Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia

secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia

menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan

Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan

Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit

menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan

tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan

sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping

perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan

atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus

bersifat manusiawi atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan

bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat

terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan.

Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku

tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu

prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan

jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk

bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 1


perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia

Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang

penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun

kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu

proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya

akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan

petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam

dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di

beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan

peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena

kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang

kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga

tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam

penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 2


mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya

kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,

masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan

hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan

faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang

mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,

keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir

Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan

mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan

dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari

pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya yaitu

pertambangan. Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam

pembangunan nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat

signifikan dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter,

maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana pertambangan

menjadi salah satu sumber penerimaan negara; berkontribusi dalam

pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi hasil maupun program

community development atau coorporate social responsibility; memberikan

nilai surplus dalam neraca perdagangan; meningkatkan investasi; memberikan

efek berantai yang positif terhadap ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 3


dominan dalam menentukan Indeks Harga Saham Gabungan; dan menjadi

salah satu sumber energy dan bahan baku domestik.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal,

padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka

menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja,

kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan implementasi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar

bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa

kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya

korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia

ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya

sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan

dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja. Secara

keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3

merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3

dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah disepakati

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 4


adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara universal sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang dikeluarkan

oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat

kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga

menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3 yang

efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat

meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat

mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum

merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap tempat

dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga

kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi

pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya

perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,

sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan

produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat

besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan,

terutama dapat mencegah korban manusia. Oleh karena itu, kami membahas

tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di salah satu industri yaitu industri

pertambangan batubara yang merupakan industri besar diwilayah Indonesia.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 5


B. Maksud dan Tujuan Kunjungan Lapangan

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan Kunjungan Lapangan ini

antara lain adalah:

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bahaya fisika, kimia, biologi,

ergonomi, dan kinetik dari kegiatan tambang di PT. Panca Logam

Nusantara Bombana.

2. Mahasiswa mampu menilai bahaya-bahaya fisika, kimia, biologi,

ergonomi, dan kinetik dari kegiatan tambang di PT. Panca Logam

Nusantara Bombana.

3. Mahasiswa mampu melakukan pengendalian terhadap faktor-faktor risiko

bahaya fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan kinetik yang terdapat di PT.

Panca Logam Nusantara Bombana.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tempat Kerja

Sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1 tentang

Keselamatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan

atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana karyawan,

atau yang sering dimasuki karyawan untuk keperluan suatu usaha dan dimana

terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,

lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang

berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Menurut Permenaker No. Per. 05/MEN/1996 pasal 1 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja

adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,

dimana karyawan bekerja, atau yang sering dimasuki karyawan untuk

keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya baik di

darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang

berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Sedangkan menurut Kepmentamben 555.K/26/M.PE/1995 pasal 1

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum, yang

dimaksud tempat usaha pertambangan adalah setiap pekerjaan yang bertujuan

atau berhubungan langsung dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, kons truksi, operasi produksi atau eksploitasi, pengolahan atau

pemurnian, pengangkutan atau penjualan bahan galian, termasuk sarana dan

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 7


prasarana penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah, baik yang berada di

dalam satu wilayah atau pada tempat yang terpisah.

B. Potensi Bahaya

1. Pengertian Potensi Bahaya

Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan

cidera atau luka. Salah satu cara yang dilakukan untuk menghilangkan

potensi bahaya adalah dengan inspeksi keselamatan kerja atau melakukan

survei keselamatan umum di tempat kerja (John Ridley, 2003).

Potensi bahaya adalah sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat,

cara melakukan suatu pekerjaan atau lingkungan kerja yang dapat

menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit akibat kerja atau bahkan

hilan gnya nyawa manusia. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk

menghindari kecelakaan kerja sebagai sebab adanya potensi bahaya adalah

dengan cara bekerja sesuai standar aturan K3 (Santoso, 2004).

Bahaya pekerjaan adalah fakor-faktor dalam hubungan pekerjaan

yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya dikatakan potensial jika

fakor -faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Pencegahan

kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab-sebab kecelakaan dan

sebab-sebab kecelakan tersebut dapat diketahui dengan mengadakan

analisis kecelakaan (Suma’mur, 1996).

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 8


2. Jenis Bahaya

Adapun jenis-jenis bahaya di tempat kerja dapat dikategorikan

sebagai berikut :

a. Bahaya Kimia

Bahaya kimia biasanya dapat menyebabkan kecelakaan pada manusia

melalui pernafasan atau kontak dengan kulit. Bahaya-bahaya tersebut

antara lain debu, asap (smoke), gas, bedak atau tepung.

b. Bahaya Fisik

Bahaya fisik di tempat kerja meliputi :

1) Bising

Bising yaitu suara yang tidak diinginkan atau diatas nilai

ambang batas.

2) Getaran

Getaran yaitu suara getaran bolak balik (oscillating), seluruh

body dan getaran sebagian.

3) Pencahayaan

Pencahayaan yaitu intensitas, terlalu terang atau silau.

4) Radiasi

Radiasi yaitu radiasi ion dan radiasi non ion (electric &

magnetic field).

5) Temperatur

Temperatur yaitu temperatur yang terlalu rendah atau terlalu

tinggi.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 9


c. Bahaya Biologi

Bahaya biologi yaitu bahaya yang ditimbulkan oleh suatu makhluk

hidup baik tampak maupun tidak tampak oleh mata. Bahaya tersebut

dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Mikro Biologi : bakteri, virus, Jamur atau fungi.

2) Makro Biologi : serangga, parasit, tumbuhan dan binatang.

d. Bahaya ergonomic

Bahaya ergonomi yaitu suatu bahaya yang terjadi oleh karena adanya

interaksi antara seseorang atau karyawan dengan lingkungan tempat

kerjanya yaitu peralatan dan tempat kerja yang tidak dirancang dengan

baik atau tidak disesuaikan dengan manusia. Selanjutnya bahaya

ergonomi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1) Stres fisik (physical stresses) : ruang sempit dan terbatas,

menarik, mendorong, canggung atau aneh (awkward) or static

posture, pekerjaan terlalu keras (overexertion), repetitive motion,

fatigue, excessive force, and direct pressure.

2) Stres kejiwaan atau mental (psychological stresses) : bosan

(monotony), terlalu berat (overload) dan perceptual confusion.

Adapun contoh untuk bahaya ergonomi dalam pengoperasian wheel

loader antara lain adalah perawatan dan perbaikan peralatan yang

disertai sikap kerja dan kondisi lingkungan kurang baik dan kurang

sesuainya antara bentuk atau ukuran tubuh karyawan dengan wheel

loader, mengingat wheel loader tersebut berasal dari negara Jepang

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 10


maupun Amerika dan karena bentuk tubuh orang Indonesia relatif

lebih kecil jika dibandingkan dengan bentuk tubuh orang dari negara

lain.

e. Bahaya Mekanis

Terdapat pada permesinan atau peralatan dan maksudnya adalah

bahaya yang ada pada titik operasi seperti :

1) pemotongan, pemboran, bahaya pada titik jepit (nip point) seperti

putaran pulley dan roller.

2) Bahaya pada gerakan mesin yang maju mundur atau naik turun.

3) Bahaya pada tempat pemindahan dan pada bagian yang berputar

atau bergerak lainnya dari suatu peralatan atau permesinan.

f. Bahaya Lingkungan Sekitar

Kemiringan, permukaan tidak rata atau licin, cuaca tidak ramah

(temperatur, kelembaban, berkabut), berlumpur, atau berair dan

kegelapan.

g. Bahaya Psikososial

Intimidasi, trauma, pola gilir kerja, pola promosi, pengorganisasian

kerja.

h. Bahaya Tingkah Laku

Ketidakpatuhan, kurang keahlian, tugas baru atau tidak rutin,

overconfident, sok jago atau pintar dan tidak peduli atau masa bodoh.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 11


i. Bahaya Kelistrikan

Pemasangan kawat atau kabel, penyambungan tahanan pembumian

(grounding system) dan pembatasan, distribusi atau panel listrik,

saluran atau tombol, peralatan dan listrik.

3. Akibat Dari Bahaya

Semua yang dikenali dengan panca indera pada dasarnya adalah

bahaya. Jika dua bahaya atau lebih bertemu, maka dapat menimbulkan

suatu peristiwa yang disebut kecelakaan. Bahaya yang terisolasi dengan

baik tidak akan berkembang menjadi kecelakaan, akan tetapi tidak

mungkin mengisolasi bahaya secara absolut karena dengan definisinya

semua yang dapat ditangkap dengan panca indera adalah bahaya (United

Trakindo, 1999).

Setiap pekerjaan yang disebabkan oleh bahaya, bermacam-macam

mulai dari kecelakaan tanpa kerusakan atau cidera sedikitpun sampai

kecelakaan besar yang melibatkan banyak mahluk hidup dalam satu

komunitas tertentu. Jika terjadi suatu kecelakaan karena bertemunya dua

bah aya atau lebih akibat kecelakaan tersebut, maka tidak hanya mengenai

manusia saja karena lebih jauh lagi satu kecelakaan tunggal akan

berkembang berurutan menjadi lebih besar yaitu menjadi tragedi yang

harus diingat bahwa bahaya yang diidentifikasi tidak d idasarkan pada

efeknya terhadap manusia tetapi pada komponen-komponen lainnya.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 12


Bahaya yang terpapar pada manusia disebut sebagai bahaya

kesehatan kerja. Adapun program penanganan bahaya kesehatan yaitu

meliputi :

a. Pengenalan paparan.

b. Pengevaluasian sumber bahaya dan potensi yang dapat menjadikan

kecelakaan.

c. Pengendalian kerugian atau kerusakan kesehatan kerja karena

pengaruh tersebut (Pamapersada Nusantara, 1999).

C. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan. Bahwasanya

kecelakaan dapat mengakibatkan bahaya fisik terhadap seseorang atau

kerusakan pada harta benda dan biasannya akibat dari terkena suatu sumber

energi misalnya mekanis dan listrik (Freeport, 1995).

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki

dan sering kali tidak terduga, yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,

harta benda, atau property maupun korban jiwa yang terjadi dalam suatu

proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya, demikian kecelakaan

kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak

terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan

selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 13


3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya

menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008).

Dalam standar OHSAS 18001:2007 dijabarkan beberapa definisi

(pengertian) mengenai Insiden, Kecelakaan Kerja dan juga Nearmiss (hampir

celaka).

Pengertian (Definisi) Insiden ialah kejadian yang berkaitan dengan

pekerjaan dimana cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan

(kematian) dapatterjadi. Termasuk insiden ialah keadaan darurat.

Pengertian (Definisi) Kecelakaan Kerja ialah insiden yang

menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan

(kematian).

Pengertian (Definisi) Nearmiss ialah insiden yang tidak menimbulkan

cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Pengertian (Definisi) Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak

diduga (terduga) yang memerlukan penanganan segera supaya tidak terjadi

kecelakaan/kefatalan.

Teori Domino Effect

Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich,

kecelakaan terjadi melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa

faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga

menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit akibat kerja/PAK)

serta beberapa kerugianlainnya.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 14


Terdapat faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain :

penyebab langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan

kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja.Termasuk dalam faktor penyebab

langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak aman/berbahaya (unsafe

condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe action). Kondisi tidak

aman, beberapa contohnya antara lain : tidak dipasang (terpasangnya)

pengaman (safeguard) pada bagian mesin yang berputar, tajam ataupun

panas, terdapat instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas,

tidak rapi), alat kerja/mesin/kendaraan yang kurang layak pakai, tidak

terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya, dsj. Termasuk

dalam tindakan tidak aman antara lain : kecerobohan, meninggalkan prosedur

kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), bekerja tanpa perintah,

mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja,

tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD, tidak

mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan

dengan resiko/bahaya tinggi.

Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja

ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Termasuk dalam faktor pekerjaan

antara lain : pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak

sesuai sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun

belum ada upayapengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai,

dsj. Termasuk dalam faktor pribadi antara lain : mental/kepribadian tenaga

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 15


kerja tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak

sesuai, dsj.

Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah

lemahnya manajemen dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana,

kurangnya sumber daya, kurangnya komitmen, dsb.

Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi

terbesar penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian

manusia yaitu sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor

ketidaklayakan properti/aset/barang dan 2% faktor lain-lain.

Gambar 1. ilustrasi dari teori domino effect kecelakaan kerja H.W.


Heinrich

Kecelakaan bukan terjadi melainkan disebabkan oleh kelemahan sisi

perusahaan, karyawan atau keduanya. Akibat yang ditimbulkan dapat

memunculkan trauma bagi keduanya yaitu terhadap karyawan. Cidera dapat

berpengaruh terhadap pribadi, keluarga dan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi

perusahaan berupa kerugian produksi, waktu terbuang untuk penyelidikan dan

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 16


yang terburuk biaya untuk proses hukum. Tindakan pencegahan kecelakaan

bertujuan untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, sehingga mutlak

minimum (John Ridley, 2003).

Menurut Kepmentamben 555.K/26/M.PE/1995, dikatakan kecelakaan

tambang jika memuat lima unsur yaitu :

1. Benar-benar terjadi.

2. Mengakibatkan cidera karyawan.

3. Akibat kegiatan pertambangan.

4. Terjadi pada jam kerja.

5. Terjadi dalam wilayah pertambangan.

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai

faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses

produksi. Berbagai faktor penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa

beberapa suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan

tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus

dalam suatu kejadian (Tarwaka, 2008).

Kecelakaan terjadi karena ada beberapa faktor yaitu :

1. Manusia

Faktor ini meliputi manajemen, karyawan, kontraktor dan lain-lain seperti:

a. Eksekutif yang menentukan kebijakan perusahaan, prosedur, standar

dan aspek-aspek yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan.

b. Perekayasaan (engineer) dan orang-orang yang membuat atau

menciptakan lingkungan tempat kerja untuk karyawan.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 17


c. Orang-orang yang mengatur sistem pemeliharaan (preventive

maintenance system), perkakas, mesin dan peralatan.

d. Manajer-manajer yang memilih dan menentukan orientasi, instruksi,

bimbingan, motivasi dan memimpin karyawan.

Faktor manusia adalah faktor yang paling tinggi yang terlibat dalam suatu

kecelakaan. Beberapa perusahaan memberikan data bahwa lebih dari 80%

kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.

2. Mesin atau Peralatan

Faktor ini meliputi perkakas, alat proteksi atau keselamatan mesin dan

peralatan baik yang sifatnya statis maupun dinamis. Peralatan tambang

antara lain yaitu loader, dozer, dump truck . Mesin atau perkakas seperti

yang ada di bengkel-bengkel, pabrik atau pengolahan. Serta setiap

peralatan atau mesin -mesin yang digunakan sebagai penunjang kegiatan

usaha pertambangan.

3. Material

Faktor ini meliputi material yang dapat berasal dari hasil pertambangan

dan bahan-bahan penunjang produksi, misalnya bijih, pasir, pecahan batu,

kapur, zat-zat kimia dan bahan peledak.

4. Metode

Metode atau cara kerja yang tidak sesuai atau tidak aman akan

menyebabkan kondisi tidak aman (unsafe condition).

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 18


5. Lingkungan

Lingkungan adalah lingkungan kondisi tempat kerja yang terjadi akibat

dari suatu kegiatan di pertambangan seperti tempe ratur suhu panas atau

dingin, kelembaban, berdebu, gas, radiasi, getaran, kebisingan, penerangan

dan tekanan.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 19


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Proses Pengambilan

Berikut merupakan hasil identifikasi bahaya,penilaian, dan

pengendalian risiko bahaya pada proses alur kerja yang ditetapkan di PT.

Panca Logam Nusantara di area pengambilan.

Tabel 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Bahaya


di Area Pengambilan

POTENSI PENILAIAN PENGENDALIAN


NO. BAHAYA RISIKO FR. KEPAPARAN KATEGORI RISIKO
1. Kinetik: Kecelakaan bekerja dalam
penggunaan kerja keadaan baik
excavator (fokus)
2. Ergonomi: Muskoloskeletal metode rula reba
posisi kerja
Sumber: Data Primer, 2016

2. Proses Tromol

Berikut merupakan hasil identifikasi bahaya,penilaian, dan

pengendalian risiko bahaya pada proses alur kerja yang ditetapkan di PT.

Panca Logam Nusantara di area tromol.

Tabel 2. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Bahaya


di Area Tromol
POTENSI PENILAIAN PENGENDALIAN
NO. BAHAYA RISIKO FR. KEPAPARAN KATEGORI RISIKO
1. Kimia ISPA Pengunaan APD
(respiratori, masker)
2. Biologi Alergi Metode basah,
Penggunaan APD
Sumber: Data Primer, 2016

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 20


3. Proses Pendulangan

Berikut merupakan hasil identifikasi bahaya,penilaian, dan

pengendalian risiko bahaya pada proses alur kerja yang ditetapkan di PT.

Panca Logam Nusantara di area pendulangan.

Tabel 3. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Bahaya


di Area Pendulangan
POTENSI PENILAIAN PENGENDALIAN
NO. BAHAYA RISIKO FR. KEPAPARAN KATEGORI RISIKO
1. Ergonomi: Muskolo- Metode rula reba
posisi skeletal
mendulang
2. Biologi: Diare Penggunaan APD
mikroorganisme
Sumber: Data Primer, 2016

4. Proses Pembakaran

Berikut merupakan hasil identifikasi bahaya,penilaian, dan

pengendalian risiko bahaya pada proses alur kerja yang ditetapkan di PT.

Panca Logam Nusantara di area pembakaran.

Tabel 4. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Bahaya


di Area Pembakaran
POTENSI PENILAIAN PENGENDALIAN
NO. BAHAYA RISIKO FR. KEPAPARAN KATEGORI RISIKO
1. Kimia - Ganguan - Pengunaan APD
penapasan (respiratori,
masker)

- Iritasi mata - Pengunaan APD


dan kulit (sarung tangan ,
handskun)
2. Biologi Alergi Penggunaan APD
Sumber: Data Primer, 2016

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 21


B. Pembahasan

PT. Panca Logam Nusantara merupakan industri pertambangan emas

yang terdapat di Bombana. Sebelumnya PT. Panca Logam Nusanantara

bernama PT. Panca Logam Makmur. PT. Panca Logam Nusantara dipimpin

oleh Bapak RJ. Soehandoyo, S.H. sebagai Komisaris Direktur Utama.

Pengolahan emas yang digunakan pada PT. Panca Logam Nusantara

adalah sistem hidrolik dan mekanik. Dimana proses alur kerja yang ditetapkan

di PT. Panca Logam Nusantara ada empat, yakni proses pengambilan, tromol,

pendulangan, dan pembakaran. Pada sistem hidrolik dan mekanik, digunakan

alat dan bahan berupa air dan alat gerak seperti excavator, mobil meja kuning,

hopper. Kemudian ada tahap screening setelah melewati proses pengolahan

pada hopper. Pada proses screening, hasil screening dapat dilihat dalam karpet

yang kemudian akan disemprot dengan air menggunakan selang.

Air hasil penyemprotan disaring menjadi beberapa tahap. Kemudian hasil

saringan air yang terakhir kemudian digunakan kembali untuk menyemprot

karpet. Karpet kemudian dicuci di dalam bak agar pasir dan konsentrat atau

bulir emas mengendap. Kemudian endapan ini diambil untuk diolah dalam

proses pendulangan atau panning. Pendulangan ini dilakukan secara manual.

Kemudian hasilnya akan dibawa ke kantor pusat untuk dilakukan pembakaran

dan pemipihan.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai empat tahapan proses alur kerja

sistem hidrolik dan mekanik.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 22


1. Proses Pengambilan

Proses pengambilan merupakan proses yang pertama kali dilakukan

dalam penambangan emas. Proses ini bertujuan mengumpulkan bahan

material yang mengandung unsure emas (Au) agar selanjutnya dapat

dikelola dan diproses dengan baik.

a. Proses Kerja

Material yang ada di dalam tanah digali dan diangkut menggunakan

excavator. Selanjutnya material yang telah diambil ini diangkut untuk

kemudian diolah pada proses selanjutnya yakni proses tromol.

b. Alat yang digunakan

Pada proses ini alat yag digunakan adalah excavator.

c. Kecelakaan Kerja

Berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan Kepala K3KL,

pada PT. Panca Logam tidak ada catatan kecelakaan kerja yang

terjadi. Akan tetapi, pada proses pengambilan emas ini sangat

berpotensi terjadi kecelakaan kerja pada pekerja, utamanya kecelakaan

lalu lintas.

d. Identifikasi Bahaya

1) Kinetik

Bahaya kinetik yang bisa terjadi diproses pengambilan adalah

kesalahan pada penggunaan excavator yang dapat menimbulkan

kecelakaan kerja pada pekerja di bagian proses pengambilan.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 23


Pengendalian risiko yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi

atau meminimalisir kecelakaan kerja pada bagian proses

pengambilan adalah pekerja harus dalam keadaan baik (fokus)

saat bekerja.

2) Ergonomi

Bahaya ergonomi yang terdapat pada proses pendulangan adalah

pada saat pekerja melakukan pekerjaannya yakni mendulang,

posisi mendulang sangat berisiko terhadap kejadian

muskoloskeletal pada pekerja.

Adapun pengendalian pada bahaya ergonomi adalah dengan

menggunakan metode RULA dan REBA untuk menghitung posisi

postur tubuh yang nyaman dan aman bagi pekerja.

2. Proses Tromol

e. Proses Kerja

Material diangkut dengan menggunakan truk untuk dibawa ke lokasi

pengolahan. Selanjutnya material di masukkan di hoper dengan

menggunakan doser. Selanjutnya, material disemprot, setelah material

disemprot material kemudian dimasukkan ke dalam tromol,

selanjutnya masuk ke koper dan terakhir dimasukkan ke dalam karpet.

f. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam proses tromol adalah masih

menggunakan bahan tradisional, yaitu masih menggunakan air dan

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 24


tanah. Jadi, pada proses ini tidak menggunakan bahan kimia dalam

prosesnya.

g. Alat yang digunakan

Pada proses ini alat yag digunakan adalah meja kuning dan tromol

h. Kecelakaan Kerja

Tromol pada PT. Panca Logam sudah tidak digunakan dalam proses

penambangan, sehingga pada pembahasan ini, kami hanya

menanyakan ke Kepala K3KL, menurutnya selama penggunaan

tromol, belum pernah ada kecelakaan kerja yang pernah terjadi. Akan

tetapi, pada proses ini yang berpotensi atau berisiko terjadi kecelakaan

kerja adalah pada bagian kecelakaan lalu lintas

i. Identifikasi Bahaya

1) Biologi

Bahaya biologi yang bisa terjadi diproses tromol ini adalah:

a) Alergi : Alergi bisa terjadi pada tahap ini adalah ketika para

pekerja yang bekerja pada tromol ini, tidak menggunakan

sepatu safety sehingga berbagai mikroorganisme yang berada

pada air genangan bisa menginfeksi pekerja.

b) Pengendalian risiko pada bahaya biologi yang bisa dilakukan

adalah dengan menggunakan metode basah, sehingga debu

yang dihasilkan tidak berterbangan, selain itu dalam proses

biologi ini juga bisa dikendalikan dengan penggunaan APD

pada pekerja, seperti masker, safety shoes, dsb.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 25


2) Kimia

Bahaya kimia yang bisa terjadi pada proses ini adalah:

ISPA : ISPA bisa terjadi karena pada proses tromol ini bisa

menghasilkan debu yang bisa meyebabkan ISPA pada pekerja

yang tidak menggunakan masker.

3. Proses Pendulangan

Pendulangan emas atau Gold panning, merupakan metode

penambangan emas yang sebagian besar dilakukan oleh para penambang

emas, dimana tempat penambangan ini biasanya bekas dari penambangan

besar. Dengan menggunakan sebuah alat pendulang emas ( wajan ), di

guncangkan kedalam air sungai, dan emas tersebut bercampur dengan

pasir serta kerikil. Emas yang memiliki berat jenis lebih besar daripada

batu dan krikil, secara otomatis jatuh kebagian dasar wajan.

a. Proses Kerja

Proses pendulangan atau panning dilakukan untuk memisahkan

konsentrat atau butir emas dari mineral pengotornya. Material dari

proses tromol kemudian diangkut untuk selanjutnya dibawa ke lokasi

pengolahan yakni pendulangan. Selanjutnya material di alat

pendulangan yakni berupa tempat penggorengan (wajan). Pada proses

ini,pekerja berisiko terkena ISPA akibat adanya debu ketika material

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 26


akan diproses atau dibasahi dengan air untuk memisahkan debu dan

mengendapkan emas (Au).

b. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam proses pendulangan adalah masih

menggunakan bahan tradisional, yaitu masih menggunakan air dan

tanah. Pada proses ini tidak menggunakan bahan kimia.

c. Alat yang digunakan

Pada proses ini alat yag digunakan adalah alat penggorengan atau

wajan.

d. Kecelakaan Kerja

Proses pendulangan masih sangat tradisional dengan sistem manual

sehingga sangat minim terjadi kecelakaan kerja pada proses kerjanya.

e. Identifikasi Bahaya

1) Ergonomi

Bahaya ergonomi yang terdapat pada proses pendulangan adalah

pada saat pekerja melakukan pekerjaannya yakni mendulang,

posisi mendulang sangat berisiko terhadap kejadian

muskoloskeletal pada pekerja.

Adapun pengendalian pada bahaya ergonomi adalah dengan

menggunakan metode RULA dan REBA untuk menghitung posisi

postur tubuh yang nyaman dan aman bagi pekerja.

2) Biologi

Bahaya biologi yang bisa terjadi diproses pendulangan adalah:

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 27


a) Diare : Diare dapat terjadi pada tahap ini adalah ketika

adanya kontak langsung antara para pekerja yang bekerja

pada pendulangan ini dengan air yang terkontaminanasi oleh

bakteri penyebab diare seperti E.colli. Adanya kontak

langsung ini karena pekerja tidak menggunakan sepatu dan

safety gloves sehingga berbagai mikroorganisme yang berada

pada air genangan bisa menginfeksi pekerja.

b) Pengendalian risiko pada bahaya biologi yang bisa dilakukan

adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD),

sepatu dan safety gloves. Sehingga berbagai macam

mikroorganisme yang terdapat di dalam air tidak mudah

masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.

4. Proses Pembakaran

a. Proses Kerja

Material yang sudah dioleh pad proses pendulangan dibawa ke

lokasi pembakaran. Selanjutnya material di masukkan kedalam

wadah pembakaran . proses pembakaran dilakukan mengunakan alat

pembakaran berupa mesin , proses pembakaran mengunakan boraks.

b. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam proses pembakaran mengunakan bahan

yang tidak terlalu berbahaya yaitu mengunakan garam dapur (NaOH)

dan juga boraks, jadi proses ini tidak mengunakan bahan kimia yang

terlalu berbahaya.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 28


c. Alat Yang Digunakan

Pada proses ini alat yang digunakan yaitu wadah pembakaran., Las

karbit , kaca mata pelindung, sarung tangan,respirator .

d. Kecelakaan Kerja

Proses pembakaran di PT. Panca Logam masih mengunakan cara kerja

manual , tetapi menurut kepala K3KL belum pernah terjadi

kecelakaan kerja selama proses pembakaran emas berlangsung.

e. Identifikasi Bahaya

1) Biologi

Alergi : Alergi bisa terjadi pada tahap ini adalah ketika para

pekerja yang bekerja pada pembakaran ini, tidak menggunakan

alat pelindung sehingga berbagai mikroorganisme yang berada

pada ruangan bisa menginfeksi pekerja karena ruangan

pembakaran yg cukup sempit.

Pengendalian risiko pada bahaya biologi yang bisa dilakukan

adalah bisa dikendalikan dengan penggunaan APD pada pekerja,

seperti masker, safety shoes, dsb.

2) Fisik

Bahaya fisik yang terjadi pada proses ini adalah :

Radiasi : ganguan radiasi ini berasal dari panas yang di hasilkan

dari alat yang digunakan untuk melakukan pembakaran material

(las karbit).

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 29


3) Kimia

Bahaya kimia yang bisa terjadi pada proses ini adalah:

a) Ganguan saluran pernapasan : ganguan saluran pernapasan

bisa terjadi pada tahap ini adalah ketika para pekerja yang

bekerja pada proses pembakaran ini, tidak menggunakan

respirator karena pada saat proses pembakaran boraks yang

dapat mengakibatkan ganguan pernapasan bila dihirup

dengan berlebihan dan dapat pula mengakibatkan sakit

kepala.

b) Iritasi mata dan kulit : iritasi mata dan kulit bisa terjadi pada

tahap ini juga di pengaruhi oleh pengunaan boraks yang

berlebih adalah ketika para pekerja tidan mengunakan kaca

mata pelindung dan sarung tangan pada saat melakukan

pembakaran.

Pengendalian risiko pada bahaya kimia yang bisa dilakukan

adalah dengan menggunakan APD seperti mengunakan respirator

pada saat pembakaran dan juga mengunakan kaca mata pelindung

(pelindung mata) dan juga mengunakan sarung tangan.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 30


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan kunjungan lapangan di PT.

Panca Logam Nusantara yang kami lakukan adalah sebagai berikut.

1. Adapun bahaya yang terdapat di PT. Panca Logam Nusantara adalah

bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan kinetik. Di mana terdapat

empat potensi bahaya yang sangat berisiko kecuali bahaya kinetik.

2. Pekerja lebih banyak berisiko terkena penyakit akibat kerja berdasarkan

potensi bahaya dibandingkan dengan kecelakaan kerja. Namun, sejauh ini

belum ada data yang menunjukan adanya penyakit atau kecelakaan kerja.

3. Adapun pengendalian yang dapat diberikan yakni, metode basah untuk

mengurangi risiko penyakit ISPA akibat paparan debu, APD, dan juga

metode RULA dan REBA untuk mengurangi risiko moskuluskeletal pada

pekerja PT. Panca Logam Nusantara.

B. Saran

Dari hasil kegiatan yang kami lakukan, saran yang dapat kami berikan

kepada PT. Panca Logam Nusantara adalah sebagai berikut.

1. Perlu ditingkatkan lagi kesadaran para pekerja terhadap penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) sebagai alat yang dapat mengurangi tingkat paparan

debu, alergi, mikroorganisme dan lainnya dalam mencegah terjadinya

penyakit akibat kerja mautun kecelakaan kerja.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 31


2. Perlu adanya sanksi tegas dari perusahaan bagi pekerja yang tidak

menggunakan APD dan reward bagi pekerja yang menggunakan APD

pada saat bekerja agar mereka termotivasi untuk meningkatkan kesadaran

akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Diharapkan adanya penelitian mengenai faktor-faktor risiko yang terdapat

di PT. Panca Logam Nusantara untuk selanjutnya dapat ditindak lanjuti

sebagai tahapan pencegahat penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.

Laporan Kunjungan Lapangan PT. Panca Logam Nusantara, Bombana 32

Anda mungkin juga menyukai