A. Hubungan Antara Keberadaan OPT dan Kerusakan Tanaman
Salah satu jenis dari sawi adalah caisim. Caisim atau biasa disebut sawi bakso merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan di kalangan masyarakat (konsumen). Tangkai daun caisim (sawi bakso) panjang, langsing, dan berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah dan segar dengan sedikit sekali rasa pahit, membuat jenis sawi ini banyak diminati. Selain enak ditumis atau dioseng, caisim banyak dibutuhkan oleh pedagang mi bakso, mi ayam atau restoran masakan cina. Tak heran jika permintaannya setiap hari amat tinggi (Haryanto et al., 2003). Suatu kelompok hama umumnya mempunyai ciri morfologi utama yang sama yang bisa membedakan dari kelompok hama lain. Demikian juga dengan gejala serangan yang ditimbulkannya. Hama dengan tipe mulut tertentu akan menimbulkan gejala serangan yang khas (Tania, 2006). Serangan hama pada suatu tanaman biasanya terjadi sejak tanaman mulai tumbuh hingga menjelang panen. Besarnya kehilangan hasil tanaman karena serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tinggi rendahnya populasi hama, bagian tanaman yang dirusak, respon tanaman terhadap gangguan hama, fase pertumbuhan tanaman dan varietas tanaman (Matnawy, 1992). Penyakit pada tanaman adalah penyebab kerusakan pada tanaman selain yang disebabkan oleh hama. Penyakit disebabkan oleh suatu patogen. Patogen merupakan penyebab penyakit yang menyebabkan kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, nematoda ataupun tumbuhan tingkat tinggi yang bersifat parasit. Sedangkan sakit adalah situasi dimana proses hidup suatu tanaman menyimpang dari keadaan normal dan menimbulakan kerusakan, sehingga tanaman itu tidak dapat tumbuh dan berkembang biak seperti biasa, bahkan dapat menimbulakn kematian pada tanaman tersebut (Jones, 1999). B. Sampling Kerusakan Tanaman Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang dibuat sesuai dengan jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Alat perangkap diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati oleh hama. Alat perangkap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik maupun yang dapat membunuh hama (Untung, 1993). Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam program sampling, yaitu: penentuan unit sampling, interval pengambilan sample, penentuan jumlah sample, pola pengambilan sample. Selanjutnya, setelah semua hal tersebut ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menentukan teknik pengambilan sample, yakni cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengamati dan menghitung obyek pengamatan (Southwood, 1978). Sticky trap adalah salah satu jenis perangkap serangga yang memanfaatkan ketertarikan serangga terhadap warna dan bau-bau tertentu, terbuat dari papan yang pada permukaannya diberi perekat. Serangga yang terperangkap akan tetap melekat dan tidak dapat pergi (Supriyadi et al, 2000). Pembuatan dan penggunaan sticky trap perlu memperhatikan faktor- faktor lingkungan, sifat-sifat tanaman dan sifat hama itu sendiri. Hal yang perlu diperhatikan adalah ukuran serangga, kebiasaan serangga, warna kesukaan dan stadium kehidupan serangga (Purnawati, 2005). C. Analisis Keragaman Agroekosistem Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada dibawah rata-rata dibandingkan bila tanpa pengendalian. Adapun keuntungan yang diperoleh dari pengendalian hayati ini adalah biaya yang harus dikeluarkan cukup murah dibanding dengan ongkos pestisida. Keuntungan lain yaitu tidak mencemari lingkungan (Nurindah et al, 2001). Dengan pemanfaatan musuh alami perlu saja akan relatif lebih aman dan dapat meminimalkan pencemaran lingkungan yang lebih luas lagi. Selain itu juga dapat mempertahankan keanekaragaman agroekosistem tersebut sehingga perkembangan musuh-musuh alami lebih terjamin. Namun demikian, tidak selamanya pengendalian hayati itu akan selalu memberikan hasil yang positif karena pengendalian hayati juga mempunyai resiko, salah satunya sulit memastikan keberhasilannya, masalah bila harus mengimpor musuh alamid ari luar negeri harus mengikuti aturan yang jelas ditetapkan dalam undang- undang yang sangat rumit, antara lainuntuk mencegah terbawanya hiperparasit yang akan menurunkan efektifitasnya di tempat baru (Oka, 1977). Batasan tentang pengendalian hama terpadu bermacam-macam, tetapi umumnya mengandung pengertian bahwa PHT merupakan suatu sistem untuk mengelola hama yang menggantikan segala cara yang cocok satu sama lain, dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Pertimbangan ekologi berarti bahwa PHt dilakukan berdasarkan pengelolaan ekosistem pertanian yang sedikit mungkin memberikan dampak bagi lingkungan (Huffaker dan Messenggerred., 1989). Mekanisme dalam konsep PHT adalah mekanisme alami. Mekanisme alami dalam ekosistem tersebut senantiasa akan menjaga keserasian dan keseimbangan ekologi agar tidak terjadi dominasi suatu spesies. Upaya penciptaan lingkungan agar mekanisme tersebut dapat bekerja efektif merupakan langkah tepat guna menekan resiko serangan hama. Bentuk dari mekanisme alami tersebut antara lain: predasi, parasitisme, patogenesisme dan persaingan inter/ intra spesies (Anonim, 2005). D. Pengelolaan OPT Sesungguhnya perlindungan tanaman sayuran melalui pengendalian hayati ataupun dengan aplikasi pestisida terhadap serangan hama dan penyakit tanaman tidak terbukti meningkatkan produksi, akan tetapi paling tidak dapat mempertahankan potensi hasil. Sebagai contoh tanaman kentang yang terserang penyakit virus mozaik dapat menurunkan hasil sebesar 9-20%, sedangkan hama Phehorimae operculella pada tanaman yang sama dapat menurunkan ahsil sebesar 46% (Armiati et al, 1995). Salah satu syarat usaha pengendalian hama dan penyakit adalah identifikasi terhadap jasad pengganggunya. Identifikasi ini selain dilakukan pada jasad pengganggunya, juga dapat dibantu dengan pengendalian terhadap gejala serangan yang ditimbulkan (Sakti dan Budi, 1988). Pengendalian hayati termasuk dalam pengendalian terpadu. Strategi pengendalian hama terpadu yaitu mempertahankan populasi hama tetap berada pada posisi di bawah ambang ekonomi, sehingga tidak merugikan secara ekonomik. Keberhasilan pengendalian hayati yang luar biasa itu terkadang dicapai terhadap hama-hama asli dengan penggunaan musuh alami yang inangnya termasuk dalam spesies atau generasi lain dari tanaman itu (Huffaker, 1989). Dengan melihat dampak negatif yang ditimbulkan dari aplikasi insektisida, maka diperlukan adanya teknik pengendalian lain yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan, yaitu pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami, khususnya pemanfaatan predator sebagai agens pengendalian hayati yang berpotensi mengendalikan hama serangga (Astari, 2006). Pertimbangan ekonomi berarti bahwa usaha pengendalian tersebut dapat memberikan keuntungan dan manfaat bagi petani. Tujuan penerapan sistem PHT adalah untuk mengelola populasi hama dan membuatnya agar tetap berada dibawah batas ambang ekonomi (Untung, 1993).