Anda di halaman 1dari 2

PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH

Untuk meningkatkan perekonomian dan pelayanan masyarakat maka diperlukan


suatu upaya pembangunan sarana maupun prasarana dalam menunjang roda
perekonomian di Indonesia. Dalam upaya pembangunan tersebut tentunya harus diawali
dengan pengadaan barang/ jasa yang baik dan transparan. Namun dalam
pelaksanaannya seringkali dijumpai berbagai penyimpangan dalam proses pengadaan
barang dan jasa Pemerintah. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebesar
60 % kerugian keuangan negara bersumber dari proses dan mekanisme pengadaan
barang dan jasa yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden (Perpres)
No. 54 Tahun 2010 atau Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang atau
Jasa.
Sebanyak 366 atau sekitar 78 % jenis korupsi yang ditangani oleh KPK sangat
terkait dengan kasus penyuapan dan pengadaan barang atau jasa Pemerintah atau e-
procurement(e-proc). “Secara mayoritas, jenis korupsi yang kerap ditangani KPK
adalah soal penyuapan yang mencapai 48 % atau sebanyak 224 kasus dari total jenis
korupsi,” ujar Narasumber KPK untuk Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya
Alam, Rimawan Pradiptyo. Selanjutnya kasus penyimpangan pengadaan barang atau
jasa sebanyak 30 % atau sebanyak 142 kasus, sebanyak 19 kasus atau sekitar 44 %
merupakan kasus penyalahgunaan anggaran. (http://m.antaranews.com)
Penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa yang merugikan
keuangan negara merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Definisi korupsi
itu sendiri diatur di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Definisi di
dalam pasal tersebut memuat unsur-unsur; secara melawan hukum; memperkaya diri
sendiri; orang lain atau suatu korporasi; yang dapat menimbulkan kerugian keuangan
negara atau perekonomian negara.
Faktor-faktor yang menjadikan pengadaan barang atau jasa sebagai ladang subur
praktek korupsi diantaranya adalah banyaknya uang yang beredar, tertutupnya kontak
antara penyedia jasa dan panitia lelang dan banyaknya prosedur lelang yang harus
diikuti. Proses pengadaan ini walaupun tercium adanya indikasi korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), tetapi pembuktiannya sangat sulit karena sistem administrasi dari
pemberi dan penerima pekerjaan ini sangatlah rapi.
Meskipun telah diatur dengan aturan hukum yang jelas dan mengikat, namun
pada kenyataannya masih ada beberapa penyimpangan yang terjadi termasuk praktek
KKN dan kesalahan persepsi dalam proses pengadaan barang/ jasa. Dilihat dari
banyaknya kasus – kasus yang berkaitan dengan proses pengadaan barang/ jasa yang
terungkap, menunjukan bahwa masih banyak celah yang harus diperbaiki agar proses
pengadaan barang/ jasa di Pemerintahan bisa berjalan dengan baik dan transparan demi
kebaikan bersama. Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dari segi sistem, pihak –
pihak yang terkait,

Daftar Pustaka

Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 jo Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Tindak Pidana Korupsi.
Http://m.antaranews.com
Http://nasional.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai