Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang
masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-
cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang
lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis
artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-
langkah yang tertentu yang bersifat logis.

Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat
desain penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti
yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian
secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Rancangan
atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian
meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan
pereperencaan dimulai dengan megadakan observasi dan evaluasi rerhadap
penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan
kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan
ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik
sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan
pelaporan hasil penelitian.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah


penelitian yang menggunakan angka-angka. Angka-angka tersebut digunakan

1
sebagai representasi dari informasi yang didapatkan dalam penelitian. Dalam
penelitian kuantitatif, salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh
peneliti ialah membuat desain penelitian karena desain penelitian seperti
petunjuk jalan bagi peneliti yang menuntun dan menentukan arah
berlangsungnya proses penelitian secara benar, sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar dalam penelitian kuantitatif,
seorang peneliti tidak dapat melakukan penelitian dengan baik karena peneliti
tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Peneliti perlu menghindari
sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan, agar
tercapai pembuatan desain yang benar.

B. Tujuan Penulisan
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui mengenai Desain Kuantitaf Riset
Keperawatan dan mampu juga dalam menerapkannya.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian desain penelitian?
2. Apakah manfaat desain penelitian?
3. Apa saja ruang lingkup desain penelitian?
4. Apa saja jenis-jenis desain penelitian?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Desain Penelitian


Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti
pula pola, potongan, bentuk, dan model (Echols dan Hassan Shadily,
1976:177). Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan
dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi
dengan tujuan penelitian itu (Nasution. 2003:23).

Rancangan atau desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam
penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang
bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003:80).

B. Manfaat Desain Penelitian


Jika ditinjau dari kehendak untuk mencapai tujuan penelitian, maka manfaat
desain penelitian adalah amat penting. manfaat tersebut setidak-tidaknya
dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Memilih suatu desaain
penelitian berarti menetapkan macam atau jenis penelitian yang akan
dilaksaanakan. Peranan desain penelitian disini adalah sama dengan
peranan penelitian itu sendiri yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2. Sebagai pedoman dalam melaksankan penelitian. Karena setiap macam
atau jenis penelitian meneliti tata laksana tersendiri, maka pemilihan
terhadap suatu desain penelitian berarti sekaligus memilih pula
tatalaksananya. Tatalaksana ini pada dasarnya adalah suatu pedoman
yang harus dipakai sebagai pegangan dalam melakukan penelitian.

3
C. Ruang Lingkup Desain Penelitian
Ruang lingkup design penelitian terdiri dari :
1. Penentuan Judul Penelitian
Penentuan judul penelitian sangat penting karena dapat mengetahui objek
penelitian, subjek apa yang akan diteliti, dimana lokasi penelitian, tujuan
yang ingin dicapai dan sasarannya.
a. Ada beberapa petunjuk bagi seorang peneliti yang akan melakukan
penelitian dalam menentukan judul, yaitu:
1) Keterjangkauan
2) Ketersedian Data
3) Signifikansi Judul yang dipilih
b. Beberapa syarat yang diperlukan untuk memilih judul penelitian, yaitu:
1) Judul ditetapkan setelah peneliti mengetahui permasalahan pokok
objek yang akan diteliti
2) Judul penelitian mencerminkan keseluruhan isi penulisan
3) Judul harus mengemukakan kalimat singkat dan jelas
2. Penentuan masalah penelitian.
Masalah penelitian itu merupakan pedoman kegiatan penelitian. Dalam
penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian.
Tanpa rumusan masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan dan
penulisan penelitiannya.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
a. Masih berhubungan dengan judul utama
b. Mendukumg tujuan penelitian
c. Mengembangkan atau memperluas cara-cara pengujian suatu teori
d. Memberikan sumbangan terhadap metodelogi penenelitian
e. Menunjukan variable-variabel yang diteliti.
3. Penentuan tujuan penelitian.
Tujuan penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk mencapai sasaran dan
target yang ingin dicapai. Tujuan penelitian terdiri dari tujuan utam dan
tujuan sekunder. Tujuan utama sangat erat kaitannya dengan judul dan

4
masalah penelitian, sedangkan tujuan sekunder sangat tergantung pada
keinginan pribadi seorang peneliti, dengan kata lain lebih bersifat subjektif
bagi peneliti.
4. Penentuan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan namun perlu
menguji kebenarannya.
Ada beberapa cara untuk merumuskan hipotesis anatara lain yaitu sebagai
berikut:
a. Hipotesis yang baik harus searah dan mendukung Judul, Masalah, dan
Tujuan Penelitian
b. Hipotesis harus dapat diuji dengan data empiris
c. Hipotesis harus bersifat spesifik
Dalam statistik dikenal ada dua macam hipotesis yaitu:
a. Hipotesis nol (H0): hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan dan
tidak ada perbedaan atau tidak ada pengaruh antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain
b. Hipotesis alternative (Ha): hipotesis yang menyatakan adannya
ketidaksamaan atau adanya perbedaan dan saling mempengaruhi
antara variabel satu dengan variable yang lain.
5. Penentuan populasi dan sampel penelitian.
Yang harus diperhatikan dalam menentukan sampel penelitian, adalah :
a. Tentukan populasi di daerah penelitian.
b. Tentukan jumlah sampel yang akan diteliti.
c. Tentukan metode pengambilan sampel.
6. Penentuan metode dan teknik pengumpulan data.
Metode pengumpulan data terdiri atas beberapa cara yaitu :
a. Observasi
b. Wawancara
c. Angket
d. Pengumpulan data skunder
e. Pengumpulan data melalui penginderaan jauh

5
7. Penentuan cara mengolah dan menganalisis data.

D. Jenis-Jenis Desain Penelitian


1. Menurut Diers dalam Nursalam (2003:82) jenis desain penelitian
keperawatan dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Deskriptif. Penelitian untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi
atau fenomena dalam menemukan ide baru.
b. Faktor yang berhubungan (relationship). Penelitian ini dilaksanakan
unutk mengembangkan hubungan antar variabel dan menjelaskan
hubungan yang ditemukan.penelitian ini disebut juga penelitian tahap
kedua setelah fenomena ditemukan.hubungan tersebut tidak selalu
memiliki mekanisme yang menjelaskan (secara ko-insiden/kebetulan
timbul bersamaan). Desain yang sering digunakan adalah cross
sectional.
c. Faktor yang berhubungan (assosiasi). Penelitian ini disebut juga
explanatory atau corelational, bertujuan untuk menentukan faktor
apakah yang terjadi sebelum atau bersama-sama tanpa adanya suatu
intervensi dari peneliti. Desain yang digunakan bisa
menggunakan cross sectional atau jenis desain lainnya (kohort, case
control).
d. Causal (pengaruh). Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh
variabel independent terhadap variabel dependent. Karaketristik
desain pengaruh (causal) adalah sebagai berikut:
1) Intensitas VI (variabel independent) menentukan intensitas VD
(dosis)
2) Dapat dijelaskan mekanisme perubahannya
3) (Tetapi) bukan sebagai penyebab (causation)
4) Jenis desain yang dipergunakan adalah eksperimental:
a) True Eksperimental (satu kelompok tidak dilakukan
intervensi).

6
b) Quasy Eksperimental (satu kelompok dilakukan intervensi
sesuai dengan metode yang dikehendaki, kelompok lainnya
dilakukan seperti biasanya).
c) Pre Eksperimental: Post Only, Pre-Post. Satu kelompok
dilakukan intervensi X dan kelompok lainnya dilakukan
intervensi Y.

Desain Eksperimen
a) Definisi eksperimen
Penelitian eksperimen adalah observasi objektif terhadap suatu
fenomena yang dibuat agar terjadi dalam suatu kondisi yang
terkontrol ketat, dimana satu atau lebih factor divariasikan dan
factor lain yang dibuat constan. (http://skripsi-
konsultasi.blogspot.com/2009/07/penelitian-eksperimen-serta-
penelitian.html).

Penelitian Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian


yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian
pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental
dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis,
dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena.
Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan
sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara
mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu
atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan
satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan
(Danim, 2002) dikutip dari
http://aflahchintya23.wordpress.com//.

7
Penelitian eksperimen adalah suatu rancangan penelitian yang
dipergunakan mencari hubungan sebab akibat dengan adanya
keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap
variabel bebas (Nursalam, 2003:87)

Penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang


sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan (Sanapiah
Faisal, 1982:76).
b) Karakteristik Penelitian Eksperimen
Danim (2002) dikutip dari
http://aflahchintya23.wordpress.com// menyebutkan
beberapa karakteristik penelitian eksperimental, yaitu:
(1) Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimental
diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik
dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung,
maupun random (rambang).
(2) Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base
line) untuk dibandingkan dengan kelompok
eksperimental.
(3) Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan
variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang
berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan
variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi
tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini
meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk
kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan
dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalam
kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
(4) Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan
pada rancangan penelitian eksperimental, untuk

8
mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang
dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar
menimbulkan perbedaan.
(5) Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan
dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan
penelitian dan berkaitan pula dengan
penggeneralisasian pada kondisi yang sama.
(6) Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali
variabel perlakuan yang secara sengaja
dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
c) Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen
Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut,
yaitu (http://aflahchintya23.wordpress.com//):
(1) Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat
dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
(2) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
(3) Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang
relevan, memformulasikan hipotesis penelitian,
menentukan variabel, dan merumuskan definisi
operasional dan definisi istilah.
d) Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup
kegiatan:
(1) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan,
tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses
eksperimen;
(2) Menentukan cara mengontrol;
(3) Memilih rancangan penelitian yang tepat;
(4) Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang
mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian;

9
(5) Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen;
(6) Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan
melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen
yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data
yang diperlukan;
(7) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan
menentukan hipotesis.
(8) Melaksanakan eksperimen.
(9) Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
(10) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai
dengan vaniabel yang telah ditentukan.
(11) Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi
dengan teknik statistika yang relevan untuk
menentukan tahap signifikasi hasilnya.
(12) Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan,
pembahasan, dan pembuatan laporan.
e) Bentuk Desain Ekperimental
(1) Pre-Eksperimen design (nondesign)
Dikatakan non desain karena sumber–sumber yang
mempengaruhi validitas internal sulit dikontrol
sehingga hasil penelitian bukan bentuk–bentuk dari
pengaruh variabel yang dipilih oleh peneliti (Sugiono,
2002:50).

Menurut Babbie E (1999) rancangan penelitian pra–


eksperimen dibedakn menjadi 3, yaitu :
(a) One-Short Case Study
Penelitian ini dilakukan dengasn melakukan
intervensi tindakan pada satu kelompok kemudian
diobservasi pada variabel dependen setelah

10
diakukan intervensi. Misalnya peneliti melakukan
observasi pada percepatan penyembuhan luka
pasca operasi (dependen ) setelah
dilakukan mobilisasi (independen) (Nursalam,
2003:87).

Subjek Pra Pelakuan Pasca Tes


- I O
Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan :
- : tidak diobservasi sebelum tindakan
I : Intervensi
O: Observasi setelah intervensi
(b) One-Group Pretest-Posttest Desain
Ciri dari tipe penelitian inin adalah
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
subjek diobservasi sebelmdilakukan intervensi,
kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.
Misalnya peneliti mengobservasi proses involusi
ibu pascasalin sebelum melakukan senam nifas,
kemudian diobservasi setelah senam tentang
keadaan involusi uterinya. (nursalam, 2003; hal
87).
Subjek Pra Perlakuan Pasca Tes
K O I O1
Time 1 Time 2 Time 3
Keterangan :
K: Subjek (pasca salin)
O: Observasi involusi uteri sebelum senam
I : Intervensi (senam nifas)

11
O1: Observasi involusi uteri sesudah senam

Suatu kelompok sebelum dikenai perlakuan


tertententu diberi pra-test, kemudian setelah
perlakuan dlakukan pengukuran lagi untuk
mengetahui akibat dari perlakuan. Pengujian sebab
akibat dengan cara membandingkan hasil pra-test
dengan pasca-test namun tetap tanpa melakukan
pembandingan dengan pengaruh perlakuan yang
dikenakan pada kelompok lain. Penelitian ini
dipandang masih sangat lemah karena tanpa
melibatkan kelopmpok kontrol, dan temuan
penelitian sangat ditentuka oleh karakteristik
subjek. Apabila ditemukan atau tidak ditemukan
perbedaan antara pra–test dan pasca-test, maka
tidak dapat dipastikan apakah perbedaan itu
memang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan
atau tidak (Nursalam, 2003:88).
(c) Static-Group Comparison
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok
subjek yang mendapat perlakuan, kemudian
dibandingkan dengan kelompok subjek yang tidak
mendapatkan perlakuan (Nursalam, 2003:88)
Subjek Pra Perlakuan Pasca-Tes
K-A O I O1-A
K-B - - O1-B
Time 1 Time 2 Time 3
Keterangan:
K-A: Subjek (pasca salin)
K-B: Subjek (pasca salin) kontrol

12
- : tidak diobservasi dan tidak dilakukan intervensi
O: observasi involusi uteri sebelum senam
(kelompok perlakuan)
I: intervensi (senam nifas)
O1(A+B): Observasi involusi uteri sesudah senam
(kelompok perlakuan dan kontrol)
(2) Penelitian Eksperimental-Semu (quasi-experimental
research)
Rancangan ini berupaya untuk pengungkapan
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental.
Tapi pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan
tehnik acak. Rancangan ini biasanya menggunakan
kelompok subjek yang telah terbentuk secra wajar
(tehnik rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua
kelompok subjek telah memiliki karakteristik yang
berbeda. Apabila dalam pasca test ternyata kedua
kelompok itu berbeda, mungkin perbedaannya bukan
disebabkan oleh perlakuan tetapi karena sejak awal
kelompok awal sudah berbeda (Nursalam, 2003:89).

Terhadap variabel dilakukan tidak dengan murni atau


penuh, tetapi dengan dikurangi atau ditampilkan
sebagian saja. Sering disebut juga dengan eksperimen
nonekuivalen, yang berarti eksperimen dengan
kelompok kontrol yang tidak atau kurang sebanding.
Setidaknya ada tiga jenis rancangan desain kuasi
eksperimental, yaitu sebagai berikut
(http://pustaka.ut.ac.id//):

13
(a) one group posttest only design, yaitu jenis kuasi di
mana hanya ada satu kelompok eksperimen yang
kepadanya dilakukan posttest saja.
(b) posttest only design with nonequivalent groups,
yaitu eksperimen terhadap 2 kelompok, yang satu
kelompoknya diberi perlakuan dan posttest,
sedangkan pada kelompok lain hanya diberikan
posttest saja, tidak ada pretest dan perlakuan.
(c) one group pretest posttest design, yaitu (hanya) ada
satu kelompok eksperimen yang ada di dalamnya
termasuk/diberikan pretest dan posttest, tetapi tidak
ada kelompok kontrol.

Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk


memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi
informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si
peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa
yang ada pada internal validity dan external validity
rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-
keterbatasan tersebut (file:///I:/jenis%20penelitian.htm).

Ciri–ciri dari penelitian eksperimental semu dikutip


dari (file:///I:/jenis%20penelitian.htm//):
(a) Penelitian eksperimental-semu secara khas
mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya
adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua
variabel yang relevan kecuali beberapa dan
variabel tersebut. Si peneliti mengusahakan untuk

14
sampai sedekat mungkin dengan ketertiban
penelitian eksperimental yang sebenarnya, dengan
hati-hati menunjukkan perkecualian dan
keterbatasannya. Karena itu, atas identifikasi
secara hati-hati mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi internal validity dan external
validity.
(b) Perbedaan antara penelitian eksperimental-
sungguhan dan penelit1an eksperimental-semu
adalah kecil, terutama kalau yang dipergunakan
sebagai subyek adalah manusia misalnya dalam
psikologi.
(c) Walaupun penelitian tindakan dapat mempunyai
status eksperimental-semu, namun seringkali
penelitian tersebut sangat tidak formal, sehingga
perlu diberi kategori tersendiri. Sekali rencana
penelitian telah dengan sistematis menguji masalah
validitas, bergerak menjauhi alam intuitif dan
penjelajahan (exploratory), maka permulaan
metode eksperimental telah mulai terwujud.
(3) Penelitian Eksperimental Sungguhan (true-
experimental research)
Ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol
dismping kelompok eksperimental yang dipilih dengan
menggunkan tehnik acak. Pada perlakuan dilakukan
suatu intervensi tertentu kemudian kelompok kontrol
tidak dilakukan tindakan. Penelitian ini biasanya
dilakukan pada binatang coba. Misalnya, peneliti ingi
meneliti pengaruh pemberian obat A terhadap
penuyembuhan penyakit pada kelompok perlakuan

15
yang telah diberi bakteri penyakit tertentu. Kemudian
dibandingkan pada kelompok kontrol yang diberi
bakteri penyakit tertentu, tetapi tidak diberikan obat
jenis A (hanya placebo). Pada penelitian ilmu
keperawatan jenis penelitian ini jarang dipergunakan
(Nursalam, 2003:90).

Ada beberapa jenis rancangan penelitian eksperimental


yang dapat digolongkan kedalam kelompok ini :
(a) Pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan
kontrol yang diacak.
Pada rancangan ini, kelompok eksperimental diberi
perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada
kedua kelompok tidak diawali dengan pra-tes.
Pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian
perlakuan selesai (Nursalam, 2003:90).
Subjek Pra Perlakuan Pasca-Tes
R - 1 O
R - - O
Keterangan:
R: Random ( acak )
(b) Pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok eksperimen
dan kontrol yang diacak
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental
diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol
tidak. Pada kedua kelompok diawalai dengan pra-
tes, dan setelah pemberian perlakuan selesai
diadakan pengukuran kembali (pasca-tes).
Rancangan penelitian ini mengikuti urutan
prosedural yang sama dengan rancangan
eksperimental semu sejenis. Perbedaan terletak

16
pada pemilihan subjek dengan menggunakan
tehnik acak (Nursalam, 2003:90).
Subjek Pra Perlakuan Pasca-Tes
R O 1 O
R O - O
Time 1 Time 2 Time 3
Keterangan:
R: Random (acak)
X: Variabel bebas atau perlakuan
 : Observasi (pengukuran)
(c) Gabungan keduanya (rancangan SOLOMON)
Subje
k Pra Perlakuan Pasca-Tes
R - I O
R - - O
R O 1 O
R O - O
Keterangan:
R: Random (acak)
X: Variabel bebas atau perlakuan
 : Observasi (pengukuran)

Rancangan ini pada dasarnya menggabungkan 2


rancangan eksperimental sebelumnya sehingga
terbentuk rancangan yang melibatkan 4 kelompok.
Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen dan
dua lainnya sebagai kelompok kontrol. Pada kedua
kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan
pada kedua kelompok kontrol tidak. Pada satu
pasangan kelompok eksperimen dan kontrol
diawalai dengan pra-tes, sedangkan pada pasangan

17
yang lain tidak. Setelah pemberian perlakuan
selesai diadakan pengukuran atau pasca-tes pada
keempat kelompok (Nursalam, 2003:91).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental


yang kuat dan cermat terhadap hasil penelitian
dibandingkan penelitian lainnya, dan
memungkinkan adanya suatu perbandingan yang
kompleks antara group dan pengkajian efek pra-
test dan nilai pasca-test. Rancangan ini juga
mampu menetralkan kelemahan-kelemahan
rancangan sebelumnya. Misalnya, untuk rancangan
eksperimental sungguhan yang kedua, dengan
memasukkan langkah pemberian pra-tes dapat
membuat subjek menjadi peka dalam memberikan
jawaban dalam pasca-tes (Nursalam, 2003:91).

Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk


menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat
dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan
memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

Ciri–ciri penelitian eksperimental dikutip dari


(file:///I:/jenis%20penelitian.htm):
(a) Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi
eksperimental secara tertib ketat, baik dengan kontrol
atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi
(pengaturan secara rambang).

18
(b) Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai
“garis dasar” untuk dibandingkan dengan kelompok
(kelompok-kelompok) yang dikenal perlakuan
eksperimental.
(c) Memusatkan usaha pada pengontrolan variabel.
(d) Internal validity merupakan tujuan pertama metode
eksperimental. Pernyataan yang perlu dijawab adalah:
Apakah manipulasi eksperimental pada studi ini
memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
(e) Tujuan ke dua metode eksperimental adalah external
validity yang menanyakan persoalan: seberapa
repsentatifkah penemuan penelitian ini dan seberapa
jauh hasilnya dapat digeneralisasikan kepada subyek
atau kondisi yang semacam.
(f) Dalam rancangan eksperimental yang klasik, semua
variabel penting diusahakan agar konstan kecuali
variabel perlakuan yang secara sengaja
dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi. Misalnya
rancangan faktoral dan analisis variabel, dapat
sekaligus menggunakan lebih dan satu kelompok
eksperimental. Hal-hal yang demikian itu
memungkinkan untuk secara serempak menentukan:
 efek variabel bebas utama (perlakuan),
 variasi yang berkaitan dengan variabel yang
digunakan untuk membuat klasifikasi,
 interaksi antara kombinasi variabel bebas dan atau
variabel yang digunakan untuk membuat
klasifikasi tertentu.

Walaupun cara pendekatan eksperimental itu adalah yang


paling kuat karena cara ini memungkinkan untuk

19
mengontrol variabel-variabel yang relevan, namun cara ini
juga paling nestnktif dan dibuat-buat (artificial). Ciri inilah
yang merupakan kelemahan utama kalau metode ini
dikenakan kepada manusia dalam dunianya, karena manusia
sering berbuat lain apabila tingkah lakunya dibatasi secara
artifisial, dimanipulasikan atau diobservasi secara sistematis
dan dievaluasi.

2. Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam


melakukan prosedur penelitian. Desain penelitian yang umumnya
digunakan di bidang keperawatan adalah rancangan penelitian deskriptif
(korelasi, cross sectional), rancangan observasional (case control,
cohort), dan rancangan intervensi atau eksperimen (preexperimental, true
experimental, dan quasy experimental) (Hidayat, 2007).
a. Penelitian Observasional Deskriptif
Metode penelitian deskritif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriptif
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang
sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan
dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,
pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan.

Metode penelitian deskriptif juga diharapkan seorang peneliti


berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdaasarkan data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasikan data. Penelitian ini juga bisa bersifat
komparatif, korelatif, ataupun analitik.

Masalah yang layak diteliti dalam penelitian ini adalah masalah yang
sedang banyak dihadapi saat ini, khususnya dibidang pelayanan

20
kesehatan. Masalah ini baik yang berkaitan dengan aspek yang
cukup banyak, menelaah satu kasus tunggal, mengadakan
perbandingan antara satu hal dengan hal yang lain, melihat pengaruh
sesuatu terhadap faktor yang lain atau melihat hubungan suatu gejala
dengan faktor yang lain.

Contoh :
Penelitian mengenai sikap para petugas kesehatan dipoli pada pasien
yang berkunjung, atau studi tentang tingkat kepuasan pasien yang
dirawat di ruang rawat Dahlia Bedah RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. Hasil dari penelitian tersebut adalah
pemaparan bagaimana sikap seorang petugas jaga dipoli rawat jalan,
dan juga bagaimana tingkat kepuasan seorang pasien yang sedang
dirawat di ruang rawat Dahlia Bedah RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.

Contoh :
Survei mengenai sikap para petugas kesehatan (perawat) terhadap
pasien yang dirawat di bangsal bedah.
Persepsi pasien yang datang ke pengobatan alternative sangkal
putung.
Penelitian tentang tingkat kepuasan pasien yang dirawat di ruang
Menur RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Gambaran klinis dan laboratorium penderita nefrotik syndrome.
1) Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah :
a) Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang
bisa mengajukan hipotesis atau tidak.
b) Merancang cara pendekatan, hal yang mmeliputi mecam
datanya, penentuan sampelnya, penentuan metode
pengumpulan datanya dan penyajian hasilnya.
c) Tidak perlu kelompok pembanding.

21
d) Tidak mencari penyebab suatu masalah.
e) Mengumpulkan data.
f) Penyusunan laporan.
2) Langkah-langkah Penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
penelitian deskriptif ini tidak berbeda dengan metode penelitian
yang lain, yaitu :
a) Memilih masalah yang akan diteliti.
b) Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah,
kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi
pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori
sebagai dasar penyusunan kerangka konsep penelitian.
c) Dalam peneltian deskriptif tidak diharuskan memakai
hipotesis.
d) Menentukan desain penelitian, metode pengumpulan data,
kriteria atau kategori untuk membedakan data yang akan
diteliti dan yang tidak diteliti.
e) Menentukan teknik dan alat pengumpul data
(instrument/kuosioner).
f) Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data.
3) Macam penelitian deskriptif antara lain adalah :
a) Survey
Adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan
terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak
dalam jangka waktu tertentu. Keuntungan dari survey
adalah dapat menjaring responden secara luas dan dapat
mendapatkan informasi yang bermacam-macam serta hasil
informasi dapat dipergunakan untuk tujuan lainnya.
b) Case Studi/studi kasus
Dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri ari unit tunggal. Unit

22
tunggal disini dapat berarti satu orang, kelompok penduduk
yang terkena suatu masalah misalnya keracunan atau suatu
kelompok masyarakat disuatu daerah. Tujuannya adalah
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial,
individu, kelompok, lembaga ataupun masyarakat. Ciri-ciri
studi kasus:
(1) Cenderung untuk meneliti sejumlah unit yang kecil,
tetapi mengenai variable dan kondisi yang besar
jumlahnya.
(2) Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar
belakang guna merencanakan yang lebih besar dalam
ilmu kesehatan dan sosial.
(3) Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna
berdasarkan data yang diperoleh untuk member
gambaran mengenai penemuan yang disimpulkan
dengan statistic.
Kelemahan studi kasus:
(1) Tidak memungkinkan generalisasi yang objektif pada
populasi sebab perincian kasus memang sangat terbatas
representatifnya.
(2) Hasilnya kurang obyektif.
b. Penelitian Observasional Analitik
Pada penelitian analitik, peneliti mencoba mencari hubungan antara
variable. Penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap data yang
dikumpulkan, seberapa besar hubungan antar variable yang ada,
perlu juga diketahui apa variable kontrolnya. Oleh karena itu pada
penelitian ini perlu adanya hipotesis. Penelitian analitik pada
umumnya berusaha menjawab pertanyaan mengapa serta disebut
juga penelitian eksplanatory. Lebih lanjut, penelitian survey yang

23
bersifat analitik juga dibedakan lagi menjadi 3 macam, yaitu studi
cross sectional, sub control, dan cohort:
1) Cross Sectional
Dalam penelitian seksional silang, bariabel sebab atau resiko
dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur
dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja
dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), pada
studi ini tidak ada follow up. Cross sectional bisa digunakan
dala penelitian deskriptif maupun analitik. Adapun langkah-
langkah pada studi cross sectional adalah sebagi berikut :
a) Merumuskan pertanyaan penelitian beserta hipotesis yang
sesuai.
b) Mengidentifikasi variable penelitian (bebas dan tergantung)
c) Menetapkan subyek penelitian
d) Melakukan pengukuran faktor risiko dan efek
e) Melakukan analisis.
Contoh :
a) Menetapkan pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan
antara kebiasaan memakai obat nyamuk semprot dengan
kejadian BKB (batuk kronik berulang) pada anak balita.
Hipotesisnya yang sesuai tentunya terdapat hubungan antara
pemakaian obat nyamuk semprot dan angka kejadian BKB
pada anak balita.
b) Identifikasi Variabel
(1) Faktor resiko yang diteliti: penggunaan obat nyamuk
semprot.
(2) Efek: BKB pada balita.
(3) Faktor resiko yang tidak diteliti: riwayat asma dalam
keluarga, tingkat sosial ekonomi, jumlah anak,
kebiasaan orang tua merokok, dll.

24
c) Penetapan subyek penelitian
(1) Populasi terjangkau: Balita pengunjung poliklinik yang
tidak mempunyai riwayat asma dalam keluarga,
kebiasaan orang tua merokok, tingkat sosial ekonomi
keluarga tertentu, tingkat pendidikan orang tua.
(2) Sampel: dipilih sejumlah anak balita sesuai dengan
estimasi besar sampel, bisa menggunakan random
sampling.
d) Pengukuran
(1) Faktor risiko: ditanyakan apakah dirumah biasa
menggunakan obat nyamuk semprot dan lain-lain.
(2) Efek dengan kriteria tertentu ditetapkan apakah subjek
menderita BKB.
e) Analisis
Analisis yang digunakan bisa menggunakan table 2x2,
regresi multiple atau regresi logistic.
Kelebihan penelitian Cross sectional:
a) Keuntungan utama desain ini adalah memungkinkan
penggunaan populasi dari masyarakat umum.
b) Desain relative mudah, murah, dan hasilnya cepaat dapat
diperoleh.
c) Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variable.
Kekurangan penelitian Cross sectional
a) Sulit menentukan sebab dan akibat karena ppengambilan
dan risiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan.
Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana yang
sebab mana yang akibat.
b) Memungkinkan kesalahan interpretasi hasil karena hasil
yang didapatkan adalah ditentukan secara bersamaan.

25
2) Kasus Kontrol (case control)
Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana
variable bebas/ faktor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendektan retropektif, yaitu rancang bangun dengan melihat
kebelakang dari suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian
kesakitan yang diteliti. Contoh penelitian case control, penelitian
tentang terjadinya masalah gizi (obesitas) pada seseorang ibu yang
tidak bekerja. Ada 2 kelompok sampel pada penelitian ini,
kelompok kasus pada ibu yang tidak bekerja dan mangalami
masalah gizi (obesitas) dan kelompok control pada ibu tidak
bekerja yang status gizinya normal. Cara Melakukan Rancangan
Case Control, berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan
dalam rancangan penelitian case control:
a) Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh, penelitian dengan judul: Hubungan antara Bayi Berat
lahir Rendah (BBLR) dengan Kebiasaan Merokok pada Ibbu
Hamil.
Variable yang diidentifikasi adalah sebagai berikut :
Variable independen: kebiasaan merokok
Variable dependen: berat badan bayi ketika dilahirkan
Variable kendali: usia dan paritas
b) Menetapkan populasi penelitian
Contoh: populasi penelitiannya adalah ibu yang melahirkan
jika dilihat dari jumlah kasus yang ada, kemudian diambil
sampel dengan menggunakan teknik sampling yang dikehendki
peneliti.
c) Mengidentifikasi kasus yang akan diteliti
Contoh: kasus yang diteliti adalah kasus ibu melahirkan
dengan bayi berat badan rendah pada tahun berapa?

26
d) Memilih subyek control
Contoh: kelompok control adalah para ibu yang melahirkan
bayi dengan berat badan normal (>2500 gram) dengan usia
atau paritas yang sama.
e) Melakukan pengukuran secara retrospektif
Contoh: mencari kasus ibu yang melahirkan bayi berat lahir
rendah dan sewaktu hamil memiliki kebiasaan merokok
(termasuk frekuensi merokok sehari-hari).
f) Menganalisis data
Melakukan uji statistika untuk melihat ada tidaknya hubungan
antara ibu perokok dengan kejadian BBLR.
3) Penelitian Cohort
Penelitian cohort merupakan penelitian epidemiologis non
eksperimental yang mengkaji antara variable independen (faktor
resiko) dan fariabel dependen (efek kejadian atau penyakit).
Pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian ini adalah
pendekatan waktu secara longitudinal. Oleh karena itu, penelitian
kohort ini disebut juga sebagai penelitian prospektif. Peneliti yang
menggunkan rancangan ini mengobservasi variable independen
(faktor resiko ) terlebih dahulu, kemudian subjek diikutii hingga
priode waktu tertentu untuk melihat pengaruh variable independen
terhadap variable dependen (kejaidan atau penykit yang diteliti)
(Nursalam, 2003).

Cara melakukan Rancangan Cohort, contoh:


Judul penelitian: Hubungan Komunikasi Teraupetik dengan
Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah.Berdasarkan judul
tersebut, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
adalah:

27
1) Mengidentifikasi variable penelitian
Contoh :
Variable independen: komunikasi teraupetik
Variabel dependen: tingkat kecemasan
2) Menetapkan populasi penelitian
Populasinya adalah sejumlah anak usia prasekolah yang
dirawat diruang anak. Sampel diambil menggunakan teknik
sampling yang dikehendaki peneliti.
3) Mengidentifikasi subjek penelitian
Mengidentifikasi anak usia prasekolah dengan komunikasi
teraupetik yang baik dan mengidentifikasi anak usia
prasekolah yang dirawat dengan komunikasi teraupetik yang
kurang baik.
4) Mengobservasi perkembangan subjek penelitian
Mengobservasi perkembangan subjek penelitian dari
komunikasi yang baik dan kurang baik, untuk kemudian dilihat
efeknya terhadap tingkat kecemasannya.
5) Analisis data
Menganalisis data secara statistika untuk mencari keterkaitan
antara komunikasi terupetik dengan tingkat kecemasan.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat
desain penelitian. Desain penelitian sangat penting dipelajari karena desain
penelitian seperti petunjuk jalan bagi peneliti yang menuntun dan
menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar, sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar dalam
penelitian kuantitatif, seorang peneliti tidak dapat melakukan penelitian
dengan baik karena peneliti tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.

Manfaat dari desain penelitian dapat dibedakan atas dua macam yaitu Sebagai
alat untuk mencapai tujuan penelitian. Memilih suatu desaain penelitian
berarti menetapkan macam atau jenis penelitian yang akan dilaksaanakan.
Peranan desain penelitian disini adalah sama dengan peranan penelitian itu
sendiri yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Sebagai pedoman dalam melaksankan penelitian. Karena setiap
macam atau jenis penelitian meneliti tata laksana tersendiri, maka pemilihan
terhadap suatu desain penelitian berarti sekaligus memilih pula
tatalaksananya. Tatalaksana ini pada dasarnya adalah suatu pedoman yang
harus dipakai sebagai pegangan dalam melakukan penelitian.

Rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian.


Dalam rancangan perencaan dimulai dengan megadakan observasi dan
evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai
pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu
pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses
membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel,
prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data
yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.

29

Anda mungkin juga menyukai