Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar
bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya
dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan


menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak
region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4
dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak.

Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada
tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar
sejak tahun 1981.

1
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan
31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal
9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka
100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000.
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan


melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
e. Untuk mengetahui tentang pathway HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV ?
2. Apa saja etiologi dari HIV ?
3. Bagaimana klasifikasi HIV ?
4. Bagaimana patofisiologi dari HIV ?
5. Bagaimana pathway HIV ?
6. Apa saja manifestasi klinis HIV ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV ?
8. Apa saja penatalaksanaan HIV ?
9. Apa saja komplikasi HIV ?
10. Apa saja asuhan keperawatan HIV

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke
dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Zein, 2006).
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau
kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV.
2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang
dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai
virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang
berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi,
penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS
amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human
Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis
yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa
sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih
pendek. Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 ) antara lain sebagai berikut :

4
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%
2. Klasifikasi
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan
berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan
untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan
September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik
yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai


AIDS.
b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang.

c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus,


trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit
ini adalah indikator AIDS.

3. Patofsiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang
disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-
pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes
serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan

5
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa


tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di
kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah
masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag
serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS

6
4. Pathway Menyerang T Limfosit,
Menurut (WOC) sel saraf, makrofag,
Immunocompromise
monosit, limfosit B
Virus HIV Merusak seluler

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen

Organ target
Reaksi psikologis

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Disfungsi Penyakit Infe Gatal,


Lesi mulut Kompleks Ensepalopati Diare Hepatitis anorektal Gangguan
biliari ksi sepsis,
demensia akut penglihatan
nyeri
dan
pendengaran
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat

Gangguan body imageapas


Tidak efektfi bersihan
Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Cairan berkurang

Nutrisi inadekuat

Tidak efektif pol

Gangguan sensori
nyaman : nyeri

nyaman : nyeri
Gangguan rasa

Gangguan rasa

jalan napas
hipertermi

napas
7
5. Manisfetasi Klinis

Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO


Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
aktifitas normal
2. Limfadenopati generalisata
II 1. 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
normal
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan
seperti , dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang
rekuren ,kheilitis angularis

3. Herpes zoster dalam 5 tahun

4. terakhir

5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti


,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
aktivitas ditempat tidur
2. Diare kronis yang berlangsung
kurang dari 50%
3. lebih dari 1 bulan

4. Demam berkepanjangan lebih dari 1


bulan

3. Kandidiasis orofaringeal

4. Oral hairy leukoplakia

5. TB paru dalam tahun terakhir

6. Infeksi bacterial yang berat seperti


pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinisikan oleh CDC lemah , aktivitas

8
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
dari 5
3. Toksoplasmosis otak

4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1


bulan

5. Kriptokokosis ekstrapulmonal

6. Retinitis virus situmegalo

7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan

8. Leukoensefalopati multifocal progresif

9. Mikosis diseminata seperti


histoplasmosis

10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,


bronkus , dan paru

11. Mikobakterisosis atipikal diseminata

12. Septisemia salmonelosis non tifoid

13. Tuberkulosis diluar paru

14. Limfoma

15. Sarkoma Kaposi

16. Ensefalopati HIV

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat


dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut
dalam tubuh penderita :

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

9
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
b. Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)


adalah :

1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait


dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan
kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut,
kulit, dan funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

7. Penatalaksanaan
a. Medis

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka


terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi


opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi

10
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.

2) Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS
yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.

3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa


mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang


berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana

11
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.

8. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

12
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan
sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y UMUR 38 TAHUNDENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPONATREMIARUANGAN ANGGREKRUMAH
SAKITSAYANG CIANJUR TAHUN 2018

A. Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas Klien
Nama klien : Tn Y

13
Umur : 38 th
Diagnosa Medik : HIV - AIDS
Tanggal Masuk : 5 Maret 2018
Tanggal Pengkajian : 6 Maret 2018
Alamat : Jl Hizbullah
Suku : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status perkawinan : Kawin
Status pendidikan : Sarjana Pendidikan

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 54 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Kp.Garduh

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis
dari 60 kg menjadi 54 kg
b. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
d. Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Maret 2018
ditemukan benjolan pada leher.

3. Pemeriksaan fisik

14
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernafasan.
b. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
c. Eliminasi
1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal.
Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
d. Makanan/cairan
1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
e. Hygiene
1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
f. Neurosensori
1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda : perubahan status mental, dengan rentang antara kacau
mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,

15
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
h. Pernapasan
1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
i. Interaksi social
1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.

2. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)

B. Analisa data

Masalah
No Sumber Data Etiologi
Keperawatan
1 Objektif : Virus HIV Resiko tinggi terhadap
Pasien mengatakan diare
 Pasien mengatakan demam kekurangan volume
 Pasien mengatakan capek Merusak seluler cairan
 Pasien mengatakan mudah

16
lelah Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien mengatakan letih
saraf, makrofag, monosit,
 Pasien mengatakan lesu
 pasien mengatakan limfosit B
berkeringat malam hari
Subjektif :
Immunocompromise
 TTV :
TD : 130/80
N : 80x/menit
Invasi kuman pathogen
S : 39 C
RR : 26x/menit
 Pasien tampak lesu
Organ target
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg Gastrointestinal
menjadi 54 kg
 Pasien tampak sering BAB /
Diare
diare
 Pasien terlihat perubahan
Cairan berkurang
pada tekanan darah
 pasien terlihat pucat
 pasien terlihat sianosis
 n pasien mengalami diare
 pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
 pasien anoreksia
 turgor kulit pasien terlihat
buruk

2 Subjektif : : Virus HIV Perubahan nutrisi


 Pasien mengatakan capek kurang dari kebutuhan
 Pasien mengatakan mudah
Merusak seluler tubuh
lelah
 Pasien mengatakan letih
 Pasien mengatakan lesu Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien tidak nafsu makan
saraf, makrofag, monosit,
Objektif
limfosit B
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat badan Immunocompromise
menurun derastis dari 60 kg
menjadi 54 kg Invasi kuman pathogen
 Porsi makan klien tidak habis
 Pasien mengalami kelemahan
Organ target
otot
 Pasien terlihat pucat

17
 Pasien terlihat sianosis Gastrointestinal
 Pasien anoreksia

anoreksia

3 Subjektif : Virus HIV Infeksi


 Pasien mengatakan mudah
sakit-sakitan
Merusak seluler
 Pasien mengatakan demam
 Pasien mengatakan gampang
terserang flu Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien mengatakan pusing
saraf, makrofag, monosit,
 Pasien mengatakan pusing,
limfosit B
sakit kepala
 Pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki Immunocompromise
 Pasien mengatakan nyeri dada
pleuritis
Invasi kuman pathogen
 Pasien mengatakan
berkeringat malam hari
Objektif : Organ target
 TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 39 C
Infeksi
RR : 26x/menit
 Pasien teraba benjolan di
daerah leher
 Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T CD4+ = 100
sel/ mm3
 Pasien mengalami Takikardia
 Pasien mengalami nyeri
panggul
 Pasien mengalami nyeri
abdomen

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang
berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS

18
D. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri :
1. Indicator dari volume cairan sirkulasi
terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan : 1. Pantau TTV, termasuk CVP bila
volume cairan b.d  Diare (-) terpasang. Catat hipertensi, termasuk
 Demam (-)
output yang perubahan postural.
 Pasien tidak mudah lelah 2. Meningkatkan kebutuhan metabolism
berlebihan  TTV :
dan diaphoresis yang berlebihan yang
TD: 120/80
2. Catat peningkatan suhu dan durasi
N: 80x/menit dihubungkan dengan demam dalam
S: 37 C demam. Berikan kompres hangat sesuai
meningkatkan cairan tak kasat mata
RR : 20x/menit
indikasi. Pertahankan pakaian tetap
 berat badan pasien naik dari 54 kg
kering. Pertahankan kenyamanan suhu
menjadi 54+ kg 3. Indicator tidak langsung dari status
 BAB / diare (-) lingkungan.
cairan.
 pasien tidak terlihat pucat
 sianosis (-)
4. Mempertahankan keseimbangan
 pasien tidak pingsan 3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa,
 umlah dan warna urin normal cairan, mengurangi rasa haus, dan
dan rasa haus.
 anoreksia (-)
melembabkan membrane mukosa.
 Turgor kulit baik / lembab
4. Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
1. Mungkin diperlukan untuk mendukung
/ memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak

19
Kolaborasi : adekuat, mual/muntah terus menerus.
2. Bermanfaat dalam memperkirakan
1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang
kebutuhan cairan
pemberi makanan / IV
3. Membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan cairan tak
2. Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,
kasat mata.
mis.. : HB/HT
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen

2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus
kurang dari selama 3 x 24 jam, diharpkan : 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, dapat menyebabkan disfagia,
kebutuhan tubuh b.d  Pasien tidak mudah lelah merasakan, dan menelan. penurunan kemampuan pasien untuk
 Pasien tidak letih
intake yang tidak mengolah makanan dan mengurangi
 Pasien tidak lesu
adekuat  Nafsu makan bertambah, porsi keinginan untuk makan.
2. Indicator kebutuhan nutrisi /
makan habis 2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan.
 Pasien dapat menverna makanan pemasukan yang adekuat. Catatan :
Evaluasi berat badan dalam hal adanya
dengan baik karena adanya penekanan system
berat badan yang tidak sesuai. Gunakan
 Berat badan naik dari 54 kg menjadi
imun, maka beberapa tes darah yang
serangkaian pengukuran berat badan dan
54+ kg
umumnya digunakan untuk menguji
 pasien tidak terlihat pucat antropometrik.
 pasien tidak sianosis 3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin status nutrisi menjadi tidak berguna.
 pasien tidak anoreksia 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
4. Catat pemasukan kalori
perasaan sehat

20
4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
Kolaborasi : suplemen atau alternative metode
pemberian makanan

1. Mungkin diperlukan untuk


1. Pertahankan status puasa jika di menurunkan muntah
2. Kekurangan vitamin terjadi akibat
indikasikan
penurunan pemasukan makanan
2. Suplemen vitamin.
dan/atau kegagalan mengunyah dan
absorpsi dalam system gi

3 Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Untuk pengobatan dini mencegah
virus HIV-AIDS selama 3 x 24 jam, diharapkan : 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. pasien terpapar oleh kuman patogen
 Demam (-) yang diperoleh di rumah sakit.
 Pusing (-) 2. Mencegah bertambahnya infeksi
 rasa terbakar pada kaki hilang 2. Gunakan teknik aseptik pada setiap
 nyeri dada pleuritis (-) tindakan invasif. Cuci tangan sebelum
 TTV 3. Mencegah bertambahnya infeksi
meberikan tindakan.
TD: 120/80 9. Berikan lingkungan yang bersih dan
N: 80x/menit berventilasi baik. Periksa pengunjung /
S: 37 C staf terhadap tanda infeksi dan
RR : 20x/menit pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
 benjolan di daerah leher (-)

21
 Lesi (-) Kolaborasi : 1. Dilakukan untuk mengidentifikasi
 Kejang (-)
1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, penyebab demam, diagnose infeksi
 Dipsnea (-)
 nyeri panggul (-) urine dan sputum organism, atau untuk menentukan
 nyeri abdomen (-)
metode perawatan yang sesuai
 tremor (-)
2. Menghambat proses infeksi. Obat-
obatan lainnya ditargetkan untuk
2. Berikan antibiotic antijamur / agen
meningkatkan fungsi imun.
antimikroba, missal : trimetroprim
Meskipun tidak ada obat yang tepat,
(bactrim, septra), nistatin (mycostatin),
zat seperti AZT ditujukan untuk
ketokonazol, pentamidin atau
menghalangi enzim yang
AZT/retrovir
memungkinkan virus memasuki
material genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat perkembangan
penyakit

E. Implementasi Dan Evaluasi

No Tanda
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx Tangan
1 6 Maret 2018 1 1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. S :
mencatat hipertensi, termasuk perubahan  Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.
 Pasien mengatakan sudah tidak demam
postural.

22
Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi  Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah
normal lelah
O:
2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.  Diare (-)
 Demam (-)
memberikan kompres hangat sesuai indikasi.  Pasien tidak mudah lelah
mempertahankan pakaian tetap kering.  Pasien tidak berkeringat malam hari
mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan. TTV :
Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme TD : 120/80
N : 80x/menit
3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan S : 37 C
rasa haus. RR : 20x/menit
Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /
 berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5
lembab
kg
 BAB /diare (-)
10. Memantau pemasukan oral dan memasukka  pasien tidak terlihat pucat
 sianosis (-)
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.  pasien tidak pingsan
Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan,  umlah dan warna urin normal
mengurangi rasa haus, dan melembabkan  anoreksia (-)
 Turgor kulit baik / lembab
membrane mukosa.
A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah
teratasi
11. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang
P : intervensi dihentikan

23
pemberi makanan / IV
hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien
tidak anoreksia

12. Memantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,


mis.. : HB/HT
hasil : kebutuhan cairan adekuat

13. Memberikan Antipiretik, mis.. : asetaminofen


hasil : membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism, menurunkan
kehilangan cairan tak kasat mata

2 7 Maret 2018 2 1. Mengkaji kemampuan untuk mengunyah, S:


merasakan, dan menelan.  Pasien tidak mengeluh lemah lagi
Hasil : pasien dapat mengunyah dan mencerna
O:
makanan dengan baik, dan dapat menelan
 Pasien tidak mudah lelah
 Pasien tidak letih
 Pasien tidak lesu
2. Menimbang berat badan sesuai kebutuhan.
 Nafsu makan bertambah, porsi makan habis
Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat  Pasien dapat menverna makanan dengan baik
 Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg
badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian
 pasien tidak terlihat pucat

24
pengukuran berat badan dan antropometrik.  pasien tidak sianosis
Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan  pasien tidak anoreksia
berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh sudah teratasi sebagian.
3. Mendorong aktivitas fisik sebanyak fisik P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2
mungkin kolaborasi
Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien
menjadi lebih sehat

4. Mencatat pemasukan kalori


Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh terpenuhi

5. Mempertahankan status puasa jika di indikasikan


Hasil : muntah berkurang

6. Memberikan suplemen vitamin.


Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh terpenuhi

3 8 Maret 2018 3 1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru. S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.
Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman O:
pathogen di RS  Demam (-)
2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan  Pusing (-)
actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.  Rasa terbakar pada kaki hilang
Hasil : tidak terjadi infeksi  Nyeri dada pleuritis (-)

25
 Pasien sudah tidak berkeringat malam hari
3. Memberikan lingkungan yang bersih dan
berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf TTV :
terhadap tanda infeksi dan pertahankan TD: 120/80
kewaspadaan sesuai indikasi N: 80x/menit
Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih S: 370 C
parah RR : 20x/menit
4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine
 benjolan di daerah leher (-)
dan sputum  Lesi (-)
Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi  Kejang (-)
pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi  Dipsnea (-)
 nyeri panggul (-)
 nyeri abdomen (-)
5. Memberikan antibiotic antijamur / agen  tremor (-)

antimikroba, missal : trimetroprim (actrim, A : masalah infeksi sudah teratasi

septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol, P : intervensi dihentikan

pentamidin atau AZT/retrovir


Hasil : meningkatkan fungsi imun dan tidak
terjadi infeksi

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala


yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus
pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia
(pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian
orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya
akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus
dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa

Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok


sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat
perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi


dengan pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak /
Ibu dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan
pemecahan kasus.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

27
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
: I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

28

Anda mungkin juga menyukai