Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian Sehat
Suatu keadaan seimbang yang dinamis antar bentuk dan funsi tubuh dengan berbagai
faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin 1938)
Keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas
pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO 1947, UU No.9/60)
Keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala
faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyai (WHO, 1957)
Keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai
keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan (White 1977)
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (Undang Undang No. 23 tahun
1992)
Paradigma sehat
Paradigma sehat adalah : cara pandang atau pola pikir, atau metode pembangunan
kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan
banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upaya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit
atau pemulihan kesehatan.
Secara makro : berarti pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya
di bidang kesehatan, minimal memberikan sumbangan dalam pengembangan
lingkungan dan perilaku sehat.
1. Pendahuluan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian internal dari pembangunan nasional karena aspek
kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Dalam penyelenggaraannya
memerlukan perubahan cara pandang (mindset) yaitu dari paradigma sakit ke paradigma sehat,
sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010.
Menurut data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan angka kematian
bayi menurun dari 46 (SDKI 1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan
angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (SDKI 1997) menjadi 307 per 100000
kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas
1999) menjadi 66,2 tahun (Susenas 2003). Menurut Servey Konsumsi Garam Yodium yang juga
mencakup survey status gizi, prevalasi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah
menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 25,8 persen (2002).
Namun demikian, dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
beberapa masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat dari perubahan sosial ekonomi serta
perubahan lingkungan strategis, baik global, maupun nasional. Tantangan global antara lain
adalah pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs), sedangkan pada
lingkungan nasional adalah penerapan desentralisasi bidang kesehatan.
2. Permasalahan
Beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian
besar adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit. Namun demikian,
pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes mellitus dan kanker. Selain
itu Indonesia juga menghadapi emerging diseases seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD), HIV/AIDS, chikungunya, Severe Acute Respiratory Syndrom
(SARS).
Dengan demikian telah terjadi transisi epidemiologi sehingga Indonesia menghadapi beban
ganda pada waktu yang bersamaan (double burdens).
Pada tahun 2002, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan baru mencapai 66,7 persen, cakupan
imunisasi campak untuk anak umur 12-23 bulan baru mencapai 71,6 persen, dan proporsi
penemuan kasus penderita tuberculosis paru pada tahun 2002 baru mencapai 29 persen.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu faktor penting untuk
mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku masyarakat tidak
sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian Air Susu Ibu
(ASI) Eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak balita,
serta kecendrungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penderita
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adektif (NAPZA) dan kematian
akibat kecelakaan.
Dengan memperhatikan perkembangan yang telah dicapai, permasalahan yang masih dihadapai,
peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan dan ancaman bagi pembangunan kesehatan, dapat
diidentifikasikan isu strategis yang harus diatasi, yaitu :
Kerjasama lintas sektor. Sebagian dari masalah kesehatan merupakan masalah nasional yang
tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan dari sektor lain, sehingga upaya pemecahannya harus
secara strategismelibatkan sektor terkait. Isu utamanya adalah upaya meningkatkan kerja sama
lintas sektor yang lebih efektif, karena kerja sama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan
selama ini sering kurang berhasil.
Perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan mutu lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, memerlukan kerja sama yang
erat antara berbagai sektor yang terkait dengan sektor kesehatan. Demikian pula peningkatan
upaya dan manajemen pelayanan kesehatan, tidak dapat terlepas dari peran sektor-sektor yang
membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembanguan daerah, ketenagaan, pendidikan,
perdagangan dan sosial budaya.
Sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang bermutu harus selalu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berusaha untuk menguasai IPTEK
yang muktahir. Di samping itu, mutu sumber daya tenaga kesehatan ditentukan pula oleh nilai-
nilai moral yang dianut dan diterapkan dalam menjalankan tugas.
Adanya kompetisi dalam era pasar bebas sebagai akibat dari globalisasi harus diantisipasi dengan
peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Hal ini diperlukan tidak
saja untuk membantu peningkatan daya saing sektor lain, antara lain pengamanan komoditi
ekspor bahan makanan dan makanan jadi.
Mutu dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan. Dipandang dari segi fisik persebaran
sarana pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit serta sarana kesehatan lainya
termaksud sarana penunjang upayakesehatan telah dapat dikatakan merata diseluruh polsek
wilayah Indonesia. Namun harus diakui bahwa persebaran fisik tersebut masih belum
sepenuhnya diikuti dengan pendekatan mutu pelayanan dan keterjangkauwan ole seluruh lapisan
masyarakat.
Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi ole kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang
tersedia, obat, alt kesehatan dan sarana penunjang lainya, proses pemberian pelayanan dan
kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Di samping itu. Proses
pemberian pelayanan perlu ditingkatkan melalui peningkatan mutu dan profesonalisme sumber
daya tenaga kesahatan . Harapan masyarakatpenguna diselaraskan melalui penigkatan
pendidikan umum penyuluhan kesehatan, dan komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan
dan masyarakat
Hal lain yang sangat memerlukan penanganan adalah masalah pemberdayan dan kemandirian
masyarakat dalam upaya kesehatan yang masih belum perlu seperti yang diharapkan. Kemitraan
yang setara, , terbuka dan saling menguntungkan bagi masing-masing mitra dalam upaya
kesehatan menjadi suatu yang mutlak diperlukan dalam upaya pembudayaan perilaku hidup bersi
dan sehat, penerapan kaidah hidup sehat dan promosi kesehatan
Tujuan
Sasaran
Sasaran pembagunan kesehatan pada akhir tahun 2009 dalah meningkatakan derajatkesehatan
masyarakat malalui peningkatan askes masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang anatara
lain tercermin dari indikator dampak (impact) yaitu :
Meningkatkan umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun;
Menurunya angka kematian bayi dari 35 menjadi26 per 1.000 kelahiran hidup;
Menurunya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi226 per 100,000 kelahiran hidup ;
dan
Menurunya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 persen.
V . KEBIJAKAN
Pembangunan kesehatan memprioritaskan upaya promotif dan prefentif yang dipadukan secara
seimbang dengan upaya upaya kuratif dan rehabilitatif. Perhatian khusus diberikan kepada
pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana dengan
memperhatikan kesetaraan jender.