Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya
sehingga referat yang berjudul PEMFIGUS ini dapat terselesaikan .
Referat ini ditulis sebagai salah satu tugas dalam kepanitraan klinik ilmu
kesehatan kulit dan kelamin di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada periode
30 Januari 2017-25 Februari 2017.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga referat ini dapat
berguna bagi para pembacanya.
1
PEMFIGUS VULGARIS
I. PENDAHULUAN
Istilah pemfigus dari kata pemphix (Yunani) berarti melepuh atau
gelembung. Pemfigus ialah kumpulan penyakit kulit autoimun berupa bula yang
timbul dalam waktu yang lama, menyerang kulit dan membrana mukosa yang
secara histopatologik ditandai dengan bula interepidermal, dimana akibat dari
autoantibodi yang secara langsung menyerang permukaan keratinosit yang
mengakibatkan hilangnya adhesi antara keratinosit melalui proses yang disebut
akantolisis. Dan secara imunopatologik ditemukan antibody terhadap komponen
desmosom pada permukaan keratinosit jenis IgG, baik terikat maupun yang bebas
di dalam sirkulasi darah.1
2
Pemfigus Vulgaris, Pemfigus Eritomatosus, Pemfigus Foliaseus dan Pemfigus
Vegetans. Menurut letak dan celah pemfigus di bagi menjadi 2 yaitu:
II. EPIDEMIOLOGI
PV merupakan bentuk yang tersering dijumpai (80% semua kasus).
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan dapat mengenai semua bangsa dan ras.
Frekuensi kedua jenis kelamin sama. Umumnya mengenai umur pertengahan
3
(dekade ke-4 dan ke-5), termasuk dapat juga mengenai semua umur termasuk
anak-anak.
III. ETIOPATOGENESIS
Pemfigus ialah penyakit autoimun, karena pada serum penderita
ditemukan autoantibody, juga dapat disebabkan oleh obat (drug induced
pemphigus), misalnya D-penisilamin dan kaptopril. Pemfigus yang diinduksi obat
dapat berbentuk pemfigus foliaseus (termasuk pemfigus eritematous) atau
pemfigus vulgaris. Pemfigus foeliaseus lebih sering timbul dibandingkan dengan
pemfigus vulgaris. Pemeriksaan imunoflouresensi langsung pada kebanyakan
4
kasus positif sedangkan pemeriksaan imunoflouresesnsi tidak langsung hanya
kira-kira 70% yang positif.123
5
dan Pemfigus Foliaseus, yang lebih sering pada perlekatan sel-sel pada epitel
bertanduk.
6
Pruritus tidaklah lazim pada pemfigus, tetapi penderita sering mengeluh
nyeri pada kulit yang terkelupas. Epitelisasi terjadi setelah penyembuhan dengan
meninggalkan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan biasanya tanpa jaringan
parut.
7
Gambar 3. Pemfigus vulgaris. Erosi luas akibat lepuh pada kulit
8
Lesi kulit pada pemfigus foliaseus berskuama, krusta dengan erosi dengan
dasar yang eritem. Pada stadium awal ataupun pada manifestasi lokal penyakit ini,
lesi bersifat sirkumskrip dan menyebar pada sebaran seborrheik terutama pada
wajah, kulit kepala dan tubuh bagian atas. Lesi primer berupa bulosa yang
flasid ,namun sangat sukar ditemukan disebabkan letaknya pada bagian epidermis
bagian atas, maka lebih mudah pecah dan mengalami erosi. Kelainan bisa bersifat
lokal bertahun tahun lamanya, ataupun berkembang cepat menghasilkan
eritoderma ekfoliatif.3
Paparan sinar UV dan suhu bisa merangsang perjalanan penyakit. Keluhan
utama yang dirasakan adalah nyeri dan panas pada lesi.Selain itu berbeda dengan
pemfigus vulgaris kelainan pada membran mukosa pada pemfigus tipe ini sangat
jarang walaupun pada lesi yang generalisata
9
Pemfigus vegetans terdiri dari tipe neuman biasanya menyerupai pemfigus
vulgari kecuali timbulnya pada usia lebih muda. Tempat predileksi di
muka,aksila,genetalia eksterna,dan daerah intertrigo yang lain. Yang khas pada
penyakit ini ialah terdapatnya bula-bulayang vegetative dan proliferative
papilomatoasa terutama di daerah intertrigo.
Tipe hallopeau perjalan penyakit kronik,teteapi dapat seperti pemfigus
vulgaris dan fatal.lesi primer ialah pustule-pustul yang bersatu,meluas ke
perifer,menjadi vegetative dan menutupi daerah yang luas di aksila dan perineum3
V. DIAGNOSIS
Untuk dapat mendiagnosis PV diperlukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang lengkap. Lepuh dapat dijumpai pada berbagai penyakit sehingga dapat
mempersulit dalam penegakkan diagnosis. Perlu dilakukan pemeriksaan manual
dermatologi untuk membuktikan adanya Nikolsky’s sign yang menunjukkan
adanya PV. Untuk mencari tanda ini, dokter akan dengan lembut menggosok
daerah kulit normal di dekat daerah yang melepuh dengan kapas atau jari. Jika
memiliki PV, lapisan atas kulit akan cenderung terkelupas. Tanda ini tampaknya
10
adalah patognomonik karena hanya ditemukan pada Pemfigus dan Nekrolisis
Epiderma Toksik.135
11
Gambar 4. Gambaran histopatologi Pemfigus vulgaris
Imunofluoresensi
Imunofluoresensi langsung
Sampel yang diambil dari biopsi diwarnai dengan cairan fluoresens.
Pemeriksaan ini dinamakan direct immunofluorescence (DIF). DIF biasanya
menunjukkan antibodi intraseluler tipeIgG yang menempel pada permukaan
keratinosit yang di dalam maupun sekitar lesi.1
12
(A) (B)
Gambar 5. Imunofluoresensi pada pemfigus. (A). Imunofluoresensi langsung. (B).
Imunofluoresensi tidak langsung.
VII. KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder , baik sistemik atau lokal pada kulit, dapat terjadi karena
penggunaan imunosupresan dan adanya erosi. Penyembuhan luka pada
infeksi kutaneous tertunda dan meningkatkan risiko timbulnya jaringan
parut.
2. Terapi imunosupresan jangka panjang dapat mengakibatkan infeksi dan
malignansi yang sekunder (misalnya, Sarkoma Kaposi), karena sistem
imunitas yang terganggu.
3. Retardasi pada pertumbuhan telah dilaporkan pada anak yang memakai
kortikosteroid sistemik dan imunosupresan.
13
4. Penekanan pada sumsum tulang telah dilaporkan pada pasien yang
menerima imunosupresan. Peningkatan insiden leukemia dan limfoma
dilaporkan pada pasien yang menerima imunosupresi yang
berkepanjangan.
5. Gangguan respon kekebalan yang disebabkan oleh kortikosteroid dan obat
imunosupresif lainnya dapat menyebabkan penyebaran infeksi yang cepat.
Kortikosteroid menekan tanda-tanda klinis infeksi dan memungkinkan
penyakit seperti septikemia atau TB untuk mencapai stadium lanjut
sebelum diagnosis.
6. Osteoporosis dapat terjadi setelah penggunaan kortikosteroid sistemik.
7. Insufisiensi adrenal telah dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang
glukokortikoid.
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
14
2. Sitostatik diberikan, bila :
- Kortikosteroid sistemik dosis tinggi kurang memberi
respons
- Terdapat kontraindikasi, misalnya ulkus peptikum,
diabetes mellitus, katarak, dan osteoporosis
- Penurunan dosis pada saat telah terjadi perbaikan tidak
seperti yang diharapkan.
2. Non Medikamentosa
Pada pemberian terapi dengan dosis optimal, tetapi pasien masih
merasakan gejala-gejala ringan dari penyakit ini. Maka perawatan luka yang
baik adalah sangat penting karena ia dapat memicu penyembuhan bula dan
erosi. Pasien disarankan mengurangi aktivitas agar resiko cedera pada kulit
dan lapisan mukosa pada fase aktif penyakit ini dapat berkurang. Aktivitas-
aktivitas yang patut dikurangi adalah olahraga dan makan atau minum yang
dapat mengiritasi rongga mulut (makanan pedas, asam, keras, dan renyah).45
15
IX. PROGNOSIS
Sebelum kortikosteroid digunakan, maka kematian terjadi pada 50%
penderita dalam tahun pertama. Sebab kematian ialah sepsis, kakeksia, dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pengobatan dengan kortikosteroid membuat
prognosisnya lebih baik.13
DAFTAR PUSTAKA
16
2. Zeina B, Sakka N. Pemphigus vulgaris, (online). 2010. Available from
www.emedicine.medscape.com
3. Siregar,Prof.Dr.R.S.SpKK(K).Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit,Edisi
3.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.2015;186-8
4. Stanley JR. Pemfigus. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ (eds). Fitzpatrick's dermatology in general medicine
(two vol. set). 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008: 459-74.
17