Abstrak
Desain pencahayaan merupakan salah satu prioritas dalam merancang bangunan gedung dan pe-
manfaatan pencahayaan alami dapat menurunkan pemakaian energi, namun perlu memperhatikan
produktifitas kerja pengguna ruang dengan mempertimbangkan rekomendasi standard iluminasi
(level of illuminance), kesilauan(glare), tingkat kecermelangan (brightness) dan efek penghawaan
(thermal). Gedung Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar menggunakan fasade bangunan
berbentuk Hiperbolic Paraboloid sehingga desain gedung ini menjadi panduan dalam menganalisis
pengaruh fasade bangunan terhadap pencahayaan alami. Tujuan penelitian adalah mengetahui
pengaruh fasade bangunan terhadap tingkat iluminasi, distribusi cahaya alami dan aplikasi bentuk
fasade. Metode penelitian kwantitatif dengan menggunakan program Autodesk Echotech untuk
mengetahui tingkat iluminasi dalam dan luar bangunan. Hasil penelitian meyimpulkan bahwa terjadi
penurunan distribusi cahaya apabila menggunakan fasade bangunan dan bentuk fasade juga
berpengaruh terhadap tingkat iluminasi dalam ruang.
Tabel 1. Tingkat iluminasi pada bangunan tidak 1396 lux dibandingkan dengan area tengah
menggunakan fasade (Model 1) bangunan antara lain 562 lux,403 lux, 217 lux,
dan 289 lux. Analisi ini menunjukkan bahwa
semakin jauh dari selubung bangunan maka
nilai iluminasi semakin rendah. Uraian tentang
bangunan model 2 tidak dipaparkan, namun
hasil analisis tingkat iluminasi telah dapat
diperbandingkan antara model 1 dan 2, seperti
grafik dibawah ini.
1345 1346
1256 1245 958
jukkan bahwa tingkat iluminasi akan menurun
615 937
585
670 apabila bangunan menggunakan fasade. Ber-
539
403 402 445 dasarkan hal ini, perlu menganalisis distribusi
289 283 259 606 661
217 562 cahaya alami pada area selubung bangunan.
Hasil perhitungan prosentasi distribusi cahaya hyperbolic paraboloid. Distribusi cahaya pada
yang masuk kedalam bangunan pada bangunan area selubung bangunan berpengaruh terhadap
berbentuk gedung phinisi Menara UNM dengan fasade bangunan. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan fasade bangunan sebagai berikut: dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan
(a) distribusi bagian belakang dengan meng- sebesar 16,75%. Distribusi cahaya pada area
gunakan fasade diagonal degan nilai rerata 11% selubung bangunan berpengaruh terhadap ben-
maksimum 14% (7341 lux-1003 lux) dan tuk fasade bangunan. Prosentase penurunan
minumum 6% (7381 lux-476 lux); (b) distribusi bangunan menggunankan fasade horizontal
depan bangunan menggunakan fasade diagonal sebesar 4% sedangkan fasade diagonal sebesar
rerata 9% maksimum 10,4% (7608 lux-789 lux) 1,5%. Hasil peneltiian menunjukkan prosentasi
dan minimum 7% (8230 lux-542 lux); (c) perbedaan nilai iluminasi antara model fasade
distribusi samping kanan menghasilkan nilai diagonal dan horizontal adalah sebesar 2,5 %.
rerata 11,2%, maksimum 17% (6964 lux-1161
lux) dan minimum 2% (7292 lux-119 lux); dan Daftar Pustaka
(e) distribusi samping kiri bangunan sebesar
11%, maksimum 17.1% (7227 lux-1237 lux)
Esti dkk (2007), prosiding seminar nasional
dan minimum 3% (7457 lux-203 lux). Selan- Pascasarjana VII.
utnya menganalisis perbandingan disribusi Ghozali (2008), Desain Penelitian Eksperimental,
cahaya pada bangunan menggunakan fasade Teori, Konsep dan Analisis Data dengan SPSS 16,
horizontal dan diagonal. Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang.
Hidayat dkk (2011), Panduan Lengkap Menguasai
SPSS 19 Untuk Mengolah Data Statistik
Penelitian, Edisi pertama, Jakarta Selatan.
IESNA (1993) American national standard practice for
office lighting. New York: Illuminating
Engineering Society of North America
Jamala, N., (2010), Studi Pencahayaaan Ruang Kelas
JUTAP UGM, Proceeding SERAP I, Yogyakarta.
Jamala, N., (2012), Kenyamanan Visual Ruang Studio
Gambar dengan Menggunakan Program
Echotect: Jurnal Ilmiah Teknik Gelagar, v. 26, p.
40-46.
Lechner, N. (2007). Heating, Cooling, Lighting: Metode
Gambar 16. Prosentasi distribusi cahaya alami Desain untuk Arsitektur. Edisi 2. Jakarta
Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan (2011),
Standardisasi Nasional 6389-2011 tentang
Gambar 16 menunjukkan bahwa zone A dan B Konservasi Energi Selubung Bangunan pada
terjadi penurunan sebesar 4% yaitu 11-15% Bangunan Gedung. 2011. Jakarta:Badan
dan zone B (13%-9%) sehingga dapat disim- Standardisasi Nasional.
pulkan bahwa prosentasi penurunan se-besar Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan (2001), Tata
Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari
4% apabila menggunakan fasade diagonal.
Untuk Rumah dan Gedung, SNI 03-6575-2001,
Selanjutnya zone C dan D terjadi penurunan Jakarta.
sebesar 1-2 % yaitu zone C sebesar 12%-13%
dan zone D sebesar 14%-12%. Nilai rerata
perbedaan nilai iluminasi antara model fasade
diagonal dan horizontal adalah sebesar 2,5 %
sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk fasa-
de bangunan mempengaruhi distribusi cahaya
yang diserap masuk kedalam bangunan.
Kesimpulan