Anda di halaman 1dari 17

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Maja terhadap 32 orang

Bidan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Bersalin

di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini


(IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten
Majalengka Tahun 2015

Pelaksanaan Inisiasi
No Menyusu Dini (IMD) pada f %
Ibu Bersalin
1 Melakukan 19 59,4
2 Tidak melakukan 13 40,6
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa bidan yang tidak

melaksanakan IMD pada ibu bersalin sebanyak 13 bidan (40,6%) dan

yang melaksanakan IMD pada ibu bersalin sebanyak 19 bidan (59,4%).

Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya bidan di Puskesmas

Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015 tidak melakukan pelaksanaan

IMD pada ibu bersalin.

62
63

b. Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan tentang


Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas
Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

No Pengetahuan Bidan f %
1 Baik 25 78,1
2 Kurang 7 21,9
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa Bidan dengan

pengetahuan baik sebanyak 25 orang (78,1%) dan bidan dengan

pengetahuan kurang sebanyak 7 orang (21,9%). Hal ini menunjukkan

bahwa kurang dari setengahnya bidan berpengetahuan kurang (21,9%).

c. Gambaran Sikap Bidan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Bidan terhadap Pelaksanaan


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Maja
Kabupaten Majalengka Tahun 2015
No Sikap Bidan f %
1 Negatif 16 50.0
2 Positif 16 50.0
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa bidan yang bersikap

negatif sebanyak 16 bidan (50,0%) dan yang bersikap positif sebanyak 16

bidan (50,0%). Hal ini menunjukkan bahwa setengahnya bidan bersikap

negatif.
64

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten

Majalengka Tahun 2015

Tabel 5.4 Hubungan antara Pengetahuan Bidan Dengan


Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu
Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten
Majalengka Tahun 2015

P
Pelaksanaan IMD Total
value
Pengetahuan
Tidak
Melaksanakan
Melaksanakan
N % N % N %
Baik 18 72 7 28 25 100
0,010
Kurang 1 14,3 6 85,7 7 100
Total 19 59,4 13 40,6 32 100

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 25 bidan yang

berpengetahuan baik sebanyak 18 orang (72 %) melaksanakan IMD

dan sebanyak 7 orang (28 %) tidak melaksanakan IMD, sedangkan

dari 7 bidan yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (14,3 %)

melaksanakan IMD dan sebanyak 6 orang (85,7 %) tidak

melaksanakan IMD.

Pengujian statistik menggunakan uji chi square didapatkan

persyaratan yang tidak memenuhi syarat yakni ada 2 sel yang nilai

expected nya kurang dari 5, maka uji selanjutnya menggunakan uji

Fisher's Exact Test pada α = 0,05 didapatkan nilai p=0,010, hal ini

berarti ada hubungan antara pengetahuan bidan dengan Pelaksanaan


65

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja

Kabupaten Majalengka Tahun 2015.

b. Hubungan antara Sikap Bidan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka

Tahun 2015

Tabel 5.5 Hubungan antara Sikap Bidan Dengan Pelaksanaan


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di
Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

P
Pelaksanaan IMD Total
value
Sikap
Tidak
Melaksanakan
Melaksanakan
N % N % N %
Positif 14 87,5 2 12,5 16 100
0,004
Negatif 5 31,2 11 68,8 16 100
Total 19 59,4 13 40,6 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 16 bidan yang

bersikap Positif sebanyak 14 orang (87,5 %) melaksanakan IMD dan

sebanyak 2 orang (28 %) tidak melaksanakan IMD, sedangkan dari 16

bidan yang bersikap negatif sebanyak 5 orang (31,2 %) melaksanakan

IMD dan sebanyak 11 orang (68,8 %) tidak melaksanakan IMD

Pengujian statistik menggunakan uji chi square pada α = 0,05

didapatkan nilai p=0,004, hal ini berarti ada hubungan antara sikap

bidan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu

Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015.


66

B. Pembahasan

1. Gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di

Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kurang dari

setengahnya bidan di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

tidak melakukan pelaksanaan IMD pada ibu bersalin yaitu sebesar 40,6%.

Tidak dilakukannya IMD oleh bidan di Puskesmas PONED dapat

dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu adanya kendala yang dialami ibu

sehingga pelaksanaan IMD tidak berhasil seperti ibu merasa khawatir dan

tidak nyaman dengan diletakkan bayi diatas dadanya, ibu terlalu gemuk

serta puting susu ibu tidak menonjol.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kusumawati

(2010:78) di RB Harapan Bunda Surakarta Pajang Surakarta menyatakan

bahwa bidan yang tidak melaksanakan IMD sebesar 30,6% dan juga sejalan

dengan hasil penelitian Mardiah (2011:60) di Kota Pekanbaru, menunjukkan

bahwa bidan yang tidak melakukan IMD sebesar 40,7%.

Menurut Prasetia (2011:1), keberadaan bidan di Puskesmas PONED

pun akan menjadi peran penting dalam memastikan bahwa kontak kulit ke

kulit ibu dan bayi dapat dilakukan terutama pada satu jam pertama paska

kelahiran. Departemen Kesehatan RI (2007:97), menyatakan bahwa

pentingnya melakukan IMD dengan benar selain untuk mencegah penyebab

kematian pada bayi juga sebagai pendukung keberhasilan program ASI

Eksklusif yang dapat menurunkan angka kematian pada bayi. Disamping itu
67

dengan IMD banyak manfaat yang akan didapat baik bagi ibu maupun bagi

bayi. Bagi ibu diantaranya adalah dapat merangsang produksi oksitosin dan

prolaktin, meningkatkan produksi ASI dan meningkatkan jalinan kasih

sayang ibu dan bayi. Sementara bagi bayi diantaranya bayi mendapatkan

kolostrum sebagai makanan yang berkualitas dan sebagai imunisasi pertama

bagi bayi, mencegah kehilangan panas dan mendapatkan antibodi terhadap

infeksi.

IMD atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu

sendiri segera setelah lahir. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir diantaranya faktor petugas kesehatan

meliputi pengetahuan dan sikap penolong persalinan (Aprilia, 2010:45),

sementara Roesli (2008) menyatakan bahwa keberhasilan IMD sangat

ditentukan oleh kondisi bayi, kondisi ibu dan ruang atau tempat bersalin.

Pelaksanaan IMD sangat penting dilakukan karena IMD merupakan

langkah awal keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif yang sangat

banyak memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi

serta dapat menurunkan angka kematian bayi. Berdasarkan hal tersebut,

maka bidan dalam melakukan pelaksanaan IMD harus profesional sehingga

IMD yang dilakukan dapat mendukung terhadap keberhasilan pemberian

ASI eksklusif serta dapat menurunkan angka kematian. Bagi bidan yang

sudah melaksanakan IMD dengan baik perlu mendapatkan reward atau

penghargaan agar mendorong bidan lain melaksanakan IMD.


68

2. Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kurang dari

seengahnya Bidan di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

berpengetahuan kurang yaitu sebesar 21,9%. Pengetahuan bidan tentang

IMD sudah cukup baik, namun pengetahuan bidan perlu ditingkatkan sesuai

dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan yaitu melalui pelatihan dan

pendidikan yang lebih tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kusumawati

(2010:78) di RB Harapan Bunda Surakarta Pajang Surakarta menyatakan

bahwa bidan yang berpengetahuan kurang sebesar 29,6% dan juga sejalan

dengan hasil penelitian Mardiah (2011:60) di Kota Pekanbaru, menunjukkan

bahwa bidan yang berpengetahuan kurang tentang IMD sebesar 60,7%.

Menurut Notoatmodjo (2007:127), pengetahuan adalah merupakan

hasil tahu ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu proses

mendengar dan melihat. Selain itu melalui proses pengalaman dan proses

belajar dalam pendidikan formal maupun non formal.

Faktor pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang atau dengan kata lain pengetahuan

mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam


69

berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak

selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara

variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan

(Sudarma, 2008:69). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan (Maulana, 2009:19).

Menurut Zein (2005:21), pengetahuan diperoleh dari pengalaman

diri sendiri atau orang lain, pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang, pada umumnya seorang

yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal maka dapat

menimbulkan kesadarannya dan akan berdampak serta berpengaruh pada

tindakan orang tersebut.

Pengetahuan bidan dapat ditingkatkan melalui adanya kegiatan

pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan ilmu,

pengetahuan juga keterampilan bidan.

3. Gambaran Sikap Bidan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa setengahnya bidan di

Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015 bersikap negatif yaitu

sebesar 50%. Sikap yang negatif dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan

IMD, sehingga bidan perlu mengikuti kegiatan pelatihan dan pendidikan

secara berkesimbangunan untuk meningkatkan wawasan, pemahaman dan


70

keterampilannya tentang IMD sehingga menimbulkan sikap yang lebih

positif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Kusumawati (2010:78) di RB Harapan Bunda Surakarta Pajang Surakarta

menyatakan bahwa bian yang bersikap negatif terhadap IMD sebesar 34,9%

dan juga hasil penelitian Daryati (2008:54) di Sanggai Kalimantan Barat,

menunjukkan bahwa bidan yang bersikap negatif sebesar 40,8%.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2010:24).

Sedangkan menurut Berkowitz dalam Azwar (2010:22) sikap seseorang

terhadap suatu obyek dibedakan menjadi mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada obyek

tersebut.

Sudarma (2008:74) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh

dua karakteristik yaitu sikap terbuka yang pengaruhnya dapat

menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif, dan sikap tertutup

yang mempengaruhi proses penerimaan dan pengolahan informasi. Sikap

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek.

Serta dapat diformulasikan sebagai derajat afektif positif atau afektif negatif

terhadap suatu obyek psikologi serta terbentuk dari adanya interaksi sosial

yang dialami oleh individu (Azwar, 2010:27).

Pentingnya menjaga dan memelihara sikap bidan terhadap

pelaksanaan IMD merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong bidan
71

melaksanakan IMD dengan baik sehingga menunjang keberhasilan dari

tujuan pelaksanaan IMD. Bidan yang masih bersikap negatif terhadap

pelaksanaan IMD perlu mendapatkan bimbingan, motivasi dan pengawasan

melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan.

4. Hubungan antara Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka

Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada hubungan antara

pengetahuan bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada

Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015.

Pengetahuan bidan berbanding lurus dengan pelaksanaan IMD hal ini

dibuktikan dengan semakin pengetahuan bidan tentang pentalaksanaan IMD

baik maka semakin baik pelaksanaan IMD yang dilakukan bidan.

Berdasarkan hal tersebut maka pengetahuan bidan sangat penting untuk

selalu ditingkatkan karena dengan peningkatan pengetahuan ini akan

menambah kesadaran, wawasan dan motivasi bidan dalam melaksanakan

tugasnya termasuk melaksanaan IMD dengan baik dan benar sehingga

manfaat dan tujuan dari pelaksanaan IMD dapat tercapai.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kusumawati

(2010:78) di RB Harapan Bunda Surakarta Pajang Surakarta menyatakan

bahwa pengetahuan bidan berhubungan secara signifikan terhadap praktek

IMD. Bidan dengan pengetahuan yang baik cenderung dapat mempraktekan


72

IMD dengan baik pula. Juga sejalan dengan hasil penelitian Mardiah

(2011:60) di Kota Pekanbaru, menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan pelaksanaan IMD oleh bidan dan bidan yang memiliki

tingkat pengetahuan kurang mempunyai peluang 3.62 kali memiliki

kemampuan yang kurang dibandingkan dengan yang memiliki tingkat

pengetahuan baik.

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Netty di ruangan

camar II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2009 bahwa rata variabel

yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD yaitu pengetahuan yang

dimiliki oleh bidan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan bidan ternyata

semakin baik pula pelaksanan inisiasi menyusu dini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sudarma (2008:69), faktor

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang atau dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh

sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu

diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan

dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. Demikian pula menurut

Maulana (2009:19), bahwa dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Roesli (2008:14) mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya

pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya


73

pengetahuan yang kurang memadai, beredarnya mitos yang kurang baik,

serta kesibukan ibu bekerja dan singkatnya cuti melahirkan. Sehingga peran

petugas kesehatan menjadi penting untuk memahami fenomena tersebut

dengan meningkatkan pengetahuannya tentang pelaksanaan IMD sebagai

upaya untuk keberhasilan ASI eksklusif.

Pada penelitian ini terbukti bahwa pengetahuan bidan berhubungan

dengan pentalaksanaan IMD. Oleh karena itu untuk meningkatkan

pelaksanaan IMD perlunya bidan mengikuti pelatihan dan pendidikan

khususnya untuk meningkatkan pengetahuan bidan tentang pelaksanaan

IMD.

5. Hubungan antara Sikap Pengetahuan Bidan dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten

Majalengka Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ada hubungan antara

sikap bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu

Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Penelitian

ini pun menunjukkan bahwa sikap bidan sejalan dengan pelaksanaan IMD

artinya bahwa semakin mendukung sikap bidan terhadap pelaksanaan IMD

maka semakin baik pelaksanaan IMD yang dilakukan bidan. Berdasarkan

hal tersebut sikap bidan sangat penting untuk diperhatikan karena sikap

bidan yang baik atau mendukung terhadap IMD merupakan salah satu faktor

penting terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD yang dilakukan bidan.


74

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anita

(2008) di Kabupaten Aceh Besar menyatakan bahwa ada hubungan

kompetensi bidan yaitu sikap bidan dengan pelaksanaan IMD di Kabupaten

Aceh Besar tahun 2008. Juga sejalan dengan hasil penelitian Kusumawati

(2010:78) di RB Harapan Bunda Surakarta Pajang Surakarta menyatakan

bahwa sikap bidan berhubungan secara signifikan terhadap praktek IMD.

Bidan dengan sikap yang favorable cenderung dapat mempraktekan IMD

dengan baik.

Sejalan juga dengan hasil penelitian Daryati (2008:54) di Sanggai

Kalimantan Barat, menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara

sikap bidan (p = 0,002) dengan praktik bidan dalam inisiasi menyusui

dini pada ibu bersalin.

Penelitian ini sejalan dengan teori Azwar (2010:52) yang

menyatakan bahwa sikap mengandung komponen konatif yang berarti sikap

dapat menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sujiyatini, (2010:10),

keberhasilan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga sangat dipengaruhi

oleh sikap, pengetahuan dan motivasi bidan/dokter penolong persalinan itu

sendiri. Petugas kesehatan dalam hal ini bidan dapat menjadi faktor

pendorong atau pendukung namun juga dapat menjadi faktor penghambat

keberhasilan program IMD.


75

Pada penelitian ini terbukti bahwa sikap bidan berhubungan dengan

pelaksanaan IMD. Karena itu untuk meningkatkan pelaksanaan IMD pada

ibu bersalin, maka bidan perlu mengikuti kegiatan pelatihan dan pendidikan

yang berkaitan dengan pelaksanaan IMD.


76

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap

bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada ibu bersalin di

Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015, maka dapat diambil

simpulan sebagai berikut:

1. Kurang dari setengahnya bidan di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka

Tahun 2015 tidak melakukan pelaksanaan IMD pada ibu bersalin yaitu

sebesar 40,6%.

2. Kurang dari setengahnya bidan di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka

Tahun 2015 berpengetahuan kurang yaitu sebesar 21,9%.

3. Setengahnya bidan di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka Tahun 2015

bersikap negatif yaitu sebesar 50%.

4. Ada hubungan antara pengetahuan bidan dengan pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten

Majalengka Tahun 2015 (p value = 0,010).

5. Ada hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) pada Ibu Bersalin di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka

Tahun 2015 (p value = 0,004).

76
77

B. Saran

1. Bagi Puskesmas PONED

Perlunya meningkatkan pelaksanaan IMD oleh bidan melalui

pemberian reward terhadap bidan yang melaksanakan IMD dengan baik,

mengadakan pelatihan tentang IMD, serta memberikan bantuan dan

motivasi pada bidan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kebidanan.

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini perlu dijadikan sebagai bahan untuk

mengembangkan keilmuan di bidang kebidanan khususnya mengenai

pelaksanaan IMD oleh bidan serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan IMD tersebut.

3. Bagi Peneliti

Perlunya meningkatkan wawasan mengenai IMD serta

mengaplikasikan ilmu yang pernah diperoleh di bangku kuliah dan bagi

peneliti lain agar menindak lanjuti hasil penelitian ini seperti adanya faktor

lain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan IMD.

4.. Bagi Bidan

Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan pelaksanaan IMD

terhadap semua ibu bersalin.


78

Anda mungkin juga menyukai