Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada
tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar
sejak tahun 1981.
1
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan
31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal
9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka
100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000.
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
e. Untuk mengetahui tentang pathway HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV ?
2. Apa saja etiologi dari HIV ?
3. Bagaimana klasifikasi HIV ?
4. Bagaimana patofisiologi dari HIV ?
5. Bagaimana pathway HIV ?
6. Apa saja manifestasi klinis HIV ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV ?
8. Apa saja penatalaksanaan HIV ?
9. Apa saja komplikasi HIV ?
10. Apa saja asuhan keperawatan HIV
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%
2. Klasifikasi
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan
berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan
untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan
September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik
yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
3. Patofsiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang
disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-
pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes
serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan
5
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
6
4. Pathway Menyerang T Limfosit,
Menurut (WOC) sel saraf, makrofag,
Immunocompromise
monosit, limfosit B
Virus HIV Merusak seluler
HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen
Organ target
Reaksi psikologis
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat
Gangguan sensori
nyaman : nyeri
nyaman : nyeri
Gangguan rasa
Gangguan rasa
jalan napas
hipertermi
napas
7
5. Manisfetasi Klinis
4. terakhir
3. Kandidiasis orofaringeal
8
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
dari 5
3. Toksoplasmosis otak
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
14. Limfoma
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
9
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
b. Diagnostik
7. Penatalaksanaan
a. Medis
10
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
11
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.
8. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
12
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan
sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y UMUR 38 TAHUNDENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPONATREMIARUANGAN ANGGREKRUMAH
SAKITSAYANG CIANJUR TAHUN 2018
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas Klien
Nama klien : Tn Y
13
Umur : 38 th
Diagnosa Medik : HIV - AIDS
Tanggal Masuk : 5 Maret 2018
Tanggal Pengkajian : 6 Maret 2018
Alamat : Jl Hizbullah
Suku : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status perkawinan : Kawin
Status pendidikan : Sarjana Pendidikan
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis
dari 60 kg menjadi 54 kg
b. Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
d. Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Maret 2018
ditemukan benjolan pada leher.
3. Pemeriksaan fisik
14
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernafasan.
b. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
c. Eliminasi
1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal.
Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
d. Makanan/cairan
1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
e. Hygiene
1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
f. Neurosensori
1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda : perubahan status mental, dengan rentang antara kacau
mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
15
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
h. Pernapasan
1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
i. Interaksi social
1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.
2. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)
B. Analisa data
Masalah
No Sumber Data Etiologi
Keperawatan
1 Objektif : Virus HIV Resiko tinggi terhadap
Pasien mengatakan diare
Pasien mengatakan demam kekurangan volume
Pasien mengatakan capek Merusak seluler cairan
Pasien mengatakan mudah
16
lelah Menyerang T Limfosit, sel
Pasien mengatakan letih
saraf, makrofag, monosit,
Pasien mengatakan lesu
pasien mengatakan limfosit B
berkeringat malam hari
Subjektif :
Immunocompromise
TTV :
TD : 130/80
N : 80x/menit
Invasi kuman pathogen
S : 39 C
RR : 26x/menit
Pasien tampak lesu
Organ target
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg Gastrointestinal
menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB /
Diare
diare
Pasien terlihat perubahan
Cairan berkurang
pada tekanan darah
pasien terlihat pucat
pasien terlihat sianosis
n pasien mengalami diare
pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
pasien anoreksia
turgor kulit pasien terlihat
buruk
17
Pasien terlihat sianosis Gastrointestinal
Pasien anoreksia
anoreksia
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang
berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS
18
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri :
1. Indicator dari volume cairan sirkulasi
terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan : 1. Pantau TTV, termasuk CVP bila
volume cairan b.d Diare (-) terpasang. Catat hipertensi, termasuk
Demam (-)
output yang perubahan postural.
Pasien tidak mudah lelah 2. Meningkatkan kebutuhan metabolism
berlebihan TTV :
dan diaphoresis yang berlebihan yang
TD: 120/80
2. Catat peningkatan suhu dan durasi
N: 80x/menit dihubungkan dengan demam dalam
S: 37 C demam. Berikan kompres hangat sesuai
meningkatkan cairan tak kasat mata
RR : 20x/menit
indikasi. Pertahankan pakaian tetap
berat badan pasien naik dari 54 kg
kering. Pertahankan kenyamanan suhu
menjadi 54+ kg 3. Indicator tidak langsung dari status
BAB / diare (-) lingkungan.
cairan.
pasien tidak terlihat pucat
sianosis (-)
4. Mempertahankan keseimbangan
pasien tidak pingsan 3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa,
umlah dan warna urin normal cairan, mengurangi rasa haus, dan
dan rasa haus.
anoreksia (-)
melembabkan membrane mukosa.
Turgor kulit baik / lembab
4. Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
1. Mungkin diperlukan untuk mendukung
/ memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak
19
Kolaborasi : adekuat, mual/muntah terus menerus.
2. Bermanfaat dalam memperkirakan
1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang
kebutuhan cairan
pemberi makanan / IV
3. Membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan cairan tak
2. Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,
kasat mata.
mis.. : HB/HT
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen
2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus
kurang dari selama 3 x 24 jam, diharpkan : 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, dapat menyebabkan disfagia,
kebutuhan tubuh b.d Pasien tidak mudah lelah merasakan, dan menelan. penurunan kemampuan pasien untuk
Pasien tidak letih
intake yang tidak mengolah makanan dan mengurangi
Pasien tidak lesu
adekuat Nafsu makan bertambah, porsi keinginan untuk makan.
2. Indicator kebutuhan nutrisi /
makan habis 2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan.
Pasien dapat menverna makanan pemasukan yang adekuat. Catatan :
Evaluasi berat badan dalam hal adanya
dengan baik karena adanya penekanan system
berat badan yang tidak sesuai. Gunakan
Berat badan naik dari 54 kg menjadi
imun, maka beberapa tes darah yang
serangkaian pengukuran berat badan dan
54+ kg
umumnya digunakan untuk menguji
pasien tidak terlihat pucat antropometrik.
pasien tidak sianosis 3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin status nutrisi menjadi tidak berguna.
pasien tidak anoreksia 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
4. Catat pemasukan kalori
perasaan sehat
20
4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
Kolaborasi : suplemen atau alternative metode
pemberian makanan
3 Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Untuk pengobatan dini mencegah
virus HIV-AIDS selama 3 x 24 jam, diharapkan : 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. pasien terpapar oleh kuman patogen
Demam (-) yang diperoleh di rumah sakit.
Pusing (-) 2. Mencegah bertambahnya infeksi
rasa terbakar pada kaki hilang 2. Gunakan teknik aseptik pada setiap
nyeri dada pleuritis (-) tindakan invasif. Cuci tangan sebelum
TTV 3. Mencegah bertambahnya infeksi
meberikan tindakan.
TD: 120/80 9. Berikan lingkungan yang bersih dan
N: 80x/menit berventilasi baik. Periksa pengunjung /
S: 37 C staf terhadap tanda infeksi dan
RR : 20x/menit pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
benjolan di daerah leher (-)
21
Lesi (-) Kolaborasi : 1. Dilakukan untuk mengidentifikasi
Kejang (-)
1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, penyebab demam, diagnose infeksi
Dipsnea (-)
nyeri panggul (-) urine dan sputum organism, atau untuk menentukan
nyeri abdomen (-)
metode perawatan yang sesuai
tremor (-)
2. Menghambat proses infeksi. Obat-
obatan lainnya ditargetkan untuk
2. Berikan antibiotic antijamur / agen
meningkatkan fungsi imun.
antimikroba, missal : trimetroprim
Meskipun tidak ada obat yang tepat,
(bactrim, septra), nistatin (mycostatin),
zat seperti AZT ditujukan untuk
ketokonazol, pentamidin atau
menghalangi enzim yang
AZT/retrovir
memungkinkan virus memasuki
material genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat perkembangan
penyakit
No Tanda
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx Tangan
1 6 Maret 2018 1 1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. S :
mencatat hipertensi, termasuk perubahan Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.
Pasien mengatakan sudah tidak demam
postural.
22
Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah
normal lelah
O:
2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam. Diare (-)
Demam (-)
memberikan kompres hangat sesuai indikasi. Pasien tidak mudah lelah
mempertahankan pakaian tetap kering. Pasien tidak berkeringat malam hari
mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan. TTV :
Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme TD : 120/80
N : 80x/menit
3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan S : 37 C
rasa haus. RR : 20x/menit
Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /
berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5
lembab
kg
BAB /diare (-)
10. Memantau pemasukan oral dan memasukka pasien tidak terlihat pucat
sianosis (-)
cairan sedikitnya 2500 ml/hari. pasien tidak pingsan
Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan, umlah dan warna urin normal
mengurangi rasa haus, dan melembabkan anoreksia (-)
Turgor kulit baik / lembab
membrane mukosa.
A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah
teratasi
11. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang
P : intervensi dihentikan
23
pemberi makanan / IV
hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien
tidak anoreksia
24
pengukuran berat badan dan antropometrik. pasien tidak sianosis
Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan pasien tidak anoreksia
berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh sudah teratasi sebagian.
3. Mendorong aktivitas fisik sebanyak fisik P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2
mungkin kolaborasi
Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien
menjadi lebih sehat
3 8 Maret 2018 3 1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru. S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.
Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman O:
pathogen di RS Demam (-)
2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan Pusing (-)
actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. Rasa terbakar pada kaki hilang
Hasil : tidak terjadi infeksi Nyeri dada pleuritis (-)
25
Pasien sudah tidak berkeringat malam hari
3. Memberikan lingkungan yang bersih dan
berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf TTV :
terhadap tanda infeksi dan pertahankan TD: 120/80
kewaspadaan sesuai indikasi N: 80x/menit
Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih S: 370 C
parah RR : 20x/menit
4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine
benjolan di daerah leher (-)
dan sputum Lesi (-)
Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi Kejang (-)
pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi Dipsnea (-)
nyeri panggul (-)
nyeri abdomen (-)
5. Memberikan antibiotic antijamur / agen tremor (-)
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
27
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.
28