Jika ada kasus partus anak kedua dengan bayi besar dan kepala bayi sudah di
dasar, penanganan yang diberikan adalah jika anak kedua maka harus dilihat
kemajuannya, riwayat persalinannya dahulu beratnya berapa kilogram, namun jika bayi
sudah di dasar sehingga siap dilahirkan serta alat yang dibutuhkan sudah dipersiapkan dan
sudah lengkap maka bidan kemudian memimpin proses persalinan dan berkolaborasi
dengan bidan (teman sejawatnya). Pada Kala 2 ada batas waktu selama 1 jam namun jika
belum juga keluar maka harus segera dirujuk dan biasanya akan dilakukan tindakan
dengan menggunakan vacum untuk mengeluarkan bayi. Namun berbeda dengan pasien
BPJS yang tidak bisa dirujuk kecuali jika terdapat indikasi, apabila tensi nya bagus,
keadaannya bagus, maka diusahakan agar dapat lahir di puskesmas. Kecuali jika pasien
mengalami indikasi dan mempunyai resiko yang tinggi. Berbeda lagi keadaannya jika
terdapat kasus bayi sungsang, maka yang dilakukan adalah harus segera merujuknya,
kecuali jika pasien yang datang dengan keadaan sudah mau ngeden dengan kondisi pantat
sudah mau keluar biasanya bidan langsung menolong pasien dengan tenaga semampunya,
namun selalu ditekankan pada pasien jika keadaan bayi sungsang maka akan timbul
beberapa resiko (sambil menjel caskan kepada pasiennya), biasanya jika masih ada waktu
untuk dirujuk, maka harus dirujuk.
Di rumah bidan tidak terdapat alat USG, karena biasanya yang memilikinya
adalah dokter. Di rumah hanya terdapat peralatan biasa seperti doppler, geometri, alat
untuk mengecek protein urin dan alat untuk mengecek kadar gula. Jika terdapat pasien
yang ketika dilakukan wawancara anamnesis justru hasil yang didapatnya akan dapat
membingungkan bidan, maka dilakukan pemeriksaan fisik dan terakhir bisa di cek
melalui USG.
Cara agar dapat melakukan komunikasi dengan pasien agar dapat berjalan efektif
sehingga klien dapat merasa nyaman dan menyimpan kepercayaan terhadap kita adalah
dengan cara minimal kita harus bisa menjadi pendengar yang baik, selalu menampung
keluhan yang pasien utarakan, kita harus seolah – olah ikut dalam suasana pasien, jangan
sampai ketika pasien sedang menceritakan keluhannya kita pura- pura menulis dan sibuk.
Karena biasanya dengan semakin dekatnya kita dengan pasien, maka pasien pun akan
semakin nyaman, dan semakin berani untuk mengungkapkan permasalahannya.
Pemberian motivasi pada pasien harus dilakukan, kita harus sabar, dan dituntut agar selau
bisa memberi perhatian dan harus bisa meyakinkan pasien juga. Adapun tahapan
komunikasi yang pertama kali dilakukan adalah dengan memperkenalkan diri,
menanyakan apa ada yang bisa dibantu,
Dalam menangani pasien yang bermasalah dalam kandungan, cara yang efektif
dalam menangani pasien. Misalnya pada ibu hamil dengan letak sungsang, jika diketahui
maka kemungkinan pasien harus caesar maka harus persiapan membuat BPJS, bahkan
jika terasa tidak usah ditangani oleh bidan, dan harus memiliki kontak dulu dengan rumah
sakit minimal sekali konsultasi dahulu ke rumah sakit supaya begitu terasa, sudah ada
datanya di rumah sakit. Jika terlihat anemis, maka kita berikan tablet darah, vitamin, dan
gizi ibunya juga harus dilihat dan dipantau.
Untuk memeriksa keadaan pasien pada ibu hamil anak pertama, data- data yang
dibutuhkan adalah anamnesa, riwayat keluarga apakah mempunyai penyakit keturunan
atau tidak. Untuk anak kedua, kita harus tanya riwayat persalinannya seperti apa, karena
biasanya jika sebelumnya ada masalah, maka ke persalinan selanjutnya juga akan
bermasalah. Contohnya jika terdapat pendarahan, maka pada persalinan selanjutnya juga
akan terjadi pendarahan, sehingga kita juga harus bertanya mengenai proses persalinan
pasien pada persalinan sebelumnya.
Kita sebagai bidan harus bisa meyakinkan pasien, harus bersabar. Jika pasien yang
tidak responsif ketika diberikan asuhan, maka harus dilihat keadaan psikologi apakah ada
gangguan kejiwaannya. Dahulu pernah di puskesmas terdapat pasien yang seperti itu, dan
penanganan juga menjadi sedikit susah. Dalam memberikan pelayanan penampilan kita
sebagai bidan juga harus diperhatikan, harus sopan.
Ketika penyuluhan informasi yang diberikan kepada ibu hamil biasanya kita
melihat apakah bayinya tampak kecil maka ditekankan pada asupan nutrisi dan gizinya,
jika ada masalah pada kebersihan diri, maka ditekankan pada aspek kebersihan dirinya,
jika ada flek- flek maka ketika pada saat setelah berhubungan suami istri harus istirahat
total. Tergantung dengan keadaan pasien seperti apa, maka kita bisa lebih menekankan
dan memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan pasien tersebut. Berbeda halnya
dengan ibu- ibu yang akan meahirkan, maka kita harus memberikan informasi bahwa
ketika melahirkan nanti harus sabar, nanti ketika mulesnya mulai semakin sering maka
harus siap, jangan teriak- teriak, harus berdoa, harus sabar.
Cara menilai keadaan fetus, biasanya dilihat dari tinggi fundus sehingga kita dapat
memperkirakan usia kehamilannya, dari denyut jantungnya seperti apa. Jika menilai fetus
yang masih di dalam kandungan dilakukan dengan valvasi, disesuaikan dengan besar
perutnya sudah berapa bulan, dikhawatirkan dengan kondisi bayinya yang kecil. Untuk
menentukan letak janin juga bisa dengan valasi, namun jika masih tidak yakin bisa
langsung menggunakan USG.
Di rumah tidak ada program senam nifas. Kalau dirumah tidak ada cara
pemasaran yang khusus, biasanya dibiarkan agar berjalan seperti air mengalir saja, hanya
biasanya pasien akan diberikan tas partus ketika seteah selesai melahrkan, karena dengan
metode seperti itu, pasien akan menggunakannya, lalu masyarakat dan tetangga
sekitarnya melihat nama yang tertera di tas partus dan biasanya pasien juga akan datang
ke rumah. Dengan selalu memberikan pelayanan yang bagus, sehingga nanti pasien akan
bercerita kepada tetangganya lalu penyebarannya dari mulut ke mulut seperti promosi
gratis. Yang terpenting kita tidak boleh emosi tidak boleh judes, karena seperti apapun
pasien, ketika kita penampilan keluar kita harus tetap tenang dan jangan tegang, harus
tetap baik. Karena nanti pasien juga akan bercerita ke orang- orang dan masyarakat
tentang bagaimana penanganan kita.
Asuhan yang biasa diberikan kepada ibu nifas biasanya asuhan jika memerlukan
perawatan jahit, asupan gizi supaya ASI yang diberikannya bagus, cara menyusui yang
baik, kebersihan diri, perawatan luka. Biasanya ketika setelah melahirkan selalu
memberikan nasihat dan mendemonstrasikan kepada ibu dan keluarga ibu dalam
memandikan dan merawat bayi, selalu menanyakan terlebih dahulu apakah bayinya akan
dimandikan oleh bidan atau tidak. Jika ingin dimandikan oleh paraji, maka bidan tidak
akan memandikannya, namun pada kasus anak pertama, biasanya selalu dimandikan oleh
bidan. Kecuali jika kasus bayi yang merupakan anak kedua atau lebih biasanya sudah
berani memandikannya sendiri atau oleh keluarga pasien. Selama ini tidak ada kesulitan
dalam memberitahu pasien tentang cara memandikan dan merawat bayi sebab disini
keluarga pasien bersikap kooperatif karena sudah mengerti dengan tugasnya.