Anda di halaman 1dari 4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan Antara Keberadaan OPT dan Kerusakan Tanaman


Salah satu jenis dari sawi adalah caisim. Caisim atau biasa disebut sawi
bakso merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan di kalangan
masyarakat (konsumen). Tangkai daun caisim (sawi bakso) panjang, langsing,
dan berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna
hijau. Rasanya yang renyah dan segar dengan sedikit sekali rasa pahit,
membuat jenis sawi ini banyak diminati. Selain enak ditumis atau dioseng,
caisim banyak dibutuhkan oleh pedagang mi bakso, mi ayam atau restoran
masakan cina. Tak heran jika permintaannya setiap hari amat tinggi
(Haryanto et al., 2003).
Suatu kelompok hama umumnya mempunyai ciri morfologi utama yang
sama yang bisa membedakan dari kelompok hama lain. Demikian juga dengan
gejala serangan yang ditimbulkannya. Hama dengan tipe mulut tertentu akan
menimbulkan gejala serangan yang khas (Tania, 2006).
Serangan hama pada suatu tanaman biasanya terjadi sejak tanaman mulai
tumbuh hingga menjelang panen. Besarnya kehilangan hasil tanaman karena
serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tinggi rendahnya
populasi hama, bagian tanaman yang dirusak, respon tanaman terhadap
gangguan hama, fase pertumbuhan tanaman dan varietas tanaman
(Matnawy, 1992).
Penyakit pada tanaman adalah penyebab kerusakan pada tanaman selain
yang disebabkan oleh hama. Penyakit disebabkan oleh suatu patogen. Patogen
merupakan penyebab penyakit yang menyebabkan kerusakan pada tanaman
yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, nematoda ataupun tumbuhan
tingkat tinggi yang bersifat parasit. Sedangkan sakit adalah situasi dimana
proses hidup suatu tanaman menyimpang dari keadaan normal dan
menimbulakan kerusakan, sehingga tanaman itu tidak dapat tumbuh dan
berkembang biak seperti biasa, bahkan dapat menimbulakn kematian pada
tanaman tersebut (Jones, 1999).
B. Sampling Kerusakan Tanaman
Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang
dibuat sesuai dengan jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Alat
perangkap diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati
oleh hama. Alat perangkap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik maupun
yang dapat membunuh hama (Untung, 1993).
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam program sampling, yaitu:
penentuan unit sampling, interval pengambilan sample, penentuan jumlah
sample, pola pengambilan sample. Selanjutnya, setelah semua hal tersebut
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menentukan teknik pengambilan
sample, yakni cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengamati dan
menghitung obyek pengamatan (Southwood, 1978).
Sticky trap adalah salah satu jenis perangkap serangga yang
memanfaatkan ketertarikan serangga terhadap warna dan bau-bau tertentu,
terbuat dari papan yang pada permukaannya diberi perekat. Serangga yang
terperangkap akan tetap melekat dan tidak dapat pergi (Supriyadi et al, 2000).
Pembuatan dan penggunaan sticky trap perlu memperhatikan faktor-
faktor lingkungan, sifat-sifat tanaman dan sifat hama itu sendiri. Hal yang
perlu diperhatikan adalah ukuran serangga, kebiasaan serangga, warna
kesukaan dan stadium kehidupan serangga (Purnawati, 2005).
C. Analisis Keragaman Agroekosistem
Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai
pengaturan populasi organisme dengan musuh alami hingga kepadatan
populasi organisme tersebut berada dibawah rata-rata dibandingkan bila tanpa
pengendalian. Adapun keuntungan yang diperoleh dari pengendalian hayati ini
adalah biaya yang harus dikeluarkan cukup murah dibanding dengan ongkos
pestisida. Keuntungan lain yaitu tidak mencemari lingkungan
(Nurindah et al, 2001).
Dengan pemanfaatan musuh alami perlu saja akan relatif lebih aman dan
dapat meminimalkan pencemaran lingkungan yang lebih luas lagi. Selain itu
juga dapat mempertahankan keanekaragaman agroekosistem tersebut sehingga
perkembangan musuh-musuh alami lebih terjamin. Namun demikian, tidak
selamanya pengendalian hayati itu akan selalu memberikan hasil yang positif
karena pengendalian hayati juga mempunyai resiko, salah satunya sulit
memastikan keberhasilannya, masalah bila harus mengimpor musuh alamid
ari luar negeri harus mengikuti aturan yang jelas ditetapkan dalam undang-
undang yang sangat rumit, antara lainuntuk mencegah terbawanya hiperparasit
yang akan menurunkan efektifitasnya di tempat baru (Oka, 1977).
Batasan tentang pengendalian hama terpadu bermacam-macam, tetapi
umumnya mengandung pengertian bahwa PHT merupakan suatu sistem untuk
mengelola hama yang menggantikan segala cara yang cocok satu sama lain,
dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Pertimbangan
ekologi berarti bahwa PHt dilakukan berdasarkan pengelolaan ekosistem
pertanian yang sedikit mungkin memberikan dampak bagi lingkungan
(Huffaker dan Messenggerred., 1989).
Mekanisme dalam konsep PHT adalah mekanisme alami. Mekanisme
alami dalam ekosistem tersebut senantiasa akan menjaga keserasian dan
keseimbangan ekologi agar tidak terjadi dominasi suatu spesies. Upaya
penciptaan lingkungan agar mekanisme tersebut dapat bekerja efektif
merupakan langkah tepat guna menekan resiko serangan hama. Bentuk dari
mekanisme alami tersebut antara lain: predasi, parasitisme, patogenesisme dan
persaingan inter/ intra spesies (Anonim, 2005).
D. Pengelolaan OPT
Sesungguhnya perlindungan tanaman sayuran melalui pengendalian
hayati ataupun dengan aplikasi pestisida terhadap serangan hama dan penyakit
tanaman tidak terbukti meningkatkan produksi, akan tetapi paling tidak dapat
mempertahankan potensi hasil. Sebagai contoh tanaman kentang yang
terserang penyakit virus mozaik dapat menurunkan hasil sebesar 9-20%,
sedangkan hama Phehorimae operculella pada tanaman yang sama dapat
menurunkan ahsil sebesar 46% (Armiati et al, 1995).
Salah satu syarat usaha pengendalian hama dan penyakit adalah
identifikasi terhadap jasad pengganggunya. Identifikasi ini selain dilakukan
pada jasad pengganggunya, juga dapat dibantu dengan pengendalian terhadap
gejala serangan yang ditimbulkan (Sakti dan Budi, 1988).
Pengendalian hayati termasuk dalam pengendalian terpadu. Strategi
pengendalian hama terpadu yaitu mempertahankan populasi hama tetap berada
pada posisi di bawah ambang ekonomi, sehingga tidak merugikan secara
ekonomik. Keberhasilan pengendalian hayati yang luar biasa itu terkadang
dicapai terhadap hama-hama asli dengan penggunaan musuh alami yang
inangnya termasuk dalam spesies atau generasi lain dari tanaman itu
(Huffaker, 1989).
Dengan melihat dampak negatif yang ditimbulkan dari aplikasi
insektisida, maka diperlukan adanya teknik pengendalian lain yang lebih
menguntungkan dan ramah lingkungan, yaitu pengendalian hayati dengan
memanfaatkan musuh alami, khususnya pemanfaatan predator sebagai agens
pengendalian hayati yang berpotensi mengendalikan hama serangga
(Astari, 2006).
Pertimbangan ekonomi berarti bahwa usaha pengendalian tersebut dapat
memberikan keuntungan dan manfaat bagi petani. Tujuan penerapan sistem
PHT adalah untuk mengelola populasi hama dan membuatnya agar tetap
berada dibawah batas ambang ekonomi (Untung, 1993).

Anda mungkin juga menyukai