Oleh :
Kelompok 11
09 Oktober 2017
Mengetahui / Menyetujui
Grader Praktikum Osiloskop
Osiloskop biasanya digunakan untuk mengamati bentuk gelombang yang tepat dari
sinyal listrik.Selain amplitudo sinyal, osiloskop dapat menunjukkan distorsi, waktu antara
dua peristiwa (seperti lebar pulsa, periode, atau waktu naik) dan waktu relatif dari dua sinyal
terkait.Semua alat ukur elektronik bekerja berdasarkan sampel data, semakin tinggi sampel
data, semakin akurat peralatan elektronik tersebut.Osiloskop, pada umumnya juga
mempunyai sampel data yang sangat tinggi, oleh karena itu osiloskop merupakan alat ukur
elektronik yang mahal. Jika sebuah osiloskop mempunyai sampel rate 10 Ks/s (10 kilo
sample/second = 10.000 data per detik), maka alat ini akan melakukan pembacaan sebanyak
10.000 kali dalam sedetik. Jika yang diukur adalah sebuah gelombang dengan frekuensi
2500 Hz, maka setiap sampel akan memuat data 1/4 dari sebuah gelombang penuh yang
kemudian akan ditampilkan dalam layar dengan grafik skala XY. Contoh pada percobaan 1,
dari tabel pengamatan telah di tentukan frekuensi = 3000Hz, tegangan output = 4v dan dari
osiloskop telah diatur voltage scala = 3,2 div, amplitudo = 1,1 div.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan
dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik. Banyak peralatan saat ini
yang memanfaatkan ilmu elektronika karena dianggap dapat membantu pekerjaan sehari – hari
dan mengatasi masalah yang belum bisa teratasi. Hal lain yang menjadi kelebihan alat elektronik
yaitu penggunaannya pada alat ukur. Alat ukur konvensional seperti penggaris, micrometer
sekrup, dan lain sebagainya hanya dapat mengukur benda yang bersifat nyata. Ketika mengukur
hal yang tidak nyata seperti amplitudo, frekuensi, panjang gelombang listrik, alat ukur
konvensional tidak akan bisa mengatasi masalah tersebut. Maka hal ini mendasari para ilmuan
membuat alat ukur elektronik untuk mengukur hal – hal yang bersifat tidak nyata.
Osiloskop adalah alat yang dapat memetakan sinyal listrik.Dengan mengunakan osiloskop
kita dapat mengetahui besaran – besaran pada signal listrik seperti tegangan, frekuensi, periode
dan bentuk sinyal dari objek yang diukur.Dengan menggunakan osiloskop lebih memudahkan
kita dalam mengukur banyak besaran semuanya.
Osiloskop banyak digunakan pada industri-industri seperti penelitian, sains, engineering,
medical dan telekomunikasi. Oleh karena osiloskop sangat penting untuk diketahui dan dipelajari,
terutama untuk mahasiswa dalam bidang kelistrikan, maka pada kesempatan ini membuat
laporan mengenai osiloskop beserta penjelasan dan prinsip kerja dari osiloskop.
Osiloskop diklasifikasikan menjadi dua, yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital.
2.1.1 Osiloskop Analog.
Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas electron
dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung ditampilkan
bentuk gelombang tersebut. Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-
bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam
sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan ADC
(Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi
besaran digital.
Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik)
dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama
dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya
mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang
proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan.
Gambar 2.2 Osiloskop Digital
Sumber : http://3.bp.blogspot.com
Generator fungsi merupakan peralatan atau software uji coba elektronik yang
digunakan untuk menciptakan gelombang listrik. Gelombang ini bisa berulang-ulang atau
satu kali yang dalam kasus ini semacam sumber pemicu diperlukan, secara internal
ataupun eksternal. Pada function generator terdapat beberapa bagian, diantaranya sebagai
berikut :
1. Saklar daya, yaitu untuk menyalakan generator sinyal, menyambungkan generator
sinyal ke tegangan jala-jala, lalu menekan saklar daya.
2. Pengatur frekuensi, untuk mengatur frekuensi keluaran dalam range frekuensi yang
telah dipilih.
3. Indikator frekuensi, untuk menunjukkan nilai frekuensi sekarang.
4. Amplitude output, dengan memutar searah jarum jam untuk mendapatkan tegangan
output yang maksimal, dan kebalikannya.
5. Selektor fungsi, dengan menekan salah satu dari ketiga tombol ini untuk memilih
bentuk gelombang output yang diinginkan.
6. Terminal output, yaitu terminal yang mengelurakan sinyal output utama.
7. Selektor frekuensi, dengan menekan tombol yang relevan untuk memilih range
frekuensi yang dibutuhkan.
2.6. Aplikasi Osiloskop di Darat (Land use)
Fungsi Gambar Keterangan
Dalam keidupan sehari – hari osiloskop
sangat berguna untuk melihat bentuk
isyarat elektronika. Misalnya, pada alat
Pendeteksi
elektronik yaitu komputer yang
Kerusakan
menghasilkan isyarat berbeda dengan
Komputer
isyarat listrik yang dihasilkan pada
osiloskop, maka dapat dipastikan adanya
kerusakan pada komputer tersebut.
Elektrokardiogram (ECG) merupakan
suatu prosedur diagnostik untuk
memeriksa ada tidaknya komplikasi atau
Pengukur kelainan dengan aktifitas kelistrikan
Detak jantung. ECG akan menterjemahkan
Jantung aktifitas kelistrikan jantung kedalam jejak
baris yang dapat digunakan oleh dokter
untuk mendeteksi abnormalitas detak dan
ritme jantung
Kita bisa menggunakan mikrofon (jenis
transducer yang mengubah energi suara
Mempelajari menjadi sinyal listrik) untuk mempelajari
Gelombang sinyal suara dengan memasangnya ke
Suara Osiloskop.
3.1.1. Osiloskop
Fungsi : Memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari.
Tegangan
Frekuensi Periode Amplitudo Gambar
No output
(Hz) (div) (div)
(v)
Frekuensi
Tegangan Periode Amplitudo Gambar
No
Output (div) (div)
(Hz)
(v)
1 4000 2 2,4 0,4
Sweep
Voltage Periode Amplitudo Gambar
No Time
Scale (div) (div)
(µs)
1 100 5 2,4 0,3
1 100 2 4,6 1
2 200 2 2,2 1
3 500 2 1 1
4 1000 2 0,5 1
5 2000 2 0,2 1
3.3.5 Percobaan V : Perubahan Bentuk Gelombang
Voltage Scale : 2 V / div
Sweep Time : 100 µs
Bentuk
Frekuensi Periode Amplitudo Gambar
No Tegangan gelombang
(Hz) (div) (div)
Output
IV.1Perhitungan
IV.1.1Rumus
Dalam percobaan praktikum osiloskop didapat data periode dan amplitudo dengan
satuan div. Berada pada layar osiloskop besarnya 1 kotak adalah 1 x 1 cm. Dimana
bagian horizontal besarnya sama dengan skala sweep time dan vertikal sama dengan
voltage scale.
div
div
Berikut adalah rumus – rumus perhitungan yang digunakan pada praktikum Osiloskop :
Periode
𝑇[𝑠] = 𝑠𝑤𝑒𝑒𝑝 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒 [𝑠/𝑑𝑖𝑣] × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑠𝑖 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 [𝑑𝑖𝑣]
Frekuensi
1
𝑓[𝐻𝑧] =
𝑇[𝑠]
Tegangan
𝑉[𝑉] = 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒 [𝑉/𝑑𝑖𝑣] × ( 2 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑠𝑖 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 [𝑑𝑖𝑣] )
Amplitudo
𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 [𝑉]
𝐴= [𝑑𝑖𝑣]
2 × 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒 [𝑉/𝑑𝑖𝑣]
4.1.1. Hasil Perhitungan
Percobaan 1 : Perubahan Frekuensi
Contoh perhitungan menggunakan data 1 sebagai berikut :
T = Sweep time scale [s/div] × jumlah divisi horizontal [div]
= (100x10-6) x 3.2
= 0.00032 s
1
f =
T
1
=
0.00032
= 3125 Hz
V = voltage scale [V/div] × ( 2 × jumlah divisi vertikal [div] )
= 2 x (1x2)
=4V
𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 [𝑉]
A = 2 × 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒 [𝑉/𝑑𝑖𝑣]
4
= 2×2
= 1 div
= 0.5 div
= 0.4 div
= 1 div
= 1 div
Frekuensi Vs Periode
8000
7000
6000
Frekuensi (Hz)
Pengamatan
5000
Hitungan
4000
3000
2000
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004
Periode (sekon)
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai frekuensi ketika pengamatan maupun
perhitungan berbanding terbalik dengan nilai periode yang didapat. Semakin kecil periode
maka frekuensi akan semakin besar. Hal ini sudah sesuai rumus f = 1/T tetapi pada grafik
menunjukkan perbedaan nilai frekuensi diakibatkan kurang teliti saat pengamatan.
b. Perbandingan Frekuensi Pengamatan Dengan Frekuensi Hitungan
7000
6000
Frekuensi (Hz)
Pengamatan
5000
Hitungan
4000
3000
2000
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke -
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai frekuensi ketika perhitungan berbanding lurus
dengan nilai frekuensi ketika pengamatan. Hal ini sudah sesuai tetapi frekuensi perhitungan
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan frekuensi pengamatan, perbedaan nilai tersebut
dapat disebabkan karena kurang ketelitian ketika melakukan pengamatan.
4
Tegangan (Volt)
3
Pengamatan
2 Hitungan
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke -
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai tegangan perhitungan dan
nilai tegangan ketika pengamatan memiliki nilai yang sama dan konstan. Hal ini sudah
sesuai dan tidak ada kesalahan pengamatan.
3
Pengamatan
2 Hitungan
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke -
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai amplitudo perhitungan dan
nilai amplitudo ketika pengamatan memiliki nilai yang sama dan konstan. Hal ini sudah
sesuai dan tidak ada kesalahan pengamatan.
5
Periode Pengamatan Vs Periode
Hitungan
4
Periode (div)
3
Pengamatan
2 Hitungan
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke -
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai hubungan antara nilai periode pengamatan
dan nilai periode perhitungan memiliki nilai yang sama dan sama – sama mengalami
penurunan (berbanding terbalik) terhadap urutan percobaan. Hal ini sudah sesuai dan tidak
ada kesalahan pengamatan.
4100
Pengamatan
4000
3900 Hitungan
3800
3700
3600
3500
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003
Periode (sekon)
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan frekuensi dengan periode saat
pengamatan maupun saat perhitungan tetap pada satu titik. Ini disebabkan karena pada
percobaan 2 frekuensi merupakan variabel tetap sehingga periode juga bernilai tetap. Hal ini
sudah sesuai tetapi pada grafik menunjukkan perbedaan nilai frekuensi diakibatkan kurang
teliti saat pengamatan.
4160
4120
Frekuensi (Hz)
Pengamatan
4080
Hitungan
4040
4000
3960
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke -
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara frekuensi perhitungan dan
frekuensi ketika pengamatan memiliki nilai yang sama dan konstan. Hal ini sudah sesuai
tetapi nilai frekuensi ketika perhitungan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan ketika
pengamatan. Perbedaan nilai tersebut dapat disebabkan karena kurang ketelitian ketika
melakukan pengamatan.
c. Perbandingan Tegangan Pengamatan Dengan Tegangan Hitungan
8
Pengamatan
6 Hitungan
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke-
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai tegangan ketika perhitungan berbanding lurus
dengan nilai tegangan ketika pengamatan. Hal ini sudah sesuai tetapi tegangan pengamatan
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan tegangan perhitungan pada percobaan ke-1.
Perbedaan nilai tersebut dapat disebabkan karena kurang ketelitian ketika melakukan
pengamatan.
d. Perbandingan Amplitudo Pengamatan Dengan Amplitudo Hitungan
2
Pengamatan
1.5
Hitungan
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke-
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai amplitudo ketika perhitungan berbanding
lurus dengan nilai amplitudo ketika pengamatan. Hal ini sudah sesuai tetapi amplitudo
hitungan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan amplitudo pengamatan pada percobaan
ke-1. Perbedaan nilai tersebut dapat disebabkan karena kurang ketelitian ketika melakukan
pengamatan.
e. Perbandingan Periode Pengamatan Dengan Periode Hitungan
2
Pengamatan
1.5
Hitungan
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke-
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai periode perhitungan dan
nilai periode ketika pengamatan memiliki nilai yang sama dan konstan. Hal ini sudah sesuai
dan tidak ada kesalahan pengamatan.
4
3
A (cm)
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Volatage Scale
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai amplitudo ketika perhitungan berbanding
lurus dengan nilai amplitudo ketika pengamatan. Amplitudo perhitungan mengalami
kenaikan di setiap percobaan dan memiliki nilai sama dengan amplitudo pengamatan. Hal
ini sudah sesuai dan tidak ada kesalahan pengamatan.
3
Pengamatan
2 Perhitungan
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke -
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai periode perhitungan dan
nilai periode ketika pengamatan memiliki nilai yang sama dan konstan. Hal ini sudah sesuai
dan tidak ada kesalahan pengamatan.
5
Periode Vs Sweep Time
4
Periode (div)
3
Pengamatan
2 Perhitungan
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Sweep Time (micro sec)
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara nilai sweep time dengan nilai
periode yaitu berbanding terbalik. Semakin besar nilai sweep time maka akan didapat nilai
periode semakin kecil. Hal ini sudah sesuai dan tidak ada kesalahan dalam pengamatan.
3
Pengamatan
2 Perhitungan
0
0 1 2 3 4 5 6
Percobaan ke -
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara nilai periode pengamatan dan
nilai periode perhitungan memiliki nilai yang sama dan sama – sama membentuk grafik
turun. Hal ini sudah sesuai dikarenakan nilai sweep time pada percobaan divariasikan naik
dan tidak ada kesalahan pengamatan.
4000
2000
0
0.00032 0.00032 0.00024 0.00024
Periode
pengamatan hitungan
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai periode ketika pengamatan maupun
perhitungan berbanding terbalik dengan nilai frekuensi yang didapat sesuai dengan rumus f
= 1/T. Semakin besar periode maka frekuensi akan semakin kecil. Hal ini sudah sesuai tetapi
grafik menunjukkan nilai hitungan lebih besar dari pengamatan yang diakibatkan kurang
teliti saat pengamatan.
2000
0
0.00024 0.00024 0.00032 0.00032
Periode
pengamatan hitungan
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai periode ketika pengamatan maupun
perhitungan berbanding terbalik dengan nilai frekuensi yang didapat sesuai dengan rumus f
= 1/T. Semakin besar periode maka frekuensi akan semakin kecil. Hal ini sudah sesuai tetapi
grafik menunjukkan nilai hitungan lebih besar dari pengamatan yang diakibatkan kurang
teliti saat pengamatan.
c. Perbandingan Frekuensi Dengan Periode Gelombang Triangular
4000
2000
0
0.00032 0.00032 0.00024 0.00024
Periode
pengamatan hitungan
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai periode ketika pengamatan maupun
perhitungan berbanding terbalik dengan nilai frekuensi yang didapat sesuai dengan rumus f
= 1/T. Semakin besar periode maka frekuensi akan semakin kecil. Hal ini sudah sesuai tetapi
grafik menunjukkan nilai hitungan lebih besar dari pengamatan yang diakibatkan kurang
teliti saat pengamatan.
sinusodia
Perbandingan Tegangan dengan
Amplitudo
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan akanmenyebabkan
amplitude semakin besar. Hal ini sebanding dengan rumus tengangan yaitu V=Ax2.
square
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan akanmenyebabkan
amplitude semakin besar. Hal ini sebanding dengan rumus tengangan yaitu V=Ax2.
triangular
Perbandingan Tegangan dengan
Amplitudo
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan akanmenyebabkan
amplitude semakin besar. Hal ini sebanding dengan rumus tengangan yaitu V=Ax2.
5.1 Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk
sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar
katode. Peranti pemancar elektron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung sinar
katode. Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam osiloskop
menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan. Pengulangan ini
menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat dipelajari.
Kebanyakan Osiloskop juga dilengkapi dengan alat pengukuran yang dapat mengukur
Frekuensi, Amplitudo dan karakteristik gelombang sinyal listrik. Secara umum,
Osiloskop dapat mengukur karakteristik yang berbasis Waktu (Time) dan juga
karakteristik yang berbasis tegangan (Voltage).
5.2.1 Frekuensi
1
𝑓[𝐻𝑧] = 𝑇[𝑠] , semakin besar periode, maka semakin kecil pula output frekuensinya
dapat dilihat dari rumus tersebut
5.2.2 Amplitudo
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 [𝑐𝑚]
𝐴= × 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒 , semakin besar voltage maka semakin
1 [𝑐𝑚]
besar pula output amplitudonya
5.2.3 Tegangan
Pengukuran hasil tegangan, V = Voltage scale [V/div] × ( 2 × jumlah divisi vertikal
[div] ), semakin besar amplitudo yg di hasilkan maka tegangan yang didapat semakin
besar pula
5.3 Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor
osiloskop, yaitu:
5.3.1 Gelombang sinusoida
5.3.2 Gelombang square
5.3.3 Gelombang triangular