Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut
yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah
pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain
di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang,
dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana
merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan
konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah
yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang
jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang
pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat
tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.
Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan
teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi
adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan
kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan
air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang
terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi)
yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai
sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk
ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui
angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam
hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan
intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan
angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan
permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi
lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi.
sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan
yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan
pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi,
berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah
tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi
permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah
bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas
lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan
yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik.
kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-
lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan.
Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan
mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan
akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi
rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol
jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan,
ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah
terhadap erosi meningkat tinggi.
jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain
menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase,
apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki
banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari
jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak
menyebabkan pertambahan erosi.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor