MAKALAH
Oleh
Husniya Faradisa
NIM 152210101054
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini :
1. Untuk mengetahui teknik uji aktifitas imunomodulator dengan metode ELISA
2. Untuk mengetahui teknik uji aktivitas imunomodulator dengan metode Western Blot
3. Untuk mengetahui perbedaan uji Aktifitas imunomodulator dengan metode ELISA
dan Western Blot
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi informasi berupa teknik uji aktifitas imunomodulator dengan metode
ELISA dan metode Western Blot
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengujian aktifitas imunomodulator dengan
metode ELISA dan Western Blot
3. Mengasuh kemampuan, kreativitas dan keahlian mahasiswa pelaksana dibidang
pengujian aktivitas tanaman obat.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
diisolasi untuk penelitian uji imunomodulator polisakarida terhadap aktifitas sel
makrofag.
Secara sederhana,proses dari isolasi protein ini konsepnya sama dengan isolasi
DNA. Sel dilisis dalam buffer dingin (1% Nonidet P-40, gliserol 10%, 50 mM HEPES,
pH 7.5, 150 mMNaCl) dilengkapi dengan koktail inhibitor 1% protease (Sigma). Dimana
buffer lysis berfungsi untuk melisiskan sel sehingga semua hal yang terdapat didalamnya
akan bisa tercampur sampai homogen. Kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan
sitosol. Proses sentrifuge, hal ini dimaksudkan untuk memisahkan perbedaan berat
molekul dan protein berada di supernatant dan tindakan ini dilakukan berkali-kali demi
mendapatkan isolate protein yang paling murni. Semakin murni suatu isolate
protein,maka uji selanjutnya akan semakin baik akan tetapi membutuhkan waktu yang
makin lama. Protein sitosol (100 µg per lane) dipisahkan dengan 10% sodium dodecyl
sulfate (SDS) –polyacrylamide elektroforesis gel. SDS PAGE digunakan sebagai medium
yang digunakan untuk memisahkan protein berdasarkan ukurannya dengan adanya arus
listrik. Akrilamid 10% juga ditambahkan. Kerja SDS-PAGE ini adalah dengan
mendenaturasi polipeptida setelah terlebih dahulu polipeptida tersebut dibuang struktur
sekunder dan tersiernya. Sampel terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sumur gel. Satu
jalur biasanya untuk satu marker. Protein sampel akan memiliki muatan yang sama
dengan SDS yang negatif sehingga bergerak menuju elektroda positif melalui jaring-
jaring akrilamid. Protein yang lebih kecil akan bergerak lebih cepat melewati jaring-jaring
akrilamid. Perbedaan kecepatan pergerakan ini akan terlihat pada pita-pita yang
tergambar pada tiap jalur.
Agar protein tersebut dapat diterima oleh antibodi, maka protein tersebut harus
dipindahkan dari gel ke sebuah kertas membran,berupa nitroselulosa. Membran ini
diletakkan di atas gel, dan tumpukan kertas penyerap diletakkan di atasnya. Larutan
buffer kemudian akan merambat ke atas melalui reaksi kapiler dengan membawa protein-
proteinnya. Membran dengan protein sampel tersebut diinkubasi dengan antibodi.
Immunoblotted menggunakan anti-iNOS antibodi poliklonal dari kelinci atau antibodi
anti-aktin kelinci sebagai kontrol. Blots dikembangkan dengan alkali fosfatase
terkonjugasi. Kedua antibodi (diencerkan 1: 1000) kemudian ditambahakan substrat
alkalin fosfatase. Substrat alkalin fosfatase ini digunakan untuk mempermudah analisis
protein menggunakan BioRad selama 15 menit.
4
Hasil yang diperoleh dari pengukuran aktivitas iNOS dengan metode analisis
western blot : Berdasarkan kemampuan Juniper polisakarida fraksi untuk menginduksi
pelepasan NO, Immunoblotting menunjukkan pita dengan perkiraan massa molekul 130
kDa ( massa molekul iNOS yang dikenal) di LPS dan sel Juniper terstimulasi
polisakarida, sementara hampir tidak ada iNOS terdeteksi pada sel yang tidak distimulasi
(Gambar 1C). Protein iNOS tidak terjadi peningkatan pada ekspresi protein seluler.
Proliferasi sel dievaluasi dengan mengukur konsentrasi ATP seluler dalam sel yang
diobati fraksi polisakarida. Kelangsungan hidup sel J774.A1 tidak terpengaruh oleh
pengobatan dengan salah satu dari lima fraksi polisakarida pada seluruh rentang
konsentrasi (25-200 Ag / ml).
Gambar 1
6
Serapan ELISA diukur pada panjang gelombang 540 nm dan koefisien molar
kepunahan ɛ = 2.1 × 104 m-1 cm-1 digunakan untuk tentukan pengurangan sitokrom C.
dan hasilnya dinyatakan sebagai nmol O2 sehingga menghasilkan protein sel per mg.
7
Hasil yang diperoleh dari studi aktivitas makrofag produksi O2 yaitu efek GP
terhadap produksi O2 pada peritoneum makrofag ditunjukkan pada Gambar 2. Dalam
induksi sistem O2, PMA dikenali sebagai co-signal, percobaan ini adalah dilakukan baik
dengan tidak adanya atau adanya PMA. Gambar 2A menunjukkan bahwa produksi O2
oleh makrofag dari tikus yang diinokulasi dengan 0-400 mg / kg GP adalah 18-37 nmol /
mg sel protein dengan adanya PMA, sedangkan hanya 7-19 nmol / protein sel mg dengan
tidak adanya PMA. Gambar 2B menunjukkan bahwa makrofag dari hewan yang diobati
dengan GP mengaktifkan produksi O2 setelah 60 menit adalah ~ 150 ° lebih besar
(P≤0.01) dari pada makrofag dari tikus yang tidak diobati. Dengan PMA, sel dari Tikus
yang tidak diobati meningkatkan produksi O2 mereka sesuai harapan dan dapat diamati
bahwa makrofag dari tikus yang diobati juga menanggapi PMA, namun efeknya setelah
60 menit itu hanya ~40% lebih tinggi dari kontrol (tikus yang tidak diobati).
Gambar 2
8
2.3. Kelebihan dan Kelemahan
Metode Western Blot Metode ELISA
Kelebihan Akses yang lebih besar Teknik pengerjaan relatif sederhana
kepada molekul yang telah Relatif ekonomis (karena jenis
terikat ke permukaan antibodi yang digunakan hanya satu
lembaran dibandingkan saja, sehingga menghemat biaya
kepada molekul yang masih untuk membeli banyak jenis
berada di dalam gel atau antibodi)
matriks. Hasil memiliki tingkat sensitivitas
Reagen yang dibutuhkan yang cukup tinggi.
lebih sedikit. Dapat digunakan untuk mendeteksi
Waktu untuk melakukan keberadaan antigen walaupun kadar
staining dna destaining, antigen tersebut sangat rendah (hal
inkubasi, mencuci, dll dapat ini disebabkan sifat interaksi antara
lebih singkat. antibodi atau antigen yang bersifat
Pola yang terbentuk dapat sangat spesifik)
dikeringkan dan disimpan Dapat digunakan dalam banyak
berbulan-bulan sebelum macam pengujian.
dianalisis.
Dapat dibuat banyak replika
pola tersebut untuk
memungkinkan banyak
metode analisis yang
dipakai.
9
Untuk transfer protein teknik ELISA ini membutuhkan
dengan ukuran molekul biaya yang relatif mahal.
besar, harus menggunaan Pada beberapa macam teknik
gel dengan konsentrasi ELISA, dapat terjadi kesalahan
poliakrilamid yang rendah. pengujian akibat kontrol negatif
yang menunjukkan respons positif
yang disebabkan inefektivitas dari
larutan blocking sehingga antibodi
sekunder atau antigen asing dapat
berinteraksi dengan antibodi bertaut
enzim signal dan menimbulkan
signal.
Reaksi antara enzim signal dan
substrat berlangsung relatif cepat,
sehingga pembacaan harus
dilakukan dengan cepat (pada
perkembangannya, hal ini dapat
diatasi dengan memberikan larutan
untuk menghentikan reaksi).
10
BAB 3. KESIMPULAN
Western Blot merupakan salah satu metode yang digunakan dalam analisis
makrofag pada uji aktifitas imunomodulator. Kelangsungan hidup sel J774.A1 tidak
terpengaruh oleh pengobatan dengan salah satu dari lima fraksi polisakarida pada seluruh
rentang konsentrasi (25-200 Ag / ml).
Prinsip dasar Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah reaksi
antara antigen (Ag) dengan antibodi (Ab) menjadi molekul Ag-Ab yang lebih besar dan
mudah mengendap. Dengan induksi GP menunjukan terjadinnya peningkatan produksi
O2 dari pada hewan kontrol.
11
DAFTAR PUSTAKA
Converse, R.H. and R.R Martin. 1990. ELISA methods for plant viruses. In Hampton, R., E.
Ball, and S. De Boer (Eds.). Serological Methods for Detection and Identification of Viral and
bacterial Plant Patogens. APS Press, St Paul, Minn. p. 179-196.
Mahmood,Tahrin , Ping-Chang Yang. Western Blot: Technique, Theory, and Trouble Shooting.
Department of Pathology and Molecular Medicine: Canada. 2015. Vol:4
Segal AW, Abo A. The biochemical basis of the NADPH oxidase of phagocytes. Trends
Biochem Sci 1993;18:43–7.
Song JY, Han SK, Son EH, Pyo SK, Yun YS, Yi SY. Induction of secretory and tumoricidal
activities in peritoneal macrophages by ginsan. Int Immunopharmacol 2002;2:857–65.
12