Sap Enyluhan Diare Kelompok 8 Fix
Sap Enyluhan Diare Kelompok 8 Fix
1. Latar Belakang
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah atau lendir. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan
maka akan terjadi defisit cairan tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat
dehidrasi maka diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan
sedang dan diare dehidrasi berat (Kemenkes RI , 2011).
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Beberapa faktor
yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air
tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan (pembangunan tinja yang tidak
higienis), kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, penyiapan makanan
kurang matang dan penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang tidak
semestinya (Sudaryat, 2005).
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong
terjadinya diare yaitu faktor agen, penjamu, lingkungan dan perilaku.Faktor lingkungan
merupakan faktor yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan
pembuangan tinja, kedua faktor berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi
(Zubir, 2006).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak- anak antara lain adalah
menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan
kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat lebih dikenal dengan istilah
"Muntaber". Penyakit ini menimpa pada bayi dan tidak segera diobati dalam waktu
singkat (± 48 jam) akan menyebabkan kematian.
Berdasarkan laporan kesehatan dunia tahun 2012 yang dipublikasikan oleh
WHO, disebutkan bahwa penyebab kematian balita yang disebabkan oleh diare
adalah sebesar 10% dari 7.614.000 kematian balita dan merupakan penyebab
kematian nomor tiga di dunia pada balita, setelah kematian pneumonia (19%) dan
prematuritas (17%). Pada tahun yang sama, diare di Asia Tenggara juga menempati
urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah usia lima tahun dengan
Proportional Mortality Rate (PMR) sebesar 11% (WHO, 2012).
Survey Morbiditas Diare tahun 2010 yang dilakukan oleh Kementrian
Kesehatan RI, didapatkan pada tahun 2000 angka kematian balita akibat diare di
Indonesia adalah 1.278 per 1000 turun menjadi 1.100 per 1000 pada tahun 2003 dan
naik lagi pada tahun 2006 kemudian turun pada tahun 2010.( Sudaryat. 2005)
Menurut hasil survey subdit Diare provinsi jambi angka kesakitan penyakit
diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk, pada tahun 2003 adalah 374 per 1000
penduduk dan tahun 2007 sebesar 423 per 1000 penduduk. (Kemenkes RI , 2011)
Berdasarkan hasil survey dari RS. Raden Mattaher di Ruang Anak, di dapatkan
hasil dalam 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Juli terdapat 13 kasus diare. Pada bulan
Agustus di dapatkan 11 kasus diare.Sedangkan pada bulan September angka kejadian
diare meningkat daripada 2 bulan sebelumnya yakni terdapat 14 kasus diare dari 96
kasus penyakit yang terdapat di Ruang Anak.
Diare dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah makanan yang
sehat dan bersih, sebagian ibu yang mempunyai balita dengan diare mengalami
kesulitan atau tidak dapat mengatasi dan memanajemen untuk penanganan awal diare
karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai pencegahan dan penanggulangan aal
diare. Melihat dari fenomena diatas maka kita perlu memberikan gambaran pada ibu
yang mempunyai balita, tentang diare, tanda gejala diare, penyebab, dampak dan
anjuran pada ibu untuk mencegah dan menanggulangi diare secara cepat dan tepat agar
angka morbiditas dan mortalitas diare menurun.
Tindakan yang dilakukan ibu dalam upaya pencegahan dan pengobatan penyakit
diare anak balita adalah menjaga kebersihan sanitasi lingkungan rumah, memberikan
makanan yang bergizi, memberikan ASI, mencuci tangan dengan sabun dan memotong
kuku. Pengobatan yang dilakukan jika balitanya mulai terserang diare adalah
memberikan pertolongan pertama dengan pemberian oralit dan daun jambu biji untuk
dimasak dan dikunyah hal ini dipercaya dapat membantu mengurangi gejala diare.
Ku r an gn ya i nf or m as i t e nt an g ke be r si h an l i n gk un gan
m au pu n makanan yang dikonsumsi serta gaya hidup yang kurang bersih
menjadi salah satu faktor penyebab diare. Keluarga sebagai unit terkecil dari
masyarakat mempunyai peranan penting d a l a m m e n a n g g u l a n g i p e n y a k i t
d i a r e i n i . A p a b i l a a d a s a l a h s a t u a n g g o t a ke l u a r ga ya n g t er k en a
di a r e maka da ri kel u ar g a l ah ya n g ha ru s m em b er i k an pertolongan
pertama terhadap penderita. Namun tidak semua keluarga paham dan mau
melakukan perannya untuk menanggulangi penyakit diare ini
dengan berbagai alasan, salah satunya adalah kurangnya informasi mengenai
diare dan juga cara penanganan pada penyakit ini.
Oleh sebab itu, kami tertarik untuk melakukan penyuluhan tentang pencegahan
dan penanganan diare ini guna memberikan informasi kepada masyarakat,
khususnya keluarga yang nantinya diharapkan dapat menambah pengetahuan
keluarga terhadap penanganan diare sehingga k el u ar g a m am pu
m en ga pl i k asi ka n i n fo rm asi ya n g di d a pat u nt u k m en c e gah terjadinya
penyakit diare di keluarga.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien memahami tentang
pencegahan diare pada anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah Mengikuti penyuluhan selama 35 menit diharapkan keluarga pasien dapat
1. Menyebutkan pengertian diare.
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare.
4. Menjelaskan pencegahan diare pada anak
5. Menjelaskan cara penanganan diare pada anak
6. Mendemonstrasikan cuci tangan dan pembuatan oralit
3. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Pencegahan dan Penanganan diare pada anak
2. Sasaran/Target : Keluarga Pasien (8- 10 Orang)
3. Metode : Ceramah, diskusi, demonstrasi (cuci tangan dan pembuatan
oralit)
4. Media : Leaflet, Power point, gelas, garam, air putih, gula, handscrup
5. Waktu dan Tempat : Hari/tanggal : Selasa, 08 November 2017
Jam : 11.00 – 12.00 WIB
Tempat : Ruang bangsal anak RSUD Raden Mattaher
Provinsi Jambi
M LCD
K K K K
K K K K
Keterangan:
M : Moderator : Observer
: Penyaji : Fasilitator
K : Keluarga
m : meja
STRATEGI KEGIATAN
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audiens Waktu
1 Pembukaan (Moderator) 5 Menit
Memberikan Salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri, Memperhatikan
anggota kelompok dan
pembimbing serta
menyebutkan tugas
masing-masing
Menjelaskan tujuan Memperhatikan
penyuluhan
Menjelaskan kontrak Menyetujui
waktu
D. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
75% undangan dapat menghadiri kegiatan penyuluhan
Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
Peran dan petugas mahasiswa terencana
2. Evaluasi proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai waktu yang direncanakan
Peserta hadir tepat waktu
75% dari undangan hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi hasil
75% peserta penyuluhan mampu menyebutkan pengertian diare
75% peserta penyuluhan mampu menyebutkan penyebab diare
75% peserta penyuluhan mampu menyebutkan tanda dan gejala diare
75% peserta penyuluhan mampu menyebutkan cara penanganan nak diare
75% peserta penyuluhan mampu menjelaskan pencegahan diare pada anak
75% peserta penyuluhan mampu mendemonstrasikan cuci tangan
MATERI
1. Pengertian
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Beberapa faktor yang
berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar
oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan (pembangunan tinja yang tidak higienis),
kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, penyiapan makanan kurang matang dan
penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya.( Sudaryat. 2005).
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan karakteristik yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah dan lendir
(Diva Press.2012).
2. Penyebab Diare
Penyebab diare adalah sebagai berikut :
1. Infeksi : virus, bakteri, parasit.
2. Makanan : basi, beracun, alergi terhadap makanan.
3. Gangguan penyerapan makanan : tidak toleransi terhadap karbohidrat, lemak
atau protein.
4. Sistem kekebalan tubuh menurun.
5. Psikologis : rasa takut dan cemas (Sudaryat. 2005).
5. Penanganan Diare
Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu- satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.
Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Cara pemberian oralit sebagai berikut :
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200cc)
anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc oralit setiap kali berak
anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali berak.
2) Teruskan pemberian ASI dan Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di
beri ASI. Bayi yang minum susu formula boleh diberikan tapi yang rendah
laktosa. Untuk usia 6 bulan sampai 2 tahun yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan porsi
sedikit tapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
3) Dianjurkan banyak minum
4) Membawa balita ke petugas pelayanan kesehatan bila :
Kondisi badan semakin lemas
Diare lebih sering
Muntah berulang
Dehidrasi (kekurangan cairan) berat
Timbul demam (suhu ≥ 37,5°C)
Mencret ≥ 3x/hari, cair, berlendir, kadang disertai darah
Tidak membaik dalam 3 hari (Kemenkes RI, 2011).
Langkah 2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
Langkah 4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
Langkah 5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
c. Tuangkan air putih ke dalam gelas. Masukan setengah sendok teh garam dan dua
sendok teh gula. Aduk hingga merata lalu minum secara perlahan.
DAFTRA PUSTAKA
OLEH :
(KELOMPOK VIII)
SYAFRIZAL, S.Kep