Proses terbentuknya lautan berdasarkan teori laplace, apungan benua dan pergeseran
benua.
Proses terbentuknya laut berawal dari proses pembentukan bumi ang mana,
menurut laplace, bumi terbentuk 4 miliar tahun yang lalu, karen pembentukan bumi
berawal dari pengerutan matahari yang mengakibatkan, bagian dari matahari
terlepas, sehingga terlempar keluar dan saling tabrakan, akhirnya terbentuklah
planet, slah satunya planet bumi, karena pada saat itu gravitasi bumi sangat kuat
sehingga menarik asteroid, sehingga terjadi tabrakan. dengan adanya tabrakan yang
cukup banyak dan dashyat, akhirnya terbentuklah kawah kawah, dari kawah itulah
mul;ai terbentuk lautan, di mana pada awalnya, karena bumi di selimuti oleh kabut
sehingga bumi mengalami pembekuan, setelah tak lama kemudian debu yang
menyelimuti bumi menghilang dan sinar matahri dapat tembus, mengakibatkan
terjadinya kondensasi uap air yang ada, dan mulai turun hujan, hujan yang berlalu
sangat lama ini mengakibatkan kawah yang terbentuk tadi terisi oleh air.
Pada awalnya, laut bersifat sangat asam (dengan suhu sekitar 100 °c) hal ini
disebabkan oleh keadaan bumi yang sangat panas dan keadaan atmosfer bumi yang
dipenuhi oleh karbondioksida. Pada saat itu juga, gelombang tsunami sering terjadi
karena seringnya asteroid menghantam bumi disertai fenomena pasang surut air laut
yang begitu cepat terjadi karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi.
Dengan adanya air laut yang disebabkan oleh fenomena alam pada 4,4 milyar
tahun lalu (seperti sudah dijelaskan di atas) bumi kemudian mengalami perubahan
bentuk daratan.
Hal ini juga terjadi dibeberapa rekam kejadian alam sebelumnya yang
mencatat bahwa sebelumnya daratan di bumi saling menyatu. Animasi menjelaskan
perubahan bentuk daratan di bumi hingga saat ini. Pergeseran bentuk bumi (menurut
para ahli geologi) juga disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang
mengakibatkan keretakan pada daratan dibumi.
Animasi menunjukkan proses terpisahnya daratan, dimana batuan cair panas
(magma) keluar dari dalam perut bumi dan mendorong permukaan agar terpisah
pada arah yang berlawanan dari titik sumber retakan.
Saat perkembangan pembuatan peta dunia pada awal tahun 1900-an, seorang
ahli meteorologi dari Jerman, Alfred Wegener mengemukakan sebuah hipotesis
tentang Apungan Benua (Hypothesis of Continental Drift). Dia mengemukakan
bahwa dulunya ada sebuah super-kontinen, disebut Pangaea, yang pecah jutaan
tahun yang lalu, kemudian benua-benua pecahannya perlahan bergerak menuju
posisinya saat ini dan masih terus bergerak perlahan.
Bukti pertama yang diajukan oleh Wegener adalah adanya kesamaan garis pantai
antara Benua Amerika Selatan dengan Benua Afrika. Apabila kedua benua tersebut
disatukan, maka garis pantainya akan serasi satu sama lain. Kemudian ia juga
mengajukan bukti dokumentasi fosil Mesosaurus yang sejenis dan hanya ditemukan
di kedua sisi benua tersebut. Diyakini bahwa Mesosaurus ini ketika hidupnya tidak
akan dapat melintasi samudera yang luas di antara kedua benua ini.
Hipotesis utamanya adalah di bumi pernah ada satu benua raksasa yang
disebut Pangaea (artinya “semua daratan”) yang dikelilingi oleh Panthalassa
(“semua lautan”). Selanjutnya, 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi
benua-benua yang lebih kecil yang kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti
yang dijumpai saat ini.
Beberapa ilmuwan dapat menerima konsep ini namun sebagian besar lainnya
tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat
mengapung di atas bumi yang padat dan mengapa ini terjadi. Pemahaman para
ilmuwan pengkritik adalah bahwa gaya yang bekerja pada bumi adalah gaya
vertikal. Tidaklah mungkin gaya vertikal ini mampu menyebabkan benua yang besar
tersebut pecah. Pada masa itu belum dijumpai bukti-bukti yang meyakinkan.
Wegener mengumpulkan bukti lainnya berupa kesamaan garis pantai, persamaaan
fosil, struktur dan batuan. Namun, tetap saja usaha Wegener sia-sia karena Wagener
tidak mampu menjelaskan dan meyakinkan para ahli bahwa gaya utama yang
bekerja adalah gaya lateral bukan gaya vertikal.
2. Lapisan bumi
Bumi terbagi menjadi tiga lapisan yaitu kerak, mantel dan inti bumi. salah satu cara
untuk menetukan lapisan bumi adalah dengan jalan menggunakan gelombang seismik.
gelombang seismik tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan gelombang gempa.
gelombang seismik tersebut akan menjalar ke seluruh permukaan bumi, yang mana
apabila gelombang tersebut melalui suatu batasan antar medium dimana densitas dari
setiap lapisan bumi tersebut berbeda-beda tergantung dari karakteristik batuan, maka
gelombang seismik tersebut akan mengalami perlakuan pembiasan ataupun pemantulan
yang mana energi dari gelombang tersebut akan diserap oleh setiap lapisan bumi.
selanjutnya gelombang pantul yang dipantulkan menuju ke permukaan bumi akan
ditangkap dengan menggunakan sensor yang disebut dengan geophone. dari gelombang
pantul tersebut yang selanjutnya akan dilakukan analisa berdasarkan kecepatan
gelombangnya yang digunakan untuk menentukan lapisan yang terdapat didalam bumi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TUGAS I
GEOLOGI KELAUTAN
OLEH:
MUH ABDUH
F 121 14 029
PALU
2018