Anda di halaman 1dari 57

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 62 TAHUN 1958


TENTANG
KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang : Bahwa perlu diadakan Undang-undang Kewarganegaraan Republik


Indonesia;

Mengingat : a. pasal-pasal 5 dan 144 Undang-undang Dasar Sementara Republik


Indonesia;
b. pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;<br.


Memutuskan:</br.

Menetapkan: Undang-undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Pasal 1

Warga-negara Republik Indonesia ialah:


a. orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau
peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah warga-negara Republik
Indonesia;
b. orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya,
seorang warga-negara Republik Indonesia, dengan pengertian bahwa kewarga-negaraan Republik
Indonesia tersebut dimulai sejak adanya hubungan hukum kekeluargaan termaksud, dan bahwa
hubungan hukum kekeluargaan ini diadakan sebelum orang itu berumur 18 tahun atau sebelum ia
kawin pada usia di bawah 18 tahun;
c. anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu pada waktu
meninggal dunia warga- negara Republik Indonesia;
d. orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga-negara Republik Indonesia, apabila ia pada waktu
itu tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya;
e. orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga-negara Republik Indonesia, jika ayahnya tidak
mempunyai kewarga-negaraan, atau selama tidak diketahui kewarga-negaraan ayahnya;
f. orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia selama kedua orang tuanya tidak diketahui;
g. seorang anak yang diketemukan di dalam wilayah Republik Indonesia selama tidak diketahui
kedua orang tuanya;
h. orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia, jika kedua orang tuanya tidak mempunyai
kewarga-negaraan atau selama kewarga-negaraan kedua orang tuanya tidak diketahui;
i. orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia yang pada waktu lahirnya tidak mendapat
kewarga-negaraan ayah atau ibunya dan selama ia tidak mendapat kewarganegaraan ayah atau
ibunya itu;
j. orang yang memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia menurut aturan-aturan Undang-
undang ini.

Pasal 2

(1) Anak asing yang belum berumur 5 tahun yang diangkat oleh seorang warga-negara Republik
Indonesia, memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, apabila pengangkatan itu dinyatakan
sah oleh Pengadilan Negeri dari tempat tinggal orang yang mengangkat anak itu.
(2) Pernyataan sah oleh Pengadilan Negeri termaksud harus dimintakan oleh orang yang
mengangkat anak tersebut dalam 1 tahun setelah pengangkatan itu atau dalam 1 tahun setelah
Undang-undang ini mulai berlaku.

Pasal 3

(1) Anak di luar perkawinan dari seorang ibu warga-negara Republik Indonesia atau anak dari
perkawinan sah, tetapi dalam perceraian oleh hakim anak tersebut diserahkan pada asuhan ibunya
seorang warga-negara Republik Indonesia, yang kewarga-negaraannya turut ayahnya seorang asing,
boleh mengajukan permohonan kepada Menteri Kehakiman untuk memperoleh kewarga-negaraan
Republik Indonesia tidak mempunyai kewarga-negaraan lain atau menyertakan pernyataan
menanggalkan kewarganegaraan lain menurut cara yang ditentukan oleh ketentuan hukum dari
negara asalnya dan/atau menurut cara yang ditentukan oleh perjanjian penyelesaian dwikewarga-
negaraan antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan.

(2) Permohonan tersebut di atas harus diajukan dalam 1 tahun sesudah orang yang bersangkutan
berumur 18 tahun kepada Menteri Kehakiman melalui Pengadilan Negeri atau Perwakilan Republik
Indonesia dari tempat tinggalnya.

(3) Menteri Kehakiman mengabulkan atau menolak permohonan itu dengan persetujuan Dewan
Menteri.

(4) Kewarga-negaraan Republik Indoenesia yang diperoleh atas permohonan itu mulai berlaku pada
hari tanggal keputusan Menteri Kehakiman.

Pasal 4

(1) Orang asing yang lahir dan bertempat tinggal di dalam wilayah Republik Indonesia yang ayah-
atau ibunya, apabila ia tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya, juga lahir
di dalam wilayah Republik Indonesia dan penduduk Republik Indonesia, boleh mengajukan
permohonan kepada Menteri Kehakiman untuk memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia,
apabila ia setelah memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia tidak mempunyai kewarga-
negaraan lain, atau pada saat mengajukan permohonan ia menyampaikan juga surat pernyataan
menanggalkan kewarga-negaraan lain yang mungkin dimilikinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan
hukum yang berlaku di negara asalnya atau sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam perjanjian
penyelesaian dwi-kewarga-negaraan antara Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan.

(2) Permohonan tersebut di atas harus diajukan dalam 1 tahun sesudah orang yang bersangkutan
berumur 18 tahun kepada Menteri Kehakiman melalui Pengadilan Negeri dari tempat tinggalnya.

(3) Menteri Kehakiman mengabulkan atau menolak permohonan itu dengan persetujuan Dewan
Menteri.

(4) Kewarga-negaraan Republik Indonesia yang diperoleh atas permohonan itu mulai berlaku pada
hari tanggal keputusan Menteri Kehakiman.

Pasal 5

(1) Kewarga-negaraan Republik Indonesia karena pewarga-negaraan diperoleh dengan berlakunya


keputusan Menteri Kehakiman yang memberikan pewarganegaraan itu.

(2) Untuk mengajukan permohonan pewarga-negaraan pemohon harus:


a sudah berumur 21 tahun;
b. lahir dalam wilayah Republik Indonesia, atau pada waktu mengajukan permohonan bertempat
tinggal dalam daerah itu selama sedikit-dikitnya 5 tahun berturut-turut yang paling akhir atau sama
sekali selama 10 tahun tidak berturut-turut;
c. apabila ia seorang laki-laki yang kawin-mendapat persetujuan isteri (isteri-isteri)nya;
d. cukup dapat berbahasa Indonesia dan mempunyai sekedar pengetahuan tentang sejarah
Indonesia serta tidak pernah dihukum karena melakukan kejahatan yang merugikan Republik
Indonesia;
e. dalam keadaan sehat rokhani dan jasmani;
f. membayar pada Kas Negeri uang sejumlah antara Rp. 500,- sampai Rp. 10.000,- yang ditentukan
besarnya oleh Jawatan Pajak tempat tinggalnya berdasarkan penghasilannya, tiap bulan yang nyata
dengan ketentuan tidak boleh melebihi penghasilan nyata sebulan;
g. mempunyai mata pencaharian yang tetap,
h. tidak mempunyai kewarga-negaraan, atau kehilangan kewarga-negaraannya apabila ia
memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia atau menyertakan pernyataan menanggalkan
kewarga-negaraan lain menurut ketentuan hukum dari negara asalnya atau menurut ketentuan
hukum perjanjian penyelesaian dwi-kewarganegaraan antara Republik Indonesia dan negara yang
bersangkutan.
Seorang perempuan selama dalam perkawinan tidak boleh mengajukan permohonan pewarga-
negaraan.

(3) Permohonan untuk pewarga-negaraan harus disampaikan dengan tertulis dan dibubuhi meterai
kepada Menteri Kehakiman melalui Pengadilan Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia dari
tempat tinggal pemohon;
Permohonan harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan bersama dengan permohonan itu harus
disampaikan bukti-bukti tentang hal-hal tersebut dalam ayat 2 kecuali yang tersebut dalam huruf d.
Pengadilan Negeri atau perwakilan Republik Indonesia memeriksa bukti-bukti itu akan kebenarannya
dan menguji pemohon akan kecakapannya berbahasa Indonesia dan akan pengetahuannya tentang
sejarah Indonesia.

(4) Menteri Kehakiman mengabulkan atau menolak permohonan pewarga-negaraan dengan


persetujuan Dewan Menteri.

(5) Keputusan Menteri Kehakiman yang memberikan pewarganegaraan mulai berlaku pada hari
pemohon dihadapan Pengadilan Negeri atau perwakilan Republik Indonesia dari tempat tinggalnya
mengucapkan sumpah atau janji setia dan berlaku surut hingga dari tanggal keputusan Menteri
Kehakiman tersebut.

Sumpah atau janji setia itu adalah seperti berikut: "Saya bersumpah (berjanji): bahwa saya
melepaskan seluruhnya, segala kesetiaan kepada kekuasaan asing: bahwa saya mengaku dan
menerima kekuasaan yang tertinggi dari Republik Indonesia dan akan menepati kesetiaan
kepadanya: bahwa saya akan menjunjung tinggi Undang-undang Dasar dan hukum-hukum Republik
Indonesia dan akan membelanja dengan sungguh-sungguh: bahwa saya memikul kewajiban ini
dengan rela hati dan tidak akan mengurangi sedikitpun".

(6) Setelah pemohon mengucapkan sumpah atau janji setia termaksud di atas. Menteri Kehakiman
mengumumkan pewarganegaraan itu dengan menempatkan keputusannya dalam Berita-Negara.

(7) Apabila sumpah atau janji setia tidak diucapkan dalam waktu tiga bulan setelah hari tanggal
keputusan Menteri Kehakiman, maka keputusan itu dengan sendirinya menjadi batal.

(8) Jumlah uang tersebut dalam ayat 2 dibayarkan kembali, apabila permohonan pewarga-negaraan
tidak dikabulkan.

(9) Jika permohonan pewarga-negaraan ditolak, maka pemohon dapat mengajukan permohonan
kembali.

Pasal 6

Pewarga-negaraan juga dapat diberikan dengan alasan kepentingan negara atau telah berjasa
terhadap negara oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam hal ini dari ketentuan-ketentuan dalam pasal 5 hanya berlaku ketentuan-ketentuan ayat 1, ayat
5, ayat 6 dan ayat 7.
Pasal 7

(1) Seorang perempuan asing yang kawin dengan seorang warga-negara Republik Indonesia,
memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia, apabila dan pada waktu ia dalam 1 tahun
setelah perkawinannya berlangsung menyatakan keterangan untuk itu, kecuali jika ia apabila
memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia masih mempunyai kewarga-negaraan lain, dalam
hal mana keterangan itu tidak boleh dinyatakan.

(2) Dengan kekecualian tersebut dalam ayat 1 perempuan asing yang kawin dengan seorang warga-
negara Republik Indonesia juga memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia satu tahun
sesudah perkawinannya berlangsung, apabila dalam satu tahun itu suaminya tidak menyatakan
keterangan untuk melepaskan kewarga-negaraan Republik Indonesia.
Keterangan itu hanya boleh dinyatakan dan hanya mengakibatkan hilangnya kewarga-negaraan
Republik Indonesia, apabila degan kehilangan itu suami tersebut tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.

(3) Apabila salah satu dari keterangan tersebut dalam ayat 1 dan 2 sudah dinyatakan, maka
keterangan yang lainnya tidak boleh dinyatakan.

(4) Keterangan-keterangan tersebut di atas harus dinyatakan kepada Pengadilan Negeri atau
Perwakilan Republik Indonesia dari tempat tinggal orang yang menyatakan keterangan itu.

Pasal 8

(1) Seorang perempuan warga-negara Republik Indonesia yang kawin dengan seorang asing
kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesianya, apabila dan pada waktu ia dalam 1 tahun
setelah perkawinannya berlangsung menyatakan keterangan untuk itu, kecuali apabila ia dengan
kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia itu menjadi tanpa kewarga-negaraan.

(2) Keterangan tersebut dalam ayat 1 harus dinyatakan kepada Pengadilan Negeri atau Perwakilan
Republik Indonesia dari tempat tinggal orang yang menyatakan keterangan itu.

Pasal 9.

(1) Kewarga-negaraan Republik Indonesia yang diperoleh oleh seoang suami dengan sendirinya
berlaku terhadap isterinya, kecuali apabila setelah memperoleh kewarga-negaraan Republik
Indonesia isteri itu masih mempunyai kewarga-negaraan lain.

(2) Kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia oleh seorang suami dengan sendirinya berlaku
terhadap isterinya, kecuali apabila suami itu akan menjadi tanpa kewarga-negaraan.

Pasal 10.

(1) Seorang perempuan dalam perkawinan tidak boleh mengajukan permohonan tersebut dalam
pasal 3 dan pasal 4.

(2) Kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia oleh seorang isteri dengan sendirinya berlaku
terhadap suaminya, kecuali apabila suami itu akan menjadi tanpa kewarga-negaraan.

Pasal 11.

(1) Seorang yang disebabkan oleh atau sebagai akibat dari perkawinannya kehilangan kewarga-
negaraan Republik Indonesia, memperoleh kewarga-negaraan itu kembali jika dan pada waktu ia
setelah perkawinannya terputus menyatakan keterangan untuk itu.
Keterangan itu harus dinyatakan dalam waktu 1 tahun setelah perkawinan itu terputus kepada
Pengadilan Negeri atau kepada Perwakilan Republik Indonesia dari tempat tinggalnya.
(2) Ketentuan ayat 1 tidak berlaku dalam hal orang itu apabila setelah memperoleh kembali kewarga-
negaraan Republik Indonesia masih mempunyai kewarga-negaraan lain.

Pasal 12.

(1) Seorang perempuan yang disebabkan oleh atau sebagai akibat perkawinannya memperoleh
kewarga-negaraan Republik Indonesia, kehilangan kewarga-negaraan itu lagi, jika dan pada waktu ia
setelah perkawinannya terputus menyatakan keterangan untuk itu.
Keterangan itu harus dinyatakan dalam waktu 1 tahun setelah perkawinan itu terputus kepada
Pengadilan Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia dan tempat tinggalnya.

(2) Ketentuan ayat 1 tidak berlaku apabila orang itu dengan kehilangan kewarga-negaraan Republik
lndonesianya menjadi tanpa kewarga-negaraan.

Pasal 13.

(1) Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia,
turut memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia setelah ia bertempat tinggal dan berada di
Indonesia. Keterangan tentang bertempat tinggal dan berada di Indonesia itu tidak berlaku terhadap
anak-anak yang karena ayahnya memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia menjadi tanpa
kewarga-negaraan.

(2) Kewarga-negaraan Republik Indonesia yang diperoleh seorang ibu berlaku juga terhadap anak-
anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya, yang belum
berumur 18 tahun dan belum kawin setelah mereka bertempat tinggal dan berada di Indonesia.
Apabila kewarga-negaraan Republik Indonesia itu diperoleh dengan pewarga-negaraan oleh seorang
ibu yang telah menjadi janda karena suaminya meninggal maka anak-anak yang mempunyai
hubungan hukum kekeluargaan dengan suami itu, yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin
turut memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia juga, setelah mereka bertempat tinggal dan
berada di Indonesia.
Keterangan tentang tempat tinggal dan berada di Indonesia itu tidak berlaku terhadap anak-anaknya
yang karena ibunya memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia menjadi tanpa kewarga-
negaraan.

Pasal 14.

(1) Bilamana anak termaksud dalam pasal 2 dan pasal 13 sampai berumur 21 tahun, maka ia
kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia lagi, jika dan pada waktu ia menyatakan
keterangan untuk itu.
Keterangan itu harus dinyatakan dalam waktu 1 tahun setelah anak itu berumur 21 tahun kepada
Pengadilan Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia dari tempat tinggalnya.

(2) Ketentuan ayat 1 tidak berlaku apabila anak itu dengan kehilangan kewarga-negaraan Republik
Indonesianya menjadi tanpa kewarga-negaraan.

Pasal 15.

(1) Kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia oleh seorang ayah berlaku juga terhadap
anak-anaknya yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayah itu, yang belum
berumur 18 tahun dan belum kawin, kecuali jika dengan kehilangan kewarga-negaraan Republik
Indonesia anak-anak itu menjadi tanpa kewarga-negaraan.

(2) Kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia oleh seorang ibu berlaku juga terhadap anak-
anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya, kecuali jika dengan
kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia anak-anak itu menjadi tanpa kewarga-negaraan.
(3) Apabila ibu itu kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia karena pewarga-negaraan di
luar negeri dan ibu itu telah menjadi janda karena suaminya meninggal, maka ketentuan- ketentuan
dalam ayat 2 berlaku juga terhadap anak-anaknya yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan
dengan suami itu, setelah anak-anak itu bertempat tinggal dan berada di luar negeri.

Pasal 16.

(1) Seorang anak yang kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesianya karena ayah atau
ibunya kehilangan kewarga-negaraan itu, memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia
kembali setelah anak tersebut sampai berumur 18 tahun, jika dan pada waktu itu menyatakan
keterangan untuk itu.
Keterangan termaksud harus dinyatakan dalam waktu 1 tahun setelah anak itu berumur 18 tahun
kepada Pengadilan Negeri atau Perwakilan Republik Indonesia dari tempat tinggalnya.

(2) Ketentuan ayat 1 tidak berlaku dalam hal anak itu - apabila setelah memperoleh kewarga-
negaraan Republik Indonesia - masih mempunyai kewarga-negaraan lain.

Pasal 17.

Kewarga-negaraan Republik Indonesia hilang karena:


a. memperoleh kewarga-negaraan lain karena kemauannya sendiri, dengan pengertian bahwa jikalau
orang yang bersangkutan pada waktu memperoleh kewarga-negaraan lain itu berada dalam wilayah
Republik Indonesia kewarga-negaraan Republik Indonesianya baru dianggap hilang apabila Menteri
Kehakiman dengan persetujuan Dewan Menteri atas kehendak sendiri atau atas permohonan orang
yang bersangkutan menyatakannya hilang;
b. tidak menolak atau melepaskan kewarga-negaraan lain, sedang- kan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu;
c. diakui oleh orang asing sebagai anaknya, jika orang yang bersangkutan belum berumur 18 tahun
dan belum kawin dan dengan kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarga-negaraan;
d. anak yang diangkat dengan sah oleh orang asing sebagai anaknya, jika anak yang bersangkutan
belum berumur 5 tahun dan dengan kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarga-negaraan;
e. dinyatakan hilang oleh Menteri Kehakiman dengan persetujuan Dewan Menteri atas permohonan
orang yang bersangkutan, jika ia telah berumur 21 tahun, bertempat tinggal di luar negeri dan dengan
dinyatakan hilang kewarga-negaraan Republik lndonesianya tidak menjadi tanpa kewarga-negaraan;
f. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Menteri Kehakiman;
g. tanpa izin terlebih dahulu dari Menteri Kehakiman masuk dalam dinas negara asing atau dinas
suatu organisasi antar negara yang tidak dimasuki oleh Republik Indonesia sebagai anggota, Jika
jabatan dinas negara yang dipangkunya menurut peraturan Republik Indonesia hanya dapat
dipangku oleh warga-negara atau jabatan dalam dinas organisasi antar negara tersebut memerlukan
sumpah atau janji jabatan;
h. mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari padanya;
i. dengan tidak diwajibkan, turut-serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketata-negaraan untuk
suatu negara asing;
j. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atas namanya yang masih
berlaku;
k. lain dari untuk dinas negara, selama 5 tahun berturut-turut bertempat tinggal di luar negeri dengan
tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga-negara sebelum waktu itu lampau dan
seterusnya tiap-tiap dua tahun; keinginan itu harus dinyatakan kepada Perwakilan Republik Indonesia
dari tempat tinggalnya.
Bagi warga-negara Republik Indonesia yang berumur di bawah 18 tahun terkecuali apabila ia sudah
pernah kawin, masa lima dan dua tahun tersebut di atas mulai berlaku pada hari tanggal ia mencapai
umur 18 tahun.

Pasal 18
Seorang yang kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia termaksud dalam
pasal 17 huruf k memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia kembali jika ia
bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan Kartu Izin Masuk dan menyatakan
keterangan untuk itu.
Keterangan itu harus dinyatakan kepada Pengadilan Negeri dari tempat tinggalnya
dalam 1 tahun setelah orang itu bertempat tinggal di Indonesia.

Pasal 19

Kewarga-negaraan Republik Indonesia yang diberikan atau diperoleh atas keterangan-keterangan


yang tidak benar dapat dicabut kembali oleh instansi yang memberikannya atau oleh instansi yang
menerima keterangan-keterangan itu.

Pasal 20

Barangsiapa bukan warga-negara Republik Indonesia adalah orang asing.

PERATURAN PERALIHAN

Pasal I

Seorang perempuan yang berdasarkan pasal 3 Peraturan Penguasa Militer No.


Prt/PM/09/1957 dan pasal 3 Peraturan Penguasa Perang Pusat No. Prt/Peperpu/0
14/1958 telah diperlakukan sebagai warga-negara Republik Indonesia, menjadi
warga-negara Republik Indonesia, apabila ia tidak mempunyai kewarga-negaraan
lain.

Pasal II

Seorang yang pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku berada dalam keadaan
tertera dalam pasal 7 atau pasal 8, dapat menyatakan keterangan tersebut dalam
pasal-pasal itu dalam waktu 1 tahun sesudah mulai berlakunya Undang-undang ini,
dengan pengertian bahwa suami seorang perempuan yang menjadi warga- negara
Republik Indonesia termaksud dalam pasal 1 peraturan- peralihan tidak dapat
menyatakan keterangan tersebut dalam pasal 7 ayat 2 lagi.

Pasal III

Seorang perempuan yang menurut perundang-undangan yang berlaku sebelum


Undang-undang ini mulai berlaku dengan sendirinya warga-negara Republik
Indonesia seandainya ia tidak dalam perkawinan, memperoleh kewarga-negaraan
Republik Indonesia, jika dan pada waktu ia dalam 1 tahun setelah perkawinannya
terputus atau dalam 1 tahun setelah Undang-undang ini mulai berlaku menyatakan
keterangan untuk itu kepada Pengadilan Negeri atau kepada Perwakilan Republik
Indonesia dari tempat tinggalnya.

Pasal IV

Seorang yang tidak turut dengan ayahnya atau ibunya memperoleh kewarga-
negaraan Republik Indonesia dengan pernyataan keterangan menurut perundang-
undangan yang berlaku sebelum Undang-undang ini berlaku, karena orang itu pada
waktu ayahnya atau ibunya menyatakan keterangan itu sudah dewasa, sedangkan
ia sendiri tidak boleh menyatakan keterangan memilih kewarga-negaraan Republik
Indonesia, adalah warga-negara Republik Indonesia jika ia dengan ketentuan ini
atau sebelumnya tidak mempunyai kewarga-negaraan lain.
Kewarga-negaraan Republik Indonesia yang diperoleh orang tersebut berlaku surut
hingga waktu ayah/ibunya memperoleh kewarga-negaraan itu.

Pasal V

Menyimpang dari ketentuan-ketentuan pasal 4 ayat 1 dan 2 anak-anak yang antara


tanggal 27 Desember 1949 sampai 27 Desember 1951 oleh orang tuanya ditolakkan
kewarga-negaraan Republik Indoensianya, dalam tempo satu tahun setelah
Undang-undang ini mulai berlaku, dapat mengajukan permohonan kepada Menteri
Kehakiman melalui Pengadilan Negeri dari tempat tinggalnya untuk memperoleh
kewarga-negaraan Republik Indonesia, apabila ia berusia di bawah 28 tahun;
selanjutnya berlaku pasal 4 ayat 3 dan 4.

Pasal VI

Seorang asing yang sebelum Undang-undang ini mulai berlaku pernah masuk dalam
ketentaraan Republik Indonesia dan memenuhi syarat-syarat yang akan ditentukan
oleh Menteri Pertahanan, memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia jika ia
menyatakan keterangan untuk itu kepada Menteri Pertahanan atau kepada pejabat
yang ditunjuk olehnya.
Kewarga-negaraan Republik Indonesia yang diperoleh orang tersebut di atas
berlaku surut hingga saat orang itu masuk dalam ketentaraan itu.

Pasal VII

Seorang yang sebelum Undang-undang ini mulai berlaku berada dalam dinas
tentara asing termaksud dalam pasal 17 huruf f atau berada dalam dinas negara
asing atau dinas suatu organisasi antar negara dimaksud dalam pasal 17 huruf g,
dapat minta izin kepada Menteri Kehakiman dalam waktu 1 tahun setelah Undang-
undang ini mulai berlaku.

PERATURAN PENUTUP

Pasal I

Seorang warga-negara Republik Indonesia yang berada dalam wilayah Republik Indonesia dianggap
tidak mempunyai kewarga- negaraan lain.

Pasal II

Dalam pengertian kewarga-negaraan termasuk semua jenis lindungan oleh sesuatu negara.

Pasal III

Dalam melakukan Undang-undang ini anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin dianggap
turut bertempat tinggal dengan ayah atau ibunya menurut perincian dalam pasal 1 huruf b, c atau d.
Pasal IV

Barangsiapa perlu membuktikan bahwa ia warga-negara Republik Indonesia dan tidak mempunyai
surat bukti yang menunjukkan bahwa ia mempunyai atau memperoleh atau turut mempunyai atau
turut memperoleh kewarga-negaraan itu, dapat minta kepada Pengadilan Negeri dari tempat
tinggalnya untuk menetapkan apakah ia warga-negara Republik Indonesia atau tidak menurut acara
perdata biasa.
Ketentuan ini tidak mengurangi ketentuan-ketentuan khusus dalam atau berdasarkan Undang-
undang lain.

Pasal V

Dari pernyataan-pernyataan keterangan yang menyebabkan diperolehnya atau hilangnya kewarga-


negaraan Republik Indonesia, oleh pejabat yang bersangkutan disampaikan salinan kepada Menteri
Kehakiman.

Pasal VI

Menteri Kehakiman mengumumkan dalam Berita-Negara nama-nama orang yang memperoleh atau
kehilangan kewarga-negaraan Republik Indonesia.

Pasal VII

Segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal VIII

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan dengan ketentuan bahwa aturan-aturan
pasal 1 huruf b sampai huruf j, pasal 2, pasal 17 huruf a, c dan h berlaku surut hingga tanggal 27
Desember 1949.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta,
pada tanggal 29 Juli 1958.
Presiden Republik Indonesia,

SOEKARNO.

Diundangkan,
pada tanggal 1 Agustus 1958.
Menteri Kehakiman,

G.A. MAENGKOM.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1958 NOMOR 113

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 1647

hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_62_58.htm
Dasar Hukum yang Mengatur
Kewarganegaraan
Nama Kelompok :

1. Anggun Nanda S ( 02 )
2. Deski Elistiana ( 08 )
3. Lela Gusti R ( 22 )
4. Sri Wahyuni ( 31 )

 Pembukaan
Assalamu’alaikum wr. wb
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT sehingga
kita semua dapat berkumpul di tempat ini tanpa halangan suatu apapun. Pada kesempatan
kali ini kami akan membahas materi tentang Kewarganegaraan.

Permasalahan
Menganalisa :
1. Dasar Hukum Yang Mengatur Kewarganegaraan
2. Asas dan stelsel dalam Kewarganegaraan
3. Syarat-syarat menjadi Warga Negara
4. Hal-hal Yang Menyebabkan Kehilangan Kewarganegaraan.

 Pembahasan

A. Dasar Hukum yang Mengatur Kewarganegaraan

Dasar hukum yang mengatur kewarganegaraan diatur dalam UU 1945 Bab X Warga
Negara, Pasal 26
 Ayat ( 1 ) : Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.

 Ayat ( 3 ) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing


yang bertempat tinggal di Indonesia.

 Ayat ( 2 ) : Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur


dengan undang-undang.

Selain itu, UUD 1945 Pasal 28 D Ayat 4 mengatakan “Setiap orang berhak atas status
kewarganegaraan”.
Undang-Undang lain yang mengatur yaitu indische staatsregeling tahun 1927, UU RI Nomor
3 tahun 1945, Hasi Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949, UU RI Nomor 62 tahun 1958, serta
UU Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia. Selain itu ada sejumlah
perundang-undangan lain yang mendukung pelaksanaan UU Kewarganegaraan RI, antara
lain :
1. UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Kemigrasian
2. Peraturan Pemerintah RI No. 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk & Izin
Kemigrasian
3. Peraturan Pemerintah RI No. 18 tahun 2005
4. Instruksi Presiden RI No. 26 tahun 1998
B. Asas Kewarganegaraan
 Kewarganegaan adalah segala hal yang berhubungan dengan warga negara.
Kewarganegaraan juga merupakan hal yang berhubungan dengan keanggotaannya sebagai
warga negara/penduduk suatu negara berdasarkan keturunan atau kelahiran.
1. Ius Soli
2. Ius Sanguinis
Ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasrkan daerah atau
negara tempat dimana ia dilahirkan.
Ius Sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
 Menggunakan cara sebagai berikut
1. Stelsel aktif
2. Stelsel Pasif
Menurut Stelsel Aktif, Orang yang akan menjadi warga negara suatu negara harus melakukan
tindakan-tindakan hukum tertentu secara aktif. Jadi ia berhak untuk memilih sutatu
kewarganegaraan yang disebut dengan hak opsi.
Menurut Stelsel Pasif, Orang yang berada dalam suatu negara sudah dengan sendirinya
dianggap menjadi warga negara dalam suatu negara tanpa harus melakukan suatu tindakan
hukum tertentu. Akan tetapi, jika seseorang ingin menolak untuk menjadi warga negara, maka
ia akan memiliki untuk menolak suatu kewarganegaraan (Repudiasi)

C. Syarat-Syarat Menjadi Warga Negara


Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 permohonan kewarganegaraan dapat
diajukan oleh pemohon jika memenuhi syarat sebagai berikut,
Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah.
Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara republik
Indonesia paling singkat 5 tahun tidak berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak
berturut-turut.
1. Sehat jasmani & rohani.
2. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindakan pidana yang diancam
dengan pidana penjara satu tahun atau lebih.
4. Dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
kewarganegaraan ganda.
5. Mempunyai pekerjaan & atau penghasilan tetap.
6. Membayar uang kas pewarganegaraan ke kas negara.

D. Hal-Hal yang Menyebabkan Kehilangan Kewarganegaraan


Hal-hal yang menyebabkan kehilangan kewarganegaraan yaitu sebagai berikut,
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan melepaskan kewarganegaraan lain,
sedang orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat
tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraannya RI tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
5. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan hanya
dapat dijabat oleh warga negara Indonesia.
6. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing tersebut.
7. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
8. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau
surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya.
9. Bertempat tinggal diluar wilayah negara RI selama 5 tahun terus-menerus
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alas an yang sah dan dengan sengaja tidak
mengatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum
jangka waktu 5 tahun itu berakhir dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan
tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada
perwakilan RI yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan
padahal perwakilan RI tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
april-suwarno.blogspot.co.id/2014/04/dasar-hukum-yang-mengatur.html?m=1
Undang-undang & Peraturan Kewarganegaraan

Pada tanggal 1 Agustus 2006, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia telah diundangkan dan diberlakukan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958.
Hal-hal yang menonjol dari Undang-Undang di atas adalah:
1. Sifat non-discriminatif yaitu status kewarganegaraan Indonesia seseorang tidak lagi ditentukan berdasarkan
ras, keturunan, suku bangsa, agama dsb, tetapi ditentukan berdasarkan aturan hukum.
2. Memberi kewarganegaraan terbatas kepada:
o Anak WNI yang lahir dari suatu perkawinan campuran.
o Anak WNI yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah oleh WNA berdasarkan penetapan
pengadilan.
o Anak dari pasangan WNI yang lahir di negara yang menganut asas ius soli.
o Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah dan diakui oleh ayahnya yang WNA.
3. Memberi kesempatan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kepada anak-anak yang lahir dari
suatu perkawinan campuran yang lahir sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan RI yang belum berusia 18 tahun dan belum kawin.
4. Persamaan di depan hukum bagi perempuan dan laki-laki untuk mengajukan pewarganegaraan.
5. Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan
hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau suami.
6. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia bagi seorang ayah atau ibu tidak dengan sendirinya berlaku
terhadap anaknya.

Produk Hukum
Berikut ini adalah kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya yang terkait dengan
Kewarganegaraan.
1. Undang-undang no 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
2. Peraturan Pemerintah no 2 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan dan
Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.01-HL.03.01 tahun 2006 tentang tata cara
pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan pasal 41 dan memperoleh
kembali kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan pasal 42 undang-undang nomor 12 tahun 2006
tentang kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.02-HL.05.06 tahun 2006 tentang tata cara
menyampaikan pernyataan untuk menjadi warga negara Republik Indonesia
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia no M.08-HL.04.01 tahun 2007 tentang tata cara
pendaftaran, pencatatan, dan pemberian fasilitas keimigrasian sebagai WNI yang berkewarganegaraan
ganda.

Produk Hukum Lama


1. UU Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1958 tentang Pelaksanaan UU Nomor 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan
Search
Consular Services
About the services
Contact Us
From the Office
 Batas Waktu Pendaftaran Bagi Anak untuk Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
 Fasilitas Bebas Fiskal Bagi Pemegang NPWP dan WNI Penduduk Negara Lain
 Peningkatan Kewaspadaan Terhadap WNI Terkait Dengan Perkawinan Campur dan Menempuh Pendidikan di Luar
Negeri
 Pengaturan Bagi Peserta Karyasiswa/Tugas Belajar Pengguna Paspor Dinas Di Luar Negeri
 Pendaftaran Diri bagi WNI
From the News
 Important Notice
 Regular Office Hours

 Back to top
 Last updated: Friday, March 11th, 2011 at 5:34 pm UTC
consular.indonesia-ottawa.org/indonesia-citizens/kewarganegaraan/undang-undang-peraturan-
kewarganegaraan/

Makalah Kewarganegaraan Indonesia


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang masalah

Sebagai Warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya dan
mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi ‘statless’
atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh
membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya
diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara modern untuk menghindari status
dwi-kewarganegaraan tersebut oleh karena itu disamping pengaturan kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga
diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu melalui regristrasi biasa.

Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya enganut prinsip ‘ ius sanguinis’,mengatur
kemungkinan warganya untuk mendapatkan sttus kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran.
Sebagai contoh banyak warga keturunan China yang masih berkewarganegaraan China atau pun
yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia dan China, tetapi bermukim di Indonesia
dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang
bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari asal orangtuanya,
dapat saja diterima sebagai warga negara Indonesia karena kelahirannya. Kalapunhal ini
dianggap idak sesuai dengan prinsip dasar yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu
dapat dikenakan ketentuan mengenai kewaganegaraan melalui proses registrasi bisa, bukan
melalui proses naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama
sekali.

B.Rumusan Masalah
BerdasarKan latar belakang yang telah diuraikan di atas,maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :

1) Apa pengertian warga negara dan kewarganegaraan


2) Ada berapakah asas asas kewarganegaraan
3) Apa ketentuan yang menjadi warga negara indonesia sesuai UU 12 tahun 2006
C.Tujuan
1) Memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewarganegaraan
2) Menambah pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan
3) Membahas secara sederhana peranan warga negara
4) Agar kita mengetahui asas yang dianut WNI dan mengetahui syarat menjadi WNI

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengertian Wrga Negara dan kewarganegaraan


Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara
khusus negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yng demikian disebut warga negara.seorang warga negara
berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari onsep kewargaan. Di dalam pengertian ini
warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau kabupaten, karena keduanya
merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewarganegaraan ini menjadi penting, karena
masing-masing satuan politik akan memberikan hak ( biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi
warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangssaan ( nationality). Yang
membedakan adalah hak-hak untukaktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi warga negara( contoh secara hukum merupakan subyek suatu negara
dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan
untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota dari suatu bangsa.
Di bawah ini teori kontrak sosial status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan
kewajiban. Dalam filosofi “kewarganegaraan aktif” seorang waga negara diisyaratkan untuk
menyumbangkan kemampuanya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan
publik, kerja sukarela,dan berbagai kegiatan lainya.

Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya
sebagaiorang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara karena warga
negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara, yakni peserta darisuatu
persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai
persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan
tanggung jawab.
Beberapa pengertian warga negara :
•Warga Negara adalah orang yang terkait dengan sistem hukum Negara dan mendapat
perlindungan Negara.

•Warga Negara secara umum ada Anggota suatu negara yang mempunyai keterikatan timbal balik
dengan negaranya.

•Warga negara adalah orang yg tinggal di dalam sebuah negara dan mengakui semua peraturan
yg terkandung di dalam negara tersebut.

•Warga Negara Indonesia menurut Pasal 26 UUD 1945 adalah : Orang-orang bangsa Indonesia
asli dan bangsa lain yang disahkan Undang-undang sebagai warga Negara.

B.Asas asas Kewarganegaraan

1.Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Keturunan dan Kelahiran

 Asas keturunan asas keturunan ( lus sanguinnis ) adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan daerah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang memperoleh
kewarganegaraan suatu negara apabila orang tuanya berstatus warga negara dari negara
tersebut; apabila seseorang lahir di Indonesia tetapi orang tuanya berkewarganegaraan asing, ia
memperoleh status kewarganegaraan berdasarkan dari orang tuanya.

 Asas kelahiran ( lus soli ) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau
daerah kelahiran seseorang; artinya, apabila seseorang lahir disuatu wilayah negara, maka ia
berhak mendapatkan status waraga negara tersebut.

2.Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan

 Asas kesatuan hukum

Asas kewarganegaraan yang diperoleh atas adanya pemahaman dan komitmen yang sama dari
suami dan istri untuk menjalankan hukum yang sama.

 Asas persamaan derajat

Asas yang menentukan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status
kewarganegaraan pihak masing – masing. Oleh karena itu, suami ataupun istri dapat memiliki
kewarganegaraan asal.

3.Unsur Dan Persoalan Kewarganegaraan

Merujuk kepada asas – asas kewarganegaraan di atas, dapatlah dikemukakan unsur – unsur yang
menentukan status kewarganegaraan seseorang, meliputi :

 .Unsur darah atau keturunan ( ius sanguinis )

Kewarganegaraan yang diperoleh atas kewarganegaraan dari orang tua yang melahirkan. Bila
orang tua berkewarganegaraan Indonesia maka anaknya adalah warga negara Indonesia. Unsur
ini telah berlaku dalam system kesukuan sejak dahulu, dan sekarang berlaku diantaranya di
Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan Indonesia.

 Unsur daerah tempat lahir ( ius soli )

Kewarganegaraan yang diperoleh atas dasar daerah kelahiran dari orang tua yang melahirkan.
Bila orang dilahirkan di wilayah hukum Indonesia, maka ia berhak menjadi warga negara
Indonesia, kecuali korps diplomatik, dan tentara asing yang sedang menjalani ikatan dinas. Unsur
ini berlaku di antaranya di Inggris, Amerika Serikat, Perancis dan Indonesia. Unsur ini tidak berlaku
di Jepang karena harus membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan Jepang.

C.Ketentuan Menjadi WNI sesuai UU NO 12 Tahun 2006

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara
Indonesia (WNI) adalah

1.setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.

2.anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.

3.anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing
(WNA), atau sebaliknya.

4.anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki
kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan
kepada anak tersebut.

5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.

6.anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.

D.Hak Kewajiban serta Tanggung Jawab Warga Negara dan perananya :

Hak warga negara indonesia meliputi :

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum

2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan

4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai

5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri
dari serangan musuh
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku

Kewajiban Warga Negara Indonesia meliputi :

1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh

2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)

3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya

4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara indonesia

5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar
bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik

Tanggung jawab sebagai warga negara indonesia meliputi :

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan anggotanya
(rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam
suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita
bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu
negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut
sebagai Undang-Undang Dasar.

Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan
bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan
rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama
sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan,
fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman
dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang
berbeda bagi warganya.

Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau hukum, baik yang
merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun untuk
menyesuaikan terhadap perkembangan zaman atau keinginan masyarakat, semua kebijakan ini
tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan
Undang-Undang haruslah dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga dalam
organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu
negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara
demokratis pula.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘’ius sangius’’ mengatur
kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarga negaraan melalui prinsip
kelahiran.sebagai contoh banyak warga keturunan China yang masih berkewarganegaraan China
atau pun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia dan China, tetapi bermuim di
Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap anaknya ini sepanjang yang
bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatjkan status kewarganegaraan asal orang tuanya
dapat diterima sebagai warga negara Indonesia karena lahir di Indonesia.

Seorang warga negara Indonesia adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara
Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan kartu tanda penduduk. Kepada orang ini akan
diberikan nomer identitas apabila telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri ke pemerintahan.
Paspor diberikan oleh negara kepada warga negara sebagai bukti identitas yang bersangkutan
dalam tata hukum internasional.

B.SARAN

Berikut upaya-upaya menghargai persamaan kedudukan warga negara:

 Setiap kebijakan pemerintah hendaknyabertumpu pada persamaan dan menghargai pluralitas

 Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat berperan serta dalam
pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan sara, gender budaya dan lain sebagainya

DAFTAR PUSTAKA
UU NO 12 TAHUN 2006 tentang kewarganegaraan republik indonesia

Sunarso.pendidikan kewarganegaraan.yogyakarta:UNY Press

Wijianto.pengertian warga negara.jakarta.Piranti darma kalokatama


Posted 6th January 2013 by RiaPuspita Rani
hengkikristiantoateng.blogspot.com/2014/02/cara-membuat-makalah-yang-baik-dan-
benar.html?m=1

Rabu, 22 Oktober 2014

MAKALAH KEWARGANEGARAAN “HAK DAN


KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban
kita dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 itu bagian dari latar
belakang dari kewarganegaraan. Tujuan untuk agar para generasi muda mempelajari pendidikan
kewarganegaraan untuk menyadarkan kita bahwa semangat perjuangan bangsa yang merupakan
kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik,
sedangkan dalam menghadapi globalisasi untuk mengisi kemerdekaan kita memerlukan
perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing2. Perjuangan ini dilandasi oleh nilai2
perjuangan bangsa sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan
prilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka
bela negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI. Dengan itu kita sebagai generasi muda
diharapkan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku cinta tanah
air dan bersendikan kebudayaan, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam diri para
mahasiswa sebagai calon sarjana yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan seni.

Warga negara memiliki peran yang vital bagi keberlangsungan sebuah negara. Oleh karena
itu, hubungan antara warga negara dan negara sebagai institusi yang menaunginya memiliki
aturan atau hubungan yang diatur dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut. Agar dapat
memiliki status yang jelas sebagai warga negara, pemahaman akan pengertian, sistem
kewarganegaraan serta hal-hal lain yang menyangkut warga negara hendaknya menjadi penting
untuk diketahui. Dengan memiliki status sebagai warga negara, orang memiliki hubungan dengan
negara. Hubungan ini nantinya tercermin dalam peran, hak dan kewajiban secara timbal balik
antara warga negara dengan negaranya.

Dalam beberapa literatur, dikenal istilah warga negara, rakyat dan penduduk. Istilah warga
negara secara umum mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara, yakni
peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung
jawab bersama dan untuk kepentingan bersama (Tim ICCE UIN Jakarta). Istilah rakyat lebih
merupakan konsep politis. Rakyat menunjuk pada orang-orang yang berada di bawah satu
pemerintahan dan tunduk pada pemerintahan itu. Istilah rakyat umumnya dilawankan dengan
penguasa. Sedangkan penduduk, menurut Soepomo dalam Hartono Hadisoeprapto (1999), adalah
orang-orang yang dengan sah bertempat tinggal tetap dalam suatu negara. Sah artinya tidak
bertentangan dengan dengan ketentuan-ketentuan mengenai masuk dan mengadakan tempat
tinggal tetap dalam negara yang bersangkutan. Orang yang berada di suatu wilayah negara dapat
dibedakan menjadi penduduk dan non penduduk. Adapun penduduk negara dapat dibedakan
menjadi warga negara dan orang asing atau bukan warga negara.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Warga Negara ?

2. Siapakah yang berhak menjadi Warga Negara disuatu Negara ?

3. Apakah pengertian dari Hak dan Kewajiban Warga Negara ?

4. Bagaimana pandangan idiologis atas Hak dan Kewajiban Warga Negara ?

5. Bagaimana contoh Hak dan Kewajiban Warga Negara ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mampu memahami arti dari warga Negara

2. Mampu mengetahui seseorang yang berhak menjadi warga Negara disuatu Negara

3. Mampu memahami artidari hak dan kewajiban warga Negara

4. Menjelaskan pandangan idiologis atas hak dan kewajiban warga Negara

5. Mampu mengetahui contoh hak dan kewajiban warga negara


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara

Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah penduduk
sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang
mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu.

Sementara itu, AS Hikam dalam Ghazalli (2004) mendefinisikan warga negara yang
merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk
negara itu sendiri.

Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara seperti yang tertulis dalam UUD 1945 pasal
26 dimaksudkan: “Warga negara adalah Bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
undang-undang sebagai warga negara”.

Selanjutnya dalam pasal 1 UU Nomor 22/1958, dan dinyatakan juga dalam UU Nomor
12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, menekankan kepada peraturan yang
menyatakan bahwa Warga Negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan
perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan yang berlaku sejak
proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.

Warga negara memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting bagi kemajuan dan
bahkan kemunduran sebuah bangsa. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga
suatu negara haruslah ditentukan oleh Undang-undang yang dibuat oleh negara tersebut.
Sebelum negara menentukan siapa saja yang menjadi warga negaranya, terlebih dahulu negara
harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meningggalkannya serta berhak kembali sebagaimana dinyatakan oleh pasal
28E ayat (1) UUD 1945. pernyataan ini mengandung makna bahwa orang-orang yang tinggal dalam
wilayah negara dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Warga Negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan dengan undang-undang sebagai warga negara.

2. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara sesuai
dengan visa (surat izin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara yang diberikan
oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara melalui kantor imigrasi.

Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa orang-orang bangsa lain, misalnya orang


peranakan Belanda, peranakan Cina, peranakan Arab, dan lain-lain yang bertempat tinggal di
Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah Airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik
Indonesia dapat menjadi warga negara.

Dari sudut hubungan antara negara dan warga negara, Koerniatmanto S. mendefinisikan
warga negara dengan konsep anggota negara. Sebagai anggota negara, warga negara mempunyai
kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat
timbal balik terhadap negaranya.

B. Penentuan Warga Negara Indonesia

Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara berdaulat
berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam menentukan
kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran, asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan dan Asas kewarganegaraan
berdasarkan naturalisasi.

1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran

Penentuan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran seseorang dikenal dengan dua asas


kewarganegaraan yaitu ius soli dan ius sanguinis. Kedua istilah tersebut berasal dari bahasa
Latin. Ius berarti hukum, dalil atau pedoman. Soli berasal dari kata solum yang berarti negeri,
tanah atau daerah, dan sanguinis berasal dari kata sanguis yang berarti darah. Dengan
demikian ius soli berarti pedoman kewarganegaraan yang berdasarkan tempat atau daerah
kelahiran, sedangkan ius sanguinis adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan darah
atau keturunan atau keibubapakan.

Sebagai contoh, jika sebuah negara menganut ius soli, maka seorang yang dilahirkan di negara
tersebut mendapatkan hak sebagai warga negara. Begitu pula dengan asas ius sanguinis, jika
sebuah negara menganut ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari orang tua yang
memiliki kewarganegaraan suatu negara tertentu, Indonesia misalnya, maka anak tersebut
berhak mendapatkan status kewarganegaraan orang tuanya, yakni warga negara Indonesia.

a. Asas Ius Sanguinis

Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan


seseorang, artinya kalau orang dilahirkan dari orang tua yang berwarganegara Indonesia,
ia dengan sendirinya juga warga negara Indonesia.

Asas Ius sanguinis atau Hukum Darah (law of the blood) atau asas genealogis (keturunan)
atau asas keibubapakan, adalah asas yang menetapkan seseorang mempunyai
kewarganegaraan menurut kewarganegaraan orang tuanya, tanpa melihat di mana ia
dilahirkan. Asas ini dianut oleh negara yang tidak dibatasi oleh lautan, seperti Eropa
Kontinental dan China. Asas ius sanguinis memiliki keuntungan, antara lain:

1) Akan memperkecil jumlah orang keturunan asing sebagai warga negara;

2) Tidak akan memutuskan hubungan antara negara dengan warga negara yang lahir;

3) Semakin menumbuhkan semangat nasionalisme;

4) Bagi negara daratan seperti China dan lain-lain, yang tidak menetap pada suatu
negara tertentu tetapi keturunan tetap sebagai warga negaranya meskipun lahir di
tempat lain (negara tetangga).
b. Asas Ius Soli

Pada awalnya, asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini hanya satu, yakni
ius soli saja. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa karena seseorang lahir di suatu
wilayah negara, maka otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut.

Asas ius soli atau asas tempat kelahiran atau hukum tempat kelahiran (law of the
soil) atau asas teritorial adalah asas yang menetapkan seseorang mempunyai
kewarganegaraan menurut tempat di mana ia dilahirkan. Asas ini dianut oleh negara-
negara imigrasi seprti USA, Australia, dan Kanada.

Tidak semua daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan.


Misalnya, kalau orang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia dengan sendirinya
menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan
anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-sama
dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di Amerika, Inggris, Perancis,
dan juga Indonesia. Tetapi di Jepang, prinsip ius solis ini tidak berlaku. Karena seseorang
yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan Jepang, ia tidak dapat
diakui sebagai warga negara Jepang.

Untuk sementara waktu asas ius soli menguntungkan, yaitu dengan lahirnya anak-
anak dari para imigran di negara tersebut maka putuslah hubungan dengan negara asal.
Akan tetapi dengan semakin tingginya tingkat mobilitas manusia, diperlukan suatu asas
lain yang tidak hanya berpatokan pada tempat kelahiran saja. Selain itu, kebutuhan
terhadap asas lain ini juga berdasarkan realitas empirik bahwa ada orang tua yang
memiliki status kewarganegaraan yang berbeda. Hal ini akan bermasalah jika kemudian
orang tua tersebut melahirkan anak di tempat salah satu orang tuanya (misalnya di
tempat ibunya). Jika tetap menganut asas ius soli, maka si anak hanya akan mendapatkan
status kewarganegaraan ibunya saja, sementara ia tidak berhak atas status
kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah, maka asas ius sanguinis dimunculkan,
sehingga si anak dapat memiliki status kewarga-negaraan bapaknya.

Dalam perjalanan banyak negara yang meninggalkan asas ius soli, seperti Belanda,
Belgia, dan lain-lain. Selain kedua asas tersebut, beberapa negara yang menggabungkan
keduanya misalnya Inggris dan Indonesia.

2. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan

Selain hukum kewarganegaraan dilihat dari sudut kelahiran, kewarganegaraan


seseorang juga dapat dilihat dari sistem perkawinan. Di dalam sistem perkawinan, terdapat
dua buah asas, yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.
a. Asas Kesatuan Hukum

Asas kesatuan hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami-istri ataupun


ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana sejahtera, sehat
dan tidak berpecah. Dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, suami-istri
ataupun ikatan keluarga yang baik perlu mencerminkan adanya suatu kesatuan yang
bulat.

Untuk merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami-istri, maka


semuanya harus tunduk pada hukum yang sama. Dengan adanya kesamaan pemahaman
dan komitment menjalankan adanya kewarganegaraan yang sama, sehingga masing-
masing tidak terdapat perbedaan yang dapat mengganggu keutuhan dan kesejahteraan
keluarga.

Menurut asas kesatuan hukum, sang istri akan mengikuti status suami baik pada
waktu perkawinan dilangsungkan maupun kemudian setelah perkawinan berjalan.
Negara-negara yang masih mengikuti asas ini antara lain: Belanda, Belgia, Perancis,
Yunani, Italia, Libanon, dan lainnya. Negara yang menganut asas ini menjamin
kesejahteraan para mempelai. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat,
melalui proses hemogenitas dan asimilasi bangsa. Proses ini akan dicapai apabila
kewarganegaraan istri adalah sama dengan kewarganegaraan suami. Lebih-lebih istri
memiliki tugas memelihara anak yang dilahirkan dari perkawinan, maka akan diragukan
bahwa sang ibu akan dapat mendidik anak-anaknya menjadi warga negara yang baik
apabila kewarganegaraannya berbeda dengan sang ayah anak-anak.

b. Asas Persamaan Derajat

Dalam asas persamaan derajat, suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan


status kewarganegaraan masing-masing pihak (suami atau istri). Baik suami ataupun istri
tetap berkewarganegaraan asal, atau dengan kata lain sekalipun sudah menjadi suami-
istri, mereka tetap memiliki status kewarganegaraan sendiri, sama halnya ketika mereka
belum diikatkan menjadi suami istri. Negara-negara yang menggunakan asas ini antara
lain: Australia, Canada, Denmark, Inggris, Jerman, Israel, Swedia, Birma dan lainnya.

Asas ini dapat menghindari terjadinya penyelundupan hukum. Misalnya,


seseorang yang berkewarganegaraan asing ingin memperoleh status kewarganegaraan
suatu negara dengan cara atau berpura-pura melakukan pernikahan dengan perempuan
di negara tersebut. Setelah melalui perkawinan dan orang tersebut memperoleh
kewarganegaraan yang diinginkannya, maka selanjutnya ia menceraikan istrinya. Untuk
menghindari penyelundupan hukum semacam ini, banyak negara yang menggunakan asas
persamaan derajat dalam peraturan kewarganegaraannya.
3. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Naturalisasi

Walaupun tidak dapat memenuhi status kewarganegaraan melalui sistem kelahiran


maupun perkawinan, seseorang masih dapat mendapatkan status kewarganegaraan melalui
proses pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur pewarganegaraan ini
di berbagai negara sedikit-banyak dapat berlainan, menurut kebutuhan yang dibawakan oleh
kondisi dan situasi negara masing-masing.

Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif. Dalam
pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau
mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara. Sedangkan dalam
pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh sesuatu negara
atau tidak mau diberi atau dijadikan warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan
dapat menggunakan hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan
tersebut (Kartasapoetra. 1993: 216-7).

Perolehan Kewarganegaraan Indonesia untuk mendapatkan status kewarganegaraan


Indonesia, pemerintah mengatur dalam Undang-undang.

Hal ini diatur sedemikian rupa, sehingga mampu mengantisipasi berbagai


permasalahan baik sosial maupun permasalahan hukum yang terjadi. Karena permasalahan
yang menyangkut status warga negara dapat terjadi pada wilayah dalam negeri maupun
aktivitas yang berkaitan dengan interaksi antar negara. Sebagai contoh, kehadiran beberapa
artis muda di Indonesia yang berasal dari negara lain, saat ini tengah berurusan dengan pihak
imigrasi karena visa dan status kewarganegaraan mereka. Terkait dengan kejahatan, berbagai
kasus penyebaran narkoba oleh warga negara kulit hitam di Indonesia melibatkan jaringan
internasional. Dengan pengaturan status kewarganegaraan, pihak kepolisian memiliki bukti
yang kuat untuk mencekal maupun menangkap dan mengembalikannya ke negara asalnya.

Dalam penjelasan umum Undang-undang No. 62/1958 bahwa terdapat 7 (tujuh) cara
memperoleh kewarganegaraan Indonesia, yaitu :

a. Karena kelahiran;

b. Karena pengangkatan;

c. Karena dikabulkannya permohonan;

d. Karena pewarganegaraan;

e. Karena perkawinan

f. Karena turut ayah dan atau ibu;

g. Karena pernyataan.
C. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak adalah: Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari guru
dan sebagainya

Kewajiban, Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Contohnya:
melaksanakan tata tertib di sekolah, membayar SPP atau melaksanakan tugas yang diberikan guru
dengan sebaikbaiknya dan sebagainya.

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban
kita dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang meliputi.

1. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Politik

Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan
tidak ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban,
yaitu:

a. Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

b. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran


dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Arti pesannya
adalah:

a. Hak berserikat dan berkumpul.

b. Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).

c. Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan aturan-aturan


lainnya, di antaranya: Semua organisasi harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya,
semua media pers dalam mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas harus pula
bertanggung jawab dan sebagainya).

2. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Sosial Budaya

Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistim pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”.
Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”.

Arti pesan yang terkandung adalah:

a. Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun
kejuruan.

b. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.

c. Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.

d. Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.

e. Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.

f. Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.dinyatakan oleh pasal 31 dan 32,
Hak dan Kewajiban warga negara tertuang pula pada pasal 29 ayat (2) yang menyatakan
bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

g. Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral keagamaannya, sehingga


di samping kehidupan materiil juga kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik.

h. Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Hankam

Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara”.

4. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Ekonomi

Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan”.

Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.

Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.

Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara”. Arti pesannya adalah:
a. Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan tersedianya barang
dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat.

b. Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.

c. Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah berbagai sumber daya
alam.

d. Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berazaskan kekeluargaan,


tidak merugikan kepentingan orang lain.

e. Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya membayar pajak tepat


waktu.

Itulah hak dan kewajiban bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945, dan Anda
sebagai warga negara wajib melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Di samping itu, setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia, diharapkan
memiliki karakteristik yang bertanggung jawab dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
Karakteristik adalah sejumlah sifat atau tabiat yang harus dimiliki oleh warga negara
Indonesia, sehingga muncul suatu identitas yang mudah dikenali sebagai warga negara.

Sejumlah sifat dan karakter warga negara Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab

Sifat ini adalah sikap dan perilaku sopan santun, ramah tamah, dan melaksanakan semua
tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai negara yang dikenal
murah senyum dan ramah, identitas tersebut sepatutnya dijaga dan dipelihara.

b. Bersikap kritis

Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang valid (sah) serta
argumentasi yang akurat. Sifat kritis ini diperlukan oleh setiap warga negara guna
menyaring segala informasi dan aktivitas baik mengenai perorangan, pihak-pihak tertentu
maupun aparat pemerintahan, sehingga dapat mencegah segala pelanggaran maupun
eksploitasi yang mungkin terjadi.

c. Melakukan diskusi dan dialog

Sifat ini adalah sikap dan perilaku dalam menyelesaikan masalah (problem solving).
Hendaknya dilakukan dengan pola diskusi dan dialog untuk mencari kesamaan pemikiran
terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi. Kemampuan mengeluarkan pendapat dari
warga negara akan membantu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya.
d. Bersikap Terbuka

Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang transparan serta terbuka, sejauh masalah tersebut
tidak bersifat rahasia. Keterbukaan akan mencegah pelanggaran/penyimpangan dan
mampu membangun sikap mental yang positif dan lebih profesional.

e. Rasional

Sifat ini adalah pola sikap dan perilaku yang berdasarkan rasio atau akal pikiran yang
sehat. Sifat rasional ini identik dengan tingkat pendidikan warga negara. Semakin banyak
warga yang berperilaku rasional, maka tingkat pendidikan warga negara juga meningkat.

f. Adil

Sifat ini adalah sikap dan perilaku menghormati persamaan derajat dan martabat
kemanusiaan. Adil merupakan kata yang mudah diucapkan , namun pelaksanaannya
menghadapi berbagai kendala. Perilaku adil harus dipupuk dan dilatih sejak dini kepada
generasi muda, karena keadilan akan membawa kedamaian di kemudian hari.

g. Jujur

Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang sah dan akurat.
Kejahatan korupsi yang telah mengakar di Indonesia merupakan contoh ketidakjujuran
yang sangat terlihat, dan telah banyak menyengsarakan rakyat banyak dan menyebabkan
ketakutan investor dari negara lain masuk ke Indonesia. Kejujuran merupakan barang
yang mahal saat ini. Warga negara yang jujur akan membawa negaranya menjadi bangsa
yang besar.

D. Pandangan Idiologis Atas Hak dan Kewajiban Warga Negara

1. Idiologi Negara Republik Indonesia

Berdasarkan pertanyaan diatas tentu sebuah hak dan kewajiban warga negara tidak
lepas dari idiologi yang dianut oleh sistem kenegaraan. Landasan utama bangsa indonesia
adalah Pancasila. Tentu saja Pancasila sebagai landasan warga negara Indonesia dalam
bertingkah laku, termsuk segala mekanisme pemerintahan pemerintahan.

Pancasila, menurut Soekarno (2006) sebagai penggali dijelaskan bahwa Pancasila telah
mampu mempersatukan bangsa Indonesia. Tidak terlepas pada revolusi melawan
imperialisme di bumi nusantara untuk menyatakan kemerdekaan, Pancasila sebagai filsafat
cita-cita dan harapan segenap bagsa Indonesia. Bahkan pada sila ke tiga disebutkan “
Persatuan Indonesia “. Hal inilah yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki
semangat bersatu dari beragam suku bangsa yang berbeda. Perbedaan itu lenyap ketika
mereka menyadari arti persamaan sebagai bangsa Indonesia.

Terlebih semangat persatuan bangsa Indonesia telah dikumandangkangkan pada


sumpah pemuda. Para pemuda bersumpah berbangsa satu, bertanah air satu dan menjunjung
bahasa persatuan.

Bukti-bukti yang telah diuraikan ini menunjukan negara Indonesia didirikan atas
pondasi persatuan. Negara yang terdiri dari beragam identitas mampu disatukan atas nama
persatruan. Dengan demikian bersarkan teori yang dinyatakan Geovanni Gentle
(Syahrian:2003) bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara nasionalis.

2. Kewajiban Nasionalisme

Menurut Gentle melalui idealisme murni yang terpengaruh dialektika Hegel, pada
dasarnya individu memiliki kehendak atau ego. Pada tataran subjektif individu mengenal
hubungan antara manusia yang satu dan lainnya. Setelah individu mecapai tahapan roh
objektif, maka terciptalah komunitas. Melalui komunitas beragam ego individu melebur
menjadi sejarah, kebudayaan, bangsa atau peradaban. Inilah yang disebut kesadaran mutlak
individu.

Didasarkan tujuan kehidupan bersama dibentuklah negara. Beragam kepentingan


individu dengan meninjau pada teori Gentle, tentu melebur menjadi kepentingan bersama.
Negara tidak mungkin memberikan kepuasan atas setiap kepentingn individu dan beragam
kehendak yang saling bersebragan. Maka demi tujuan utama dibentuknya suatu negara harus
terdapat otoritas negara menentukan pilihan atas beragam kehendak.Dan melalui negara
kepentingan-kepentingan individu telah melebur menjadi kepentingan bersama.

Negara ibarat masa depan nasib bersama. Kepentingan individu adalah kepentingan
egois yang menitik beratkan pada kebutuhan pribadi. Tidak mungkin tanpa ototritas yag kuat
sebuah negara mampu mnetukan pilihan yang terbaik bagi masa depan suatu bangsa.

Bila masih terdapat kepentingan-kepentingan egoisme tentu pembelotan dari tujuan


dibentuknya negara. Pada kondisi yang seperti ini harus terdapat persamaan persepsi atas
seluruh warga negara. Warga negara harus rela memberikan loyalitasnya kepada negara
diatas kepentingan pribadi. Karena negara memiliki nilai-nilai kearifan sebagai pelayan,
pelindung dan pengayom bangsanya.
3. Permasalah Kebebasan

Gagasan yang telah disampaikan oleh Lipman (1922) menjelaskan bahwa opini publik
adalah ini dari pembahasan kebijakan. Hal ini menandakan era keterbukaan. Keberadaan opini
publik berfungsi sebagi beragam pihak untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Melalui jalur non strukturalis, beragam pihak mampu mempengaruhi pemerintahan. Melalui
ruang publik seseorang maupun kelompok memiliki kekuasaan di luar wewenang untuk ikut
serta mempengaruhi kestabilan negara.

Bentuk-bentuk lain keberadaan pihak diluar wewenang yang mampu mempengaruhi


negara adalah para borjuis. Melalui ruang publik maupun beragam proses kekuasaan, kapitalis
mampu mempegaruhi keberadaan para pejabat untuk berkonspirasi mencari keuntungan.
Proses pemerintahan yang tidak sehat dan dianggap sebagai rahasia umum ini menunjukkan
kuatnya aktor-aktor yang non legitimasi untuk bergentayangan mendominasi sebagai tuan-
tuan kelompok penekan.(Westergard dan Resler, 1976).

Walaupun tidak dapat disangkal bahwa kapitalis atau pasar sebagai faktor signifikan
mempengaruhi kebijakan, akan tetapi perlu terdapat pembatasan yang jelas antara
kepentingan perseorangan sebagai saudagar dan pelaku birokrat.

Permasalahan mendasar pada negara yang memberikan era keterbukaan ini


mewariskan permasalahan mekanisme birokrasi yang tidak lepas dari nilai-nilai kapitalis. Hal
yang banyak terjadi, keberadaan pejabat maupun birokrat tidak lepas dari modal awal untuk
memasuki ranah bagian penyelenggara pemerintahan. Konsekuensi yang terjadi persepsi
tugas kepercayaan negara sebagai harapan masa depan bangsa, menjadi kesempatan
berbisnis mencari keuntungan maksimal. Pada posisi inilah terjadi tumpang tindih antara
identitas birokrat dengan pedagang.

Solusi yang diberikan pada kasus ini adalah profesionalisme status. Tidak dibenarkan
adanya kekuasaan yang tidak diimbangi wewenang. Seperti hal yang telah disampaikan oleh
negarawan Jerman Adolf Hitler (2008) dalam bukunya Mein Kamf; seseorang yang terkuatlah
yang pantas menjadi pemimpin. Ini menafsirkan bahwa keberadaan aktor-aktor yang memiliki
kekuasan menjadikan permasalahan baru. Aktor-aktor tersebut mampu menjadikan kondisi
negara tidak sehat. Idealisme para birokrat tercemari oleh proses yang legal maupun ilegal.

Wabah kapitalis terjadi melalui beragam aktifitas kebebasan beragam pihak melalui
ruang publik. Maka tindakan-tindakan aktor-aktor tersebut menjadikan provokasi yang
berlanjut kepada distabilitas dan intgrasi. Hal lain yang terjadi dari kebebasan tersebut adalah
beragam kelompok kepentingan yang terakumulasi dalam beragam kalangan; baik kapitalis
NGO, CSO dan birokratis terjadi persaingan dalam rangka kepentingan pribadi atau kelompok.

Akibat dari sistem yang terjaga ini menjadikan rakyat sebagai korban kapitalis. Tujuan
negara sebagai lembaga yang menaungi rakyat menjadi ajang persaingan kepentingan. Tentu
berakibat pada lepasnya kewajiban sebagai warga negara yang baik, yang memberikan
pengabdiannya kepada negara.

E. Contoh Hak dan Kewajiban WNI

Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali. Persamaaan
antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan sosial yang
dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian hari.

Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau tajir bisa memiliki tambahan hak
dan pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia.

1. Contoh Hak Warga Negara Indonesia

a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum

b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan

d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai

e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
nkri dari serangan musuh

g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku

2. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia

a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh

b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)

c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya

d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa
agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik
BAB III
SIMPULAN

Sebagai bangsa Indonesia kita harus menanamkan rasa cinta tanah air dan menjadi warga
negara yang sadar dan mengenal wawasan nusantara untuk dapat mengisi kemerdekaan dengan
menjadi warga yang beradab dan memahami nilai cinta tanah air Negara adalah suatu daerah atau
wilayah yang ada di permukaan bumi di mana terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik,
sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat
unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara
lain. negara kebangsaan memiliki unsur-unsur penting pengikat, yaitu: psikologi (sekelompok manusia
yang memiliki kesadaran bersama untuk membentuk satu kesatuan masyarakat – adanya kehendak
untuk hidup bersama), kebudayaan (merasa menjadi satu bagian dari suatu kebudayaan bersama),
teritorial (batas wilayah atau tanah air), sejarah dan masa depan (merasa memiliki sejarah dan
perjuangan masa depan yang sama), dan politik (memiliki hak untuk menjalankan pemerintahan
sendiri). Hak dan kewajiban warga negara yaitu menyatakan diri sebagai penduduk dan warga negara
di suatu negara tertentu serta menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaelani dan Achmad Zubaidi. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit
Paradigma: Yogyakarta 2007.

2. http://www.infid.org/newinfid/files/penggusurandki.pdfhttp://netsains.com/2009/07/mengemb
alikan-hak-hak-warga-negara/

3. http://heyratna.wordpress.com/2010/03/07/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia-
dengan-uud-45/

4. Hridito, Ivo, dkk. 2010. “Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi”. Surabaya: Unesa
University Press.

Makalah Kewarganegaraan
Posted by Syifa Creative Thursday, 20 February 2014 0 comments

Ini adalah file saat saya masih duduk dibangku kuliah, yaitu Makalah Kewarganegaraan yang
kali ini ingin saya share kepada anda semua yang mungkin membutuhkannya. Berikut Makalah
nya :

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan kasih sayang- Nya kepada
kita semua khususnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah dilimpahkan kepada junjungan seluruh alam,
Nabiyyana Wanabiyyana Muhammad SAW. Kepada keluarganya sahabatnya dan mudah-
mudahan sampai kepada kita selaku umatnya diakhir zaman. Amiiin.

Meskipun penulis berusaha dengan semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan ataupun kesalahan. Oleh karena itu
kepada pembaca dimohon kiranya untuk memberikan arahan dan masukan yang lebih baik dan
bermanfaat untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiiin.

Cirebon, Oktober 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

B. Tujuan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

C. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewarganegaraan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

B. Tujuan Kewarganegaraan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

C. Undang-undang dan Peraturan Kewarganegaraan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

D. Kewarganegaraan Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

E. Asas-asas Kewarganegaraan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.5

F. Peran Warga Negara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak
lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena potensinya yang besar
dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak. Kenyataannya ancaman
datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai
dengan terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat
kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen
bersama untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa yang
dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba
berubah akan memberikan motivasi dlam menciptakan suasana damai. Melihat luasnya bahasan
dari masalah kewaeganegaraan, maka penulis pada makalah ini hanya menitik beratkan pada
pemasalahan tentang kewarganegaraan.

B. Tujuan Masalah

Dalam menyusun makalah ini, penulis memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui pengertian kewarganegaraan.

b. Untuk mengetahui tujuan kewarganegaraan.

c. Untuk mengetahui Undang-undang dan Peraturan Kewarganegaraan

d. Untuk mengetahui kewarganegaraan Indonesia

e. Untuk mengetahui asas-asas kewarganegaraan.

f. Untuk mengetahui peran warga Negara.

2. Tujuan Subjektif

Untuk memenuhi tugas makalah sebagai salah satu persyaratan untuk tugas struktur IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.

C. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini, penulis membatasi pada beberapa hal berikut:

1. Apa pengertian kewarganegaraan?

2. Apa tujuan kewarganegaraan?

3. Apa saja Undang-undang dan Peraturan Kewarganegaraan?

4. Bagaimana kewarganegaraan Indonesia?

5. Bagaimana asas-asas kewarganegaraan?


6. Apa saja peran warga Negara?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewarganegaraan

Istilah kewaraganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan
antara Negara dan kewarganegaraan. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan
suatu Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan. Adapun menurut undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan Negara. Pengertian
kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Kewrganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis

1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan Negara.

2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan
emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan
tanah air.

b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil

1. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukan pada tempat kewarganegaraan. Dalam arti
sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.

2. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara.

B. Tujuan Kewarganegaraan

Tujuan kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan warga Negara sadar bela Negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan,

b. Kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

c. Memiki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.

d. Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpatisipasi secara demokratis dan


bertanggung jawab.
C. Undang-undang dan Peraturan Kewarganegaraan

Pada tanggal 1 Agustus 2006, undang-undang No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Republik Indonesia telah diundangkan dan diberlakukan sebagai pengganti Undang-undang No
62 Tahun 1958.

Hal-hal yang menonjol dari undang-undang diatas adalah:

1. Sifat non-discriminatif yaitu status kewarganegaraan seseorang tidak lagi ditentukan


berdasarkan ras, keturunan, suku bangsa, agama dsb, tetapi ditentukan berdasarkan aturan
hukum.

2. Memberi kewarganegaraan terbatas kepada:

a) Anak WNI yang lahir dan suatu perkawinan campuran.

b) Anak WNI yang berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah oleh WNA berdasarkan penetapan
pengadilan.

c) Anak dari pasangan WNI yang lahir di Negara yang menganut asas ius soli.

d) Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah diakui oleh ayahnya yang WNA.

3. Member kesempatan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia kepada anak-anak


yang lahir dari suatu perkawinan campuran yang lahir sebelum berlakunya undang-undang No 12
tahun 2006 tentang kewarganegaraan RI yang belum berusia 18 tahun dan belum kawin.

4. Persamaan di depan hokum bagi perempuan dan laki-laki untuk mengajukan


pewarganegaraan.

5. Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat perkawinan yang sah tidak
menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau suami.

6. Kehilangan kewarganegaraan Indonesia bagi seorang ayah atau ibu tidak dengan sendirinya
berlaku terhadap anaknya.

D. Kewarganegaraan Indonesia

1. Peraturan yang mengatur perihal kewarganegaraan di Indonesia adalah UU No 12 th 2006


tentang kewarganegaraan Republik Indonesia.

2. Hal-hal yang diatur dalam undang-undang ini adalah perihal; siapa yang menjadi warga
Negara Indonesia; syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dan
syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia.
3. Asas-asas yang dipakai dalam UU ini adalah asas isu sanguinis, asas ius soli terbatas, asas
kewarganegaraan tunggal dan asas kewarganegaraan ganda terbatas.

4. Undang-undang ini tidak mengatur perihal isi kewarganegaraan (hak dan kewajiban warga
negara).

E. Asas-asas Kewarganegaraan

Adapun asas-asas kewarganegaraan meliputi ius sanguinis, ius soli, dan campuran. Pengertian
asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan Negara tempat kelahiran.

2. Ius soli (law of the soil) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berasarkan Negara tempat kelahiran.

3. Kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang.

4. Kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda


bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam undang-undang.

F. Peran Warga Negara

Adapun warga Negara di dalam kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1. Peran pasif adalah kepatuhan warga Negara terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2. Peran aktif merupakan aktifitas warganegara untuk terlibat (berpatisipasi) serta ambil bagian
dalam kehidupan bernegara, terutama dalam mempengaruhi kepusan publik.

3. Peran positif merupakan aktivitas warganegara untuk meminta pelayanan dari Negara untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

4. Peran negatif merupakan aktivitas warga Negara untuk menolak campur tangan Negara
dalam persoalan pribadi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah dipaparkan oleh penulis, penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. Istilah kewaraganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan
antara Negara dan kewarganegaraan. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan
suatu Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan.

Pengetian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis.

b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.

2. Pada tanggal 1 Agustus 2006, undang-undang No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Republik Indonesia telah diundangkan dan diberlakukan sebagai pengganti Undang-undang No
62 Tahun 1958.

3. Setiap Negara berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga Negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas berdasar kelahiran dan
asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Penentuan kewarganegaraan didasarkan pada
sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas Ius Soli dan asas Ius Sanguinis.

4. Hal-hal yang diatur dalam undang-undang ini adalah perihal, siapa yang menjadi warga
Negara Indonesia, syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia, dan syarat dan tata cara memperoleh kembali
Kewarganegaraan Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Suprapto. Pendidikan Kewarganegaraan.2007. Madyan Press. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Winata, Ngadimin. Kewarganegaraan RI. 2005. Bumi Aksara. Yogyakarta.

Suharyanto. Pendidikan kewarganegaraan untuk SMA kelas XI .1992. Erlangga.


Makalah kedudukan warga negara dan
kewarganegaraan di Indonesia
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai


kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, Yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah
terjamin haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari
kemungkinan menjadi ‘stateless’ atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang
bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang
memilki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian
kewarganegaraan antara negara-negara modern untuk menghindari status dwi-
kewarganegaraan tersebut. Oleh karena itu, di samping pengaturan
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses pewarganegaraan
(naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu melalui
registrasi biasa.

Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ius sanguinis’,
mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui
prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan Cina yang masih
berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara
Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia.
Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk
mendapatkan status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya, dapat saja diterima
sebagai warganegara Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap tidak sesuai
dengan prinsip dasar yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan
ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa, bukan melalui proses
naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah yang lahir adalah:

a. Apa dasar hukum yang mengatur tentang kewarganegaraan?

b. Bagaimana asas kewarganegaraan?

c. Bagaimana hak opsi dan hak mediasi?


d. Apa syarat menjadi warga Negara?

e. Apa penyebab hilangnya status kewargaanegaraan?


1.3 Tujuan

Mengacu pada rumusan masalah tersebut tujuan yang diharapkan adalah:

a. Mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang kewarganegaraan

b. Mengetahui asas kewarganegaraan

c. Memahami hak opsi dan hak mediasi

d. Mengetahui syarat menjadi warga Negara

e. Mengetahui penyebab hilangnya status kewargaanegaraan

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini ada dua yaitu, manfaat teoretis dan
manfaat praktis.

a. Manfaat teoretis

Dapat menambah khasana keilmuan tentang kedudukan warga negara dan


kewarganegaraan di Indonesia

b. Manfaat praktis

Memberikan pengetahuan pada masyarakat (pembaca) terhadap kedudukan


warga negara dan kewarganegaraan di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Yang Mengatur Tentang Kewarganegaraan

Warga Negara merupakan anggota sebuah Negara yang mempunyai tanggung jawab
dan hubungan timbale balik terhadap negaranya. Seseorang yang diakaui sebagai warga
Negara dalam suatu Negara haruslah ditentukan berdasarkan ketentuan yang telah
disepakati dalam Negara tersebut. Ketentuan itu menjadi asas atau pedoman untuk
menentukan status kewarganegaraan seseorang. Setiap negara mempunyai kebebasan dan
kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraan seseorang.

Sesuai dengan UUD 1945 pasal 26, yang disebut warga negara adalah bangsa
indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara.
Penjelasan UUD 1945 pasal 26, menyatakan bahwa orang-orang bangsa lain misalnya orang
peranakan Belanda, peranakan Cina, peranakan Arab dan lain-lain yang bertempat di
Indonesia, yang mengakui Indonesia sebagai Tanah Airnya dan bersikap setia pada Negara
Republik Indonesia, dapat menjadi warga negara Republik Indonesia.

Selain itu, sesuai pasal 1 UU No.22 Tahun 1958, warga negara Republik Indonesia
adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian
dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi
warga negara Republik Indonesia.

Menurut pasal 4 UU RI No.12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, terdapat


ketentuan baru mengenai warga negara Indonesia. Misalnya sebelum UU ini berlaku,
perempuan WNI yang menikah dengan laki-laki WNA, anak yang lahir akan mengikuti
kewarganegaraan ayahnya. Namun sekarang, kewarganegaraannya tidak berbeda (tetap
menjadi WNI). Adapun ketentuan menjadi WNI berdasarkan ketentuan UU tersebut adalah
sebagai berikut:

1. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangan dan/atau berdasarkan perjanjian


pemerintah RI dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi WNI.

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah WNI dan ibu WNA.

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ibu WNI dan ayah WNA.

5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau hukum asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan
kepada anak tersebut

6. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari ibu WNI, dan jika ayahnya WNA maka harus
disertai pengakuan dari ayahnya

7. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya WNI.

8. Anak yang lahir di wilayah RI yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan
ayah ibunya
2.2 Asas Kewarganegaraan

1. Asas Kelahiran (Ius Soli)


Adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah
kelahiran seseorang. Pada awalnya asas kewarganegaraan hanyalah asas ius soli
saja. Hal itu di dasarkan pada suatu anggapan bahwa seseorang yang lahir di suatu
wilayah negara otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut. Lebih lanjut
dengan tingginya mobilitas manusia di perlukan asas yang lain yang tidak hanya
berpatokan pada kelahiran sebagai realitas bahwa orang tua yang memiliki status
kewarganegaraan yang berbeda akan menjadi bermasalah jika kemudian orang tua
tersebut melahirkan di tempat salah satu orang tuanya (misalnya di temapy ibunya).
Jika asaa soli ini tetap dipertahankan, si anak tidak berhak untuk mendapatkan status
kewarganegaraan bapaknya. Atas dasra itu lah muncul asas sanguins
2. Asas Keturunan (Ius Sanguins)
Asas keturunan (Ius Sanguins) adalah pedoman kewarganegaraan
berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Jika suatu negara menganut asas ius
sanguins seseorang anak yang lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan
suatu negara seperti Indonesia. Anak tersebut berhak mendapat status
kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga negara Indonesia.
3. Asas Perkawinan
Status Kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang dimiliki atas
kesatuan hukum , yaitu paradigma suami isteri atau iktan keluarga merupakan inti
masyarakat yang mendambakan suasana sejahtera, sehat, dan bersatu. Disamping
itu asas perkawinan mengandung asas persamaan derajat karena suatu perkawinan
tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaran masing-masing pihak. Asas ini
menghindari penyelendupan hukum, misalnya seorang yang berkewarganegaraan
asing ingin memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan cara berpura-
pura melakukan pernikahan dengan perempuan di negara tersebut, setelah mendapat
kewarganegaraan itu ia menceraikan istrinya.
4. Pewarganegaraan (Naturalisasi)

Dalam Naturalisasi ada yang bersifat aktif dan ada pula yang bersifat pasif.
Dalam Naturalisasi aktif seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau
mengajukan kehendak untuk menjadi warga negara dari suatu negara, sedangkan
dalam naturalisasi pasif seesorang yang tidak mau di warganegarakan oleh suatu
negara atau tidak mau di beri status warga negara suatu negara dapat menggunakan
hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.
Sehubungan dengan problem status kewarganegaraan seseorang, apabila
asas kewarganegaraan di atas di terapkan secara tegas dalam sebuah negara, akan
mengakibatkan status kewarganegaraan seseorang mengalami hal sebagai berikut

1. Apatride, yaitu seseorang tidak mendapat kewarganegaraan disebabkan oleh


orang tersebut lahir di sebuah negara yang menganut asas ius sanguinis.

2. Bipatride, yaitu seseorang akan mendapatkan dua kewarganegaraan apabila


orang tersebut berasal dari orang tua yang mana negaranya menganut asas ius
sanguinis sedangkan dia lahir di sutu negara yang menganut asas ius soli.

3. Multipatride, yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal di perbatasan antara dua


negara.

2.3 Hak Opsi Dan Hak Mediasi

1. Menurut stelsel aktif, orang yang akan menjadi warga negara suatu negara
harus melakukan tindakan-tindakan hokum tertentu secara aktif
2. Menurut stelsel pasif, orang yang berada dalam suatu negara sudah dengan
sendirinya dianggap menjadi warga negara, tanpa harus melakukan tindakan hukum
tertentu.
Berkaitan dengan kedua stelsel-stelsel dan aktif stelsel pasif, seseorang warga negara dalam
suatu negara pada dasranya mempunyai hak opsi dan hak repudasi.
a. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif).

b. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam


stelsel pasif).
2.4 Syarat Menjadi Warga Negara
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai
warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkan Kabupaten, Provinsi, atau tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada
orang ini akan diberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK), apabila ia telah berusia 17 tahun
dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga
negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara
Indonesia (WNI) adalah :

1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi

WNI

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga
negara asing (WNA), atau sebaliknya

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut

5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI

6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI

7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 tahun atau belum kawin

8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui

10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah
dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya

11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

2.5 Menyebab Hilangnya Status Kewarganegaraan

Untuk bisa terus-menerus menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) kita harus menjaga
sikap dan perilaku kita jangan sampai melanggar peraturan yang bisa menyebabkan kita
dijatuhi hukuman dihapuskannya kewarganegaraan indonesia kita oleh pemerintah. Tanpa
status sebagai warga negara indonesia, maka kita tidak memiliki hak dan kewajiban sebagai
warga negara indonesia. Negara pun tidak lagi peduli kepada kita baik sudah menjadi warga
negara asing maupun tidak memiliki kewarganegaraan sama sekali.

Ada berbagai alasan penyebab seseorang kehilangan status sebagai warga negara
indonesia (WNI), yaitu antara lain seperti
1. Ketahuan mendapat status kewarganegaraan dari negara lain tanpa ada usaha untuk
menolak status kewarganegaraan asing yang didapatnya.

2. Ketahuan bekerja sebagai tentara, pegawai negeri, pejabat negara, intelijen, ikut wajib
militer (wamil), atau yang lainnya di luar negeri secara sukarela tanpa izin presiden
republik Indonesia

3. Ketahuan mempunyai paspor atau dokumen setara passport dari negara lain dengan
identitas dirinya.

4. Ketahuan menyatakan janji/sumpah setia kepada negara lain secara sukarela.

5. Ketahuan ikut ambil bagian dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan di
negara lain.

6. Ketahuan tinggal di negara lain selamalima tahun berturut-turut yang tidak sesuai
aturan yang berlaku dan tanpa alasan yang bisa diterima

7. Diterimanya permohonan perhapusan sebagai warga negara indonesia (wni) secara


resmi oleh Keputusan Presiden Republik Indonesia.

Bisa dikatakan bahwa perbuatan-perbuatan di atas jauh lebih buruk daripada


perbuatan melawan hukum lainnya baik secara pidana maupun perdata. Melakukan tindakan
kriminal tingkat berat pun tidak sampai menyebabkan seseorang kehilangan status sebagai
warga negara indonesia. Sejahat dan seburuk apapun seseorang tetap dianggap sebagai
WNI walaupun telah melakukan pencemaran nama baik negara atau mempermalukan negara
di dunia internasional. Namun melakukan salah satu pelanggaran ringan di atas bisa membuat
negara marah sehingga mencabut status warga negara kita tanpa ampun. Dengan begitu kita
akan benar-benar menjadi orang asing di negeri sendiri.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan UUD 1945 pasal 26, yang disebut warga negara adalah bangsa
indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara.
Penjelasan UUD 1945 pasal 26.

DI Indonesia ada beberapa asas yang berlaku, antara lain:


1. Asas Kelahiran (Ius Soli)

2. Asas Keturunan (Ius Sanguins)


3. Asas Perkawinan
4. Pewarganegaraan (Naturalisasi)

Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan. Sementara itu, Hak
repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai
warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkan Kabupaten, Provinsi, atau tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada
orang ini akan diberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK), apabila ia telah berusia 17 tahun
dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga
negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Untuk bisa terus-menerus menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) kita harus menjaga
sikap dan perilaku kita jangan sampai melanggar peraturan yang bisa menyebabkan kita
dijatuhi hukuman dihapuskannya kewarganegaraan indonesia kita oleh pemerintah. Tanpa
status sebagai warga negara indonesia,

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya,


pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi
para pembaca terutama siswa sebagai generasi mudah.

2. Penulis berharap agar siswa lebih mudah memahami tentang Kedudukan Warga
Negara dan Pewarganegaraan Di Indonesia.

3. Penulis menyadari bahwa masih banyak siswa yang belum memahami tentang
Kedudukan Warga Negara dan Pewarganegaraan Di Indonesia maka dalam hal ini
perlu mendapatkan perhatian dari para guru.
DAFTAR PUSTAKA

Listyarti, Retno, 2002, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA dan MA Kelas X, Jakarta,
Erlangga.

Majelis Permusyawaaran Rakyat Indonesia, 2011, Undang-Undang Dasar Negara Repuplik


Indonesia Tahun 1945, Jakarta:sekretariat MPR RI.

Ani, Kedudukan Warga Negara Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Online


(http://irianirianiii.blogspot.com/2013/04/kedudukan-warga-negara-dan.html), Diakses
11 januari 2014.
Pratama, Dedet, Kedudukan Warga Negara,
Online(http://dhedetpratama.blogspot.com/2011/03/dasar-hukum-yang-mengatur-
warga-negara.html), Diakses 11 januari 2014.

Adji, Pengertian Hak Opsi dan Hak Repudiasi,Online


(http://ajimmydj81.wordpress.com/2011/12/01/pengertian-kedudukan-warga-
negara/), Diakses 19 januari 2014.
CARA MEMBUAT MAKALAH YANG BAIK DAN BENAR
hengki kristianto Tuesday, December 29, 2015

Cara membuat makalah ~ Membuat makalah sering kita dapatkan berupa tugas-tugas dari guru SMU maupun
Dosen Perguruan Tinggi. Makalah merupakan karya tulis ilmiah yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan beserta
penjelasanya dengan memperhatikan elemen pendukung secara ilmiah.

Pada prinsipnya, makalah adalah suatu bentuk kecil dari penulisan karya ilmiah, walaupun seperti itu, harus tetap
memperhatikan elemen-elemen karya ilmiah pada makalah itu sendiri, tanpa itu karya tulis kita tidak bisa disebut
Makalah.

Dan bentuk elemen dasar sebuah makalah terdiri dari :

1. Cover ( hardcover maupun softcover)


2. Judul
3. Kata Pengantar / Prakata
4. Daftar Isi
5. Bab I : Pendahuluan
6. Bab II : Isi
7. Bab III : Penutup
8. Daftar Pustaka

Dan penjabarannya adalah sebagai berikut :


1. Cover berisi

 Judul Makalah
 Tujuan pembuatan makalah
 Nama Pembuat
 Logo Lembaga/ Institusi
 Nama Lembaga, beserta alamat
 Tahun Akademik.

contoh membuat cover makalah :

"Cara membuat makalah yang baik dan benar"

Tujuan pembuat materi ini adalah memberikan contoh pembuatan makalah yang baik
dan benar agar terjalin kerja sama yang baik antara blogger dan penulis

Ditulis oleh : Hengki Kristianto

Logo di sini

Sekolah belajar menjadi blogger


Jakarta Barat, Indonesia
2013-2014

2. Judul Makalah

( boleh disamakan seperti bentuk cover )

3. Kata Pengantar / Prakata

Mukadimmah atau pembuka , misalnya ucapan puji dan syukur bla bla bla.....
Sekilas mencantumkan judul makalah
Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang dianggap membantu dalam pembuatan makalah tersebut, misalnya
atas dukungan moral dan materi yang diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : bla bla bla...

Penutup mukadimmah
Misalnya penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Tanggal dan nama penulis


Misalnya Jakarta, 29 juli 2013
Jaka Tingkir

contoh kata pengantar yang baik dan benar :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "cara membuat makalah yang baik dan benar". Atas dukungan moral
dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Suryadiputra, S.Pd, selaku kepala sekolah belajar menjadi blogger,


yang memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk menggunakan
fasilitas Laboratorium Bahasa.

2. Bapak Yusrandiharja, S.Pd, selaku guru Pembimbing kami, yang memberikan


dorongan, masukan kepada penulis.

3. Ibu Widia, S.Pd, selaku wali kelas kami, yang banyak memberikan materi
pendukung, masukan, bimbingan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 29 Juli 2013

Jaka Tingkir

4. Daftar Isi

DAFTAR ISI bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam pencarian materi yang ada dalam makalah tersebut
berikut halamannya.
Halaman judul .................................................................................................................... i
Prakata ........................................................................................................................ ......ii
Daftar Isi .............................................................................................................. .............iii

5. Bab I --- Pendahuluan

Dalam bab ini kita menerangkan konsep, rencana, gagasan, seputar permasalahan dan tujuan yang termuat dalam
Latar Belakang.

Tentukan juga Ruang Lingkup penelitian yang akan mencakup proses-proses yang digunakan untuk menuangkan
permasalahan.

Tambahkan juga Tujuan dan Manfaat dari permasalahan yang sedang dibahas

Contoh :

Bab 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era yang serba teknologi saat ini, kemajuan bidang pendidikan
sangatlah bertambah dari waktu ke waktu. Kemajuan yang dicapai oleh umat
manusia, baik itu bidang sosial, bidang informasi maupun bidang pendidikan.
Salah satunya membuat makalah yang baik dan benar, yaitu merupakan sistem
informasi yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan karya ilmiah.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini akan mencakup cara membuat makalah yang baik dan benar
dengan memperhatikan tanda-tanda baca, cara penulisan, tata bahasa yang baik
dan benar.

1.3 Tujuan dan manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Membantu siswa lebih kreatif
2. Memahami pola pikir ilmiah

Manfaat :
1. Memberikan siswa pengetahuan baru
2. Memperbaiki nilai pelajaran Bahasa Indonesia

6. Bab II --- Isi

Uraikan isi atau materi makalah di sini, mulai dari:

 Definisi / Landasan teori,


 Ulasan materi
 Penyelesaikan masalah,
 Solusi , Hasil Peneltian
 Kontribusi terhadap permasalahan yang ada pada materi makalah

7. Bab III --- Penutup / Kesimpulan dan Saran

Pada penutup ini,uraikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian atas apa yang telah berjalan, kelebihan
dan kekuranan hasil penelitian, perhitungannya matematis nya
Berikan saran untuk keperluan penelitian akan datang, ataupun berikan saran kepada laboratorium sekolah, dan
lain sebagainya dapat dicantumkan di sini.

8. Daftar Pustaka

Merupakan bagian terakhir dalam penyusunan sebuah makalah, Daftar pustaka ini berisi nama-nama literature
yang kita jadikan referensi dalam pembuatan makalah tersebut. Perhatikan tata cara penulisan nama, gelar, jabatan
agar tidak mengaburkan pengertian pustaka.

Contoh Daftar Pustaka :

Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Sistem Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Panduan
Pembelajaran Remidial, Jakarta : Depdiknas.

M. Saleh Muntasir, 1986, Pengajaran Terprogram, Jogjakarta : Karya Anda.

Jawa Pos, 2008, 24 Mei. Mengapa Wanita-wanita Menyukai Olah Raga yang Sangat Melelahkan, Halaman 23.

Daftar pustaka meliputi jurnal ilmiah, buku, majalah, surat kabar, media elektronik, interview juga bias
dariwebsite internet. Akan tetapi, keberadaan / keabsahan website internet untuk dijadikan referensi karya ilmiah
masih menjadi pertentangan di kalangan akademisi

Dalam hal ini saya tidak menyarankan untuk mengambil data atau literatur dari website agar dapat menjadi sebuah
karya yang benar-benar ilmiah.

Demikian cara membuat makalah yang baik dan benar, semoga dapat memberikan manfaat, salam blogger.

Anda mungkin juga menyukai