Disusun Oleh :
ARDIYANTO S.MADJID
(1503046)
MANADO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi
aktif pada tanaman yang juga mempunyai sifat antiestrogen atau dapat sintesis
yang beracun, alkaloid ini bisa menimbulkan rasa pahit dan sedikit bahaya
telah banyak diteliti kandungan kimia dan khasiat yang berada di dalamnya.
Kulit batang kayu kambing menurut metode Brine Shrimp lethality Test
(BST). Metode ini sering digunakan sebagai skrining awal terhadap senyawa
aktif yang terkandung dalam ekstrak tanaman, karena relatif murah, cepat, dan
Penelitian ini di batasi pada uji efek toksisitas terhadap larva Artemia
salina L. Dengan konsentrasi ekstrak kulit batang kayu kambing 50 ppm, 100
Untuk mengetahui efek toksisitas akut ekstrak etanol kulit batang kayu
2. dijadikan rujukan untuk penelitian toksisitas pada hewan coba yang lebih
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kingdom : Plantae
2. Divisi : Angiospermae
3. Ordo : Sapindales
4. Famili : Burseraceae
5. Genus : Garuga
6. Spesies : G. floribunda
2.1.1.2 Nama Umum
daerah antara lain Kilangit ( Jawa Barat ), wiyu ( Jawa Tengah ), kayo
tumbuhan berpohon dengan daun majemuk, panjang daun 46 cm, lebar daun
13 cm, panjang anak daun 5 cm, lebar anak daun 3 cm. Panjang tankai 0,5 cm.
Bentuk daun lanset, ujung daun meruncing denga tepi daun bergerigi dalam.
Dijumpai pada dataran tinggi, tinggi pohon 7-10 meter, batang berdiamter 15-
20 cm, warna batang coklat dengan tekstur kasar. Duduk anak daun
berhadapan, ujung anak daun runcing dengan tepi bergerigi. Permukaan anak
daun halus dan pada permukaan bahwa terdapat bulu-bulu halus. Daun yang
(Kinho, 2009).
2.1.1.5 Khasiat dan Penggunaan
2.1.1.6 khasiat
2.1.1.7 Penggunaan
Kayu tan aman kayu kambing juga dapat digunakan sebagai bahan
lantai, bok dan bahan kerajinan mainan anak. Kulit batang dapat dijadikan
hitam pada anyaman tikar. Di masyarakat tanaman ini ditanam sebagai pohon
2.1.2 Ekstraksi
yang mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
1. Maserasi
merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut yang digunakan pada temperatur
ruangan.Pada psoses maserasi, bahan kandungan sel berpindah dengan terlarut dalam
molekuler pelarut dengan berdifusi melalui rongga antar sel. Gaya yang bekerja adalah
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan pelarut yangmula-mula tanpa
bahan aktif. Bahan kandungan sel akan mencapai ke dalam cairan di sebelah luar selama
larutan disebelah dalam dan disebelah luar sel (Voight, 1995: 566)
2. Perkolasi
selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
2. Digesti
3. Infus
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
4. Dekok
Dekok adalah ekstraksi yang sama dengan infus tapi yaitu dengan
pelarut air pada temperatur 90° C namun dilakukan lebih lama yaitu selama
30 menit.
5. Sokletasi
dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung
ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang
bekerja kontinyu.
2.1.3 Uji Toksisitas
Uji dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji sebanyak
biasanya setiap hari atau lima kali seminggu selama jangka waktu kurang
lebih 10% masa hidup hewan yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1 atau 2 tahun
selama 3-6 bulan atau seumur hidup hewan, misalnya 18 bulan untuk mencit,
24 bulan untuk tikus dan 7-10 tahun untuk anjing dan monyet.
melihat LC50-nya lebih kecil atau sama dengan 1000 µg/ml (LC50
konsentrasi zat yang menyebabkan 50% kematian hewan uji yang diperoleh
dari hasil persamaan regresi linier yaitu y = a + bx. (Juniarti dkk, 2009). Suatu
zat dikatakan toksik apabila nilai LC50 ˂ 1000 ppm untuk ekstrak dan ˂ 30
Kayu Kambing
(Garuga floribunda
Decne)
Analisis data
METODE PENELITIAN
Only Control Group Design. Perlakuan dengan pemberian ekstrak kulit batang
kayu kambing dengan berbagai konsentrasi terhadap larva Artemia salina Leach.
3.3.1 Populasi
Timur (Boltim)
3.3.2 Sampel
Tumbuhan kayu kambing yang digunakan berupa Kulit batang yang diambil
(Boltim)
3.4 Alat dan bahan
3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, beker
gelas, gelas arloji, cawan porselen, stoples, gunting, neraca analitik, pipet,
mikro pipet, batang pengaduk kaca, sendok tanduk, corong pisah, tabung
reaksi, kertas saring, penangas air, botol plastik, airator dan lampu pijar.
3.4.2 Bahan
batang kayu kambing, etanol 70%, aquadest, telur Artemia salina Leach,
Utara. Bagian tanaman yang diambil adalah bagian kulit dan batang.
terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari
secara langsung selama 2-3 hari sampai tanaman kulit batang kayu
bagian simplisia, 7,5 bagian pelarut) atau sampai pelarut berada 1cm diatas
hari sambil beberapa kali diaduk, lalu disaring dengan kertas saring.
Setelah itu, pelarut etanol yang masih tersisa diuapkan di atas penangas air
Air laut yang digunakan yaitu air laut buatan dikarenakan air laut yang
murni sulit untuk didapatkan dan dikhawatirkan sudah tercemar. Air laut
(NaCl) kedalam 1 liter aquadest (15.000 ppm) (Harmita & Radji, 2008).
salina sebanyak dalam aquadest selama satu jam. Telur yang baik akan
telur yang baik disaring dan dikumpulkan dalam satu wadah (Cahyadi,
2009). Larva Artemia salina yang baik digunakan untuk uji BST adalah
yang berumur 48 jam, perlakuan Artemia salina pada umur lebih dari 48
Penetasan telur dilakukan dalam wadah bening seperti gelas kimia atau
stoples dari bahan plastik, atau kaca dengan menggunakan media air laut
dimaerasi. Larva yang telah lahir akan berjalan secara alamiah ke arah
cahaya lampu pijar/neon 40-50 watt agar suhu penetasan 25°C-30°C tetap
perlakuan, yaitu:
kayu kambing dengan konsentrasi 100 µg/ml (100 ppm) dalam media.
4. Kelompok P3 adalah 10 larva udang yang diberi ekstrak kulit batang
kayu kambing dengan konsentrasi 500 µg/ml (500 ppm) dalam media.
media.
kayu kambing dengan konsentrasi 1500 µg/ml (1500 ppm) dalam media.
ekstrak dengan 300 ml air laut (1000 ppm) sebagai larutan induk,
kedalam 50 ml air laut (1500 ppm). Konsentrasi 1000 µg/ml dibuat dengan
ditambahkan air laut sampai 50 ml (50 ppm). Untuk kontrol negatif dibuat
dengan air laut tanpa menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 15.000
ppm.
telah menetas ke dalam seri tabung uji yang berisi ekstrak kulit batang kayu
replikasi sebanyak lima kali untuk setiap kelompok perlakuan. Tabung uji
jumlah larva udang yang mati. Kriteria standar untuk menilai kematian
larva udang adalah bila larva udang tidak menunjukkan pergerakan selama
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapatkan dari jumlah
larva udang yang mati 24 jam setelah perlakuan pada tiap-tiap konsentrasi
Data hasil penelitian akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Data kemudian akan dianalisis dengan analisis probit melalui grafk regresi linier
Cahyadi ,roby,suhardjono, 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare
Meyer, B.N. et. Al. 1982. Brine Shrimp : A Convenient General Bioassay for Active
Harmita., Radji, Maksum. 2009. Buku Ajar Analisis Hayati, Ed. 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Indonesia