Anda di halaman 1dari 19

Sabtu, 03 April 2010

Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut
Masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Selama 30 tahun terakhir, Indonesia mencapai berbagai keberhasilan dalam pembangunan
ekonomi. Bahkan oleh Bank Dunia, Indonesia digolongkan sebagai salah satu bayi ajaib di
Asia Tenggara yang mencapai keberhasilan dalam pembangunan ekonomi. Pendapatan rata-
rata penduduk meningkat, jumlah orang miskin berkurang dan kesejahteraan penduduk
semakin baik. Hal ini terjadi sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir tahun 1997.
Dampak dari krisis telah menekan kesejahteraan rakyat, terutama mereka yang sebelum krisis
telah hidup disekitar garis kemiskinan ke bawah. Salah satu indikator bagaimana terpuruknya
tingkat kesejahteraan rakyat adalah terjadinya ancaman terhadap kelangsungan pangan dan
gizi sebagian besar penduduk Indonesia
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia sekarang ini baru menghadapi perubahan ekonomi
dan politik yang tidak menentu. Walaupun tidak merata, secara umum Bank Dunia
melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif sebelum tahun 1997. Pertumbuhan
ekonomi ini berdampak pada penurunan angka kemiskinan dari 40% tahun 1976 menjadi
11% tahun 1996 , penurunan kematian bayi; penurunan kematian anak 0-4 tahun; dan 25%
penurunan kematian ibu. Secara statistik hal ini ditunjang pula dengan pencapaian keamanan
pangan, dan pencapaian pelayanan kesehatan terutama pada ibu dan anak.1
Krisis ekonomi memperlambat proses penurunan yang telah terjadi selama tiga dekade
terakhir. Krisis ekonomi berakibat menurunnya nilai rupiah yang berakibat pada merosotnya
pendapatan perkapita dan menyebabkan jumlah penduduk miskin semakin meningkat.
Dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat dapat dilihat secara tidak langsung.
Disadari secara luas bahwa dampak krisis ekonomi berdampak negatif pada status kesehatan
masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi
kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih
dilakukan terus menerus. Diperlukan informasi data kesehatan dengan kualitas yang baik dari
sistem pelayanan kesehatan dan juga survei lainnya.1
Status social ekonomi kemungkinan berhubungan dengan satu atau lebih factor – factor
penghalang yang harus diperhatikan yang mempunyai pengaruh secara langsung pada
kesehatan gigi. Factor penghalang pasien terhadap perawatan kesehatan gigi sudah lama
dikenal termasuk factor ekonomi, geografi, pendidikan, budaya, social, dan factor psikologi.2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh M. H. Hobdel dkk dari Inggris, telah lama dilakukan
penelitian terhadap status sosial ekonomi yang rendah memliliki tingkat kesehatan yang lebih
rendah dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang tergolong tinggi. Beberapa studi
telah mencari bukti nyata didalam kondisi kehidupan dengan menjadikan kemiskinan sebagai
objeknya dan berbagai penjelasan yang tidak adekuat untuk menjelaskan perbedaan
kesehatan diantara sosial ekonomi rendah dengan sosial ekonomi tinggi. Penyakit jantung,
stroke dan penyakit gigi adalah beberapa contoh penyakit terbanyak yang terdapat di
tingkatan sosial ekonomi rendah dan sedikit sekali dijumpai di tingkatan sosial ekonomi
tinggi. Itu hanya beberapa hal yang dapat dilihat dari perbedaan sosial ekonomi rendah
dengan sosial ekonomi tinggi.3
Barombong merupakan salah satu kelurahan yang terletak di bagian utara dari kota Makassar.
Kelurahan Barombong ini termasuk di dalam Kecamatan Tamalate. Kelurahan Barombong
terbagi atas 9 (sembilan) ORW yaitu Barombong, Bungaya, Pattukangan, Bontokapetta,
Bontoa, Kaccia, Tomposappa, Sumanna, Timbuseng, dan Bayowa. Keadaan sosial ekonomi
di wilayah Barombong cukup beragam seperti tingkat pendidikan dan mata pencahariannya. 4
Tingkat pendidikan masyarakat di kelurahan Barombong sebagian besar sudah dianggap
baik. Tetapi masih ada juga yang tingkat pendidikan / pengetahuan yang masih rendah
sehingga dapat memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap program
kesehatan. Namun demikian kita harus menyadari bahwa tingkat pendidikan masyarakat dari
tahun ke tahun telah menunjukkan kemajuan / peningkatan dengan semakin meningkatkan
masyarakat untuk meningkatkan masyarakat untuk memanfaatkan sarana pendidikan yang
ada. 4
Mata pencaharian penduduk kelurahan Barombong adalah sebagian besar petani, peternak,
nelayan, pegawai negeri, wiraswasta, buruh industri, pedagang, buruh bangunan dan supir
angkutan umum. 4
Pada umumnya masyarakat masih menganggap penyakit gigi dan mulut bukanlah suatu
penyakit yang serius. Kesehatan umum dianggap lebih penting dan dinilai lebih tinggi
daripada kesehatan gigi dan mulut. Meskipun mempunyai keluhan pada gigi dan mulut,
sebagian besar masyarakat menunda kunjungannya ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi.
Adapun faktor lain yang menyebabkan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan gigi adalah terdapatnya perbedaan konsep masyarakat tentang sakit gigi dengan
konsep sakit gigi menurut tenaga kesehatan. 5
Masyarakat memiliki konsep sehat-sakit tersendiri yang tidak sejalan dengan konsep sehat
sakit yang dimiliki tenaga kesehatan. Selama masih ada perbedaan konsep masyarakat
tentang sehat-sakit dan selama belum ada perubahan konsep-konsep yang salah ini, maka
peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan akan berjalan lambat. 5
Dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan gigi oleh masyarakat, diharapkan
mendapat gambaran yang lebih jelas tentang pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan gigi
oleh masyarakat, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai hal tersebut. Peneliti merasa
tertarik untuk mengetahui sejauhmana pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan
mulut oleh masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kota Makassar. 5
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004, dewasa ini
penyakit karies gigi dan periodontal telah dialami oleh sekitar 90% masyarakat Indonesia.
Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut sangat minim. Penyakit gigi dan mulut tersebut adalah penyakit jaringan periodontal
dan karies gigi, yang mempunyai sifat progresif yang bila tidak dirawat atau tidak diobati
akan makin parah, dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak dan tidak dapat
kembalih atau pulih seperti semula. Penyakit tersebut memiliki hubungan yang erat dengan
keadaan kebersihan mulut yang terabaikan sehingga terbentuk lapisan yang melekat erat pada
permukaan gigi dan mengandung bakteri yang disebut plak. 5
Status kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu indicator yang dapat digunakan untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat
factor penting antara lain keturunan, lingkungan fisik maupun social budaya, perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Perilaku merupakan salah satu factor terpenting yang dapat
mempenagruhi status kesehatan gigi dan mulut. 5
Berbicara mengenai kebersihan gigi dan mulut, maka pembentukan plak adalah merupakan
salah satu pencetus terjadinya penyakit periodontal. Plak gigi merupakan lapisan bakteri yang
lunak, tidak terkalsifikasi, menumpuk dan melekat pada gigi geligi dan objek lain dalam
mulut, misalnya restorasi, protesa dan kalkulus. Dalam bentuk lapisan tipis, plak umumnya
tidak terlihat dan hanya dapat terlihat dengan bantuan bahan disclosing. Dalam bentuk
lapisan yang tebal plak terlihat sebagai deposit kekuningan atau keabu-abuan yang tidak
dapat dilepas dengan kumur-kumur atau irigasi tetai dapat dihilangkan dengan penyikatan.
Lokasi plak yang terbanyak pada daerah sepertiga gingiva dan interproximal. Karena plak
berakumulasi dalam jumlah yang besar diregio interdental yang terlindungi, inflamasi
ginggiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar ke sekitar gigi. 5
Dengan perawatan yang baik kita akan dapat mencegah penyakit gigi dan mulut yaitu antara
lain dengan membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan yang biasanya tertinggal di
antara gigi atau fissure gigi. Sisa-sisa makanan tersebut dikenal dengan sebutan food debris.
Food debris ini merupakan media yang baik untuk berkembangnya bakteri. Sehingga semakin
lama melekat, bakteri itu semakin banyak dan bertumpuk, lapisan bakteri yang lunak pada
gigi ini disebut dengan plak. Bila plak ini dibiarkan maka akan mengalami mineralisasi
sehingga terbentuk kalkulus. Sedang kalkulus berperan sebagai factor etiologi penyakit
periodontal.
Di dalam mulut juga sudah mempunyai system pembersihan sendiri yaitu air ludah dan lidah,
tapi dengan banyaknya jenis variasi makanan yang diproduksi oleh berbagai macam pabrik
makanan sekarang ini, pembersihan alamiah ini tidak lagi dapa berfungsi dengan baik. Oleh
sebab itu, kita juga harus menggunakan sikat gigi sebagai alat bantu untuk membersihkan
gigi dan mulut. Telah terbukti bahwa gigi yang bersih sangat sedikit sekali kemungkinannya
terserang karies gigi.
Plak gigi merupakan deposit lunak yang terdiri dari kumpulan bakteri yang melekat ada
permukaan gigi atau bagian-bagian rongga mulut lainnya, seperti jaringan ginggiva dan lidah.
Distribusinya pada permukaan gigi umumnya pada daerah yang kurang menerima self
cleansing, yaitu permukaan proximal dan beberapa servikal gigi. Plak gigi sangat berperan
pada awal perkembangan penyakit periodontal dan karies gigi.
Tingkat pendidikan tiap individu di Negara kita ini sangatlah beragam. Ada yang sukses
menyelesaikan pendidikan di jenjang perguruan tinggi, tetapi ada juga segelintir orang yang
hanya mampu menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah dasar, sekolah lanjutan
tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Bahkan ada juga yang tidak sempat sama
sekali untuk menerima pelajaran di bangku-bangku sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berinisiatif untuk meneliti hubungan sosial ekonomi
yang meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pembayaran listrik tiap bulannya
dengan status kesehatan gigi dan mulut.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan sosial ekonomi dengan status
kesehatan gigi dan mulut masyarakat kelurahan Barombong Kleurahan Tamalate Makassar
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan status kesehatan gigi dan
mulut masyarakat di kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka peningkatan kesehatan khususnya
kesehatan gigi dan mulut serta dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya
dalam hal efektifitas frekuensi menyikat gigi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tingkat Sosial Ekonomi


Tingkat kesadaran masyarakat di kota besar terhadap kesehatan gigi makin tinggi, tetapi
sayang baru sedikit yang mau melakukan pencegahan gigi berlubang sejak dini. Terbukti,
karies atau gigi berlubang merupakan penyakit infeksi yang umum di dunia dan ditemukan
pada 95% penduduk dunia. Padahal, gigi yang sehat dan cantik menjadi idaman semua orang.
6
Dalam pengertian sosial atau pergaulan antar manusia (kelompok, komunitas), kemandirian
juga bermakna sebagai organisasi diri (sef-organization) atau manajemen diri (self-
management). Unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dan melengkapi sehingga muncul
suatu keseimbangan. Pada aras ini, pencarian pola yang tepat, agar interaksi antar unsur
selalu mencapai keseimbangan, menjadi sangat penting. Setiap keseimbangan yang dicapai
akan menjadi landasan bagi perkembangan berikutnya. Proses kemandirian adalah proses
yang berjalan tanpa ujung. 6
Tingkat sosial ekonomi yang dalam hal ini lebih kita bahas mengenai tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dan biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik setiap bulannya
mempengaruhi kebersihan gigi tiap individu. Tingkat pendidikan tiap individu di Negara kita
ini sangatlah beragam. Ada yang sukses menyelesaikan pendidikan di jenjang perguruan
tinggi, tetapi ada juga segelintir orang yang hanya mampu menyelesaikan pendidikannya di
bangku sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.
Bahkan ada juga yang tidak sempat sama sekali untuk menerima pelajaran di bangku-bangku
sekolah. Begitu juga dengan jenis pekerjaan, di negara kita ini ada beraneka macam jenis
pekerjaan yang diperuntukkan untuk setiap orang yang tersebar luar di seluruh pelosok
negara ini.
Lebih ironis lagi, pembangunan di bidang ekonomi ini tidak menjamin terwujudnya
perbaikan ekonomi masyarakat secara merata. Dua hal yang menjadi penyebabnya adalah:
pertama, pembangunan ekonomi itu hanya mengutamakan pertumbuhan. Kedua, tidak
efisiennya sistem birokrasi yang dikembangkan oleh pemerintah. Ketidakefisienan ini telah
menimbulkan kesenjangan dalam kepemilikan akses atas pembangunan. Dengan kata lain,
hanya individu-individu atau kelompok masyarakat tertentu yang memkmati hasil
pembangunan tersebut. Golongan yang diuntungkan ini adalah mereka yang dekat dengan elit
kekuasaan, atau mereka yang secara sosial ekonomi memang mampu meraih kesempatan
yang ada. 6
Tentu saja golongan yang diuntungkan ini merupakan golongan kecil dari masyarakat.
Sebagian besar masyarakat, karena berada dalam tingkat sosial ekonomi yang
memprihatinkan, tidak mampu mengambil manfaat atas hasil-hasil pembangunan. Golongan
terakhir ini hidup di perkampungan-perkampungan kumuh di perkotaan dan di pedesaan.
Karena tekanan struktur kekuasaan, sosial, ekonomi, maupun politik begitu besar, mereka
tertinggal jauh dari kemajuan ekonomi yang semakin menyulitkan kehidupan sehari-hari. 6
Lebih jauh dikemukakan perbedaan tingkat sosial ekonomi pada umumnya berpengaruh
terhadap kebersihan gigi dan mulut, bau yang tak sedap yang keluar dari mulut sering dialami
mereka yang memiliki tingkat pendidikan sangat rendah dengan tingkat kemampuan secara
ekonomi tidak cukup baik. masyarakat yang tingkat pendidikannya tinggi dan kemampuan
ekonominya cukup memadai, biasanya sangat memperhatikan masalah kesehatan terutama
gigi dan mulut. 6
Telah lama dilakukan penelitian terhadap status sosial ekonomi yang rendah memliliki
tingkat kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang
tergolong tinggi. Beberapa studi telah mencari bukti nyata didalam kondisi kehidupan dengan
menjadikan kemiskinan sebagai objeknya dan berbagai penjelasan yang tidak adekuat untuk
menjelaskan perbedaan kesehatan diantara sosial ekonomi rendah dengan sosial ekonomi
tinggi. Penyakit jantung, stroke dan penyakit gigi adalah beberapa contoh penyakit terbanyak
yang terdapat di tingkatan sosial ekonomi rendah dan sedikit sekali dijumpai di tingkatan
sosial ekonomi tinggi. Itu hanya beberapa hal yang dapat dilihat dari perbedaan sosial
ekonomi rendah dengan sosial ekonomi tinggi.3
2.2. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
2.2.1. Karies
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadinya infasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periaeks yang dapat menyebabkan nyeri. Jika tidak
ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus
berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti
telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman Perunggu, zaman Besi, dan
masa pertengahan. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola
makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.7
Menurut Mahesh Kumar, Joseph T, Varma R dan Jayanti M dari India, Karies gigi menjadi
penyakit yang prevalensinya paling tinggi yang menyerang gigi permanen, lebih besar
daripada gigi susu dan lebih banyak pada murid sekolah berbadan hukumdaripada sekolah
pribadi. Dengan demikian terlihat korelasi dengan status social ekonomi. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan terbesar dari pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada usia
dini meliputi instruksi yang tepat dari penatalaksanaan Oral Hygiene dan program preventif
dari sekolah yang akan membantu meningkatkan perilaku preventif kesehatan gigi dan sikap
yang berguna di dalam kehidupannya.8
Ada empat factor penting yang dapat menimbulkan karies, yakni :
1. Mikroflora : Bakteri asidogenik yang berkolonisasi pada permukaan gigi.
2. Host : Kuantitas dan kualitas saliva, kualitas gigi dll
3. Diet : Karbohidrat yang dapat difermentasi, khususnya sukrosa, tetapi bias juga makanan
dari bahan tepung.
4. Waktu : Total waktu yang terpapar oleh asam inorganic yang diproduksi oleh bakteri
plak.9
Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa yang terlihat dapat
berbeda faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi
terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjad lubang
coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, terkadang
diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan
seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.7
Karies disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena
reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Asam yang diproduksi
tersebut mempengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigi
akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5,
proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih
banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.7,9
Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi. Sebuah perawatan dapat
dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi,
dan estetika. Namun belum diketahui caranya Maka, organisasi kesehatan gigi terus
menjalankan penyuluhan untuk mencegah kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga
kesehatan gigi dan makanan.7,9
Usaha paling tepat mencegah karies gigi adalah mengurangi makanan penyebab. Langkah ini
harus diajarkan dan ditekankan terutama pada anak – anak. Selain mengurangi makanan
penyebab, dianjurkan untuk menggosok gigi secara teratur serta memeriksakan kondisi gigi
kepada dokter gigi secara teratur minimal 6 bulan sekali.7,9
2.2.2. Kalkulus
Kalkulus adalah massa yang mengalami kalsifikasi, yang melekat dan menumpuk pada
permukaan gigi dan struktur – struktur keras lainnya didalam mulut. Biasanya kalkulus terdiri
dari bakteri plak yang termineralisasi.9
Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi permanen
anak usia muda. Meskipun demikian, pada usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan
pada sebagian besar rongga mulut dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.
Kalkulus dapat kita bedakan menjadi dua macam yaitu kalkulus supraginggiva dan kalkulus
subginggiva.11,12
2.2.3. Food Debris
Food debris adalah sisa – sisa makanan yang dicairkan oleh enzim – enzim bakteri, dan
dibersihkan dari rongga mulut setiap lima menit setelah makan, tetapi sebaian tetap tinggal
dipermukaan gigi dan mukosa dan lebih mudah dibersihkan daripada plak. 10
Meskipun food debris juga mengandung bakteri, namun berbeda dengan bactery coatings
(plak dan materi alba). Food debris seharusnya dibedakan dari serat – serat yang terjerat
didaerah interproximal pada daerah timbunan makanan.10
Laju pembersihan rongga mulut yang dipengaruhi oleh aliran saliva (ludah), aksi mekanik
lidah, pipi, dan bibir bervariasi tergantung jenis makanan dari masing – masing individu.
Sebagai contoh, makanan lengket atau lunak seperti roti, buah ara, caramel akan melekat
pada permukaan gigi paling lama satu jam, sebaliknya makanan – makanan kasar seperti
wortel mentah, apel, dapat dibersihkan dengan cepat. Pengunyahan makanan berserat dapat
secara efektif membersihkan sebagian food debris dari rongga mulut, walaupun itu tidak
memiliki efek yang berarti pada pengurangan plak. 10
2.3. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Telah lama dilakukan penelitian terhadap status sosial ekonomi yang rendah memliliki
tingkat kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang
tergolong tinggi. Beberapa studi telah mencari bukti nyata didalam kondisi kehidupan dengan
menjadikan kemiskinan sebagai objeknya dan berbagai penjelasan yang tidak adekuat untuk
menjelaskan perbedaan kesehatan diantara sosial ekonomi rendah dengan sosial ekonomi
tinggi. Penyakit jantung, stroke dan penyakit gigi adalah beberapa contoh penyakit terbanyak
yang terdapat di tingkatan sosial ekonomi rendah dan sedikit sekali dijumpai di tingkatan
sosial ekonomi tinggi. Itu hanya beberapa hal yang dapat dilihat dari perbedaan sosial
ekonomi rendah dengan sosial ekonomi tinggi.3
Faktor sosial ekonomi masyarakat merupakan sebab yang mengarah pada suatu keputusan
ekonomi maupun non ekonomi, untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan
umum, kadang-kadang tindakan perorangan atau kelompok atas kegiatan produksi dan
komsumsi yang secara tidak sadar dapat menimbulkan eksternalitas bagi orang lain. 6
Kemandirian (self-reliance) adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan
pembangunan. Dalam konsep ini program-program pembangunan dirancang secara sistematis
agar individu maupun masyarakat menjadi subyek dari pembangunan. Walaupun
kemandirian, sebagai filosofi pembangunan, juga dianut oleh negara-negara yang telah maju
secara ekonomi, tetapi konsep ini lebih banyak dihubungkan dengan pembangunan yang
dilaksanakan oleh negara-negara sedang berkembang. 6
Persepsi ini muncul dikarenakan penjajahan yang berlangsung lama, yang dengan efektif
menggunakan kekuasaan feodal pribumi, telah meninggalkan warisan berupa tatanan
ekonomi sosial serta mentalitas masyarakat yang tidak siap mengemban kemerdekaan yang
telah diraih. Dalam kondisi semacam inilah negara-negara sedang berkembang bergaul
dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju secara ekonomi. Tidak bisa lain, untuk mengejar
ketertinggalannya di bidang ekonomi, negara-negara tersebut harus melakukan pelbagai
program pembangunan. Sayangnya, pembangunan yang mereka laksanakan seringkali
terfokus hanya pada bidang ekonomi, dengan sasaran utama meningkatkan produksi dan
pendapatan, dan jarang memperhatikan faktor manusia sebagai subyek. Dalam praktik sering
kita jumpai martabat manusia merosot hingga sekedar menjadi alat untuk mencapai tujuan
ekonomi.6

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Observasional Analitik14
3.2. Lokasi Penelitian
Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar
3.3. Waktu Penelitian
27 Desember 2008 – 9 Januari 2009
3.4. Populasi Penelitian
Masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar yang berusia lebih dari 20
tahun. 13
3.5. Metode Sampling
Kelurahan Barombong dibagi menjadi 9 RW. Di setiap RW peneliti mengambil sampel
sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Adapun sampel yang diambil yaitu sampel
yang berada dilokasi pada saat peneliti melakukan penelitian. Setelah itu, dilakukan
wawancara terlebih dahulu dengan sampel lalu diadakan pemeriksaan status gigi dan mulut.
3.6. Cara Penentuan Besar Sampel
Untuk cluster random sampling maka rumus penentuan besar sampel yang digunakan adalah
14 :
Jumlah Sampel=n/(1+n(d^2))
Jadi, n = 4020; d = 5 % = 0,05
Maka; Jumlah Sampel = n/(1+n〖(d)〗^2 )=4020/(1+4020(〖0.05)〗^2 )=362
Besar sampel yang diperlukan yaitu 362 orang.
3.7. Cara Pengumpulan Data / Jalannya Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan cara cluster random sampling, yaitu peneliti langsung
turun ke setiap RW di kelurahan Barombong. Disetiap RW dilakukan penelitian pada
sejumlah sampel dengan usia 20 tahun keatas. Peneliti mengambil data dengan cara
melakukan wawancara singkat dan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan gigi dan
mulut.
Cluster yang dimaksud disini yaitu peneliti melakukan penelitian dilakukan di sebuah
kawasan yang telah ada, dan random dimaksudkan disini yaitu mengambil sampel secara
acak yang berada ditempat pada saat peneliti melakukan penelitian
Pencatatan nama, umur dan jenis kelamin
3.8. Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat yang digunakan :
1. Kaca mulut (mirror)
2. Sonde
3. Nierbeken
4. Pinset
5. Alat tulis menulis
Bahan yang digunakan :
1. Alkohol 70 %
2. Betadin
3. Kapas
3.9. Data14
Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diambil secara
langsung dari objek yang akan diteliti
Penyajian data
Penyajian data dalam bentuk tabel
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0
Analisis Data
Analisi data menggunakan analisis chi-square
3.10. Definisi Operasional15
Tingkat Sosial Ekonomi
Jenjang yang membedakan masyarakat yang bermukim di suatu daerah meliputi tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, dan kategori biaya listrik yang dibayar tiap bulannya.
Status Kesehatan Gigi
Penilaian yang diberikan terhadap kebersihan gigi antara lain karies, debris, kalkulus, dan
penyakit periodontal.
3.11. Kriteria Penilaian
Karies gigi adalah karies yang dinilai dengan menggunakan indeks DMF-T dengan kriteria
sebagai berikut :
Decayed (D) adalah gigi dengan karies yang masih dapat ditambal termasuk gigi dengan
sekunder karies. Decay ini diperiksa dengan cara apabila sonde tersangkut pada permukaan
gigi.
Missing (M) adalah kehilangan gigi atau gigi dengan indikasi pencabutan yang disebabkan
oleh karies.
Filling (F) adalah tambalan yang dilakukan pada gigi yang mengalami karies tanpa disertai
sekunder karies. Dalam hal ini gigi yang sudah ditambal, tetap dan baik atau gigi dengan
restorasi mahkota akibat karies.
Tooth (T) adalah indeks dihitung per gigi meskipun terdapat lebih dari satu kavitas pada
permukaan gigi.
DMF-T Rata - rata=(Jumlah D+M+F)/(Jumlah Orang Yang Diperiksa)
Kriteria penilaian indeks DMF-T menurut Suwelo, 1992:
0,0 – 1,1 = sangat rendah
1,2 – 2,6 = rendah
2,7 – 4,4 = sedang
4,5 – 6,5 = tinggi
> 6,6 = sangat tinggi
Pemeriksaan dilakukan dengan menghitung nilai skor DI-S untuk perhitungan tingkat debris
dan CI-S untuk perhitingan tingkat kalkulus sehingga diperoleh OHI-S yaitu tingkat
kebersihan gigi dan mulut.
Adapun gigi yang diperiksa meliputi 6 permukaan gigi permanen yaitu :
Permukaan labial gigi Incicivus sentralis kanan atas
Permukaan labial gigi Incicivus sentralis kiri bawah
Permukaan bukal gigi Molar satu atas kiri dan kanan
Permukaan lingual gigi Molar satu bawah kiri dan kanan
Untuk menentukan skor tiap gigi yang periksa, dihitung mulai dari 1/3 ginggival kearah 1/3
incisal atau oklusal.
Arti angka dalam DI-S :
0 = tidak ada debris atau stain
1 = debris lunak yang menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi atau tidak ada debris tapi ada
ekstrinsik stain.
2 = debris lunak yang menutupi lebih 1/3 permukaan gigi tapi tidak lebih 2/3 permukaan gigi.
3 = debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dari arah apikal.
Nilai debris indeks (DI-S) untuk individu :
(Jumlah Gigi Tiap Individu)/6 =
Angka dalam CI-S :
0 = tidak ada kalkulus
1 = kalkulus supraginggival yang menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi.
2 = kalkulus supraginggival yang menutupi lebih 1/3 permukaan gigi tapi tidak lebih 2/3
permukaan gigi, dengan / tanpa subginggival yang masih berupa plak pada servikal gigi
3 = kalukulus supraginggival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi, dari arah apical dengan
atau tanpa kalkulus subginggival yang berlanjut di daerah servikal
Nilai debris indeks (CI-S) untuk individu :
(Jumlah Gigi Tiap Individu)/6 =
Jadi dari hasil skor diatas, maka untuk kriteria penilaian OHI-S diperoleh :
NILAI OHI – S = Nilai DI-S + Nilai CI-S
Kriteria nilai OHI-S menurut Wilkins, 1976:
0,0 – 1,2 : Oral Hygiene Baik
1,3 – 3,0 : Oral Hygiene Sedang
3,1 – 6,0 : Oral Hygiene Buruk

Bila gigi indeks tidak ada, maka ketentuan yang berlaku :


1. Jika gigi molar satu tidak ada, dipakai gigi molar dua
2. Jika gigi incicivus satu kanan atas tidak, dipakai gigi incicivus satu kiri atas
3. Jika gigi incicivus satu kiri bawah tidak ada, dipakai gigi incicivus satu kanan bawah. Jika
keduanya tidak ada, tidak ada penelitian.
Harus diingat bahwa gigi – gigi yang diperiksa harus gigi yang telah erupsi sempurna, suatu
gigi yang telah dianggap erupsi sempurna dan dapat dinilai apabila bagian incisal atau oklusal
dari gigi tersebut telah mencapai dataran oklusal.
Kategori untuk banyaknya pembayaran listrik tiap bulannya menurut data yang diperoleh dari
www.pln.co.id :
< Rp. 45.000 : Rendah
Rp. 45.000 – Rp. 90.000 : Sedang
> Rp. 90.000 : Tinggi
Penelitian telah dilakukan di kota Makassar, tepatnya di kecamatan Tamalate Kelurahan
Barombong pada tanggal 27 Desember 2008 – 9 Januari 2009, diperoleh sampel dengan
jumlah 362 orang dengan kisaran usia 20 tahun keatas.(13)
Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang
melakukan kegiatan berkumur setelah makan yaitu sebesar 328 % dari total jumlah sampel.
Yang memeriksakan giginya ke petugas kesehatan yang dalam hal ini adalag dokter gigi yaitu
149 % dari total jumlah sampel. Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat kita lihat dari tabel 1,
sebanyak 142 % dari total jumlah sampel hanya menempuh pendidikan sampai jenjang
sekolah Dasar sedang yang tidak pernah sama sekali merasakan bangku pendidikan yaitu 9.9
% dari total jumlah sampel. Jenis pekerjaan menurut tabel adalah 23.2 % dari total jumlah
sampel adalah pengangguran.
berdasarkan hasil penelitian, dapat kita lihat rata – rata decay, missing, filling dan DMFT
pada sampel menurut tingkat pendidikannya. Untuk nilai D, yang tertinggi yaitu sampel yang
hanya menempuh pendidikannya sampai tingkat SLTA. Untuk nilai M, nilai tertinggi yaitu
sampel yang sama sekali tidak pernah menikmati pendidikan sedang nilai F yang tertinggi
yaitu sampel yang telah melanjutkan pendidikannya sampai tingkat perguruan tinggi. Nilai
rata – rata untuk DMF-T tertinggi yaitu sampel yang tidak pernah sama sekali menikmati
pendidikan.
berdasarkan hasil penelitian, dapat kita lihat nilai rata – rata decay, missing, filling dan nilai
rata – rata DMF-T. Untuk nilai D, yang tertinggi yaitu sampel yang mempunyai mata
pencaharian dengan bertani yaitu mencapai 2.5. untuk nilai M, yang tertinggi yaitu sampel
yang bekerja sebagai nelayan dengan rata – rata mencapai 9.25. untuk nilai F, yang tertinggi
yaitu sampel yang masih menjalankan rutinitasnya sebagai seorang mahasiswa dengan nilai
rata – rata 0.28. Dan untuk nilai DMF-T, yang tertinggi yaitu sampel yang berprofesi sebagai
petani dengan nilai 18.5.
berdasarkan hasil penelitian. Untuk nilai DIS, sampel yang hanya menyelesaikan
pendidikannya sampai tingkat SD adalah yang menunjukkan angka tertinggi yaitu 1.28.
Begitu pula dengan nilai rata – rata CIS dan OHI-S, angka tertinggi ditunjukkan sampel yang
hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai bangku SD yaitu masing – masing
menujukkan nilai 1.35 dan 2.76.
berdasarkan hasil penelitian. Untuk nilai DIS, nilai tertinggi yaitu sampel yang mempunyai
pekerjaan sebagai nelayan dengan nilai 1.33. untuk nilai CIS, nilai tertinggi yaitu sampel
yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan yaitu dengan nilai 1.38. dan untuk nilai
rata – rata OHI-S tertinggi yaitu sampel yang juga memiliki mata pencaharian sabagai
seorang nelayan.
berdasarkan hasil penelitian. Status DMFT untuk yang tidak pernah bersekolah yaitu 2.5 %
dikategorikan sangat rendah, sedang 4.4 % dikategorikan sangat tinggi. Status DMFT untuk
yang menyelesaikan pendidikannya hanya sampai SD yaitu 15.2 % dikategorikan sangat
rendah, sedang 7.7 % dikategorikan sangat tinggi. Status DMFT untuk yang menempuh
pendidikan sampai SLTP yaitu 7.7 % dikategorikan sangat rendah sedang 3 % dikategorikan
sangat tinggi. Status DMFT untuk yang menempuh pendidikan sampai SLTA yaitu sebesar
7.5 % dikategorikan sangat rendah sedang 3.3 % dikategorikan sangat tinggi. Status DMFT
untuk yang telah menempuh pendidikan sampai dengan tingkat perguruan tinggi yaitu 5 %
dikategorikan sangat rendah sedang 0.8 % dikaegorikan sangat tinggi.
berdasarkan hasil penelitian, dapat kita lihat status DMFT yang dilihat dari jenis pekerjaan.
Status DMFT yang bekerja sebagai PNS, 1.5 % dikategorikan sangat rendah sedang 0.3 %
dikategorikan sangat tinggi. Status DMFT yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu 11.3 %
dikategorikan sangat rendah sedang 8.5 % dikategorikan sangat tinggi. Status DMFT yang
bekerja sebagai petani yaitu sebesar 0.3 % dikategorikan sangat rendah sedang 0.8 %
dikategorikan sangat tinggi. Status DMFT yang bekerja sebagai nelayan yaitu sebesar 2.2 %
dikategorikan sangat rendah sedang 2.7 % dikategorikan sangat tinggi. Status DMFT yang
tidak mempunyai pekerjaan sebesar 18.5 % dikategorikan sangat rendah sedang 7.1 %
dikategorikan sangat tinggi.
berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil uji statistik di peroleh hasil yang signifikan p <
0,05) untuk nilai hubungan jenis pekerjaan dengan status DMFT. Hal ini berarti terdapat
hubungan yang bermakna pada status kesehatan gigi dan mulut masyarakat Kelurahan
Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.
berdasarkan hasil penelitian, dapat kita lihat status DMFT yang dilihat dari biaya listrik yang
dikeluarkan tiap bulannya. Sampel yang membayar biaya listriknya tergolong dalam kategori
rendah, status DMFT terendahnya yaitu 27.1 % sedangkan tertinggi yaitu 13.3 %. Sampel
yang tergolong dalam kategori sedang dalam pembayaran biaya listrik tiap bulannya,
memiliki status DMFT terendah yaitu 1.6 % sedang yang tertinggi 1.6 %. Sedang sampel
yang masuk dalam kategori tinggi pembayaran listriknya dalam sebulan, memliki status
DMFT terendah yaitu 9.1 % dan yang tertinggi 2.5 %.
berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh hasil uji statistik di peroleh hasil yang tidak
signifikan(p < 0,05) untuk nilai hubungan kategori biaya listrik dengan status DMFT. Hal ini
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna pada status kesehatan gigi dan mulut
masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat kita lihat status OHIS yang dilihat dari tingkat
pendidikan. Untuk status OHIS yang dikategorikan buruk persentase tertinggi terdapat pada
yang hanya mengecap pendidikan sampai bangku sekolah dasar dengan persenstase 15.7 %
dari 40 sampel, begitu pula status OHIS yang digolongkan baik persentase terendah juga
terdapat pada yang hanya mampu menikmati bangku pendidikan sampai dengan tingkat
sekolah dasar dengan persentase 15.7 % dari 57 sampel.
berdasarkan hasil penelitian, dapat kita lihat status OHIS yang dilihat dari jenis pekerjaan.
Untuk status OHIS yang dikategorikan buruk persentase tertinggi terdapat pada yang tidak
memiliki pekerjaan atau pengangguran dengan persenstase 12.9 % dari 182 sampel, begitu
pula status OHIS yang digolongkan baik persentase tertinggi juga terdapat pada yang tidak
memiliki pekerjaan dengan persentase 21.5 % dari 182 sampel.
berdasarkan hasil penelitian, dapat kita lihat status OHIS yang dilihat dari biaya listrik tiap
bulan. Untuk status OHIS yang dikategorikan buruk, persentase tertinggi terdapat pada yang
membayar biaya listrik tiap bulannya tergolong rendah yaitu dengan persentase 17.7 %.
Sedang status OHI-S yang dikategorikan baik, persentase tertinggi terdapat pada sampel yang
membayar listrik tiap bulannya tergolong tinggi yaitu dengan persentase 8 %.
Dari tabel ini juga diperoleh hasil uji statistik di peroleh hasil yang tidak signifikan p < 0,05)
untuk nilai hubungan kategori biaya listrik dengan status OHI-S. Hal ini berarti tidak terdapat
hubungan yang bermakna pada status kesehatan gigi dan mulut masyarakat Kelurahan
Barombong Kecamatan Tamalate Makassar

BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian telah dilakukan di kota Makassar, tepatnya di kecamatan Tamalate Kelurahan


Barombong pada tanggal 27 Desember 2008 – 9 Januari 2009, yaitu Hubungan Tingkat
Sosial Ekonomi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut di Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan
tingkat sosial ekonomi masyarakat yang dalam hal ini mengambil contoh tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dan biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik tiap bulannya dengan
status kesehatan gigi dan mulut di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling. Sampel yang diperoleh
sebanyak 362 orang dengan kisaran usia 20 tahun keatas.
Penelitian ini meliputi penilaian terhadap kebersihan gigi dan mulut serta status karies pada
masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar yang berusia lebih dari 20
tahun. Dari penelitian yang dilakukan, diketahui terdapat hubungan antara tingkat sosial
ekonomi dengan status kesehatan gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya pada skripsi ini.
Tingkat sosial ekonomi masyarakat Barombong kurang lebih berpengaruh terhadap status
kesehatan gigi dan mulut masyarakat itu sendiri. Adapun tingkat sosial ekonomi itu seperti
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan serta biaya yang dikeluarkan untuk membayar litrik tiap
bulannya. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting. Semakin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat maka status kesehatan gigi dan mulut lebih terjaga dibandingkan
dengan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tergolong rendah. Tetapi ada juga
segelintir masyarakat yang walaupun tingkat pendidikannya tergolong rendah tetapi status
kesehatan giginya bisa dikategorikan baik. Hal ini dikarenakan kebiasaan yang dilakukan
sejak masih berusia muda. Jenis pekerjaan juga berpengaruh terhadap status kesehatan gigi
dan mulut. Semakin tinggi pekerjaannya maka status kesehatan gigi dan mulutnya dapat
dikategorikan baik. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang lebih tentang bagaimana kiat –
kiat menjaga kesehatan gigi dan mulut jika dibandingkan dengan masyarakat dengan jenis
pekerjaan yang tergolong rendah.
Secara umum, keadaan status karies masyarakat kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
Makassar tergolong tinggi. Hal ini sesuai dengan survei Departemen Kesehatan RI pada
tahun 2001 yang menemukan bahwa sekitar 70 % penduduk Indonesia berusia 10 tahun
keatas pernah mengalami kerusakan gigi. Pada usia 12 tahun, jumlah kerusakan gigi
mencapai 43.9 %, usia 15 tahun mencapai 37.4 %, usia 18 tahun sebanyak 51.1 %, usia 35 –
44 tahun mencapai 80.1 % dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96.7 %.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan status kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat kita lihat dari nilai p =
0.041 (p<0.05 berarti terdapat hubungan yang significant). Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wan Salina, Nizam dan Naing dari daerah Tumpat Malaysia.
Faktor sosiodemografi telah mendapat perhatian dalam beberapa literature dalam
hubungannya dengan karies. Penelitian ini menunjukkan bahwa factor sosiodemografi yaitu
tingkat pendidikan berhubungan dengan status kesehatan gigi dan mulut dengan nilai p =
0.025.15
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Arab Saudi dengan judul
Hubungan Aspek Sosial Ekonomi Dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut yang
menunujukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan status kesehatan gigi dan
mulut msyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa criteria aspek social ekonomi
yang memegang peranan penting dalam terjadinya karies salah satunya adalah tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran untuk menjaga kebersihan
gigi dan mulut. Hasil ini juga sesuai dengan pernyataan Lingstrom et al. (2000) yang
mengemukakan beberapa factor penyebab karies gigi diantaranya adalah factor social
ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah.16
Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan
mulut dengan jenis pekerjaan masyarakat kelurahan Barombong, hal ini dapat dilihat dari
nilai p = 0.00 (p<0.05 berarti terdapat hubungan yang significant). Tetapi dalam penelitian ini
tidak diperoleh hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan besarnya biaya
listrik yang dikeluarkan masyarakat kelurahan Barombong tiap bulannya, hal ini dapat kita
lihat dari nilai p = 0.115 (p<0.05 berarti terdapat hubungan yang significant).
Ada pendapat yang mengatakan bahwa distribusi keuangan kesehatan masyarakat yang wajar
merupakan suatu langkah pertama yang diperlukan untuk mengurangi faktor – factor
penghalang ekonomi. Para peneliti memperkirakan hanya terdapat 0.5 % dari anggaran
belanja bidang kesehatan membiayai perawatan kesehatan gigi. Meningkatnya pengganti
perawatan gigi mendorong partisipasi dokter gigi swasta dalam program yang dibiayai oleh
pemerintah dapat menolong mengurangi factor penghalang ekonomi dan meningkatkan
pelayanan kesehatan gigi. Akan tetapi, ditemukan bahwa meningkatnya penggantian biaya itu
sendiri tidak menyebabkan peningkatan yang proporsional.2

BAB VI
PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
Makassar, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
Terdapat hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan status kesehatan gigi dan mulut
masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.
Tingkat pendidikan serta jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
status kesehatan gigi dan mulut masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
Makassar.

7.1. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
Makassar, maka ada beberapa saran yang dapat kami berikan :
Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel – variabel yang
berhubungan dengan status kesehatan gigi dan mulut di Kelurahan Barombong Kecamatan
Tamalate Makassar.
Perlu perhatian khusus dari pemerintah Kelurahan Barombong berupa tindakan preventif,
kuratif, promotif dan rehabilitatif untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi dan mulut
masyarakat Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, I. Proposal Penelitian Faktor Sosial Ekonomi dan Demografi Terhadap Status
Kesehatan dan Gizi Masyarakat (Online), www.indoskripsi.com launched at November 2007.
Diakses 22 September 2008.
Oral diseases and socio-economic status (SES).British Detnal Journal.Vol 194. No 2.2003
A. James, E. David, Brumley, U. Jennifer. Community Sosioeconomic Status and Children’s
Dental Health. Journal of Am. Dent. Assoc. 2001
Badan Pusat Statistik Barombong. Barombong dalam angka 2007. Available from :
http://www.Barombong.go.id/baru/data/geo2007.pdf . Accessed at September, 25th 2008.
Muhariani, Indah. Januari 2008. Pencegahan dan Kesehatan Gigi Masyarakat. Laporan Akhir
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Gigi. 22th Sept 2008.
Ismawan B. Mei 2003. Kemandirian Suatu Refleksi.Jurnal Ekonomi Rakyat.(Online),Th.II –
No.3 Available from : http://www.ekonomirakyat.org. Accested at 22th September 2008.
Allen D. L. Periodontitics for The Dental Hygienest. 4thed and Febinger. Philadelphia. 1987
K. Mahesh, T. Joseph, R. Varma, M. Jayanthi. Oral Health Status of 5 years and 12 years
school going children in Chennai City – An Epidemiological Study. Indian Jurnal Pedo Prev
Dent – March 2005. Available from : http://jisppd.com. Accested at 18th may 2009
Axelsson P, Karlstad, Sweden. Diagnosis and Risk Prediction of Dental Caries. Vol.2.
Chicago:Quintessence Publishing Co, Inc, 2000:1,43,77-8
A. M. Kidd E. Dasar – dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Treham Mc. Menjaga Kesehatan Mulut dan Gigi. Liberty. Yogyakarta. 1995
Baum, Philips, Lund. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Edisi 3.Penerbit Buku Kedokteran
EGC.1994
Tarigan, Rasinta. Karies Gigi. Hipokrates. 2002.
Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar – dasar- Metodologi Penelitian Klinis.3rd. CV Sagung
Seto.2008
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta : Pustaka Amani
Wan Salina, A. Nizam, L. Naing. The associations of birth order and sociodemographic
factors with caries experience among adolescents in Tumpat. Archieves of Orofacial
Sciences. 2007. 45 – 50
A. Safia, Al-Attas, BSD. MSc. FAAOM. Socioeconomis Aspec With Karies Status.Saudi
Dental Jurnal. Vol.19 No.1 Jan – April 2007

Anda mungkin juga menyukai