Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan pada masa sekarang sudah menjadi industri

kesehatan utama. Pelayanan kesehatan yang diberikan bertanggung jawab

terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan

yang diberikan ditentukan oleh kemampuan untuk memenuhi semua harapan

dari penerima jasa pelayanan. Kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu

tinggi akan tercapai apabila didukung oleh sumber daya kesehatan yang

memadai (Kirno, 2006). Hal ini seperti tercantum dalam Undang-Undang

Republik Indoinesia tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan mengamanatkan bahwa dalam rangka melaksanakan upaya

kesehatan diperlukan sumber daya kesehatan yang memadai. Sumber daya

kesehatan tersebut meliputi tenaga kesehatan yang bertugas

menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang

keahlian dan status kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan

(Departemen Kesehatan RI, 1992). Tenaga kesehatan yang ikut bertugas

salah satunya adalah perawat.

Keperawatan yang merupakan salah satu profesi di Indonesia saat ini

sedang mengalami proses perubahan yang sangat mendasar karena adanya

tekanan yang bersifat internal dan eksternal. Kedua hal tersebut memacu
terjadinya proses profesionalisme keperawatan yang bertujuan untuk

mewujudkan keperawatan sebagai suatu profesi di Indonesia (Mulyatno,

2000).

Menurut Carpenito, 1999 mengatakan perkembangan pelayanan

keperawatan saat ini telah melahirkan paradigma keperawatan yang menuntut

adanya pelayanan keperawatan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari

adanya fenomena sistem pelayanan keperawatan yaitu perubahan sifat

pelayanan dari vokasional menjadi profesional dan terjadinya pergeseran

fokus pelayanan asuhan keperawatan dari peran kuratif dan promotif menjadi

peran promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Peran ini tercermin oleh

perawat di dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien.

Peran promotif yang dilakukan perawat yaitu memberikan informasi

kesehatan dengan cara melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan.

Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan. Peran preventif

yang dilakukan perawat bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit

dan gangguan kesehatan lainnya dengan upaya preventif seperti melakukan

imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala serta bimbingan tentang

masalah kesehatan. Peran kuratif yang dilakukan perawat dengan melakukan

tindakan–tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memberikan

kesembuhan terhadap masalah kesehatan klien.Sedangkan peran

rehabilitatif yang dilakukan perawat yaitu upaya rehabilitatif seperti

melakukan latihan fisik, bimbingan psikhis dan fisioterapi yang bertujuan

memulihkan status kesehatan klien (Hartawinata, 2009). Keberhasilan

pelaksanaan peran perawat dalam pelayanan keperawatan diukur dengan


suatu kinerja perawat.

Kinerja diartikan sebagai suatu prestasi kerja atau hasil kerja baik

kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam jangka waktu

tertentu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya (Mangkunegoro, 2005). Studi pendahuluan yang

dilakukan terhadap 20 perawat di 3 Puskesmas rawat inap di Kabupaten

musi rawas utara diperoleh hasil 8 perawat berkinerja baik, 10 perawat


berkinerja

sedang dan 2 perawat berkinerja kurang. Dari hasil tersebut masih terdapat

poin kinerja yang belum sesuai harapan. Kinerja tenaga keperawatan yang

baik dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan harapan bagi

semua pengguna pelayanan. Kinerja yang rendah akan berdampak negatif

karena pengguna jasa pelayanan akan meninggalkan Puskesmas sebagai

tempat pelayanan kesehatan dan beralih ke tempat pelayanan kesehatan

lainnya. Untuk itu diperlukan tenaga keperawatan profesional yang dapat

memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu. Asuhan keperawatan

yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada klien

sesuai standar dan kriteria profesi keperawatan, standar beaya dan kualitas

yang diharapkan serta mampu mencapai tingkat kepuasan untuk memenuhi

harapan klien (Amin, 2009).

Perawat profesional di Indonesia baru mencapai 2% dari total perawat

yang ada. Proporsi tenaga perawat disarana kesehatan merupakan proporsi

terbesar yakni 40% dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Tenaga

tersebut 65% bekerja di Rumah Sakit, 28% di puskesmas, dan selebihnya 7%


di sarana kesehatan lainnya. Dari aspek kualitas tingkat pendidikan terdapat

beberapa katagori tenaga parawat yaitu: perawat SPK 74%, DIII 23%,

S1(Ners) 2,75%, S2 Magister/Spesialis & S3 (Doktor) 0,25% (PPNI, 2005).

Penelitian tentang waktu kerja produktif personil puskesmas di Indonesia

ditemukan bahwa waktu kerja produktif personil adalah 53% dan sisanya

46,8% digunakan untuk kegiatan non produktif. Dari 53% kinerja produktif

hanya 13,3% waktu yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan,

sedang sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang pelayanan

kesehatan (Ilyas, 2001). Kenyataan ini akan mempengaruhi kinerja personil

itu sendiri dan kinerja institusi pelayanan kesehatan pada umumnya termasuk

di Kabupaten Purworejo.

Di Kabupaten Purworejo terdapat sejumlah 27 Puskesmas, baik

puskesmas yang melayani pelayanan rawat jalan saja maupun yang melayani

rawat inap. Sedangkan yang melayani rawat inap terdapat sejumlah 11

Puskesmas yaitu: Ngombol, Bubutan, Bragolan, Cangkrep, Loano, Dadirejo,

Banyuasin, Bruno, Pituruh, Semawung dan Kutoarjo dengan berbagai variasi

jumlah tenaga kesehatannya.

Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Purworejo pada tahun 2010

sebesar 1.215 pegawai. Penempatan tenaga kesehatan tersebut tersebar belum

merata pada masing-masing pelayanan kesehatan, terbanyak di Puskesmas

sebanyak 653 orang, di rumah sakit sebanyak 525 orang, dan di Dinas

Kesehatan Kabupaten Purworejo sebanyak 37 orang termasuk di dalamnya

tenaga perawat (Profil Dinkes Kab.Purworejo, 2010).

Jumlah perawat di Kabupaten Purworejo pada tahun 2009 sebesar 539


orang dengan rasio 63.37 per 100.000 penduduk, tahun 2010 sebesar 459

orang, dengan rasio 54,02 per 100.000 penduduk, hal ini berarti masih

dibawah target Indonesia sehat 2010 dan standar dari WHO sebesar 117,5 per

100.000 penduduk (Profil Dinkes Purworejo, 2010). Jumlah tenaga perawat

yang bekerja di puskesmas sebesar 188 orang yang terbagi atas 82 orang

bekerja di puskesmas rawat jalan dan 106 orang bekerja di puskesmas rawat

inap dengan kualitas tingkat pendidikan yaitu: SPK 24.4%, DIII Keperawatan

64.4%, S1 Keperawatan 11,1% (Dinkes Purworejo, 2010).

Dilihat dari data diatas, adanya perbedaan kualitas tingkat pendidikan dan

penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata maka hal ini akan sangat

berpengaruh pada kinerja individu. Untuk itu penulis ingin mengetahui lebih

jauh tentang fakto-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat puskesmas

rawat inap di Kabupaten Purworejo.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian yang dapat

dirumuskan adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja perawat

puskesmas rawat inap di Kabupaten Purworejo?

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat Puskesmas

Rawat Inap di Kabupaten Purworejo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh umur terhadap kinerja perawat puskesmas rawat


inap di Kabupaten Purworejo

b. Mengetahui jenis kelamin terhadap kinerja perawat puskesmas rawat inap

di Kabupaten Purworejo

c. Mengetahui pengaruh masa kerja terhadap kinerja perawat puskesmas

rawat inap di Kabupaten Purworejo

d. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kinerja perawat puskesmas

rawat inap di Kabupaten Purworejo

e. Mengetahui pengaruh status kepegawaian terhadap kinerja perawat

puskesmas rawat inap di Kabupaten Purworejo

f. Mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat puskesmas rawat

inap di Kabupaten Purworejo

g. Mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kinerja perawat

puskesmas rawat inap di Kabupaten Purworejo

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja perawat puskesmas rawat inap. Penelitian ini juga

sebagai salah satu sumber informasi yang berhubungan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja perawat dipuskesmas rawat inap di Kabupaten

Purworejo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas dan Puskesmas

Hasil penelitian ini sebagai masukan untuk menambah khasanah Ilmu


Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan

khususnya dalam rangka upaya meningkatkan kinerja perawat di

Kabupaten Purworejo.

b. Bagi peneliti dan peneliti lain

Hasil penelitian ini sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan

dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan tugas. Penelitian ini

juga untuk memberikan dan menambah informasi dalam rangka

merangsang minat peneliti lain agar lebih baik.

E. Keaslian penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat di

puskesmas rawat inap Kabupaten Purworejo sejauh penelusuran peneliti belum

pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan :

1. Setianingsih (2008) dengan judul Hubungan Motivasi Dengan Kinerja

Perawat Dalam Pelaksanaan Monitoring Balance Cairan di ruang ICU RS

PKU Muhammadiyah Gombong. Desain penelitian ini adalah non

ekperimental yang menggunakan rancangan cross sectional. Sampel

penelitian adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang ICU sebanyak 14

orang. Dengan hasil uji yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara

motivasi dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan monitoring balance

cairan di ruang ICU. Persamaan penelitian ini adalah rancangan penelitian

menggunakan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah

waktu penelitian, tempat penelitian dan jumlah sampel yang diambil dalam

penelitian.

8
2. Kirno (2006) dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Perawat RSUD Majenang Cilacap. Desain penelitian ini menggunakan

diskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian

adalah seluruh perawat RSUD Majenang sebanyak 64 orang. Dengan hasil

uji bahwa faktor gaya kepemimpinan menjadi aspek paling dominan

pengaruhnya terhadap kinerja perawat. Persamaan dengan penelitian ini

adalah desain penelitian dengan metode deskriptif dan menggunakan

rancangan penelitian cross sectional. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah waktu penelitian, tempat penelitian, variabel penelitian, jumlah

sampel yang diambil.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1.Pengertian kinerja

Kiner a dalam kontek tugas sama dengan prestasi ker a. Para pakar

memberikan definisi tentang kiner a secara umum, antara lain: Achmad S.

Ruky (2001) menyatakan kiner a adalah catatan tentang hasil-hasil yang

diperoleh dari fungsi-fungsi peker aan atau kegiatan tertentu selama kurun

waktu tertentu. Mangkunegoro (2005) yang dimaksud dengan kiner a adalah

prestasi ker a atau hasil ker a (output) baik kualitas maupun kuantitas yang

dicapai oleh seorang dalam angka waktu tertentu dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung awab yang diberikan kepadanya.

Simmamora (1997) menyatakan kiner a adalah suatu proses pencapaian

tugas yang diberikan kepada seseorang/karyawan serta hasil yang dicapai


oleh seseorang tersebut dalam melakukan fungsi peker aannya secara

spesifik dalam satu kurun waktu tertentu.

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi atau kiner a

sesorang/karyawan. Produktif tidaknya kiner a seseorang/karyawan

tergantung pada motivasi, kepuasan ker a, tingkat stres, kondisi fisik

peker aan, sistem kompensasi, desain peker aan dan aspek–aspek ekonomis

teknis serta perilaku lainnya (Handoko, 2001). Menurut Mangkunegoro

(2005) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan

dan faktor motivasi. Menurut Notoatmojo (2009) kinerja karyawan

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (motivasi,

kemampuan/ketrampilan) dan faktor ekternal (sistem konpensasi,

lingkungan kerja).

Menurut Simmamora (1997) klasifikasi faktor–faktor yang

mempengaruhi kinerja terbagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor individu,

faktor psikologis, faktor organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan

dan keahlian, latar belakang individu dan demografi (karakteristik individu).

Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan

motivasi. Faktor organisasi terdiri dari sumberdaya, kepemimpinan,

kompensasi (finansial dan non finansial), struktur dan desain pekerjaan.

3. Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat:

a. Karakteristik perawat.
1) Umur

Dengan bertambahnya umur sangat berpengaruh terhadap

produktifitas seseorang. Hal ini disebabkan karena ketrampilan fisik

seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan dan koordinasi akan menurun.

Tetapi produktifitas kerja yang sudah lama bisa saja mengalami

peningkatan karena lebih berpengalaman dan lebih bij ak dalam

pengambilan keputusan (Mukhlas, 2008).

Semakin tua umur seorang pegawai semakin merasa senang

(confortable), inisiatif, jarang untuk pindah kerja, gaji besar,

menduduki jabatan, rasa memiliki, jarang absen, tingkat kepuasan

tinggi dan berdampak pada kinerja yang tinggi pula (Amriyati, Suharmi

L, Sutoto, 2003). Kaitan umur dengan tingkat kedewasaan seseorang

dimaksud adalah tingkat kedewasaan teknis dan kedewasaan psikologis

artinya semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda

dari pandangan dan perilaku sendiri, semakin mampu mengendalikan

emosi dan sifat-sifat lain yang menunjukkan kematangan intelektual

dan psikologis itu (Siagian, 2004).

2) Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin senantiasa menarik untuk dibahas karena

banyak yang berpendapat bahwa pria dan wanita tidak sama. Pria

dipandang lebih berhak di segala bidang dibandingkan dengan wanita.

Ada juga yang berpendapat bahwa antara pria dan wanita tidak ada

perbedaan yang hakiki dalam hak dan kewajiban (Sukasta, 1992).


Penelitian mengenai perbedaan pria dan wanita menunjukkan hasil

yang berbeda-beda dan berubah secara terus menerus.

3)Pendidikan

Sampai saat ini masih terdapat beberapa kriteria tingkat pendidikan

perawat yaitu SPK, DIII, Sarjana, Magister dan Doktor di bidang

keperawatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang makin efektif dan

efisien waktu dan sumberdaya lainnya yang dapat dicapai. Hal tersebut

dapat mempengaruhi tingkat penghasilan karena kenaikan golongan

mengikuti tingkat pendidikan sesorang (Amriyati, Suharmi L, Sutoto,

2003).

4) Masa kerja

Semakin bertambah masa kerja seseorang menunjukkan

pengalaman kerja dan loyalitas pada instansi dan semakin terampil

(Amriyati, Suharmi L, Sutoto, 2003). Seseorang yang berpengalaman

dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan mempunyai

kecakapan yang lebih baik karena sudah dapat menyesuaikan diri

dengan pekerjaannya.

5) Status kepegawaian

Perawat disarana pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas

rawat inap dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tenaga perawat

tetap dan perawat tidak tetap. Tenaga perawat tetap perawat adalah

perawat yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan Surat

Keputusan (SK) pengangkatan sebagai sebagai pegawai tetap dari


pemerintah pusat. Perawat tidak tetap adalah perawat yang

mendapatkan surat keputusan sebagai pegawai tidak tetap dari direktur

Rumah sakit/Kepala dinas dan diberikan gaji sesuai kemampuan

keuangan Rumah sakit/Dinas Kesehatan.

b. Motivasi

Motivasi adalah suatu kumpulan perilaku seseorang yang memberikan

landasan bagi orang tersebut untuk bertindak dalam suatu cara yang

diarahkan pada suatu tujuan yang lebih spesifik (Suroso, 2003). Motivasi

kerja adalah suatu kondisi/keadaan yang mempengaruhi sesorang untuk

terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara perilakunya yang

berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

lingkungan kerjanya.

Motivasi diartikan keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang

memberikan energi, mendorong kegiatan, menggerakan, mengarahkan dan

menyalurkan perilaku kearahmencapai kebutuhan yang memberi

kepuasan atau mengurangi keseimbangan. Unsur-unsur penggerak

motivasi antara lain (Hadiwiryo, 2002): Kinerja (achievement),

Penghargaan (recognition), Tantangan (challenge), Tanggungjawab

(responsibility), Kesempatan (opportunity).

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan

memelihara perilaku manusia. Motivasi merupakan subyek yang penting

sekaligus subyek yang membinggungkan, karena motivasi tidak dapat

diamati atau diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku
orang yang tampak. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan

motivasi (motivation) atau motif antara lain : kebutuhan (need), desakan

(urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive) (Notoatmojo, 2009).

Motivasi merupakan masalah komplek dalam suatu organisasi,

sehingga muncullah berbagai teori motivasi diantaranya adalah:

1) Teori kebutuhan Abraham H.Maslow

Teori motivasi ini disampaikan oleh Abraham H, Maslow dalam

bukunya Motivation and personaliti (Siagian, 2004), (Mangkunegara,

2005), (Soeroso, 2003). Beliau mengungkapkan pada dasarnya

kebutuhan manusia ada lima tahapan atau lima hirarki kebutuhan yaitu:

Kebutuhan fisiologis (physiological needs), Kebutuhan keamanan dan

kenyamanan (safety dan security needs), Kebutuhan untuk rasa

memiliki (belongingness needs), Kebutuhan harga diri (selt esteem

needs), dan Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

2) Teori Herzberg

Terkenal dengan nama teori motivasi Model Dua Faktor Frederick

Herzberg menjelaskan adanya faktor motivasional dan faktor

higiene/pemeliharaan (Siagian, 2004), (Mangkunegara, 2005). Faktor

motivasional adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang

termotivasi untuk selalu berprestasi, hal ini bersifat intrinsik (dalam diri

individu). Misalnya adanya dorongan untuk selalu berprestasi,

pengenalan, kemajuan (advencement), work it self, kesempatan untuk

berkembang, tanggung jawab. Sedangkan faktor higiene adalah


beberapa faktor yang dapat memotivasi seseorang untuk selalu

berprestasi, namun faktor ini berasal dari luar individu/eksatrinsik.

Misalnya organisasi, administrasi dan kebijakan, kualitas pengawasan,

hubungan dengan pengawas, upah, keamanan kerja, kondisi kerja,

status kerja.

4. Penilaian Kinerja

Kinerja perawat merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

selalu menjadi sasaran keluhan pasien. Suatu upaya diperlukan untuk

mengoptimalkan kinerja perawat. Salah satu cara untuk mengetahui kualitas

kinerja yaitu dengan cara penilaian kinerja.

Penilaian kinerja adalah suatu proses yang sistematis dalam organisasi

untuk mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawannya. Penilaian

dilakukan untuk mengetahui apakah kinerja tersebut sesuai standar yang

telah ditetapkan (Handoko, 2001). Salah satu metode yang dapat digunakan

dalam melakukan penilaian terhadap kinerja yaitu berdasarkan orientasi

masa lalu yang dapat di buat menggunakan rating scale, check list, critical

incident method, field review method, performance test dan observations

(Arwani, 2006). Beberapa metode yang sering digunakan dalam penilaian

kinerja yaitu:

a. Manajemen kinerja berfokus pada/input individu (People Oriented

Performance Management/POP-MAN)

POP-MAN adalah manajemen kinerja yang berfokus pada manusia

(Ruky disitasi Suroso, 2003). Faktor–faktor penting yang perlu dinilai


dalam pengukuran kinerja berfokus pada individu (POP-MAN) yaitu

hasil pekerjaan, kecakapan kerja,kemampuan mengatur pekerjaan,

bertanggung jawab atas pemeliharaan alat, tanggung jawab atas

pekerjaan, pengertian atas pekerjaan, minat terhadap pekerjaan, inisiatif,

loyalitas, kerjasama dalam tugas, sikap terhadap atasan, sikap terhadap

bawahan, sikap terhadap rekan kerja, disiplin, kreatifitas, kejujuran,

ketekunan bekerja, cara berpakaian, kepemimpinan, kemampuan

membuat perencanaan, cara berkomunikasi serta kemampuan

mengorganisasi.

b. Manajemen kinerja berfokus pada proses (Proces Oriented Performance

Management/PROPER-MAN)

Teknik penilaian berfokus pada baik buruknya karyawan dalam

melaksanakan tugas. Manfaat dari metode ini apabila dilaksanakan

dengan baik maka akan muncul peningkatan mutu dan sumberdaya

manusia serta kompetensi karyawan (Suroso, 2003).

c. Manajemen kinerja berfokus pada out put (Result Performance

Management/ROPER-MAN)

ROPER-MAN adalah penilaian kinerja yang memfokuskan

perhatiannya pada out put atau penilaian kinerja yang berfokus pada

pencapaian sasaran. Metode ini berkebalikan dengan POP-MAN.

d.Managemen berorientasi pada sasaran (Management by Objective/MBO)

Menurut Schermerhorn R. John, disitasi Dharma (2005) esensi MBO

adalah proses penetapan sasaran (goal setting) bersama antara atasan


dengan bawahan. Pada setiap organisasi masing–masing

pejabat/pimpinan hendaknya menetapkan suatu tujuan yang kongkret

sehingga tujuan tersebut mampu menunjang tercapainya tujuan

organisasi secara keseluruhan (Arwani, 2006). Atasan dan bawahan

bersama–sama mengembangkan sejumlah sasaran dan tolok ukur

keberhasilan yang spesifik dalam waktu yang telah disepakati bersama.

Atasan dan bawahan melakukan evaluasi bersama secara berkala atas

kemajuan yang dicapai. Pada akhir periode yang telah disepakati,

bawahan akan dinilai brdasarkan kinerja yang dicapai. Sebagai akhir dari

suatu proses evaluasi bawahan yang berhasil mencapai standar prestasi

akan mendapatkan penghargaan.

5. Proses kegiatan dalam penilaian kinerja

Penilaian prestasi kerja merupakan suatu pemikiran sistematis atas

individu karyawan mengenai prestasi dalam pekerjaan dan potensinya untuk

pengembangan (Dale S. Beach, 1970, alih Bahasa Achmad S 2001 cit

Nursalam, 2002). Proses kegiatan tersebut meliputi:

a. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus di capai oleh staf

keperawatan. Rumusan tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga

langkah perumusan tersebut dapat memberikan kontribusi berupa hasil.

b. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh

karyawan untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar

prestasi dan tolok ukur yang telah ditetapkan.

c. Melakukan monitoring, koreksi dan memberikan kesempatan serta


bantuan yang diperlukan oleh stafnya.

d. Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang

dicapai dengan standar atau tolok ukur yang ditetapkan.

e. Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai. Dalam

proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu

membicarakan cara–cara untuk memperbaiki kelemahan yang telah

diketahui untuk meningkatkan prestasi pada periode berikutnya.

6. Evaluasi Kinerja Perawat

Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan

yang diberikan kepada pasien yang dijadikan acuan dasar dalam menilai

kualitas pelayanan keperawatan dengan menggunakan standar praktek

keperawatan yang sekaligus menjadi pedoman bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002). Standar praktek

keperawatan tersebut mengacu pada tahapan proses keperawatan, yang

meliputi : Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Intervensi

Keperawatan, Implementasi Keperawatan, Evaluasi Keperawatan.

a. Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. kriteria

pengkajian meliputi :

1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisik serta dari pemerikdaan penunjang.

2) Sumber data adalah klien,keluarga atau orang yang terkait,


timkesehatan, rekam medis dan catatan lain.

3) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi: status

kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status

biologis-psikologis-sosial-spiritual, respon terhadap terapi, harapan

terhadap tingkat kesehatan yang optimal, dan resiko-resiko tinggi

masalah.

b. Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa

keperawatan. Adapun kriteria prosesnya sebagai berikut :

1) Proses diagnosa terdiri dari: analisis, intrepretasi data, identifikasi

masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E) dan

tanda atau ge ala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

3) Beker asama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan.

4) Melakukan pengka ian ulang dan merivisi diagnosa berdasarkan data

terbaru

c. Intervensi Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah klien dan meningkatkan kesehatan klien. Adapun kriteria

prosesnya sebagaiberikut:

1)Intervensi terdiri dari penetapan prioritas masalah, tu uan, dan rencana

tindakan keperawatan.
2) Beker asama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.

3) Intervensi bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan

klien.

4) Mendokumentasikan rencana keperawatan.

d. Implementasi Keperawatan

Perawat mengimplementasikan tindakanyang telah diidentifikasi

dalam encana asuhan keperawatan. Adapun kriteria prosesnya sebagai

berikut:

1)Beker asama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

2)Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

20

3)Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan

klien.

4) Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep

keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakan.

5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien.

e. Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan

keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan

perencanaan. Adapun prosesnya sebagai berikut:

1)Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervennsi secara


komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

2)Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur

perkembangan kearah pencapaian tujuan.

3)Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

4) Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan.

5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

7. Puskesmas Rawat Inap

a. Pengertian

Puskesmas rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang

meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi

medik dengan menginap diruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah

sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah

bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap

(Depkes RI, 2006). Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap

adalah puskesmas yang diberikan tambahan ruangan dan fasilitas untuk

menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas

maupun rawat inap sementara.

b. Kriteria dan Kegiatan Rawat Inap

Merupakan Pusat Rujukan Antara bagi penderita gawat darurat

sebelum dibawa ke RS. Sedangkan kriterianya (Depkes RI, 2006):

1)Puskesmas terletak ± 20 km dari rumah sakit

2)Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor


3)Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang

memadai .

4) Jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang perhari

5)Penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah 3

puskesmas disekitarnya minimal 30.000 jiwa perpuskesmas.

6)Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai

c. Kegiatan puskesmas rawat inap meliputi (Depkes RI, 2006):

1) Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawatdarurat

antara lain: kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit,

penyakit lain yang mendadak dan gawat.

22

2)Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi

penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata 3-7 hari

perawatan.

3) Melakukan pertolongan sementara untuk pengiriman penderita ke

rumah sakit. Memberikan pertolongan persalinan bagi kehamilan

dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit.

4) Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita

( MOP dan MOW) untuk keluarga berencana.

8. Fungsi puskesmas rawat inap

Puskesmas rawat inap berfungsi untuk meningkatkan pemerataan dan

mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui puskesmas, perlu

dilaksanakan upaya untuk meningkatkan fungsi puskesmas menjadi

puskesmas rawat inap, yang diharapkan akan dapat berfungsi sebagai


tempat rujukan pertama bagi kasus tertentu yang perlu dirujuk. Untuk

pengembangan fungsi dan hal-hal lain yang dibutuhkan pertama-tama

pimpinan puskesmas dengan rawat inap dituntut mampu mengatur (Depkes

RI, 2006).

a. Fungsi puskesmas yang sesuai dengan tugasnya yaitu pelayanan

pembinaan dan pengembangan. Titik tumpuan lebih memberi penekanan

pada fungsi: Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.

b. Fungsi rawat inap yang terdiri dari dua hal utama yaitu:

1)lebih berorientasi pada semacam institusi rumah sakit seperti: instalasi

2) lebih berorientasi pada kuratif

KPIENREARWJAAT

Baik

Sedang

Kurang

B.KerangkaTeori

Faktor individu: 1.Kemampuan &keahlian 2.Latar belakang 3.Karakteristik


individu

Faktor psikologis : 1 .persepsi 2.sikap 3.kepribadian 4.Pembelajaran 5.Motivasi

Faktor Organisasi: 1. Sumber daya 2.Kepemimpinan 3.Penghargaan 4. Struktur


5.Job Desain

Sumber: Simmamora (1997)

C. Kerangka Konsep

24

Variabel Dependen
Kinerja Perawat - Standar Asuhan keperawatan: - Penerimaan pasien baru -
Pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan berdasarkan proses keperawatan -
Pemberian obat obatan - Merujuk klien ke Rumah Sakit - Persiapan klien
pulang

Faktor Organisasi: 1. Sumber daya 2. Kepemimpinan 3. Penghargaan 4.


Struktur 5. Job desain

Faktor psikologis: 1. Persepsi 2. Sikap 3. Kepribadian 4. Pembelajaran

Faktor individu: 1. Kemampuan dan keahlian 2. Latar belakang

Area yang diteliti

Area yang tidak diteliti

Variabel Independen

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja: 1.Karakteristik Individu : - Umur -


Jenis Kelamin - Pendidikan - Masa Kerja - Status Kepegawaian 2. Motivasi

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1.Ho: Tidak ada pengaruh umur dengan kinerja perawat puskesmas rawat inap

di Kabupten Purworejo.

Ha: Ada pengaruh umur dengan kinerja perawat puskesmas rawat inap di

Kabupten Purworejo.

2.Ho: Tidak ada pengaruh jenis kelamin dengan kinerja perawat puskesmas

rawat inap di Kabupten Purworejo.

Ha: Ada pengaruh jenis kelamin dengan kinerja perawat puskesmas rawat

inap di Kabupaten Purworejo.

3.Ho: Tidak Ada pengaruh pendidikan dengan kinerja perawat puskesmas

rawat inap di Kabupten Purworejo.


Ha: Ada pengaruh pendidikan dengan kinerja perawat puskesmas rawat inap

di Kabupten Purworejo.

4.Ho: Tidak ada pengaruh masa kerja dengan kinerja perawat puskesmas rawat

inap di Kabupten Purworejo.

Ha: Ada pengaruh masa kerja dengan kinerja perawat puskesmas rawat inap

di Kabupten Purworejo.

5.Ho: Tidak Ada pengaruh status kepegawaian dengan kinerja perawat

puskesmas rawat inap di Kabupten Purworejo.

Ha: Ada pengaruh status kepegawaian dengan kinerja perawat puskesmas

rawat inap di Kabupten Purworejo.

6.Ho: Tidak Ada pengaruh motivasi dengan kinerja perawat puskesmas rawat

inap di Kabupten Purworejo.

26

Ha: Ada pengaruh motivasi dengan kinerja perawat puskesmas rawat inap di

Kabupten Purworejo.

7.Ho: Tidak ada faktor dominan yang mempengaruhi kinerja perawat

puskesmas rawat inap di Kabupten Purworejo.

Ha: Ada faktor dominan yang mempengaruhi kinerja perawat puskesmas

rawat inap di Kabupten Purworejo.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitic yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui dinamika


hubungan antara karakteristik individu yang terdiri dari: umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, status kepegawaian, masa kerja dan motivasi dengan

kinerja perawat menggunakan metode statistik. Pendekatan dalam penelitian

ini menggunakan cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara

pendekatan observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu

saat (point time approuch) artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi

sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek

baik variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada saat

pemeriksaan (Notoatmojo, 2002)

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat

yang bekerja di bagian rawat inap puskesmas dengan rawat inap di

kabupaten Purworejo. Populasi perawat tersebut sejumlah 106 orang

perawat.

28

2. Sampel

Sampel adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel di dalam penelitian ini adalah

semua perawat yang bekerja di bagian rawat inap Puskesmas rawat inap

Kabupaten Purworejo. Sampel tersebut sebesar 106 orang perawat artinya

seluruh populasi yang ada dijadikan sampel dalam penelitian/total sampel


maka penelitian ini disebut juga penelitian populasi atau penelitian sensus

(Arikunto, 2006). Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan kriteria

sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi:

1) Perawat yang bekerja di bagian rawat inap: pegawai tetap, tidak tetap

dan kepala ruangan

2) Dapat ditemui saat pengambilan data

3) Bersedia menjadi responden

4) Bekerja di puskesmas Wilayah Kabupaten Purworejo.

b. Kriteri Eklusi:

1) Tidak dapat ditemui saat pengambilan data/sedang cuti/sakit

2) Tidak bersedia menjadi responden

C. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sebelas puskesmas rawat inap di

kabupaten Purworejo yaitu Puskesmas Ngombol, Bubutan, Bragolan,

Cangkrep, Dadirejo, Loano, Banyuasin, Bruno, Pituruh, Semawung dan

Kutoarjo. Dengan alasan pada kesebelas Puskesmas tersebut

menyelenggarakan pelayanan rawat inap terhadap masyarakat yang

membutuhkan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan

bulan Oktober 2012.


D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas/independen

variable dan variabel terikat/dependen variable. Adapun variabel tersebut

adalah:

1.Variabel Bebas/Independen Variable

Variabel bebas merupakan variabe stimulus/variabel yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas tersebut adalah Karakteristik

perawat (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, status kepegawaian)

dan motivasi.

2.Variabel Terikat/Independen Variable

Vaeriabel terikat adalah Variabel yang memberi reaksi/respon jika

dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kinerja perawat

E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala data Karakteristik perawat Adalah
ciri-ciri seorang pegawai yang ditandai dengan:

Umur adalah usia Diukur dengan Diperoleh data Ordinal perawat sesuai yang
tercantum di dalam kuesioner A kemudian dikatagorikan menjadi: KTP < 30 =
1 30-40 = 2 40-50 = 3 > 50 = 4

Jenis kelamin adalah Diukur dengan Setelah data diperoleh Nominal ciri
biologis dan mengisi kemudian dikatagorikan fisik yang kuesener A menjadi:
ditunjukkan seorang perawat Laki-laki = 1 Perempuan = 2

Pendidikan adalah Diukur dengan Setelah data diperoleh Ordinal jenjang


pendidikan mengisi kemudian dikatagorikan terakhir yang kuesioner A menjadi:
dimiliki oleh perawat SPK = 1 D1= 2 D3 = 3 S 1 = 4
Masa kerja adalah Diukur dengan Setelah data diperoleh Ordinal lamanya
perawat mengisi kemudian dikatagorikan bekerja di dalam kuesioner A
menjadi: maupun di luar instansi sekarang <3 th = 1 3-10th = 2 >10th = 3

Status kepegawaian Diukur dengan Setelah data diperoleh Nominal adalah


kriteria mengisi kemudian dikatagorikan pegawai sesuai kuesener A menjadi:
dengan SK(Surat Tetap = 1 Keputusan) Tidak tetap = 2

Motivasi Kondisi yang Diukur Diperoleh nilai 0-80 Ordinal mendorong perawat
menggunakan kemudian dikatagorikan untuk selalu kuesiener yang menjadi:
meningkatkan, mengarahkan serta berisi 20 pertanyaan dan 0 – 26 = rendah (1)
27 – 53 = sedang (2) memelihara perilaku yang berhubungan dijawab dengan
STS,TS,S,SS 54 – 80 = tinggi (3)

dengan pekerjaan Kriteria Nilai: STS = 1 TS = 2 S =3 SS=4 Kinerja Pencapaian


tugas Diukur dengan Diperoleh nilai 0 - 140 Ordinal perawat perawat dalam
mengisi kemudian dikatagorikan penerapan standar kuesener C menjadi: asuhan
keperawatan: 0 – 45 = kurang (1) - Penerimaan pasien baru 46– 92 = sedang (2)
93- 136 = baik (3) - Pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan berdasarkan
proses keperawatan - Pemberian obat obatan - Merujuk klien ke Rumah Sakit
lain - Persiapan klien pulang

F. Teknik Pengumpulan data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data skunder. Data

primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang

telah disediakan. Kuesioner tersebut sebagian diadopsi dari penelitian (Riyadi,

2007) dan pengembangan sendiri oleh peneliti. Data primer yaitu karakteristik

perawat yang terdiri dari: umur, jenis kelamin, pendidikan, status kepegawaian,

masa kerja, motivasi kerja perawat serta kinerja perawat dengan standar

asuhan keperawatn. Pengumpulan data ini dilakukan hanya sekali kepada

responden dengan cara menjelaskan tujuan penelitian,mengisi informed

concent, menjelaskan cara mengisi kuesioner, responden mengisi kuesioner


sesuai petunjuk, peneliti mengambil kuesioner sesuai dengan kontrak waktu.

Data skunder meliputi jumlah perawat, jumlah puskesmas, dan data lain yang

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data ini diperoleh dari dokumen profil

Dinkes Kabupaten Purworejo.

G. Pengolahan Data

Ada beberapa tahapan yang dilakukan peneliti sebelum data dianalisis.

Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Editing

Langkah ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan

baik dan mendapatkan informasi yang tepat dengan mengoreksi kesalahan

dalam pengisian sewaktu pengambilan data. Kegiatan yang dilakukan

dengan mengecek terlebih dahulu kelengkapan jawaban kuesioner. Apabila

didapatkan kuesioner yang belum lengkap terisi secara keseluruhan maka

dikembalikan lagi kepada responden untuk dilengkapi.

2. Koding

Setelah selesai melakukan editing selanjutnya peneliti melakukan

koding. Kegiatan ini berfungsi untuk memudahkan dalam melakukan

pengecekan kembali data jika terdapat kekeliruan.

3. Entry data

Setelah seluruh data terkumpul dimasukkan kedalam komputer dengan

menggunakan program SPSS for window versi 16. Proses selanjutnya

dilakukan analisis.

4. Tabulasi
Setelah seluruh data dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian

proses selanjutnya membuat tabel–tabel data. Tabel data tersebut

disesuaikan dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

H. Teknik Analisis data

Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif yang dianalisis dengan tiga

macam cara yaitu: analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.

1.Analisis Univariat

Analisis univariat untuk menggambarkan masing–masing variabel

penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi. Analisis tersebut

menjabarkan secara deskriptif baik variabel terikat yaitu kinerja perawat

maupun variabel bebas yang meliputi karakteristik perawat: umur, jenis

kelamin, pendidikan, status kepegawaian, masa kerja dan motivasi kerja

perawat.

2.Analisis Bivariat

Analiisis bivariat untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesa dengan

menentukan pengaruh variabel bebas terhadap veriabel terikat melalui uji

statistik Chi Square. Uji ini untuk melihat hasil kemaknaan penghitungan

statistik antara dua variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan batas

kemaknaan (a = 0,05). Hasil uji statistik dikatakan bermakna atau signifikan

(Ho ditolak) apabila nilai hasil hitung < dari a (p < 0,05). Sebaliknya

dikatakan tidak bermakna (Ho, gagal ditolak) apabila nilai hitung >

dari a (p > 0,05).


3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah analisis dengan menggunakan banyak

variabel penelitian. Analisis ini berguna untuk mengetahui variabel yang

paling dominan yang mempengaruhi kinerja perawat dengan uji ordinal

regresi.

I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan

aspek umur, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, masa kerja

responden dengan mengisi pada tempat yang telah disediakan. Aspek

motivasi responden ditanyakan dengan alternatif jawaban STS, TS, S, SS.

Aspek kinerja perawat ditanyakan dengan alternatif memilih jawaban

0,1,2,3,4. Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas instrumen tersebut

telah dilakukan ujicoba pada tanggal 12-18 Agustus 2012 kepada 20 perawat

yang bekerja di bagian rawat inap di lokasi Puskesmas Rawat Inap di

Kabupaten Kebumen yang mempunyai karakteristik tidak jauh berbeda

dengan lokasi penelitian. Alat ukur yang diujikan adalah karakteristik

perawat, kuesioner motivasi dan kinerja perawat. Setelah dilakukan validitas

dan reliabilitas instrumen maka kuesioner penelitian ini telah dibagikan

kepada responden yaitu 106 perawat yang bekerja di bagian rawat inap di 11

puskesmas rawat inap di Kabupaten Purworejo. Hasil uji validitas dan

reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Menurut Notoatmodjo (2002) validitas adalah suatu indek yang


menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang di ukur. Untuk

mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur

apa yang hendak diukur perlu di uji dengan menggunakan uji korelasi

antara skors (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skors total kuesioner

tersebut. Uji korelasi ini menggunakan rumus product moment

correlation, dengan rumus sebagai berikut:

N∑XY - ﴾∑X)(∑Y„

rxy =

√{N∑X2- (∑X2)}{N∑Y2- ﴾∑Y2„ }

rxy = skor pertanyaan nomor 1 dikali skor total

∑xy = jumlah perkalian skor item dengan skor total

∑x = jumlah skor tiap item

∑y = jumlah skor tiap item

Uji instrumen ini akan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r

Tabel (Arikunto, 2006). Hasil uji validitas instrumen variabel karakteristik

individu, motivasi perawat dan kinerja perawat hanya ada 1(satu) item

yang tidak valid yaitu pada variabel kinerja perawat bagian E persiapan

pasien pulang nomor ke-6 dan yang lainnya dinyatakan valid. Pertanyaan

yang tidak valid tersebut kemudian dihapus dari daftar pertanyaan tidak

digunakan untuk pertanyaan penelitian dan .tidak akan mempengaruhi

hasil penelitian yang akan dilakukan karena dengan hasil r hitung 0,145

yang berarti hasil korelasinya sangat rendah (tidak berkorelasi).

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,2002). Hal

ini berarti hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama. Cara penghitungan reliabilitas

suatu alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan teknik analisis

rumus koefisiensi Alpha Cronbach dengan hasil dikatakan reliabel apabila

koefisien reliabilitasnya > 0,6. Hasil uji reliabilitas instrumen variabel

motivasi koefisien reliabilitas sebesar 0,934 sedangkan variabel kinerja

perawat yang terdiri dari: penerimaan pasien baru koefisien reliabitas

sebesar 0,856, pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan proses

keperawatan sebesar 0,835, pemberian obat-obatan sebesar 0,837,

merujuk klien ke rumah sakit sebesar 0,625 dan persiapan klien pulng

sebesar 0,808. Karena koefisien reliabilitas lebih dari 0,60 menunjukkan

instrumen reliabel artinya dapat digunkan untuk pengambilan data pada

penelitian ini.

J. Etika Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah manusia,untuk itu diperlukan

keterangan kelaikan etik sebagai bentuk benar-benar menjunjung tinggi

kebebasan manusia. Maslah etika penelitian keperawatan yang harus

diperhatikan adalah:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan


responden penelitian dengan cara memberikan lembar persetujuan yang

diberikan sebelum penelitian dilakukan. Informed Consent diberikan

dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

mengetahui dampaknya. Beberapa informasi yang harus ada antar lain:

partisipasi responden, tujuan, jenis data, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang mungkin terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi

yang mudah dihubungi dan lain-lain.

2. Anonimity (tanpa nama)

Memeberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data ata hasil

penelitian yang dilakukan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kepada kelompok tertentu data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

K. Mekanisme Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan perlu adanya suatu mekanisme rancangan

penelitian yang melalui beberapa tahapan. Tahapan–tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menetapkan judul penelitian dengan melakukan konsultasi dengan


dosen pembimbing.

b. Menentukan tempat dan waktu penelitian

c. Mengurus perijinan dengan instansi terkait untuk melakukan

pengambilan data atau studi pendahuluan.

d. Studi pendahuluan dengan mereview kepustakaan mengenai kinerja

perawat dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta pengumpulan data dari

profil Dinkes Kabupaten Purworejo.

e. Menyusun proposal penelitian dan konsultasi dengan dosen

pembimbing dalam penyusunan proposal tersebut.

f. Mengikuti ujian proposal.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengurus surat ijin uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. b.

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk uji kuesioner

c. Melakukan uji kuesioner di lapangan.

d. Melakukan analisa terhadap uji coba kuesioner dan menetapkan sebagai alat

ukur.

e. Memperbanyak kuesioner sebagai instumen penelitian.

f. Melakukan pengumpulan data dengan kuesioner dilapangan.

g. Melakukan pengecekan jawaban dan melakukan pengolahan data.

3. Tahap akhir

a. Penyusunan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

konsultasi dosen pembimbing.

b. Melakukan seminar hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai