Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Organisasi dituntut untuk selalu berinovasi sesuai dengan tren saat ini. Faktor –
faktor seperti ketatnya persaingan dan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut
organisasi untuk kreatif dan inovatif. Organisasi yang selalu inovatif dan kreatif selalu
memiliki visi masa depan yang terencana dan terukur. Oleh karena itu, organisasi harus bisa
mengimplementasikan visi tersebut menjadi misi yang harus dijalankan di tiap bagian, salah
satunya adalah kinerja kreatif organisasi.
Kinerja menjadi hal yang penting dalamorganisasi. Mnurut Prabu Mangkunegara
(2000) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang di capai oleh sesorng
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Mangkuprawira (2007) juga menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil atau
tingakat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil
kerja, target atau sasarn yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Menurut george dan zhou (2001) dalam williams (2004)menjelaskan bahwa salah
satu kepribadian yang terkait dengan kinerja kreatif dalam organisasi adalah keterbukaan
pada pengalaman. Dalam suatu organisasi pasti ada beberapa individu yang mempunyai
sikap terbuka dalam segala hal. Individu yang terbuka tersebut cenderung lebih kreatif
daripada anggota organisasi yang lain. Selain keterbukaan terhadap pengalaman, ciri
kepribadian lain yang menjadi bagian dari lima model utama personalitas adalah
ekstraversi, neurotisisme, daya terima dansifat hati – hati. Dari 5 model utama tersebut,
keterbukaan terhadap pengalaman mejadi eleman penting untuk mencapai kinerja kreatif
dalam organisasi.

B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari sikap - sikap individu, organisasi, perilaku ?
2. Permasalahan apakah yang terdapat pada sikap - sikap individu dan perilaku ?
3. Sikap - sikap individu dalam organisasi dan apa yang menjadikan pengaruh pada perilaku
individu – individu tersebut ?
4. Apa penjelasan bagian bagian dari perilaku individu?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari sikap - sikap individu, organisasi, perilaku dan pengaruh
pada perilaku.
2. Untuk mengetahui permasalahan sikap – sikap individu dan perilaku.
3. Untuk mengetahui Sikap - sikap individu dalam organisasi dan apa yang menjadikan
pengaruh pada perilaku individu – individu tersebut.
4. Untuk mengetahui penjelasan bagian bagian dari perilaku individu.

5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sikap sikap, individu, organisasi , perilaku.
Sikap merupakan pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak tentang suatu obyek, orang, dan pada suatu peristiwa. Sikap merupakan cerminan
bagaimana seseorang merasakan sesuatu, (ex: saya menyukai pekerjaan saya, yaitu
menandakan bahwa saya sedang mengexpresikan sikap saya tentang pekerjaain
itu).[1] Suatu cara bereaksi pada suatu rangsangan yang timbul dari seseorang atau dari
suatu situasi. Dalam kehidupan sehari hari sikap dapat di dinyatakan atau di ikuti oleh
pendapat (opini).[2] Sikap (atitutdes) merupakan kesiap siagaan mental, yang di
organisasikan lewat mental, yang di organisasikan lewat pengalaman, obyek dan situasi yang
berhubungan dengannya. Definisi sikap ini memiliki pengaruh pada manajer 1) sikap
menentukan kendenderungan seseorang terhadap segi tertentu dalam dunia ini. 2) sikap
memberi dasar emosional bagi hubungan interpersonal seseorang dan pengapdiannya.
Beberapa sikap bersifat tetap dan abadi.[3] Sikap bisa dipandang sebagai disposisi untuk
berekasi dengan cara yang menyenangkan atau tidak terdapat obyek, konsep atau apa saja
(Mitchell:1982).
Sikap dalam organisasi
Sikap orang juga mempengaruhi perilaku mereka dalam organisasi. Sikap (attitudes)
adalah sekumpulan kepercayaan dan perasaan yang dimiliki oleh sseorang mengenai ide dan
situasi tertentu, atau mengenai orang lain. Ex : seorang karyawan bahwa ia merasakan digaji
dengan kurang oleg organisasi maka dari itu menceminkan perasaan mengenai gajinya. Hal
yang sama, ketika seorang manajer mengatakan bahwa ia menyukai kampanye periklanan
yang baru, ia mengekspresikan perasaannya mengenai usaha pemasaran organisasi.
Bagaimana sikap terbentuk
1. Struktur sikap
2. Afek
3. Kognisi
4. Intensi

Perilaku individu adalah perilaku atau interaksi yang dilakukan oleh manusia atau
individu di lingkungannya, perilaku setiap individu sangatlah berbeda dan hal ini
dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut tinggal, perilaku yang berbeda
mengakibatkan berbedanya kebutuhan setiap individu, untuk itu perlunya suatu organisasi
agar kebutuhan yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan bekerja sama antar individu.
Karakteristik individu :
 Kemampuan
 Kebutuhan
 Kepercayaan
 Pengalaman
 Pengharapan, dll
Model umum perilaku organisasi
Karakteristik organisasi :
 Hierarki
 Tugas – tugas
 Wewenang
 Tanggung jawab
 System reward
 System control, dll
Perilaku Individu dalam organisasi

B. Permasalahan Sikap sikap Individu dan perilaku.


1. Kepuasan kerja
Mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with
employes view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak
mendukung yang dialami [pegawai] dalam bekerja( Newstrom).
Mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”.
Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.
dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak
menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi
dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti
upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan
kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya
antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan (Wexley dan
Yukl ).
Berikut beberapa penyebabnya:
a. Disebabkan karena ketidak puasan terhadap kokndisi kerja, karena pegawai merasa
pimpinan tidak memberi kepercayaan kepada pegawei.
b. Tidak bersifat transparan dalam pembuatan keputusan, pemimpin bertindak tidak objektif
dan tidak jujur kepada pegawai, dan tidak memprhatikan kebutuhan kebutuhan pegawai,
Ex: upah, tunjangan yang lain.[4]
2. Manusia berusaha mengurangi ketidakselarasan
Salah satu pertemuan yang paling relevan tentang sikap adalah kenyataan bahwa
individu cenderung mencari konsistensi. Ketidakselarasan kognitif (cognitive dissonance)
terjadi ketika terjadi ketidakkonsistenan antara dua atau lebih sikap seseorang, atau antara
sikap dan perilaku seseorang. Teori ketidakselarasan kognitif menyatakan bahwa setiap
individu berusaha meminimalkan ketidakselarasan dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkannya.
Tentu saja tidak ada individu yang sepenuhnya dapat menghindari
ketidakselarasan. Anda tahu bahwa “ kejujuran adalah kebijakan yang terbaik” tetapi anda
tidak mengatakannya apa-apa ketika seorang pramuniaga memberikan kembalian uang
terlalu banyak. Atau anda menyuruh anak anda menggosok gigi setiap selesai makan, tetapi
anda tidak melakukannya. Jadi bagaimana orang menanggulanginya ? Keinginan seseorang
untuk mengurangi ketidakselarasan ditentukan oleh pentingnya elemen yang menciptakan
ketidakselarasan ini, tingkat pengaruh kepercayaan individuterhadap elemen-
elemen tersebut, dan penghargaan yang mungkin terdapat dalam ketidakselarasan itu. Jika
elemen-elemen yang menciptakan ketidakselarasan relatif tidak penting, tekanan untuk
memperbaiki ketidakselarasan ini akan rendah.
Namun katakanlah seorang manajer perusaaan Ny. Smith, yang memiliki suami
da beberapa anak sangat percaya bahwa tidak ada perusahaan yang boleh membuat polusi
udara dan air. Sayangnya, karena tuntutan pekerjaan, Ny. Smith ditempatkan pada posisi
yang mengharuskannya memilih antara tingkat keuntungan perusahaan atau sikapnya
terhadap polusi. Dia tahu bahwa membuang limbah organik ke dalam sungai lokal (kita
mengasumsikan praktik ini legal) adalah sangat menguntungkan bagi perusahaannya. Apa
yang akan di lakukan ?
Tentu saya, Ny. Smith mengalami suatu tingkat ketidakselarasan kognitif yang
tinggi. Karena pentingnya elemen dalam contoh ini, kita tidak dapat mengharapkan Ny.
Smith untuk mengabaikan ketidakkonsistenan ini. Selain keluar dari pekerjaannya, ada
beberapa jalan yang dapat ia ikuti untuk menyelesaikan dilemanya. Dia dapat menurunkan
ketidakselarasan dengan mengubah perilakunya (berhenti membuat polusi pada air) atau
dengan menyimpulkan bahwa perilaku yang tidak selaras tidaklah terlalu penting (“
saya harus mencari nafkah dan, dalam peran saya sebagai seorang pengambil keputusan
perusahaan, saya harus melakukan hal yang terbaik bagi perusahaan saya diatas
kepentingan lingkungan dan masyarakat”).

3. Hubungan sikap perilaku


Penelitian terdahulu mengasumsikan bahwa terdapat hubungan sebab dan akibat
antara sikap(attitude) dan perilaku (behavior); yaitu, sikap yang diambil individu
menentukan apa yang mereka lakukan. Logika juga menunjukan suatu hubungan. Bukankah
sangat logis jika mereka menonton acara televisi yang mereka sukai atau para karyawan
mencoba menghindarkan diri dari penugasan yang tidak mereka sukai ?
Namun, pada akhir tahun 1960-an asumsi mengenai hubungan antara sikap dan
perilaku tersebut (A-B) disangkal oleh sebuah kajian dari penelitian yang berbeda. 4
Berdasarkan evaluasi dari sejumlah studi yang meneliti hubungan A-B, peneliti
menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku atau, kalaupun ada hanya
sedikit berhubungan. Penelitian berikutnya memperlihatkan adanya suatu hubungan sikap
dan perilaku jika variabel kontinjensi penengah disertakan dalam pertimbangan.
Satu hal yang dapat memperbesar kesempatan kita untuk menemukan hubungan A-
B yang signifikan adalah penggunaan sikap khusus dan perilaku khusus. Adalah satu hal
ketika membicarakan tentang sikap seorang yang “bertanggung jawab secara sosial”, dan hal
yang berbeda ketika membicarakan tentang sikapnya “menyumbangkan $25 untuk
Masyarakat Sklerosis Ganda Nasional.”Semakin spesifik sikap yang kita ukur dan semakin
spesifik kita mengidentifikasi suatu perilaku yang berkaitan, semakin besar kemungkinan
untuk dapat memperlihatkan hubungan antara A dan B.
C. Penjelasan Bagian Bagian Dari Perilaku Individu
Orang orang dalam organisasi
Awal dari memahami dan mempelajari perilaku individu dalam organisasi. Pada
awalnya pula mulai hubungan sifat individu dan organisasi. Dengan secara tidak langsung
hubungan di antara keduanya dapat membatu kita agar dapat lebih bisa menghargai
perbrdaan individual, dimana perbedaan - perbedaan ini memunculkan sifat – sifat kritis
dalam yang dapat memunculkan perilaku – perilaku penting di tempat kerja yang
mempunyai kepantasan khusus terhadap manajer.[5]
Isi;
1. Kontrak psikologis
2. Kesusaian orang – pekerja
3. Perbedaan individual
Kepribadian dan organisasi
Personality (kepribadian) merupakan serangkaian atribut psikologi yang relatif
stabil yang dapat membedakan orang satu dengan yang lainnya. Pada kenyataannya, baik
faktor biologis maupun lingkungan memaikan perang penting peran penting dalam
menentukan kepribadian seseorang. Meskipun perdebatan pada diskusi berada di luar dari
jangakauan topik diskusi, manajer harus berusaha untuk memahami atribut – atribut
kepribadian dasar dan bagaimana hal – hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku orang
dalam situasi organisasi, tanpa menyebutkan persepsi dan sikap mereka pada organisasi.[6]
Di bawah di jelaskan lima besar ciri – ciri kepribadian.
1. Keramahan
2. Kehati – hatian
3. Emosionalitas negatif
4. Ekstraversi
5. Keterbukaan

Persepsi dalam organisasi


Persepsi adalah sekelompok proses yang disadari oleh individu dan menafsirkan
informasi mengenai lingkungan. Lingkungan adalah elemen penting lainnya dari perilaku
ditempat kerja.
Proses perseptual dasar
1. Persepsi selektif
2. Penerapan stereotip
Jenis – jenis perilaku di tempat kerja
Perilaku di tempat kerja adalah sebuah pola tindakan oleh anggota organisasi yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi efektivitas organisasi.
1. Perilaku kerja
2. Perilaku disfungsional
3. Keanggotaan informasi

BAB III
KESIMPULAN
Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam
perilaku organisasi, pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi kerja.
Menurut Baron dan Greenberg, terdapat tiga kategori utama hal-hal yang berhubungan
dengan kepuasan kerja, yaitu :
1. Faktor Organisasi
Yaitu sistem imbalan (reward) meliputi; promosi, kebijakan organisasi, dan kualitas
pengawasan yang dirasakan oleh karyawan.
2. Faktor Pekerjaan dan Work Setting
Yaitu meliputi beban kerja secara keseluruhan, variasi tugas, tingkat pencahayaan,
jumlah sekat di sekeliling karyawan, dan lingkungan sosial.
3. Faktor Karakteristik Personal
Yaitu meliputi self esteem, kepribadian, dan usia 28.

DAFTAR PUSTAKA

Toha Miftah, 1998. Perilaku individu dalam organsasi, perilaku organisasi: Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Nimran Umar, 1997. Perilaku individu, perilaku organisasi: Surabaya: Citra Media.
Gibson Al James, 1996. Perilaku dalam organisasi dan individu, organisai: Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama.
Indrawijaya Adham Ibrahim, 1989. Perilaku organisasi: Bandung: Sinar baru.
Moorhead Gregory, Griffin Ricky W. 2013.prilaku individu, perilaku organisasi:
manajemen SDM dan Organisasi; Jakarta: Salemba empat.

[1] Stephen P Robbins: 1999,” dasar dasar perilaku individu, perilaku organisasi edisi ke 5” hal 35.
[2] Adam ibrahim indrawijaya:1989, “Beberapa hal mengenai sikap, Perilaku organisasi “ hal 40.
[3] James L Gibson:1994 “ perilaku individu dan perbedaannya, organisasi dan manajemen. Hal: 57
[4] Stephen p robbins: “ dasar – dasar perilaku individu, prinsip – prinsip perilaku organisasi” hal 36-
39.
[5] Moorhead .Griffin: 2013. Perilaku individu,perilaku organisasi. Hal 60-63
[6] Moorhead .Griffin: 2013. Perilaku individu,perilaku organisasi. Hal 63-64

Anda mungkin juga menyukai