Anda di halaman 1dari 51

HAK PASIEN :

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi .
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi keperawatan
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter
yang merawat.
8. Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data- data
medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
a. penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan
b. kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan tindakan untuk mengatasinya
c. alternatif terapi lainnya
d. prognosanva.
e. perkiraan biaya pengobatan

10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah
sakit
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

KEWAJIBAN PASIEN
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah skait
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit
yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit/dokter
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya
6. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
7. Memperhatikan sikap menghormati dan tenggang rasa.

HAK DAN KEWAJIBAN PERAWAT


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari praktik
keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban. Dua hal dasar yang harus
dipenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi dengan apa yang semestinya
didapatkan dari pengembanan tugas secara maksimal. Memperoleh perlindungan hukum dan
profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur
(SOP) merupakan salah satu hak perawat yang mempertahankan kredibilitasnya dibidang hukum
serta menyangkut aspek legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun
daerah. Hal ini seperti dipaparkan pada materi sebelumnya sedang dipertimbangkan oleh
berbagai pihak, baik dari PPNI, Organisasi profesi kesehatan yang lain, lembaga legislatif serta
elemen pemerintahan lain yang berkepentingan.
Selain mendapatkan perlindungan hukum secara legal, perawat berhak untuk memperoleh
informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya agar mencapai tujuan
keperawatan yang maksimal. Jadi kepada klien dan keluarga yang berada dalam lingkup
keperawatan tidak hanya memberikan informasi kesehatan klien kepada salah satu profesi
kesehatan lainnya saja, akan tetapi perawat berhak mengakses segala informasi mengenai
kesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan klien tidak lain adalah perawat itu
sendiri.
Hak perawat yang lain yaitu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi
profesi. Ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya hanya yang sesuai dengan
ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang pendidikan dimana profesi lain tidak dapat
melakukan jenis kompetensi ini. Perawat berhak untuk dapat memperoleh penghargaan sesuai
dengan prestasi, dedikasi yang luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan.’

HAK-HAK PERAWAT :
1. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar belakang
3. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan serta
standar profesi dan kode etik profesi.
4. Mendapatkan informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak puas terhadap
pelayanannya.
5. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang
keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus menerus.
6. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/pasien dan atau keluarganya.
7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya.
8. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan kesehatan di rumah
sakit
9. Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh
klien/pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lain.
10. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis untuk melakukan tindakan
yang bertentangan dengan perundang-undangan, standar profesi dan kode etik profesi.
11. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya
sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit.
12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.

KEWAJIBAN PERAWAT
Dalam melaksanakan praktik keperawatan perawat berkewajiban untuk memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek keperawatan, kode etik,
dan SOP serta kebutuhan klien atau pasien dimana standar profesi, standar praktek dan kode etik
tersebut ditetapkan oleh organisasi profesi dan merupakan pedoman yang harus diikuti oleh
setiap tenaga keperawatan. Perawat yang melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk merujuk
klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan atau tindakan.
Hal ini juga tergantung situasi, jika lingkungan kita juga tidak memungkinkan maka kita sebagai
perawat dapat menerangkan alasan yang tepat.
Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan
atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang berada
dalam asuhan keperawatan karena disis lain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien dan
atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Perawat wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Jika dalam konteks ini memang agak
membingungkan, saya hanya bisa menjelaskan seperti ini, pelaksanaan gawat darurat yang
sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan baik yaitu di rumah sakit
yang tercipta kerja sama antara perawat serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung,
sedangkan untuk daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat
kebanyakan menggunakan seluruh kemampuannya untuk melakukan tindakan pertolongan, demi
keselamatan jiwa klien.
Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan
profesionalsme. Beberapa faktor-faktor yang membuat kita malas mengembangkan ilmu
keperawata banyak sekali.
Kewajiban Perawat Meliputi :
1. Perawat wajib memiliki :
a. Surat Ijin Perawat ( SIP ) ; sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah Indonesia.
b. Surat Ijin Kerja ( SIK ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan
praktek keperawatan di sarana kesehatan
c. Surat Ijin Praktek Perawat ( SIPP ) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktek perawat perorangan / kelompok
2. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.
3. Perawat wajib merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
4. Perawat menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang- nundangan yang
berlaku
5. Perawat wajib memberikan informasi kepadapasien / keluarga yang sesuai bbatas
kewenangan perawat
6. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat sesuai dengan
kondisi pasien baik secara tertulis maupun secara lisan
7. Mencatat semua tindakan keperawatan ( dokumentasi asuhan keperawatan ) secara akurat
sesuai peraturan & SOP yang berlaku
8. Mematuhi standar profesi & kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik
profesi keperawatan
9. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan Iptek keperawatan & kesehatan
10. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa pasien sesuai batas kewenangan
& SOP
11. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Mentaati semua peraturan perundang-undangan
12. Mengumpulkan angka kredit profesi dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh SIK ulang & SIPP Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama
perawat maupun dengan anggota tim kesehatan lain.
TEORI – KONSEP & MODEL2X KEPERAWATAN DI DUNIA

1. Pengertian Teori, Konsep Dan Model keperawatan

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi yang
memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena dengan
menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk
menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat
diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian.

Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan,menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan
keperawatan yang dilakukan.

Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu objek, benda, suatu peristiwa atau
fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan. Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami
membentuk suatu model atau kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan
papan untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai
kerangka konsep.

2. Tujuan Teori Dan Model Keperawatan

Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai diantaranya :

1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang


kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan
atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat
memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan.
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan
dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala
bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat
terus bertambah dan berkembang.

3. Karakteristik Teori Dan Model Keperawatan

Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik dasar teori
keperawatan :
1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia,
konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan keperawatan
2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan
atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan dapat
digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai
dengan situasi praktek keperawatan
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang
dilakukan melalui penelitian
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek
keperawatan

4. Macam-Macam Model Teori Menurut Beberapa Ahli Keperawatan

A. Model Konsep dan Teori Keperawatan Florence Nigtingale

Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang
melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan
orang sakit yang dikenal teori lingkungannya.

Model konsep Florence Nigtingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini
dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian
asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih di orientasikan pada yang adequate, dengan
dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori
tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa
tergantung dengan profesi lain.

B. Model Konsep dan Teori Keperawatan Marta E. Rogers

Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal dengan nama konsep
manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha berasumsi bahwa
manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-
beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia
setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik
dan keunikan tersendiri.

Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan
manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta
proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari :

a. Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
b. Resonansi : Proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan
berirama dengan frekuensi yang bervariasi.

c. Helicy : terjadinya proses interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi
perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan cepat.

C. Model Konsep dan Teori Keperawatan Myra Levine

Model konsep Myra Levine memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling
berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya. Dan intervensi keperawatan adalah suatu
aktivitas konservasi dan konservasi energi adalah bagian yang menjadi pertimbangan. Kemudian
sehat menurut Levine itu dilihat dari sudut pandang konservasi energi, sedangkan dalam
keperawatan terdapat empat konservasi di antaranya energi klien, struktur integritas, integritas
personal dan integritas social, sehingga pendekatan asuhan keperawatan ditunjukkan pada
pengguanaan sumber-sumber kekuatan klien secara optimal.

D. Virginia Henderson (Teori Henderson)

Virginia henderson memperkenalkan defenition of nursing (defenisi keperawatan). Defenisinya


mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya.Ia menyatakan bahwa
defenisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Henderson sendiri
kemudian mengemukakan sebuah defenisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional.
Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan
penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untk
itu. Di samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal
dengan “The Activities of Living”.Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah
membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat
menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi perawat tetap
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.

1. Konsep Utama Teori Henderson

Konsep utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih
kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bernapas secara normal

2) Makan dan minum dengan cukup

3) Membuang kotoran tubuh


4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan

5) Tidur dan istirahat

6) Memilih pakaian yang sesuai

7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan
mengubah lingkungan

8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen

9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai

10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau
pendapat

11) Beribadah sesuai dengan keyakinan

12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi

13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi

14) Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama
lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan
(unit)

Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dengan klien. Menurut
henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat
bergantung hingga hubungan sangat mandiri.

1. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien

2. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien

3. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di dalam memenuhi
kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau kemampuan pasien yang berkurang.Di
sini perawat berfungsi untuk “melengkapinya”.Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada
fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong untuk menolong atau membantu pasien
mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirin ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun
manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras
saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.Sebagai mitra, perawat dan pasien
bersama-sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien.Meski diagnosisnya berbeda, setiap
pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar
tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat,
kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.

Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat tidak boleh
selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang
membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya.

E. Imogene King (Teori King)

King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem
terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King
mengemukakan dalam model konsep interaksi.

Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi
adanya system personal, system interpersonal dan system social yang saling berhubungan satu
dengan yang lain.

Menurut King system personal merupakan system terbuka dimana didalamnya terdapat persepsi,
adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan,
kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta
hubungan social yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam
menegakkan system social, sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut, maka
King memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi,
orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari
masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makhluk
social manusia akan hidup bersama orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.

Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu:

1. Informasi kesehatan

2. Pencegah penyakit

3. Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit

F. Dorothe E. Orem (Teori Orem)

Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.
Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care diantaranya :

1. Perawatan Diri Sendiri (self care)


Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama, self care itu
sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itun
sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, keshatan serta kesejahteraan

kedua, self care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.

ketiga, adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan
mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatn diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu
tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan
berhubungan dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi
tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan
mengelompokkan kedalamkebutuhan dasar manusianya.

2. Self Care Defisit

Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan
kepereawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang
belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas
maupun kuantitas.

3. Teori Sistem Keperawatan

Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan
tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam
melakukan perawatan mandiri.

G. Jean Watson (Teori Watson)

` Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori


pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki
empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar
biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan
eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra
dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

Teori human caring

Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “human science and
humancare”. Watson percaya bahwa focus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor
yang bermula dari perspektif himanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan
ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi humanistic dan system nilai
serta seni yang kuat.Filosofi humanistic dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagi
ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat menbgembangkan vidsi
mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan
berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan
keperawatan, namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.

Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson

Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:

1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.

2. Asuhan keperawatterlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan kepuasan pada
kebutuhan manusia.

3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu
dan keluarga.

4. Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana mereka


sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya.

5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan


perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan yang
tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.

H. Sister Calista Roy (Teori Roy)

Model Adaptasi Roy

ROY berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni
keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.

1. Elemen keperawatan

Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan
praktik keperawatan (Roy, 1983).

Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan
dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang
muncul semakin positif.

Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh untuk
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus
internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan individu tidak dapat menggunakan
“koping” secara efektif maka individu tersebut memerlukan perawatan.

Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan, sehingga


adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat.Komponen-komponen adaptasi mencakup
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan.

2. Elemen manusia

Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu kumpulan unit yang saling
berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy, 1986).
Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan adaptasi secara spesifik.
Manusia dalam sistem ini berperan sebagai kognator dan regulator (pengaturan) untuk
mempertahankan adaptasi.

Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi fisologis, konsep diri, fungsi
peran dan terhadap kebutuhan saling ketergantungan.

Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat dari sistem kehidupan yang terbuka, adaptif,
melakukan pertukaran energi dengan zat/benda dan lingkungan.

Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari lingkungan eksternal dan internal.
Proses kontrol manusia adalah mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran
dari sistem ini dapat berupa respons adaptif atau respons tidak efektif.

3. Elemen lingkungan

Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.

4. Elemen sehat

Kesehatan didefenisikan sebagai keadaan yang muncul atau proses yang terjadi pada mahluk
hidup dan terintegrasi dalam individu seutuhnya (Roy, 1984).

Proses adaptasi

Proses adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara holistik, mencakup semua interaksi individu
dengan lingkungannya dan dibagi menjadi dua proses, seperti yang berikut.

1. Proses yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Perubahan ini
merupakan stresor atau stimulus fokal. Apabila stresor atau stimulus tersebut mendapat
dukungan dari faktor-faktor konseptual dan resitual maka akanmuncul interaksi yang biasa
disebut stres. Dengan demikian adaptasi sangat diperlukan untuk mengatasi stres.
2. Proses mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau tidak
efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah suatu kondisi yang dapat meningkatkan pencapaian
tujuan individu mencakup kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan integritas.
“MODEL KONSEP FLORENCE NIGHTINGALE”

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis daan lingkungan sosial.

1. Lingkungan fisik (physical enviroment)


Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi
pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-
bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang
lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan
yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
2. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik
dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien
menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas
manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan
emosinya.
Komunikasi dengan p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang
pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan
kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak
boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
3. Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang
spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit.
Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan
dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada
umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam
hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi
lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep
1. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
a. Individu / manusia
Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
b. Keperawatan
Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan
melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
c. Sehat / sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d. Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus
pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan cahaya.
2. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a. Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik,
psikhis dan sosial).
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan
kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
c. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
? Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
? Ventilasi
? Pembuangan sampah
? Pencemaran lingkungan
? Komunikasi sosial, dll
d. Diagnosa keperawatan
Berrbagai maslah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
? Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
? Penyesuaian terhadap lingkungan.
? Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e. Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi
lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan
individu.
f. Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
Gambaran model konseptual keperawatan Florence Nightingale:
a. Definisi keperawatan adl. Profesi untuk wanita dengan tujuan menemukan dan menggunakan
hukum alam dalam pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Ningtingale menegaskan
bahwa keperawatan adl. Ilmu dan kiat yang memerlukan pendidikan formal untuk merawat
orang yang sakit.
b. Tujuan tindakan keperawatan adl. Memelihara, mencegah infeksi, dan cedera, memulihkan
dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta mengendalikan lingkungan
c. Alasan tindakan keperawatan yakni Menempatkan manusia pada kondisi yang terbaik secara
alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.
d. Konsep individu adl. Merupakan kesatuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
yang lengkap dan berpotensi.
e. Konsep sehat adl. Keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan kekuatannya secara
penuh.
f. Konsep lingkungan adl. Bagian eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya
seseorang.
Deskripsi Konsep Sentral
1. Manusia
Manusia terdiri dari komponen fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Walaupun
memang lebih terfokus pada aspek fisik tetapi tetap saja ide yang dikemukakan Nightingale
tentang seseorang yang sedang sakit mempunyai semangat hidup yang lebih besar daripada
mereka yang sehat, sebenarnya terkait dengan dimensi psikologik dari manusia
2. Lingkungan
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi
proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan terpenting dalam
mempertahankan kesehatan individu yang meliputi

1. udara bersih,
2. air yang bersih,
3. pemeliharaan yang efisien
4. kebersihan, serta
5. penerangan/pencahayaan

Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan psikologis
yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan
sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka
yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang
daripada mengkaji fisik/tubuhnya.
3. Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakan semaksimal
mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif, yaitu hasil kombinasi dari
faktor lingkungan, fisik, dan psikologis. Terutama faktor lingkungan meliputi :

1. Kebersihan
2. Minuman
3. Nutrisi
4. Kelembaban
5. Jalan udara
6. Saluran air

Yang mempengaruhi kesehatan.


Menurut Nightingale keadaan sehat dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi
lingkungan. Penyakit merupakan proses perbaikan, tubuh berusaha untuk memperbaiki masalah.
Juga merupakan suatu kesempatan untuk meningkatkan pandangan spiritual. Oleh karena itu
Nightingale sangat menekankan bahwa kesehatan tidak hanya berorientasi dalam lingkungan
rumah sakit tetapi juga komunitas.
4. Keperawatan
Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan menguraikan keperawatan
sebagai mengarahkan terhadap peningkatan dan pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam
akan menyembuhkan pasien. Oleh karena itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan
pendidikan tentang kebersihan di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita
menciptakan atau membuat lingkungan sehat bagi keluarganya dan komunitas yag pada dasarnya
bertujuan untuk mencegah penyakit.

Konsep Model keperawatan betty Newman


Model Konseptual BETTY NEWMAN,1989

Paradigma keperawatan merupakan konsep sentral keperawatan yang menjelaskan


tentang teori-teori model konseptual keperawatan. Paradigma menjelaskan 4 unsur utama
yang mendasar yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, keperawatan. Perawat harus
mampu memahami model konseptual ini didalam memberikan asuhan keperawatan. Salah
satu teori model konseptual keperawatan adalah “System Model Neuman” dimana beliau
menyampaikan bahwa manusia sebagai suatu system.Bagaimana Neuman menjelaskan
tentang teori-teori model konseptualnya ? Bab berikutnya akan dijelaskan tentang
“System Model Neuman”
2. Tujuan Makalah ini dibuat dengan tujuan : a. Memahami dengan benar model konsep
keperawatan menurut Neuman b.
Menganalisis konsep baik kelebihan maupun kelemahannya.
3. Historis Perspektif Betty Neuman Betty Neuman lahir di Ohio tahun 1924, dia anak
kedua dari 3 bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya.Ketika berumur
11 tahun bapaknya meninggal setelah 6 tahun dirawat karena CRF. Pujian bapaknya
terhadap perawat mempengaruhi pandangan Neuman tentang perawat dan komitmennya
menjadi perawat terbaik yang selalu dekat dengan pasien.Pekerjaan ibunya sebagai bidan
di desa juga sangat mempengaruhi secara signifikan. Setelah lulus SMA Neuman tidak
dapat melanjutkan pendidikan keperawatan. Dia bekerja sebagai teknisi pada perusahaan
pesawat terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka menabung untuk
pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya program wajib militer di
keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke sekolah keperawatan.Neuman lulus
program diploma RS Rakyat (sekarang RSUP Akron Ohio) tahun 1947. Neuman
menerima gelar BS pada keperawatan Kesehatan Masyarakat tahun 1957 dan MS
Kesehatan Masyarakat serta Konsultan Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari Universitas
California LA. Tahun 1985 Neuman menyelesaikan PHD dalam bidang Clinical
Psychology dari Universitas Pasific Western. Dia mempraktekkan bed side nursing sebagai
staf kepala dan Private Duty Nurse di berbagai RS. Pekerjaannya di komunitas termasuk
di sekolah-sekolah, perawatan di perusahaan dan sebagai kepala perawatan di klinik
obstetric suaminya dan konseling intervensi krisis di keperawatan jiwa di komunitas.
Tahun 1967, 6 bulan setelah mendapat gelar MS dia menjadi kepala fakultas dari program
dimana ia lulus dan memulai kontribusinya sebagai guru, dosen, penulis dan konsultan
dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan. Tahun 1973, Neuman dan keluarga kembali ke
Ohio, sejak itu dia sebagai konsultan kesehatan jiwa, menyediakan program pendidikan
berkelanjutan dan melanjutkan perkembangan dari modelnya, dia yang pertama kali
mendapatkan California Licensed Clinical Fellows of the American Association of
Marriage & Family Therapy dan tetap melakukan praktek konseling. Model Neuman
aslinya berkembang tahun 1970 ketika itu ada permintaan lulusan Universitas of
California LA untuk pembukaan kursus yang memberikan wawasan tentang aspek
fisiologi,psikologi,sosiokultural dan aspek pengembangan dari kehidupan manusia
(Neuman 1995). Model ini dikembangkan untuk menyediakan struktur yang terintegrasi
dari aspek-aspek diatas secara holistic.Setelah 2 tahun dievaluasi model tersebut
dipublikasikan dalam 3 edisi ( 1982,1989, 1995).
B. TINJAUAN TEORI
1. Perkembangan Sistem Model Neuman Model sistem Neuman memberikan warisan baru
tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia
secara keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya
respon-respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun
eksternal. Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap
stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses,
output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan
perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga,
komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara
optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem
terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar
sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan
tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap
stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat diidentifikasi.
2. Konseptual Model Neuman Neuman menyajikan aspek-aspek model sistemnya dalam
suatu diagram lingkaran konsentris, yang meliputi variabel fisiologi, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual, basic structure dan energy resources, line of
resistance, normal line of defense, fixible line of defense, stressor, reaksi, pencegahan
primer, sekunder, tertier, faktor intra, inter dan ekstra personal, serta rekonstitusi.
Adapun faktor lingkungan, kesehatan, keperawatan dan manusia merupakan bagian yang
melekat pada model ini yang saling berhubungan dan mendukung ke arah stabilitas
sistem.Gambar sistem Neuman ada pada gambar berikut ini.

a. Manusia menurut Neuman Neuman memandang manusia atau klien secara keseluruhan
(holistic) yang terdiri dari faktor fisiologis, psikologis, sosial budaya, faktor
perkembangan, dan faktor spiritual. 1). Faktor Fisiologis meliputi struktur dan fungsi
tubuh 2) Faktor psikologis terdiri dari proses dan hubungan mental 3). Faktor sosial
budaya meliputi fungsi sistem yang menghubungkan sosial dan ekspektasi kultural dan
aktivasi. 4) Faktor perkembangan sepanjang hidup. 5) Faktor spiritual pengaruh
kepercayaan spiritual Faktor-faktor ini berhubungan secara dinamis dan tidak dapat
dipisah-pisahkan. Klien juga dipandang mengalami kondisi yang bervariasi,sesuai stress
yang dialami. Ketika stressor terjadi individu banyak membutuhkan informasi atau
bantuan untuk mengatasi stressor. Pemberian motivasi merupakan rencana tindakan
perawat untuk membantu perkembangan klien.
Sistem klien diartikan dalam struktur dasar dan lingkaran-lingkaran konsentrik yang
saling berkaitan . Struktur dasar meliputi faktor dasar kelangsungan hidup yang lebih
umum dari karakter sehat dan sakit yang merupakan gambaran yang unik dari system
klien. Secara umum gambaran keunikan sistem klien dari Neuman adalah range
temperatur normal, struktur genetik , pola respon, kekuatan dan kelemahan organ,
struktr ego dan pengetahuan atau kebiasaan. Neuman selanjutnya menyatakan bahwa
Normal Lines of Defense adalah 1).Merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu
keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena
adanya stressor yang disebut keadaan wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien.2) Berbagai stressor
dapat menginvasi normal line defense jika flexible lines of defense tidak dapat melindungi
secara adekuat. Jika itu terjadi maka sistem klien akan bereaksi yang akan tampak pada
adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk
mengatasi stressor tambahan.3) Normal lines of defense terbentuk dari beberapa variabel
dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis
pertahanan flexible/ Flexible Lines of Defense 1).Digambarkan sebagai lingkaran putus-
putus paling luar yang berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem
dari stressor. 2). Diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa menjauh atau mendekat
pada normal line of defense. Bila jarak antara flexible lines of defense dan normal lines of
defense meningkat maka tingkat proteksipun meningkat.3).Melindungi normal line of
defense dan bertindak sebagai buffer untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem
klien. 4) Bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat. Lines of
Resistance Merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur
dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada
invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense).
Misalnya adalah mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines of resistance efektif dalam
merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka
energi berkurang dan bisa timbul kematian. Hubungan dari berbagai variabel (fisiologi,
psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat
penggunaan flexible lines of defense terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.
b. Lingkungan menurut Neuman Menurut Neuman lingkungan adalah seluruh faktor-
faktor internal dan eksternal yang berada di sekitar klien . Neuman mengatakan baik
lingkungan internal maupun ekternal pada manusia memiliki hubungan yang harmonis
dan keduanya mempunyai keseimbangan yang bervariasi, dimana keseimbangan atau
keharmonisan antara lingkungan internal dan eksternal tersebut dipertahankan. Pengaruh
lingkungan terhadap klien atau sebaliknya bias berdampak positif atau negative. Stressor
yang berasal dari lingkungan meliputi 3 hal yaitu intrapersonal, interpersonal dan
extrapersonal. Neuman membagi lingkungan menjadi 3 yaitu : 1). Lingkungan internal
yaitu lingkungan intrapersonal yang ada dalam system klien. 2). Lingkungan eksternal
adalah lingkungan yang berada diluar system klien. Kekuatan-kekuatan dan pengaruh
interaksi yang berada diluarnsistem klien. 3). Lingkungan yang diciptakan merupakan
pertukaran energi dalam system terbuka dengan lingkungan internal dan eksternal yang
bersifat dinamis.Lingkungan ini tujuannya adalah untuk memberikan stimulus positif
kearah kesehatan klien. Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan
ketegangan dan berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman
mengklasifikasi stressor sebagai berikut :Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri
individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan internal. Misalnya : respon
autoimmun. Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih
yang memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran. Stressor ekstrapersonal
: juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari
sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial politik. Stressor interpersonal
dan extrapersonal berhubungan dengan lingkungan eksternal. Created environment
mencakup ketiga jenis stressor ini.
c. Sehat menurut Neuman Definisi sehat digambarkan dengan model komponen.Sehat
adalah kondisi dimana bagian dan sub bagian keseluruhan manusia yang selalu
harmoni.Kesehatan manusia dalam status baik atau sakit, selalu berubah dalam lima
variable : fisiologi, psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan. Sehat relative dan
dinamik dengan stabilitas yang bervariasi. Garis normal sebagai parameter status sehat.
Sehat adalah individual kadang seimbang atau stabilitas klien atau berubah. Garis
pertahanan manusia dapat permiabel, berbeda dengan individu lain dan menghasilkan
status kesehatan yaitu garis pertahanan normal.Sehat untuk individu lain mungkin berarti
retensi komponen yang tercontitusi, contoh penggunaan protesa setelah amputasi dapat
menghasilkan garis normal. Sehat untuk individu adalah hubungan antara faktor genetik
dan pengalaman.Tipe definisi sehat mengikuti individu ,tidak ada standart absolute. Status
yang terbaik adalah status optimal untuk klien bervariasi dari beberapa poin dalam
hubungannya dengan konsep dasar
d. Keperawatan menurut Neuman Neuman menyatakan bahwa keperawatan
memperhatikan manusia secara utuh dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik
yang mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap
stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan
kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness.
Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel yang
mana mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981) menyatakan bahwa dia
memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan dimana
mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman
juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas dapat dan seharusnya
mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat
dicegah.
e. Aktivitas Keperawatan Perawat dalam model Neuman dipandang sebagai “aktor” atau
pemberi intervensi yang mempunyai tujuan mengurangi pertemuan individu dengan
stressor yang jelas atau meminimalkan efeknya. Perawat mungkin memilih untuk
mengintervensi dengan cara menguatkan kemampuan klien untuk berespon terhadap
stressor. Jadi tanpa memperhatikan apakah pertemuan dengan stressor itu menghasilkan
hasil yang positif atau negatif, perawat memberikan pelayanan sebagai peserta yang aktif
dalam mendukung pertahanan klien dengan membantu klien berespon yang sesuai
terhadap stressor yang datang. Partisipasi aktif dari klien membenarkan arti dari
pengalamannya dengan perawat. Selanjutnya pembuatan tujuan kolaborasi dan
kemajuannya adalah istilah yang digunakan Neuman untuk menjelaskan aktivitas antara
perawat dank lien. Neuman menyatakan bahwa sekali masalah utama telah didefinisikan
dan diklasifikasikan satu keputusan harus dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang
harus diambil sebagai prioritas.Yang membuat keputusan adalah proses kolaborasi antara
perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang sesuai. Perawat
membantu klien berbeda tergantung pencegahan primer, sekunder atau tersier yang
diperlukan. Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan mengintervensi
secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan klien tapi tidak merusak garis
pertahanan normal (tingkat pencegahan primer), perawat mungkin mengkaji faktor-
faktor resiko dan mencari kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai
dengan kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal (tingkat
pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk menentukan sifat dari proses
penyakit dan mulai berurusan dengan respon maladaptive. Jika stressor dihasilkan dalam
gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau
mengurangi efek, barangkali dengan menggunakan sumber-sumber rehabilitasi.
Ringkasnya perawat atau profesi kesehatan lain menggunakan model Neuman adalah
pengevaluasi aktif dan pemberi intervensi aktif. Klien dipandang sebagai aktif tetapi lebih
rendah disbanding perawat berhubungan beberapa perubahan status kesehatan.
Keperawatan digambarkan sebagai profesi yang unik, keunikannya dihubungkan dengan
sifat holistic manusia dan pengaruh dari variable yang berinteraksi dalam lingkungan
internal maupun eksternal. Perawat mengkaji semua factor yang berpengaruh pada
klien..Contoh Neuman menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan
professional dan klien harus dikaji karena persepsi klien dan caregiver mungkin
bervariasi. Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi tindakan caregiver. Pengkajian
persepsi berarti bahwa perawat mengkaji prasangka, kebutuhan dan nilai-nilai yang
dimiliki klien yang berhubungan dengan kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal
ini penting bahwa pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini akan
sangat berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat oleh Neuman.
f. Hubungan antara keempat konsep sentral. Perawat dilihat sebagai parsitipan yang aktif
dan sebagai faktor dalam lingkungan interpersonal yang mempengaruhi klien. Kesehatan
adalah keadaan dinamis yang dipengaruhi oleh waktu dimana individu tersebut mencari
cara untuk memepertahankan beberapa bentuk stabilitas. Keadaan ini merupakan
keadaan yang harmonis pada semua aspek mausia, keadaan yang tidak harmonis akan
menyebabkan keadaan kesehatan berkurang. Stressor didapat dari lingkungan internal
dan eksternal dimana keduanya ada dalam system klien. Sifat dari stressor kebutuhan
klien harus dikaji oleh perawat sebelum menetapkan perencanaan . Salah satu kekuatan
dalam model ini terletak pada hubungan antara variabel klien dengan konsep yang
termasuk dalam system. Kegunaan dari model ini adalah 1) Dapat
mengkonseptualisasikan klien / system klien dalam keadaan kesehatan berubah – ubah 2)
Lingkungan internal dan ekternal adalah system yang dinamis untuk klien 3) Perawat
melakukan pengkajian , pencegahan dan intervensi pada klien / system klien. Empat
metaparadigma konsep keperawatan saat ini dan semuanya digunakan dalam fungsi
keperawatan
C. ANALISA Pada bab ini akan kelompok uraikan analisis internal, analisa konsep
keperawatan, dan analisis kekuatan dan kelemahan.
1. Analisis Internal Asumsi didefinisikan sebagai dalil yang diterima tanpa harus
dibuktikan, beberapa tipe asumsi, tetapi asumsi dengan banyak kesesuaian antara implisit
dan explicit . secara garis besar asumsi diidentifikasi Neuman sebagai berikut : a Setiap
orang adalah individual unik dengan range respon yang normal. b Beberapa tipe stressor
mungkin dalam garis keseimbangan individual ( garis pertahanan normal ). Stressor
alamiah mungkin berdampak keluar yang mana seseorang mungkin menggunakan garis
pertahanan yang flexible. c suatu waktu manusia dalam respon normal yang mana mereka
dalam garis pertahanan normal. d Garis pertahanan flexible adalah system reaksi yang
digunakan untuk pertahanan stressor, ketika garis pertahanan flexible tidak dapat
digunakan untuk pertahanan stressor, stressor mempengaruhi keseimbangan seseorang. e
Garis pertahanan internal individu stabil dan menghasilkan individu yang normal. f
Kesakitan adalah hubungan yang dinamis antara fisiologi, psikologi, sosio budaya dan
perkembangan status. g Pencegahan utama/primer adalah mengidentifikasi dan semua
faktor resiko berhubungan dengan stressor. h Pencegahan sekunder berhubungan dengan
gejala dan stretegi intervensi. i Pencegahan tersier berhubungan dengan adaptasi atau
hasil rekontruksi.
Asumsi direfleksikan dalam element dasar pada modul ini. System klien dalam intraksi
dengan lingkungan. Dalam perawatan kesehatan professional dapat dari sebuah model yan
spesifik yang mana intervensi antara stressor dan klien, contoh seorang terapi fisik
mungkin mengindentifikasi stressor akan mempengaruhi otot atau tolong maka intervensi
spesifik akan diatur dari pengetahuan. Beberapa implikasi dapat diasumsikan lebih baik,
contoh individu klien mempunyai nilai dan usaha stabilitas atau kesehatan yang prima.
Kesehatan professional klien lebih baik mempunyai respon yang besar untuk status
kesehatan ini. Tambahan, perawatan kesehatan professional adalah dapat membantu klien
mencapai dan bertahan dalam kondisi sehat. Komunitas dan keluarga yang direferensikan
Neuman, tetapi dapat diasumsikan hanya untuk klien. Neuman mempunyai pernyataan
walaupun mengasumsikan konssep yang original dalam terminology klien. Dia berharap
akan meluaskan. Dia percaya mereka menampilkan yang lebih baik dalam system yang
lain. Asumsi untuk system perawatan kesehatan yang lebih besar yaitu komunitas atau
keluarga menjadi petunjuk, contoh neuman melaporkan dari Ontorio Canada dan
propinsi Manitoba mempunyai kreteria dasar untuk praktek perawatan kesehatan
masyarakat dalam system model Neuman, yang mana sukses dalam implementasi (
Neuman, kominikasi personal ) Asumsi untuk system yang lebih besar membutuhkan
perkembangan dan evaluasi yang hati – hati dalam menjawab pertanyaan : Apakah
komunikasi atau kelompok normal dan garis pertahanan fleksibel ? Bagaimana keluarga
atau kelompok membantu status kesehatan ? Apakah garis pertahanan keluarga dan
komunitas ? dari presentasi model mungkin digunakan petunjuk untuk menjawab.
2. Analisis Konsep Keperawatan menurut Neuman Keperawatan memperhatikan semua
hal dan stressor-stressor pontensial kaitannya dengan penggunaan pengaruh dan potensial
dampak stressor lingkungan. Tujuan Keperawatan adalah menjaga stabilitas system klien,
membantu klien untuk mengurus diri yang mana hal – hal sebagai persyaratan untuk
mencapai tahap kesehatan yang optimum. Memfasilitasi kesehatan yang optimum untuk
pasien melalui memperkuat atau memelihara stabilitas system klien. Sehat Adalah
keadaan baik. Sehat adalah suatu titik yang bergerak pada rentang negentrophy paling
besar ke entrophy maksimum. Saat semua bagian pada klien berada dalam keadaan
harmonis atau seimbang ketika semua dibutuhkan untuk bertemu, kesehatan optimal
tercapai. kesehatan adalah juga energi. Manusia terdiri dari Fisiologi, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Diwakili untuk struktur sentral, garis
pertahanan dan garis perlawanan. Klien adalah manusia yang diancam atau diserang oleh
stressor lingkungan. Lingkungan adalah semua faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi klien dan system klien. Tiga type lingkungan yang telah diidentifikasi ;
internal, eksternal dan , lingkungan yang diciptakan. Stressor adalah bagian dari
lingkungan, lingkungan internal berisi dalam batas system klien. Lingkungan eksternal
berisi kekuatan-kekuatan diluar system klien. Lingkungan yang diciptakan merupakan
mobilisasi yang tidak disadari klien terdiri dari struktur komponen-komponen sebagai
faktor energi, stabilitas dan integritas. Masalah keperawatan merupakan kesehatan system
klien yang terancam atau manifestasi aktual respon terhadap stressor Proses Keperawatan
Neuman menggambarkan 3 langkah fokus : diagnosa keperawatan, tujuan keperawatan
dan hasil. Intervensi keperawatan adalah intervensi yang diidentifikasi oleh Neuman, yaitu
tiga komponen tipologi intervensi : tahap pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Rekontitusi merupakan bagian dari tahap pencegahan tersier.

3. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Konsep a. Kekuatan 1). Neuman menggunakan


diagram yang jelas , diagram ini digunakan dalam semua penjelasan tentang teori
sehingga membuat teori terlihat menarik. Diagram ini mempertinggi kejelasan dan
menyediakan perawat dengan tantangan – tantangan untuk pertimbangan 2). Model
system Neuman lebih flexible bias digunakan pada area keperawatan, pendidikan dan
pelatihan keperawatan
b. Kelemahan 1). Model Sistem Neuman dapat digunakan oleh semua profesi kesehatan,
sehingga untuk profesi keperawatan menjadi tidak spesifik 2). Penjelasan tentang
perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal masih dirasakan belum ada
perbedaan yang jelas 3). Model system Neuman tidak membahas secara detail tentang
perawat –klien, padahal hubungan perawat klien merupakan domain penting dalam
Asuhan Keperawatan
D. PENUTUP Neuman model system dikembangkan berdasarkan pada teori umum dan
memandang klien sebagai suatu system terbuka yang bereaksi terhadap tressor dan
lingkungan. Variabel klien adalah fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan dan
spiritual. Intervensi keperawatan terjadi melalui tiga cara pencegahan yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tertier. Model ini digunakan dalam pendidikan keperawatan, riset,
administrasi dan langsung dipelayanan keperawatan.
Pengantar teori & konseptual model dalam keperawatan
1.Teori keperawatan

A. PENGERTIAN

Teori keperawatan menurut sevens (1984) adl. Sebagai usaha menguraikan dan menjelaskan
berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor c, dkk/1989). Teori keperawatan
berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan
keperawatan yang dilakukan. Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk
memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model
konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat
mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan
apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan.

B. GAMBARAN MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN

Hampir semua model keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan professional
menggambarkan empat jenis konsep yang sama, yaitu : 1. Orang yang menerima asuhan
keperawatan 2. Lingkungan (masyarakat) 3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit) 4.
Keperawatan dan peran perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi) Model keperawatan dapat
diaplikasikan dalam dalam kegiatan praktik, penelitian dan pengajaran, oleh karena itu model
harus diperkenalkan kepada perawat atau calon perawat guna memperkuat profesi
keperawatan khususnya dalam mengkoreksi pemikiran yang salah tentang profesi keperawatan
seperti : perawat sebagai pembantu dokter,, oleh karena itu model harus diperkenalkan kepada
perawat atau calon perawat guna memperkuat profesi keperawatan khususnya dalam
mengkoreksi pemikiran yang salah tentang profesi keperawatan seperti : perawat sebagai
pembantu dokter.

C. MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN MENURUT FLORENCE NIGHTINGALE

1. Biografi Florence Nightingale Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William
(W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Parthenope, anak
pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di
Italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12-Met 1820: Florence. Florence Nightingale
dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta
yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa.
Tetapi pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tahun, dia menulis di buku hariannya, “Pada
tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.” Tetapi
pelayanan apa? Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita —
bukan karena status sosial keluarga kaya — saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang
hidup di gubuk gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya. Pada saat Florence berusia dua puluh
empat tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada
tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan bersedia menjadi perawat. Pada masa
itu, perawat tidak melebihi fungsi sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di rumah
sakit — rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) — dan dianggap sebagai
peminum atau pelacur. Tetapi Florence, yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang
tuanya, merasa hampir gila karena ketidakproduktifan dan rasa frustrasi. Dia bertanya kepada
seorang dokter tamu dari Amerika, dr. Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris
mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dia menjawab, “Di Inggris, semua
yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau
tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa
kebaikan bagi orang lain.” Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak
seperti Catholic Sisters of Charity — suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya
dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman,
didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi
ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang,
sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah
pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Bahkan sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi Florence menanggapi
bahwa Kaiserworth adalah tujuannya. Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma
bersama teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Pada perjalanan ini, dia bertemu
dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka adalah orang Kristen yang taat. Kemudian dia
menjadi Menteri Perang dan seorang teman serta pendorong, semangat bagi Florence
Nightingale. Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth
di Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga
bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri
dari kehidupannya yang terkekang. Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan
keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle
Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam
institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap
lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil
para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan
institusi sekte — menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. (Komite institusi
ini menginginkan agar institusi tersebut hanya menerima jemaat Gereja Inggris). Pada tahun
1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai
Crimea dan Konstantinopel — pintu gerbang menuju Timur Tengah — Sidney Herbert, sebagai
Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit
militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim
pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai
pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari
Biarawati Katolik Roma, Dissenting Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa
biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles
dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya. Selama
perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter
militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea
telah membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk
menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak
60.000 prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan
hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban akibat lumpur, kekacauan,
dan penyakit. Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence Nightingale membuat
Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860,
Sekolah Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya berisi lima belas
orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada
usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan
perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan
medis. Sebab dia telah bersumpah, “Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang
kembali.” 2. Gambaran model konseptual keperawatan Florence Nightingale: a. Definisi
keperawatan adl. Profesi untuk wanita dengan tujuan menemukan dan menggunakan hukum
alam dalam pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Ningtingale menegaskan bahwa
keperawatan adl. Ilmu dan kiat yang memerlukan pendidikan formal untuk merawat orang yang
sakit. b. Tujuan tindakan keperawatan adl. Memelihara, mencegah infeksi, dan cedera,
memulihkan dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta mengendalikan lingkungan c.
Alasan tindakan keperawatan yakni Menempatkan manusia pada kondisi yang terbaik secara
alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.
d. Konsep individu adl. Merupakan kesatuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
yang lengkap dan berpotensi. e. Konsep sehat adl. Keadaan bebas dari penyakit dan dapat
menggunakan kekuatannya secara penuh. f. Konsep lingkungan adl. Bagian eksternal yang
mempengaruhi kesehatan dan sakitnya seseorang.

D. GAMBARAN MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN TOKOH YANG LAIN

2. Virginia Henderson a. Definisi keperawatan Bantuan yang diberikan kepada individu baik
dalam keadaan sehat maupun sakit dalam kegiatannya untuk mencapai keadaan sehat atau
sembuh dari penyakit sehingga ia mempunyai kekuatan, keinginan dan pengetahuan. b. Alasan
tindakan keperawatan Pendekatan yang dilakukan untuk memenuhi 14 komponen dari
keperawatan. c. Konsep individu Keadaan biologi dimana tidak dapat dipisahkan antara pikiran
dan jasmani. d. Konsep sehat Kemampuan fungsi independent dalam hubungannya dengan 14
komponen. e. Konsep lingkungan Tidak terdefinisi dengan jelas, dapat berupa tindakan positif
maupun negatif. 3. Sister Callista Roy a. Definisi keperawatan Suatu analisa proses dan tindakan
sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit. b. Alasan tindakan
keperawatan Aktifitas keperawatan berasal dari model dimana berupa proses pengkajian dan
intervensi-intervensi peran diselenggarakan dengan konteks keprawatan dan termasuk
manipulasi dari stimuli. c. Konsep individu Keadaan biopsikososial yang berupa interaksi yang
tetap dengan perubahan lingkungan, manusia bersifat sebagai system adaptif yang terbuka. d.
Konsep sehat Rentang sehat sakit merupakan garis yang terus menerus yang menunjukan status
sehat atau sakit dimana sesorang butuh pengalaman dan waktu. Sehat sakit merupakan bagian
dari hidup manusia. e. Konsep lingkungan Suatu kondisi yang terus menerus dan mempengaruhi
sekelilingnya dan perkembangan organisme serta group organisme. 4. Myra Estrin Levine a.
Definisi keperawatan Interaksi manusia yang berdasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah yang
digunakan dalam proses keperawatan. b. Alasan tindakan keperawatan Perawatan individu yang
bersifat holistic untuk setiap kebutuhan seseorang, seseorang mendorong perawat untuk
beradaptasi. c. Konsep individu Interaksi dari individu yang bersifat kompleks antara lingkungan
interna dan eksterna yang mengubah adaptasi. 5. Imogane M. King a. Definisi keperawatan
Suatu proses interaksi manusia antara perawat dan klien. b. Alasan tindakan keperawatan
Perawat dan klien saling mengamati dalam informasi, komuniksai, situasi, tujuan dan tindakan
untuk mencapai tujuan. c. Konsep individu suatu system terbuka mengenai penukaran masalah,
energi dan dengan lingkungan yang terbatas. d. Konsep sehat Aturan dinamik dari stressor
dalam lingkungan eksternal dan internal melalui penggunaan optimal untuk mencapoai potensi
maksimal dalam kehidupan sehari-hari. e. Konsep lingkungan Suatu system terbuka yang
menunjukkan penukaran masalah energi, informasi dengan keberadaan manusia.

2. Proses dasar pengembangan teori

Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan
kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang
ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan
sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu
profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan
memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh
masyarakat dengan baik.
lanjut
A. Sejarah Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan terus
berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari
abad ke abad terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia :
1. Mother Instink
Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu naluri
(instink). Setiap manusia pada tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga kesehatan,
menggurangi stimulus kurang menyengkan, merawat anak, menyusui anak dan perilaku masih banyak
perilaku lainnya.
2. Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah disebabkan oleh arwah/roh
halus yang ada pada manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang hidup atau pada alam (
batu besar, pohon, gunung, sungai, api, dll). Untuk mengupayakan penyembuhan atau perawatan bagi
manusia yang sakit maka roh jahat harus di usir, para dukun mengupayakan proses penyembuhan
dengan berusaha mencari pengetahuan tentang roh dari sesuatu yang mempengaruhi kesehatan orang
yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan kemampuan, para dukun berupaya mengusir roh dengan
menggunakan mantra-mantra atau obat-obatan yang berasal dari alam.
3. Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa
Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia yang sakit
disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang yang sakit dilakukan
pemujaan kepada para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuil
adalah tempat pelayanan kesehatan.
4. Ketabiban
Mulai berkembang kemungkinan sejak ± 14 abad SM, pada masa ini telah dikenal teknik pembidaian,
hygiene umum, anatomi manusia.
5. Diakones dan Philantrop
Berkembang sejak ± 400 SM, para diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari
rumah ke rumah, tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat
dan pada masa ini merupakan cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan masyarakat.
Philantop adalah kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian dunia, dimana mereka merupakan
tenaga inti yang memberikan pelayanan di pusat pelayanan kesehatan (RS) pada masa itu.
6. Perkembangan ilmu kedokteran Islam
Pada tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya menyebarkan
agama Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan ajaran agama beliau juga menyebarkan ilmu
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan terhadap penyakit (kedokteran).
7. Perawat terdidik ( 600 – 1583 )
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana program itu menghasilkan perawat-
perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion Prancis yang kemudian
berkembang menjadi rumah sakit terbesar disana. Pada awalnya perawat terdidik diseleksi dari para
pengikut agama dimana tenaga mereka diperbantukan dalam kegiatan perawatan paska terjadinya
perang salib. Tokoh perawat yang terkenal pada saat (1182 – 1226) itu adalah St Fransiscas dari Asisi
Italia.
8. Perawat Profesional (abad 18 – 19)
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan
keperawatan. Florence Nightingale (1820-1910) adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu
keperawatan, beliau mendirikan sekolah keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St. Thomas di
London.

Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya dari tahap yang paling klasik sampai
dengan terciptanya tenaga keperawatan yang professional dan diakui oleh dunia internasional tentu
dapat dijadikan cerminan bagi perkembangan keperawatan di Indonesia. Mengikuti perkembangan
keperawatan di dunia, keperawatan di Indonesia juga terus berkembang, adapun perkembangannya
adalah sebagai berikut :
1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia pada awalnya pelayanan perawatan
masih didasarkan pada naluri, kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan orang bijak
beragama.
2. Penjaga orang sakit (POS/zieken oppasser)
Sejak masuknya Vereenigge oost Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan rumah sakit, Binnen
Hospital adalah RS pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani adalah para
dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan perawat pada saat itu bukan
pekerjaan dermawan atau intelektual, melainkan pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit
yang bertugas pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah memasak dan membersihkan bagsal
(domestik work), mengontol pasien, menjaga pasien agar tidak lari/pasien gangguan kejiwaan.
3. Model keperawatan Vokasional (abad 19)
Berkembangnya pendidikan keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui pelatihan-pelatihan
model vokasional dan dipadukan dengan latihan kerja.
4. Model keperawatan kuratif (1920)
Pelayanan pengobatan menyeluruh bagi masyarakat dilakukan oleh perawat seperti imunisasi/vaksinasi,
dan pengobatan penyakit seksual.
5. Keperawatan semi profesional
Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat,
menjadikan tenaga keperawatan dipacu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang
keperawatan. Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama 4 tahun bagi
lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
6. Keperawatan preventif
Pemerintahan belana menganggap perlunya hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian wabah, pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya
berdampak minimal bagi masyarakat dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun 1937
didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto, pendidikan ini terfokus pada pelayanan kesehatan
lingkungan dan bukan merupakan pengobatan.
7. Menuju keperawatan profesional
sejak Indonesia merdeka (1945) perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya sekolah
pengatur rawat (SPR) dan sekolah bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka lulusan SLTP ditambah pendidikan
selama 3 tahun, disamping itu juga didirikan sekolah bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi guru di
SPR. Perkembangan keperawatan semakin nyata dengan didirikannya organisasi Persatuan Perawat
Nasional Indonesia tahun 1974.
8. Keperawatan profesional
Melalui lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP
PPNI, ditetapkan definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di Indonesia.
Diilhami dari hasil lokakarya itu maka didirikanlah akademi keperawatan, kemudian disusul pendirian
PSIK FK-UI (1985) dan kemudian didirikan pula program paska sarjana (1999).

B. Pengertian Keperawatan
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan
adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang
ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia.
Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah
menempatkan pasien alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada
praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada
klien.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian
pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat,
standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional
secara mandiri atau memalui upaya kolaborasi.

C. Definisi Perawat
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang
memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki
diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat
atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri
bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.

D. Tren Keperawatan
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era
dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri.
Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan
berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian
penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi
penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan
pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan
kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh
tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya
keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta
peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum
menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat
professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1
keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak
negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua
pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional,
pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan
professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM
pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik
keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan
asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya
menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang
lebih baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri
ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya
pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di
kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan.
Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan
integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan
sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan
yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji,
memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak
otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki
kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan
tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi
profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi
dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap klien.

3. Karateristik dasar teori keperawatan

Karakteristik dasar teori keperawatan

Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik dasar teori
keperawatan :

1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari
konsep-konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit,
konsep lingkungan dan keperawatan
2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau
rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan dapat digunakan
pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi
praktek keperawatan
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang
dilakukan melalui penelitian
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek
keperawatan
6.

4. Komponen-komponen dalam teori keperawatan

komponen-komponen penanganan perawatan. Hal ini termasuk kebutuhan untuk :


1. bernapas secara normal
2. makan dan minum yang cukup
3. membuang kotoran tubuh
4. bergerak menjaga posisi yang diinginkan
5. tidur dan istirahat
6. memilih pakaian yang sesuai
7. menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian
dan mengubah lingkungan.
8. menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi
integument.
9. menghindar dari bahaya dalam lingkungan dan yang bisa melukai
10. berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan,
rasa takut atau pendapat-pendapat.
11. beribadah sesuai keyakinan seseorang
12. bekerja dengan suatu cara yang mengandung unsur prestasi
13. bermain atau terlibat dalam beragam bentuk rekreasi
14. belajar, mengetahui, atau memuaskan, rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-fasilitas
kesehatan yang tesedia
.

5. Pandangan-pandangan yang mempengaruhi teori keperawatan

1. Filosifi Florence Nitingale


Florence Nitingale adalah perawat yang ditetapkan sebagai pendiri teori keperawatan yang
dikembangkan menjadi filosofi keperawatan sehingga memberikan dasar yang kokoh untuk profesi
keperawatan. Sumbangannya terhadap teori keperawatan adalah mengindentifikasi peran perawat
dalam menentukan kebutuhan dasar manusia pada klien. Pentingnya pengaruh lingkungan didalam
orang sakit, membuat standar – standar pada pendidikan keperawatan, pelaksanaan asuhan
keperawatan yang efisien, membedakan praktek keperawatan dengan medis dan membedakan antara
perawatan orang sakit dan orang sehat (Dolan, Fitzpatrick dan herrmann, 1982 )
2. Kebudayaan
Ada budaya – budaya tertentu yang mempengaruhi hal – hal yang berhubungan dengan keperawtan,
meskipun secara rasional antara laki – laki dan wanita akan mampu dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada klien. Namun tetap banyak anggapan bahwa pekerjaan perawat merupakan
pekerajaan wanita, karena dianggap peran wanita sebagai perawat akan lebih baik. Disamping itu pula
ada budaya yang dianut bahwa pekerjaan para perawat di bawah pengawasan langsung oleh profesi
medis ( Kalish, 1986 ), karena dasar konseptual dan teori untuk praktek keperawatan berasal dari teori
medis. Pada saat ini para perawat terus berjuang untuk menetapkan identitas tersendiri, sehingga
mendapatkan pengakuan bahwa praktek keperawatan berbeda dengan tim kesehatan yang lain dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
3. Kerangka Kerja Pendidikan
Pada tahun 1950-an masih banyak sekolah – sekolah keperawatan yang belum mempunyai kurikulum
keperawatan, sehingga proses pembelajaran diberikan tim medis dan pengalaman praktek diperoleh
melalui pengalaman merawat orang sakit di rumah sakit ( Dolan, Fitzpatrick and Herrmann, 1983 ).
Pengembangan batang tubuh ilmu keperawatan dibawah pengontrolan rumah sakit, sehingga ilmu
keperawatan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Asuhan keperawatan didasari oleh
konsep – konsep tradisional dan dalam memberikan pelayanan kepada klien berdasarkan pada
pekerjaan rutin / atau kebiasaan sehari – hari harus dirubah berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat
diterima secara luas, meskipun hal ini membutuhkan beberapa waktu ( Chinn and Jacobs, 1991 )
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Selama pertengahan abad ke – 20, terjadi perubahan dalam peran wanita. Para wanita banyak yang
lebih mandiri dan melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Pada saat yang sama pendidikan
keperawatan salah satu pendidikan yang dikembangkan, banyak dilakukan penelitian dan publikasi
mengenai ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan akan lebih banyak dikenal secara luas dan menjadi
filosofi serta dasar - dasar rasional untuk praktek keperawatan harus dilakukan desimiinasi kepada
masyarakat.
KOMPETENSI PERAWAT
Kewajiban moral pertama seorang perawat adalah menjadi praktisi yang kompeten. Kompetensi adalah
prasyarat minimal untuk menjadi seorang perawat. Kewajiban utama mahasiswa keperawatan dan praktisi
pemula adalah mencapai tingkat kompetensi. Dalam hal ini kompetensi berkaitan dengan peran dan
fungsi yang kemudian membentuk kompetensi dan tanggung jawab perawat.

a. Peran Perawat

Sesuai dengan hasil Lokakarya Nasional Keperawatan yang diadakan pada bulan Januari tahun 1983,
peran perawat yang ditetapkan adalah sebagai berikut: :

1. Pelaksana pelayanan keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan


keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompleks kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

2. Pengelola dalam bidang keperawatan dan institusi pendidikan keperawatan


Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di masyarakat maupun didalam
institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk individ, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan.

3. Pendidik dalam ilmu keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lain.

4. Peneliti dan Pengembang ilmu keperawatan. Perawat melakukan penelitian keperawatan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan, khususnya pelayanan
keperawatan, pendidikan keperawatan dan administrasi keperawatan.
Perawat juga menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan cara berperan serta dalam kegiatan
penelitian kesehatan.

Sesuai dengan tingkat pendidikan Perawat Kesehatan dan kemampuan yang diharapkan, maka diantara
keempat peran tersebut diatas, perawat kesehatan melaksanakan dua peran yaitu :

1). Pelaksana Pelayanan Keperawatan. Perawat Kesehatan memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masayarakatdengan masalah kesehatan yang sering terjadi diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, posyandu, panti, dan sebagainya.

2). Sebagai perawat pengelola. Perawat kesehatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan di
rumah sakit dan puskesmas termasuk perlengkapan, peralatan, dan lingkungan tempat pelayanan
kesehatan/keperawatan, disamping itu ia membimbing tenaga keperawatan dan petugas kesehatan lain
yang berada dibawah tanggung jawabnya.

b. Fungsi Perawat

1. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan

2. Menyusun rencana asuhan keperawatan

3. Melaksanakan asuhan keperawatan

4. Melaksanakan dokumentasi keperawatan

5. Mengelola perawatan klien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya

c. Kompetensi Perawat

Dengan adanya peran dan fungsi perawat yang jelas, maka perawat dapat menjalankan tugasnya sesuai
kompetensi dan tanggung jawabnya, berikut penjelasannya.

Sesuai fungsi No 1 yaitu Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan


Kompetensinya :

- mengumpulkan data-data

- mengidentifikasi masalah klien pada kasus tertentu


Fungsi No 2 yaitu Menyusun rencana asuhan keperawatan
Kompetensinya :

- menyusun rencana perawatan klien yang menjadi tenggung jawabnya


Fungsi No. 3 yaitu Melaksanakan asuhan keperawatan
Kompetensinya :

- menggunakan ilmu penetahuan yang diperolehnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan

- melakukan tindakan/keterampilan keperawatn untuk memenuhi untuk memenuhi kebutuhan klien

- memberikan perawatan terhadap klien yang mengalami gangguan fungsi sistim tubuh

- memberikan perawatan terhadap klien yang mengalami gangguan mental

- memberikan perawatan kebidanan terhadap klien yang memerlukannya


- memberikan perawatan terhadap anak yang mengalami masalah kesehatan tertentu

- memberikan perawatan terhadap klien usia lanjut

- memberikan perawatann terhadap klien dalam keadaan terminal dan sakaratul maut

- memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami
masalah kesehatan tertentu

- memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenang, tanggung jawab dan etika profesi
Fungsi No. 4 yaitu Melaksanakan dokumentasi keperawatan
Kompetensinya :

- Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

- Mengidentifikasi perubahan yang perlu diadakan dalam rencana perawatan

- Mendokumentasikan tindakan perawatan

Fungsi No. 5 yaitu Mengelola perawatan klien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya

Kompetensinya :

- Menciptakan komunikasi yang efektif dengan teman sejawat dan petugas lain

- Menerapkan keterampilan manajemen

d. Tanggung jawab profesi perawat

Selain kompetensi seorang perawat juga harus memiliki rasa tanggung jawab karena salah satu ciri
perawat profesional adalah melaksanakan tanggung jawab dan tanggung gugat, sesuai dengan kode etik
serta berdasarkan standar praktek keperawatan yang telah disepakati.

Tanggung jawab itu dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tanggung jawab terhadap klien

a. Memenuhi kebutuhan pelayan keperawatan kepada klien dengan penuh rasa tanggung jawab sesuai
kebutuhannya

b. Menindungi klien terhadap hal-hal yang dapat membahayakan dan merugikan dirinya dengan
mengutamakan keselamatan klien
c. Membantu klien untuk dapat meolong dirinya sendiri dalam memenugi kebutuhan hidup sehari-hari serta
memelihara kesehatannya

d. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan tugas yang dipercayakan kepadanya

2. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri

a. Melindungi dirinya dari kemungkinan penularan penyakit

b. Melindungi dirinya dari gangguan yang datang dari lingkungan pekerjaannya

c. Menghindari konflik dengan orang laindalam melaksanakan tugasnya melalui metoda pemecahan masalah

3. Tanggung jawab terhadap profesi

a. Mengadakan kerjasama antara anggota tim kesehatan dalam melaksanakan tugasnya

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

c. Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi

d. Melaksanakan kewajibannya secara tulus ikhlas sesuai martabat dan tradisi leluhur perawatan

e. Tidak akan mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma
kemanusiaan

f. Matang dalam mempertimbangkan kemampuan sejawat jika menerima atau mengalihtugaskan tanggung
jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan

g. Menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukkan perilaku dan kepribadian yang tinggi

h. Membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya

4. Tanggung jawab terhadap masyarakat


Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan
upaya kesehatan khususnya, serta upaya-upaya kesejahtraan umum, sebagai bagian tugas kewajibannya
bagi masyarakat

5. Tanggung jawab terhadap bangsa dan tanah air

a. Perawat senantiasa mematuhi peraturan yang berlaku serta berperan aktif menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan khususnya perawatan
b. Memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup hidup beragama dari klien, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

Selain itu kompetensi juga dapat berarti standar praktek keperawatan perawat professional atau
perawat teregister, hal ini disebutkan oleh Tien Gartinah, Ratna Sitorus, Dewi Irawaty, 1999 dalam
bukunya Aziz Alimul H, 2002: 107-109.

a. Pengertian

Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam membrikan asuhan keperawatan yang
aman, efektif dan etis. Standar praktek keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam
melindungi masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktek harus
dinamik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Standar praktek keperawatan
dibedakan sesuai dengan jenis dan jenjang tenaga keperawatan. Standar praktek keperawatan ini khusus
untuk perawat profesional.

b. Lingkup

1. Standar I : Ilmu Pengetahuan

Perawat professional (perawat teregister) melaksankan prakteknya didasarkan pada ilmu pengetahuan
keperawatan dan materi yang relevan dengan keperawatan yang berasal dari ilmu-ilmu yang lain dan
humaniora, serta secara terus menerus mengembangkan diri sepanjang kehidupan keprofesionalannya.
Perawat professional (terigester) menunjukkan pemahaman dan menganalisis:

1. Empat konsep dan hubungannya antar keempat konsep tersebut:

a. Keperawatan

b. manusia

c. kesehatan (sehat-sakit)

d. lingkungan

2. Peran perawat professional

3. Hubungan antara perawat dengan individu dan kelompok (termasuk anggota keluarga dan keluarga
terdekat) sebagai klien.

4. Hubungan antar sesame perawat


5. Hubungan antar perawat dengan disiplin/profesi kesehatan lain

6. Tahapan proses keperawatan

7. Prinsip-prinsip dalam intervensi keperawatan

8. Keadaan kesehatan yang lazim terjadi

9. Katagori keadaan Klien:

a. kritis

b. akut

c. resiko tinggi

d. keadaan normal.

10. Meningkatkan dan memepertahankan kesehatan

11. Isyu-isyu tentang keperawatan dan kesehatan

12. Kerangka konsep tentang etik dan legislasi yang mempengaruhi situasi dimana perawat bekerja

13. Metodologi penelitian dalam keperawatan *)

14. Konsep Kepemimpinan *)

15. Manajemen sumber pelayanan kesehatan *)

16. Sistem pelayanan kesehatan *)

2. Standar II : Akontabilitas Profesional

Perawat professional menjalankan fungsi independent dan interdependen serta harus dapat memenuhi
persyaratan etis dan legal dalam menjalankan praktek keprofesionalannya.

1. Berfungsi sejalan dengan legislasi dan standar praktek keperawatan yang sesuai dengan tingkat
pendidikannya

2. Menunjukkan minat, empati, percaya, jujur dan hangat pada saat berinteraksi dengan klien

3. Bertindak sebagi perwakilan klien dengan membantu klien memahami informasi yang relevan.
4. Bertindak sebgai perwakilan klien dengan melindungi dan meningkatkan hak-hak klien untuk:

a. memeperoleh informasi yang abash

b. menyepakati secara sadar akan asuhan keperawatan pengobatan dan peran sertanya dalam kegiatan
penelitian

c. privacy dan kerahasiaan

d. pengobatan yang sesuai dengan manusia sebagai individu

e. berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi asuhan kepeawatan yang ditujukan kepada.

5. Bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan

6. Menunjukkan kemampuannya dalam hal pengetahuan yang metakhir pada saat menjalankan praktek.

7. Mencari tuntunan dan bimbingan bila tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara kompeten

8. Menghindari mempraktekkan hal-hal di luar batas kemampuannya

9. Bekerja sama dengan anggota profesi keperawatan

10. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya

11. Membuat pertimbangan dalam menjalankan rencana keperawatan yang bersifat multidisiplin yang telah di
susun

12. Berbagi pengetahuan dan keahlian dengan oranglain

13. melakukan tindakan pada kondisi dimana keamanan ataupun kesejahteraan klien tidak diperhatikan/
terancam

14. melaporkan kejadian tentang praktek yang tidak benaratau kekeliruan dalam menjalankan pelayanan
keperawatan yang dilakukan olh tenagaa lain (bukan perawat) kepada yang berwewenang

15. membantu pengembangan kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan asuhan klien

16. membantu pengembangan keperawatan atau sisitem pemberian pelayanan keperawatan *)

3. Standar III : Pengkajian


Perawat professional melaui konsultasi klien, mengumpulkan data tentang kesehatan klien secara
sistematik untuk pemeriksaan awal, pengkajian yang lebih rinci untuk hal-hal tertentu dalam rangka
menentukan satu atau lebih diagnosa keperawatan.

1. Membuat pertimbangan dalam memodifikasi tahap pengkajian sesuai dengan kondisi klien

2. Mengumpulkan data tentang klien meliputi:

a. Persepsi dan kepuasan tentang kesehatannya

b. Sasaran dan pengharapan tentang kesehatannya

c. Pertumbuhan dan perkembangan

d. Status fisiologis

e. Status emosional

f. Penampilan

g. Latar belakang, budaya, agama, dan sosio ekonomi

h. Pola kegiatan sehari-hari

i. Metode dan cara berkomunikasi

j. Metode koping

k. Lingkungan fisik, social dan emosional

3. Mengumpulkan data tentang sumber-sumber yang tersedia untuk asuham keperawatan

4. Menggunakan berbagai sumber dalam mengumpulkan data:

a. klien

b. keluarga klien

c. orang lain yang relevan

d. anggota tim kesehatan

e. catatan
f. bahan bacaan

g. pengalaman klien sebelumnya

5. Menggunakan tekhnik komunikasi verbal dan non verbal

a. bertanya

b. mendengat dengan baik

c. menerima keluhan

d. memberi penghargaan

e. mendorong mengutarakan perasaannya

f. melakukan klarifikasi

g. sentuhan

6. Menggunakan berbagai tekhnik pengumpulan data:

a. wawancara

b. konsultasi

c. auskultasi

d. perkusi

e. palpasi

f. observasi

g. monitoring

h. pengukuran

7. Mendokumentasikan data:

a. mengidentifikasi fungsi tubuh secara umum dan rinci

b. mengidentifikasi berbagai fungsi tubuh yang normal


c. mengidentifikasi pola fungsi kehidupan klien, kekuatan dan kelemahannya

d. mengidentifikasi resiko dan factor yang menyebabkan sakit *)

8. Mendokumentasikan tingkat dan pola perubahan fungsi tubuh klien

9. Mengkonfirmasikan data terhadap pemahaman klien ataupun orang lain yag relevan tentang data klien
dengan menggunakan tekhnik komunikasi dan pengumpulan data

10. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan

11. Mendokumentasikan dan memperbaharui semua informasi secepat mungkin tanpa mengabaikan klien

12. Menjamin kerahasiaan dokumentasi dan dapat diambil kembali dari system penyimpanan cadangan
kesehatan.

4. Standar IV : Perencanaan

Perawat professional melalui konsultasi dengan klien mengidentifikasi prioritas, waktu pencapaian dan
strategi/intervensi dari standar rencana keperawatan dalam rangka menentukan rencana keperawatan yang
bersifat individual sehingga dapat mencapai hasil akhir yang paling mungkin dicapai untuk setiap klien

1. Membuat pertimbangan dalam memodifikasi perencanaan yang sesuai denngan situasi klien

2. Menjamin bahwa hasil akhir rencana keperawatan dapat dipahami klien

3. Menentukan sumber-sumber yang tepat dalam melaksanakan rencana keperawatan

4. Memilih intervensi yang efektif, efisien yang mungkin dilakukan dan sesuai *)

5. Berpartisipasi pada rencana keperawatan yang bersifat individual dengan mendokumentasikan:

a. hasil akhir yang paling mungkin dicapai sesuai dengan masalah klien

b. waktu pencapaian

c. intervensi keperawatan

6. Mengkoordinasikan pengembanga rencana keperawatan yang bersifat individu *)

7. Mengkonfirmasikan pengembangan bahwa rencana keperawatan individu:


a. sesuai dengan rencana disiplin lain

b. mencerminkan prioritas

c. ditulis dalam istilah yang realistic dan dapat diukur

8. Mengembangkan atau berpartisipasi dalam pengembangan rencana standar keperawatan *)

9. Memfasilitasi proses kelompok dalam mengembangkan rencana asuhan *)

10. Menggunakan tekhnik komunikasi selama masa perencanaan

11. Mendokumentasikan dan memperbaharui semua informasi sesegera mungkin tanpa mengorbankan klien

12. Menjamin dokumentasi bersifat rahasia dan dapat ditinjau dari system penyimpanan catatan kesehatan

5. Standar V : Pelaksanaan

1. Membuat pertimbangan dalam memodifikasi tahap implementasi untuk disesuaikan dengan situasi klien

2. Membantu klien memperoleh atau mempertahankan fungsi ventilas dan pernapasan secara optimal:

a. mendemonstrasikan RJP (Resusistasi Jantung Paru)

b. mendemonstrasikan pengisapan lender melalui trachea

c. memberikan oksigen

d. membantu klien melakukan pernafasan dalam dan batuk

e. melaksanakan postural drainage

f. menggunakan oropharygeal air way dan pompa resusistasi

3. Meningkatkan sirkulasi dengan cara:

a. mengawasi kemungkinan perdarahan

b. membantu mengatur posisi baring klien

c. membantu klien menggunakan alat-alat Bantu rehabilitasi

d. merawat klien yang menggunakan alat-alat rehabilitasi


e. mempertahankan CVP (central Venus Presure)

4. Meningkatkan integritas jaringan dengan cara:

a. memberikan perawatan kulit

b. menggunakan alat-alat pelindung

c. memberikan perawatan luka

d. membuang jaringan yang mati *)

e. merawat drainage *)

f. irigasi luka *)

5. Meningkatkan nutrisi dan pencernaan dengan:

a. cara-cara memberikan makan melalui mulut

b. memberikan instruksi tentang diit atau gizi

c. menggunakan dan memelihara pipa sonde (NGT) yang terpasang

d. memasang atau mencabut pipa sonde lambung (NGT)

6. Meningkatkan kemandirian klien

a. menggunakan tekhnik belajar mengajar dan mendorong (reinforcement)

b. mengajar perawatn mandiri

c. mengajar pemeriksaan fisik dan emosional secara mandiri

d. membantu klien memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk kelanjutan perawatannya *)

e. menggunakan tekhnik motivasi *)

f. mengajarkan tekhnik pengambilan keputusan *)

7. Meningkatkan rasa nyaman dan kebersihan dengan:

a. membantu memandikan klien


b. membantu klien menjaga kebersihan

c. menggunakan sentuhan, massage dan tekhnik mengurangi strees

d. memberikan kompres dingin maupun hangat

8. Meningkatkan eliminasi dengan:

a. melaksanakan dan mengajarkan pengawasan diit secara rutin

b. memelihara pipa drainage dan alat-alat pengumpul cairan tubuh

c. melaksankan perawatan ostomi

d. memberikan huknah dan supositoria

e. mengeluarkan feces secara manual

f. melakukan irigasi kandung kemih

g. melakukan kateterisasi kandung kemih *)

9. Meningkatkan keseimbangan aktivitas dan istirahat atau tidur dengan cara:

a. menjalankan dan mengajarkan hal-hal yang rutin dan memberi waktu istirahat

b. membantu terselenggaranya aktifitas yang bervariasi

c. mendorong latihan gerak (exercise) dan ambulasi

d. menggunakan dan mengajarkan tekhnik relaksasi

10. Meningkatkan rasa aman dengan:

a. menggunakan alat0alat Bantu

b. menggunakan tekhnik belajar/mengajar

c. menggunakan tekhnik pencegahan dan isolasi

d. memodifikasi lingkungan langsung mengurangi bahaya

e. menggunakan tekhnik mengatasi resiko/masalah *)


f. menggunakan berbagai sumber di masyarakat untuk mengurangi bahaya lingkungan *)

11. Menigkatkan pemahaman terhadap hal-hal yang berkenaan dengan seksualitas dan system reproduksi

a. mengajarkan hubungan seksual yang aman

b. mendemostrasikan perilaku tidak memvonis

c. membantu klien mengekspresikan hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas

d. mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan keluarga berencana *)

12. Meningkatkan konsep diri yang bersifat positif dan penaggulangan yang efektif

a. menggunakan humor

b. menggunakan model peran

c. menggunakan tekhnik penguatan (reinforcement)

d. menggunakan dan mengajarkan sifat asertif

e. melakukan intervensi pada keadaan kegawatan

f. merujuk klien kepada kelompok pendukung

g. menghargai system nilai dan keyakinan individu

h. memberikan dorongan pada klien yang sedang berduka

i. memberikan dukungan terhadap perbedaan cirri kebudayaan

j. membantu klien untuk memahami nilai-nilai, sikap dan kepercayaan *)

13. Meningkatkan interaksi social dengan

a. mendorong partisipasi social

b. menciptakan kesempatan untuk berinteraksi social

c. menginterupsikan sikap/perilaku yang bersifat anti social *)

d. menengahi konflik *)
14. Meningkatkan lingkungan yang sehat dengan:

a. mengubah stimulus lingkungan

b. menyediakan obyek yang dikenal

c. menyediakan stabilitas lingkungan

d. melakukan lobbying untuk lingkungan yang sehat *)

15. Memberikan obat-obatan luar, pada rongga-rongga tubuh (oroficium), melalui slang.pipa dengan
penyuntikan intra vena dan drip

16. Menkoordinir pengimplementasikan rencana keperawatan *)

17. Mendokumentasikan strategi dan intervensi

18. Menggunakan tekhnik komunikasi sepanjang fase implementasi

19. Mendokumentasikan dan memperbaharui semua informasi sesegera mungkin tanpa mengabaikan
keamanan klien

20. memastikan bahwa penyimpanan dokumen dapat dirahasuakan dan dapat diambil / dikeluarkan dari
system penyimpanan dokumen.

6. Standar VI : Evaluasi

Perawat professional berkonsultasi dengan klien, secara sistematika mengevaluasi sejauhmana hasil yang
diharapkan telah dicapai, perawat professional secara sistematik mengevaluasi asuhan keperawatan
terhadap klien secara individu yang diberikannya, maupun keseluruhan praktek keperawatan yang telah
dilaksankannya. Perawat professional berpartisipasi dalam mengevaluasi system pemberian pelayanan
keperawatan

1. Melatih pengambilan keputusan dalam memodifikasi tahap-tahap evaluasi yang sesuai dengan kondisi
klien

2. Mengidentifikasi hasil yang diharapkan dan yang tidak diharpkan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan

3. Membandingkan berbagai hasil dengan hasil yang terbaik diharapkan dan menetapkan sejauhmana yang
mereka telah capai.
4. Mengkonfirmasikan validitas dari hasil observasinya dengan hasil temuan bersama klien atau orang lain
yang relevan

5. Mendokumentasikan dan perbaharui seluruh informasi segera/secepat mungkin apa adanya tanda
mengorbankan klien

6. Menyakinkan bahwa dokumentasi dirahasiakan dan dapat ditinjau kembali dari system penyimpanan
catatan kesehatan keperawatan

7. Menetapkan efektifitas rencana keperawatan individu

8. Menentukan dan mendokumentasikan modifikasi rencana keperawatan individu yang sesuai dengan
kebutuhan klien yang berubah

9. Mendesain atau memodifikasi rencana keperawatan terstandar sesuai dengan kebutuhan *)

10. Berpartisipasi dalam mengembangkan metode untuk mengevaluasi mutu asuhan keperawatan *)

11. Menjalankan peningkatan pengetahuan / penilaian diri untuk menetapkan efektifitas, efesiensi dan
adekuatnya asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu klien, begitu juga terhadap praktek
keperawatan yang dilakukannya.

12. Menggunakan tekhnik komunikasi sepanjang tahap evaluasi.

*) Kopetensi/ kewenangan tersebut diutamakan S1 Keperawatan (Ners) atau setara

Selain itu, menurut Ketua PPNI DKI Jakarta, Prayetni, SKp,M.Kep dalam sebuah seminar di
Jakarta 22 November 2008, menyampaikan Dimensi kompetensi keperawatan ada lima yaitu:

1. Task Skill: Melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan standar yang diisyaratkan oleh industri atau
tempat bekerja.

2. Task Management Skill: Membuat perencanaan serta mengorganisasi tugas tersebut.

3. Contingency Management Skill: Melakukan tindakan yang tepat atas suatu masalah.

4. Job/role Environment Skills: Berperan serta dalam mengelola lingkungan pekerjaan.

5. Transfer/Adaptation skills: menerapkan keterampilan dan pengetahuan pada situasi yang baru.

Anda mungkin juga menyukai