Abu Sofyan menyiagakan pasukan perang berkekuatan 10.000 orang, yaitu terdiri
dari kaum kafir Quraisy dan beberapa kabilah yang bersekutu dengan Quraisy.
Karena terdiri dari beberapa kabilah, maka dikatakan “ Ahzab” artinya golongan-
golongan. Oleh karena itu, dinamakan perang Ahzab.
Melihat pasukan kafir Quraisy sudah siap siaga, segera Rasulullah bermusyawarah.
Salman Al Farisi mengusulkan agar membuat parit ( Khandaq ) di sekitar kota
Madinah sehingga musuh akan merasa sulit memasuki kota Madinah dan
memudahkan bagi pasukan Islam untuk menghadang Mereka.
Rasulullah menyetujui usul ini, sehingga peperangan ini terkenal dengan nama
perang Khandaq ( parit ). Penggalian Parit tersebut dipimpin oleh Rasulullah.
Beliau turut bekerja menggali dan membawa batu sehingga memberikan semangat
para sahabat untuk bekerja.
Terbujurlah parit dari arah barat ketimur di kawasan utara kota Madinah, sedangkan
arah lain terdapat perumahan penduduk dan perkebunan kurma, sehingga kota
Madinah telah dibentengi. Lalu pasukan Islam telah disiagakan di kawasan timur
kota Madinah. Zaid bin Harits membawa bendera Muhajirin dan Saad bin Ubadah
membawa bendera Anshar.
Ketika Pasukan Kafir Quraisy akan memasukan kota Madinah mereka terkejut
dengan taktik perang pasukan Islam. Kota Madinah telah dikelilingi oleh parit
sehingga menghalangi mereka memasuki kota Madinah, maka mereka mendirikan
kemah pasukan di pinggir parit.
Beberapa tokoh kafir Quraisy mencoba untuk menerobos parit untuk menghadapi
pasukan Islam, seperti yang dilakukan oleh Ikhrimah bin Abbu dan beberapa
kawannya. Ali bin Abu Thalib menghadapi mereka sehingga Ikhrimah tewas di
tangan Ali, sedang lainnya menyelamatkan diri, lalu terjadilah peperangan dua
pasukan dengan saling melempar panah dan tombak.
Seorang tokoh yang disegani oleh kafir Quraisy maupun golongan Yahudi, bernama
Nuaim bin Mas’ud, memeluk agama Islam secara sembunyi-sembunyi, sehingga
mereka tidak mengetahuinya. Beliau memohon kepada Rasulullah untuk
melaksanakan taktiknya guna memecah belah kekuatan musuh.
Taktik yang dilakukan oleh Nuaim berhasil Memecahkan kekuatan musuh. Udara
yang sangat dingin serta angin yang berhembus kencang membuat hati mereka
tambah takut sehingga mereka segera kembali ke Mekkah untuk menyelamatkan
diri.
PERANG KHANDAQ
Menurut pendapat jumhur Ulama, perang Khandaq terjadi pada bulan Syawwal
tahun lima hijriyah dan sebagian Ulama yang lain menyebutkan bahwa peperangan
ini berkecamuk pada bulan Syawwal tahun keempat hijriyah. Al-Baihaqi memandang
bahwa pada dasarnya kedua pendapat ini tidak beda. Karena yang berpendapat
perang ini terjadi pada tahun ke-4 maksudnya empat tahun setelah Rasûlullâh hijrah
ke Madinah dan sebelum tahun ke-5 berakhir.[1]
PEMICU PERANG[2] :
Pemicu perang Khandaq ini dendam lama orang-orang Yahudi yang di usir oleh
Rasûlullâh dari Madinah dalam perang Bani Nadhir. Mereka diusir karena mereka
menghianati perjanjian yang dibuat dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sejumlah tokoh Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il seperti Sallam bin abil Huqaiq,
Hayyi bin Akhtab, Kinanah bin abil Huqaiq, Hauzah bin Qais al-Wa’iliy dan Abu
Ammar al-Wa’iliy berangkat ke Mekah untuk mengajak kaum musyrikin Quraisy
memerangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mereka berjanji, “Kami akan
bersama kalian berperang sampai berhasil menghancurkan kaum Muslimin.”
Mereka juga meyakinkan kaum Quraisy dengan mengatakan, “Agama kalian itu lebih
baik daripada agama Muhammad.” Tentang orang-orang inilah, Allâh Azza wa Jalla
turunkan firman-nya :
ت َويَقُولُونَ لِلَّذِينَ َكف َُروا َٰ َهؤ ََُلءِ أ َ ْه َد َٰى مِ نَ الَّذِينَ آ َمنُوا ِ ب يُؤْ مِ نُونَ ِب ْال ِج ْب
َّ ت َو
ُ الطا
ِ غو ِ أَلَ ْم ت ََر ِإلَى الَّذِينَ أُوتُوا ن
ِ َصيبًا مِ نَ ْال ِكت َا
ً س ِب
يل َ
Apakah kamu tidak memperthatikan orang orang yang diberi bagian dari kitab,
mereka mengimani sesembahan selain Allâh dan thagut, serta mengatakan kepada
orang kafir(musyrik Mekah) bahwa jalan mereka lebih benar dari pada orang orang
beriman. [An-Nisâ’/4:51]
Setelah sepakat dengan kaum Quraisy, tokoh tokoh Yahudi ini mendatangi suku
Gathafan. Dalam pertemuan dengan tokoh Gathafan mereka mencapai dua
kesepakatan :
1. Suku Gathafan bersedia mengirim pasukan sebanyak-banyak untuk bergabung
dengan pasukan sekutu menyerang kaum Muslimin.
2. Sebagai imbalannya, kaum Yahudi akan menyerahkan hasil panen kurma Khaibar
kepada suku Gathafan selama setahun penuh.