gatal.
g. Berikan obat topical sesuai indikasi dan anjurkan kepada klien untuk
tidak mandi selama pengobatan (24 jam).
- Gamecsan atau benzyl benzoat
- Vaselin, lindane
R/ : Obat diatas membantu untuk mengontrol lesi/gatal.

3) Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.


Kriteria hasil :
- Klien menunjukan citra diri yang positif.

a. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan tentang penampilan


pribadi dan reaksi yang dirasakan dari orang lain.
R/ : Untuk memfasilitasi koping pada anak.
b. Diskusikan bersama anak dan orang tua tentang perbaikan kondisi
kulit.

13
R/ : Untuk memberikan harapan pada anak.
c. Ajarkan perawatan diri yang tepat.
R/ : Untuk mendorong rasa keadekuatan.
d. Bantu anak memperbaiki penampilan (pakaian yang bersih).
R/ : Untuk meningkatkan citra diri yang positif.

4) Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari.


Kriteria hasil :
- Klien melaporkan perbaikan dalam pola tidur.
- Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.

a. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.


R/ : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman, pertahankan agar seprei tetap
bersih, kering dan tidak berkerut.
R/ : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/
psikologis dan gatal kulit disebabkan oleh kain lembab
menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
c. Intruksikan tindakan relaksasi dan kurangi kebisingan.
R/ : Membantu menginduksi tidur, menciptakan situasi yang kondisif
untuk tidur.
d. Tingkatkan regrigmen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi air
hangat, minum segelas susu hangat.
R/ : Meningkatkan efek relaksasi.

5) Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi.
Kriteria hasil :
- Orang tua dan anak menunjukan kecemasan yang minimal.
- Klien menunjukan keterampilan pemecahan masalah dan menggunakan
koping yang efektif.

14
a. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur
perawatan.
R/ : Menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan
konsep dan meningkatkan kerja sama.
b. Anjurkan orang tua untuk selalu berada disamping anak.
R/ : Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa
kedekatan dan kesinambungan hidup.
c. Berikan permainan yang menarik kepada anak selama tidak
bertentangan dengan pengobatan dan perawatan.
R/ : Dengan permainan dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan
sewaktu dilaksanakan asuhan keperawatan.
d. Libatkan keluarga/ orang tua klien dalam setiap tindakan.
R/ : Meningkatkan partisipasi orang tua terhadap tindakan keperawatan
di harapkan dapat mengurangi ansietas.
e. Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan
sentuhan.
R/ : Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak dan
meminimalkan ansietas.

6) Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya.


Kriteria hasil :
- Pasien memahami alasan isolasi
- Pasien mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang tepat.

a. Jelaskan alasan pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.


R/ : Untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembatasan.
b. Sebelum melakukan tindakan perkenalkan diri pada anak.
R/ : Menjalin hubungan kedekatann dan meningkatkan harga diri anak.
c. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan penampilan fisik.

15
R/ : Untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Scabies adalah suatu penyakit menular yang disebabkan olehtungau Sarcoptes Scabei.
Penyakit scabies dapat menular dan kulit menjadi gatal.Penularan dapat terjadi melalui
kontak fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidurbersama dan hubungan seksual,
serta dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, dantempat tidur.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes
scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli
atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3
sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung
alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu
jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila
kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.

4.2 Saran
Penulis tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat makalah yang
lebih baik untuk kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis Harahap. M, 2000.
Ilmu penyakit kulit. Hipokrates : Jakarta.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Anda mungkin juga menyukai