Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber mungkin darah dinding
dada, parenkim paru – paru, jantung atau pembuluh darah besar . kondisi diasanya merupakan
konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga mungkin merupakan komplikasi dari
beberapa penyakit .(Puponegoro , 2001 )
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka penderita hematothorax selama 10 tahun
terakhir ini mengalami peningkatan, dari 177 juta penduduk dunia yang menderita
Hematothorak, sekitar 76% diantaranya berada di negara berkembang, dan 62 % disebabkan
karena trauma. Pada tahun 2006 penduduk Amerika Serikat yang menderita hematothorax
sebanyak 7,8 juta orang. Di Asia, prevalensi penduduk Cina, angka penderita hematothorax
sebanyak 1,5%, di hongkong 4,3% dan untuk Cina Singapura sebanyak 6,2%.
Pada tahun 2000 penderita hematothorax di Indonesia mencapai 1,6 juta adapun prevalensi
kejadian hematothorax ini tersebar diberbagai kota di Indonesia. Sedangkan penyebab dari
Hematothorax tersebut untuk masing-masing pasien berbeda. Dalam hal ini terdapat beberapa
pasien harus menjalani perawatan di Instalasi Rawat Intensive (IRI). Mengingat begitu
banyak permasalahan yang muncul pada pasien hemathotorax, maka penulis tertarik untuk
menulis asuhan keperawatan hematothorax.

1.2 Tujuan

Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :

1. menjelaskan definisi hemotoraks


2. menyebutkan etiologi hemotoraks
3. menjelaskan patofisiologi hemotoraks
4. menyebutkan tanda dan gejala hemotoraks
5. menyebutkan komplikasi hemotoraks
6. menjelaskan diagnosis hemotoraks
7. menjelaskan pemeriksaan penunjang hemotoraks
8. melaksanakan asuhan keperawatan hemotoraks
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi

Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura . Sumber mungkin darah dinding
dada , parenkim paru – paru , jantung atau pembuluh darah besar . kondisi biasanya
merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam . Ini juga mungkin merupakan
komplikasi dari beberapa penyakit .( Puponegoro , 1995 ) .

2.2 Etiologi

Traumatis

 Trauma tumpul .
 Penetrasi trauma .

Non traumatic atau spontan

 Neoplasia ( primer atau metastasis ) .


 komplikasi antikoagulan.
 emboli paru dengan infark
 robekan adesi pleura yang berhubungan dengan pneumotoraks spontan.
 Bullous emphysema.
 Nekrosis akibat infeksi.
 Tuberculosis.
 fistula arteri atau vena pulmonal.
 telangiectasia hemoragik herediter.
 kelainan vaskular intratoraks nonpulmoner (aneurisma aorta pars thoraxica, aneurisma
arteri mamaria interna).
 sekuestrasi intralobar dan ekstralobar.
 patologi abdomen ( pancreatic pseudocyst, splenic artery aneurysm,
hemoperitoneum).
 Catamenial

2.3 Tanda dan Gejala

Hematotoraks ditandai dengan:

· Denyut jantung yang cepat

· Kecemasan

· Kegelisahan

· Kelelahan

· Kulit yang dingin dan berkeringat


· Kulit yang pucat

· Rasa sakit di dada

· Sesak nafas

2.4 Patofisiologi

Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke
dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.

Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler,


kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan perifer
pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun. Hb menurun, anemia, syok hipovalemik,
sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda klinis
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada. Luka di
pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok
hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea berat,
tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan
penurunan curah jantung.
Kecelakaan lalu lintas

Trauma tajam/Trauma tumpul dinding/rongga thorax

Pecahnya membrane serosa

Darah masuk ke rongga pleura

Trauma thorax Trauma abdomen


(Hemothorax)

Pecahnya usus

Perdarahan jaringan interstitium sehingga


tekanan perifer pembuluh darah paru naik
Terjadi perdarahan

Aliran darah menurun

Sianosis Hb menurun, Anemia Syok hipovelemik


2.5 Manifestasi Klinis

Tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada. Luka di
pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok
hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien
menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, takhipnea berat, takhikardi dan
peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah
jantung.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area*pleura, dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
Gambar . Tampak gambaran hemothorak pada sisi kiri foto thoraks

KANAN KIRI

b.GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan mekanik
pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2
mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
Rentang nilai normal :
PaCO2 : 35-45 mmHg , PaO2 : 80-100 mmHg
c. Torasentesis: tindakan mengaspirasi cairan pleural atau udara, dilakukan untuk menghilangkan
tekanan,nyeri atau dispnea .menyatakan cairan pada hematothoraks.
d. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.
2.7 Penatalaksaan

Berdasarkan tingkat keparahannya berdasarkan volume darah dibagi menjadi :


Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak memerlukan
tindakan khusus.
Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat mungkin
dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air.
Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi.
Kematian penderita Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan
terjadinya kegagalan dalam bernapas. Kegagalan pernapasan disebabkan karena adanya
sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru serta berkurangnya
jaringan paru yang melakukan ventilasi.
Maka, pengobatan hemothorax sebagai berikut:
Pengosongan rongga pleura dari darah
Menghentikan pendarahan
Memperbaiki keadaan umum.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah:
Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan bersamaan
dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat
dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya.
Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk
autotranfusi bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut dapat cepat
keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak
sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest
tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah
selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap
kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang
menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif
intrapleural / cavum pleura.
SOP WSD (Pemasangan chest tube)

A.Definisi

WSD adalah penyaluran udara atau cairan secara cepat dan terus menerus dari rongga pleura
yang diikuti atau tanpa diikuti pemasangan pipa atau selang.

B. Tujuan

1. Membuang cairan, udara atau darah dari area pleura.

2. Mangembalikan tekanan negativ pada area pleura.

3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps atau kolaps sebagian.

4. Mencegah refluks drainase kembali kedalam dada.

C. Indikasi

· Pneumotoraks

· Hematotoraks

· Hidropneumothoraks

· Efusi pleura.

Prinsip kerja WSD

1. Gravitasi : udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ketekanan yang
rendah.

2. Tekanan positif : udara dan cairan dalam kavum pleura (+763 mmHg atau lebih ).
Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit (761 mmHg).

3. Suction.

Jenis WSD
1. Satu botol

Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua
lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinan selang masuk hampir
kedasar botol. Keuntungannya adalah :

Ø Penyusunannya sederhana

Ø Mudah untuk pasien yang berjalan.

Kerugian adalah :

Ø Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang di


perlukan.

Ø Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol.

Ø Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang


membatasi garis pengukuran drainase.

2. Dua botol

Pada sistem dua botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua
bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan
pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.

keuntungan :

- Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

- Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih baik.

Kerugian :

- Menambah areal mati pada sistem drainase yang potensial untuk masuk ke
dalam area pleura.

- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol

- Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi
dari tekanan botol.

- Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.

3. Tiga botol

Pada sistem tiga botol,botol kontrol penghisapan ditambahkan kesistem dua botol.
botol ke tiga disusun mirip dengan botol segel dalam air. Pada sistem ini yang
terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan
jumlah penghisap didinding yang menentukan jumlah. Penghisapan yang
diberikan pada selang dada. Jumlah penghisapan di dinding yang di berikan pada
botol ketiga harus cukup untuk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung
dalam botol. gelembung kasar menyebabkan kahilangan air, mengubah tekanan
penghisapan dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit pasien. Untuk
memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi siklus pernapasan, penghisap harus
dilepaskan saat itu juga.

Keuntunga : sistem paling aman untuk mengatur penghisapan.

Keruguan :

- Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam


perakitan dan pemeliharaan.

- Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulasi.

Tempat pemasangan WSD :

- Bagian apeks paru ( apikal)

- Anterolateral interkosta ke 1-2 untuk mengeluarkan udara bagian basal

- Posterolateral interkosta ke 8-9 untuk mengeluarkan cairan ( darah, pus).

D. Peralatan

1. Sistem drainase tertutup

2. Motor suction

3. Selang penghubung steril

4. Cairan steril : NaCl, aquades

5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter

6. Jarum untuk udara no.18-21, untuk pus no. 22-24

7. Kassa steril

8. Pisau jaringan

9. Trocart

10. Benang catgut dan jarumnya

11. Sarung tangan


12. Duk bolong

13. Spuit 10 cc dan 0 cc

14. Obat anestesi : lidocain, xylocain 2-4 ampul

15. Masker

E. Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapan pra bedah WSD

- Menentukan pengetahuan pasien mengenai prosedur.

- Menerangkan tindakan-tndakan pasca bedah termasuk letak insisi, oksigen dan


pipa dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama terpasangnya WSD,
posisi jangan sampai selang tertarik oleh pasien dengan catatan jangan sampai
rata/ miring yang akan mempengaruhi tekanan.

- Memberikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya atau mengemukakan


keprihatinannya mengenai diagnosa dan hasil pembedahan.

- Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk serta


pernapasan dalam yang rutin pasca bedah.

- Mengajari pasien latihan lengan dan menerangkan hasil yang diharapkan pada
pasca bedah setelah melakukan.

2. Langkah –langkah

- Kaji status kardiopulmonal klien, observasi status pernapasan, penggunaan otot


bantu, nyeri, ansietas dan TTV.

- Jelaskan prosedur pada klien.

- Cuci tangan.

- Posisi pasien dengan sisi yang sakit menghadap arah dokter, tangan sisi paru
yang sakit diangkat ke atas kepala, beri posisi semi fowler atau fowlers.

- Sisi pemasangan untuk membuang udara dekat dengan daerah interkostal kedua
sepanjang midklavikula, sedangkan sisi pemasangan untuk mengeluarkan
cairan dekat area interkostal ke-5 atau ke-6 pada garis midklavikula.

- Lakukan tndakan antiseptik menggunakan betadin dilanjutkan dengan alkohol


70% dengan gerakan berputar kearah luar.

- Lakukan anastesi local lapis demi lapis dari kulit hingga pleura parietalis
menggunakan liocain jangan lupa lakukan aspirasi sebelum mengeluarkan
obat suntik pada taip lapisan.
- Setelah dianastesi dokter membuat insisi kecil pada kulit arah memanjang sejajar
sela iga 2cm.

- Kemudian forcep digunakan untuk penetrasi ruang pleural pelebaran dibuat


dengan forcep yang kemudian dengan jari.

- Masukkan cystofix atau kateter vena secara tegak lurus sampai menembus
masuk rongga pleura, selongsong kateter dan mandrain dikeluarkan.

- Hubungkan kateter vena dengan selang dan masukkan ujung selang hingga
terendam dalam larutan betadin yang telah diencerkan dengan Nacl 0,9% yang
terdapat dalam botol WSD.

- Untuk mencegah selang terlepas kulit sekitar selang dijahit dengan jahitan
tabbac sac (yaitu akhir dari jahitan diikatkan pada selang dengan melingkar).

- Lalu tutup dengan kasa steril ukuran 4x4/kasa petroleum untuk mencegah
kebocoran udara ( besar kemungkinan menimbulkan lecet kulit) atau diberi
salep bakteriostatik yang telah diberi betadin dan fiksasi pada dinding dada
menggunakan plester.

- Interpretasi : terlihat undulasi pada selang penghubung dan terdapat cairan,


darah, pus yang disalurkan atau terlihat gelembung udara pada botol WSD.

F. Kondisi yang Perlu Diperhatikan

1. Posisi yang ideal untuk pasien dengan selang dada adalah semi fowler

2. Untuk meningkatkan evakuasi udara dan cairan ubah posisi pasien tiap 2 jam

3. Perlihatkan bagaimana menyokong dinding dada dekat sisi pemasangan selang

4. Dorong untuk batuk, nafas dalam dan ambulasi

5. Latihan menurunkan nyeri dan ekspansi paru

6. Koimplikasi paling serius dari selang dada adalah tegangan pneumotoraks, terjadi
bila udara masuk keruang pleura selama inspirasi tetapi tidak dapat keluar selama
ekspirasi, proses ini terjadi bila ada obstruksi pada selang sistem drainase dada,
semakin banyak udara terjebak dalam ruang pleura, tekanan meningkat sampai
paru kolaps dan jaringan lunak dalam dada tertekan

7. Klem selang dianjurkan untuk 2 situasi

· Untuk melokalisasi sumber kebocoran udara bila gelembung terjadi pada


segel air

· Dilakukan secara cepat bila mengganti unit drainase selang dada.

G. Tindak Lanjut Memantau Drainase


1. Perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah drainase

2. Waspadai perubahan tiba-tiba pada jumlah drainase, menunjukan perdarahan atau


adanya pembukaan kembali obstruksi selang. Penurunan tiba-tiba menunjukkan
obstruksi selang kegagalan selang dada atau system drainase.

3. Untuk mengembalikan potensi selang dada tindakan keperawatan berikut


dianjurkan :

· Upayakan untuk mengurangi obstruksi dengan pengubahan posisi pasien

· Bila bekuan dapat terlihat, regangkan selang antara dada dan unit drainase
dan tinggikan selang untuk meningkatkan efek grafitasi

· Pijat dan lepaskan selang secara bergantian untuk melepaskan secara


perlahan bekuan kearah wadah drainase

· Bila selang dada terus menerus tetap tersumbat pembongkaran selang dada
dianjurkan dengan memperhatikan kondisi pasien.

Perawatan pasca bedah

Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD antara lain :

a. Perhatikan undulasi pada selang WSD

b. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada 1 jam


pertama

c. Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi

d. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan memperhatikan


jangan sampai selang terlipat

e. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah posisi

f. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu

g. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh, catat jumlah cairan
yang dibuang

h. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran

i. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, empisema

j. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk yang
efektif

k. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.


Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting karena
beberapa kondisi dapat terjadi antara lain :

1. Motor suction tidak jalan

2. Selang tersumbat atau terlipat

3. Paru-paru telah mengembang

Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa
kondisi system drainase, amati tanda-tanda kesulitan barnafas.

Cara Mengganti Botol WSD

1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aquades ditambah desinfektan

2. Selang WSD diklem dulu

3. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem

4. Amati undulasi dalam selang WSD

Indikasi Pengangkatan WSD

1. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :

§ Tidak ada undulasi

§ Tidak ada cairan yang keluar

§ Tidak ada gelembung udara yang keluar

§ Tidak ada kesulitan bernafas

§ Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara

2. Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau
pengurutan pada selang.

Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak berhenti, maka dipertimbangkan untuk
Thorakotomi.
Pemberian terapi Oksigen 2-4 Liter/menit, lamanya disesuaikan dengan perubahan klinis.
Lebih baik lagi jika dimonitor dengan analisa BGA. Usahakan sampai gas darah penderita
kembali normal.
Transfusi darah: dilihat dari penurunan kadar Hb. Sebagai patokan, dapat dipakat perhitungan
sebagai berikut: setiap 250 cc darah (dari penderita dengan Hb 15 gr %)dapat menaikan ¾ g
% Hb.
Pemberian antibiotika: dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
Apabila terjadi penebalan pleura, pertimbangkan pemberian dekortikasi.
2.8 Komplikasi
 Kegagalan pernapasan

 Kehilangan darah
 Syok
 Kematian
 Fibrosis atau parut dari membran pleura
BAB III

KONSEP ASKEP

1.Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi :
a.Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b.Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
c.Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d.Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e.Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri,
menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher,bahudanabdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
f.Pernapasan : kesulitan bernapas , batuk , riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis,
inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, pneumothoraks spontan sebelumnya,
PPOM. Untuk menemukan adanya masalah pada pernafasan dilakukan pemeriksaan dengan
cara perkusi,inspeksi dan auskultasi .

Tanda :
1) Takipnea
2) peningkatan kerja napas
3) bunyi napas turun atau tak ada
4) fremitus menurun
5) perkusi dada hipersonan
6) gerakkkan dada tidak sama
7) kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan
8) mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan
9) penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.
Pemeriksaan Fisik
A. Sistem Pernapasan :
1) Sesak napas
2) Nyeri, batuk-batuk
3) Terdapat retraksi klavikula/dada
4) Pengambangan paru tidak simetris
5) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
6) Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)
7) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang
8) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
9) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
10) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.

B. Sistem Kardiovaskuler :
1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
2) Takhikardia, lemah
3) Pucat, Hb turun /normal
4) Hipotensi
C. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan
D. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan
E. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan
F. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
1) Kemampuan sendi terbatas
2) Ada luka bekas tusukan benda tajam
3) Terdapat kelemahan
4) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
G. Sistem Endokrine :
1) Terjadi peningkatan metabolisme
2) Kelemahan.
H. Sistem Sosial / Interaksi
1) Tidak ada hambatan.
I. Spiritual :
1) Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

2. Diagnosa Keperawatan
a.Ketidakefektifan pola nafas
b Nyeri akut
c.Gangguan pertukaran gas
3.Intervensi
a.diagnosa 1 :Ketidakefektifan pola nafas.
Definisi : inspirasi dan /atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Noc : status pernafasan ;ventilasi

Domain : kesehatan fisiologis

Kelas :jantung paru

Skala : dipertahan pada 2 di tingkatkan ke 4

Definisi :keluar masuknya udara dari dan ke dalam paru

Indikator :

 Frekuensi pernafasan
 Irama pernafasan
 Kedalaman inspirasi
 Suara perkusi nafas
 Volume tidal
 Kapasitas vital
 Hasil rotgen dada
 Tes faal paaru

Nic : bantuan ventilasi

Definisi : peningkatan suatu pola pernafasan spontan optimal yang memaksimalkan


pertukaran oksigen dan karbondioksida

Aktivitas :

1. Pertahankan kepatenan jalan nafas


2. Auskultasi suara nafas,catat area-area penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan adanya suara tambahan
3. Kelola pemberian obat nyeri yang tepat untuk mencegah
hipoventilasi
4. Monitor pernafasan dan status oksigen

b.diagnosa 2 :nyeri akut


Definisi :pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang mucul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial atau digambarkan sebagai kerusakan .
Noc : kontrol nyeri

Domain : pengetahuan tentang kesehatan dan perilaku

Kelas : perilaku sehat

Skala : di pertahankan pada 4 di tingkatkan pada 2


Definisi : tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri

Indikator :

1. Mengenali kapan nyeri terjadi


2. Menggambarkan faktor penyebab
3. Menggunakan tindakan pencegahan
4. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
5. Menggunakan analgesik yang di rekomendasikan

Nic : manajemen nyeri

Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri samapai pada tingkat kenyamanan yang dapat di
terima oleh pasien.

Aktivitas :

1. Pastikan perawatan analgesik pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat.


2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
3. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien.
4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeriya dengan tepat.

C. diagnosa 3 :Gangguan pertukaran gas


Definisi : kelebihan atau/defisit oksigenasi dan atau/ eliminasi karbon dioksida pada membran
alveolar-kapiler
Noc : status pernafasan : pertukaran gas

Domain : kesehatan fisiologi

Kelas : jantung paru

Skala : dipertahankan pada 2 din tingkatkan pada 4

Definisi : pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli untuk mempertahankan


konsentrasi darah arteri.

Indikator :

1. Tekanan parsial oksigen di darah arteri (Pao2)


2. Tekanan parsial karbondioksida di darah arteri (PaCo2)
3. Ph arteri
4. Saturasi oksigen
5. Tidal Co2 akhir
6. Hasil rotgen dada

Nic : Monitor pernafasan


Definisi : sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan kepatenan jalan
nafas dan kecukupan pertukaran gas

Aktivitas :

1. Monitor kecepatan,irama,kedalaman,dan kesulitan bernafas.


2. Catat pergerakan dada,catat ketidaksimetrisan ,penggunaan otot bantu nafas , dan
retraksi pada otot intercosta
3. Monitor suara tambahan
4. Monitor pola nafas
5. Catat lokasi trakea
6. Catat perubahan pada saturasi O2 ,volume tidal akhir,CO2,dan perubahan nilai analisa
gas darah dengan tepat
BAB IV

APLIKASI KASUS SEMU

Kasus :

Klien tn.k (33 thn) agama islam pekerjaan hansip. Klien masuk rumah sakit karena keadaan
klien semakin parah dan disarankan untuk rawat inap. Klien mengtakan sebelumnya klien
mengalami kecelakaan dan pernah operasi bagian dada sebelah kiri. Klien tidak pernah
mengeluh sakit , tetapi tiba-tiba klien mengeluh batuk dan sesak selama 3 minggu . nafas
terasa berat dan sulit. Dada terasa sakit saat bernafas sehingga klien meringgis kesakitan
,ketika dilakukan pengkajian suhu :36 derajat , nadi : 84x/menit ,RR: 22x/mnt,TD: 110/70
mmHg.terdapat luka bekas operasi di dada sebelah kiri. Pernafasan kusmaul ,kedalaman
dangkal.

1.Pengkajian

- Identitas pasien

Nama : Tn.k

Umur :33 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Hansip

 Keluhan utama
Klien mengeluh batuk dan sesak
 Riwayat kesehatan terdahulu
Pernah kecelakaan dan dioperasi di dada bagian kiri
 Riwayat kesehatan sekarang
Di rawat di RS karena keadaannya semakin parah akibat kecelakaan pada dada
sebelah kiri

 Rencana keperawatan

Analisis data Etiologi Masalah NOC(Nursing NIC(Nursing


keperawat Outcomes Intervention
Classification) Classification) :

Ds : klien mengeluh Penurunan Ketidakefektif status Manajemen nyeri


pernafasan Aktivitas :
sesak sejak 3 minggu ekspansi paru an pola nafas
;ventilasi 1. Pastikan
, klien sulit bernafas (adanya dipertahankan perawatan
pada 2 di analgesik
dan nafas berat darah dalam
tingkatkan ke 4 pasien
Do : pernafasan rongga pleura indikator : dilakukan
1.Frekuensi dengan
kusmaul, kedalaman )
pernafasan pemantauan
dangkal 2.irama yang ketat.
pernapasan 2. Gunakan
3.kedalam inspira strategi
4.suara perkusi komunikasi
napas terapeutik
5.volume tidal untuk
6.kapasitas vital mengetahui
7.hasil rotgen pengalaman
dada nyeri dan
8.tes faal paru sampaikan
penerimaan
pasien
n
terhadap nyeri
3. Tentukan
akibat dari
pengalaman
nyeri terhadap
kualitas hidup
pasien.
4. Ajarkan
prinsip-prinsip
manajemen
nyeri
5. Dorong pasien
untuk
memonitor
nyeri dan
menangani
nyeriya dengan
tepat.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Hemotoraks adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya darah di ruangan
antara dua pleura (rongga pleura). Pleura adalah dua lapisan kantung yang meliputi paru-paru
dan memisahkannya dari dinding dada. Penyebab paling umum dari hemotoraks adalah
cedera tumpul atau tajam pada dada, seperti ketika terjadi patah tulang iga yang menembus
pleura dan menyebabkan darah memasuki rongga pleura. Hal ini dapat membuat paru-paru
mengempis, menyebabkan nyeri dada dan kesulitan bernafas. Hal ini merupakan suatu
kondisi medis yang darurat yang memerlukan perawatan segera karena jika tidak, dapat
terjadi komplikasi yang mengancam jiwa, seperti syok hipovolemik akibat perdarahan yang
hebat dan gagal nafas. Perawatan dengan memasukan jarum ke rongga dada biasanya
dilakukan untuk mengeluarkan darah di dalam rongga pleura sehingga tekanan terhadap paru-
paru dapat berkurang. Apabila hemotoraks berat, tindakan pembedahan yang dikenal dengan
nama torakotomi diperlukan untuk menghentikan perdarahan.

5 .2 SARAN

Adapun Hemothorax adalah salah satu penyakit yang dapat mengancam nyawa penderitanya,
maka kami menyarankan untuk melakukan penanganan sesegera mungkin.
dan lebih baiknya lagi jika para pembaca dapat menghindari penyebab dari penyakit
Hemothorax.

Anda mungkin juga menyukai