Anda di halaman 1dari 8

Potensi Gunung Agung Meletus Sangat

Tinggi, Ini yang Terjadi Dalam ‘Perut’


Gunung Agung
Selasa, 26 September 2017 15:06

Gambaran puncak Gunung Agung berdasarkan citra satelit earthexplorer.

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA- Potensi Gunung Agung meletus sangat tinggi. Aktivitas


kegempaan vulkanik dangkal dan dalam kian tinggi. Gempa terus dirasakan sampai ke Pos
Pengamatan. Kawah telah mengeluarkan uap air menandakan adanya pergerakan magma ke atas.
Asap pun mulai terlihat di puncak Gunung Agung.

Gejala-gejala tersebut merupakan karakteristik khas Gunung Agung sebelum terjadinya erupsi.
Potensi akan terjadinya letusan Gunung Agung pun sangat tinggi. Kawah telah mengeluarkan uap
air menandakan adanya pergerakan magma ke atas. Asap pun mulai terlihat di puncak Gunung
Agung. Gejala-gejala tersebut merupakan karakteristik khas Gunung Agung sebelum terjadinya
erupsi. Potensi akan terjadinya letusan Gunung Agung pun sangat tinggi.
"Potensi meletus besar dan belum ada tanda menurun," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa
Rendang, Karangasem, Senin (25/9/2017).

Gunung Agung, kata Kasbani, dapat dipastikan akan meletus jika telah muncul gempa tremor yaitu
gempa permukaan berskala kecil yang terjadi secara terus-menerus. Sampai Senin siang,
seismograf memang belum mendeteksi adanya gempa tremor. Walau demikian, pergerakan
magma terus mendekati permukaan.

"Kalau gempa tremor berarti letusan tinggal menunggu hitungan menit atau jam. Potensinya besar,
makanya perlu diantisipasi kawasan rawan bencana untuk menghindari korban," kata Kasbani..
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menyebut Gunung Agung telah memasuki
fase kritis dan peluang terjadinya letusan sangat besar. Hal ini ditandai dengan banyaknya gempa
vulkanik yang terjadi dalam sehari.

“Sehari terjadi rata-rata 500 kali gempa vulkanik. Kekuatan gempa yang dirasakan rata-rata
mencapai 3,5 skala richter,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho,
di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (25/9/2017).

Gempa vulkanik adalah jenis gempa yang diakibatkan aktivitas magma di perut bumi. Gempa
terjadi karena adanya sumbatan dari batuan vulkanik yang berada di kawah. Gempa vulkanik di
Gunung Agung, menurut Sutopo, terjadi di kedalaman 2-3 meter. Artinya, tergolong dalam gempa
vulkanik dangkal.

“Kalau kita lihat pergerakan gempa, berasal sekitar dari Gunung Agung ke arah tenggara, peluang
terjadinya letusan sangat besar,” ujarnya. Berdasarkan pantauan di Pos Pengamatan Gunung
Agung, Senin kemarin, gempa terus mengguncang wilayah Gunung Agung dan sekitarnya.
Terhitung sampai pukul 12.00 Wita, terjadi 593 kali gempa dengan rincian 368 kali gempa
vulkanik dalam, 189 kali kali vulkanik dangkal, dan 36 kali tektonik lokal. Dari periode tersebut,
sebanyak lima kali gempa yang terasa getarannya dengan skala III MMI, diukur dari puncak
Gunung Agung sampai pos pengamatan.
Dengan kondisi itu, menurut Sutopo, potensi erupsi Gunung Agung menjadi besar. Namun BNPB
belum bisa memastikan kapan gunung dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut itu
akan meletus. Sutopo mengingatkan bahwa pada fase-fase kritis, biasanya gunung aktif memiliki
banyak potensi untuk meletus. "Meskipun status awas belum tentu akan meletus, karena
tergantung tekanan. Tapi potensi meletusnya tinggi," kata dia.

Ketidakpastian terkait letusan Gunung Agung, diakui Sutopo, karena kurangnya data panjang
erupsi letusan Gunung Agung.
Bahkan data letusan yang terjadi pada 1963 pun diakui Sutopo tidak terlalu lengkap.

"Data erupsi 54 tahun lalu pun tidak lengkap, jadi kita hanya memanfaatkan hasil penelitian dan
kemungkinan erupsi saat ini," kata dia.

Terkait kemungkinan sebaran abu vulkanis, Sutopo juga belum bisa memastikan. Namun, jika
Gunung Agung meletus antara September dan Oktober maka bisa dipastikan sebaran abi vulkanis
bisa menyebar ke daerah Barat Daya, dan Barat yakni daerah Jawa Timur. Jika Gunung Agung
meletus di antara November hingga Januari, sebaran abu vulkanis akan mengarah ke Timur yakni
bisa berdampak ke kawasan NTB dan NTT.

Tren Penggelembungan
Kasbani menambahkan, saat ini Gunung Agung mengalami tren penggelembungan. Hal ini terjadi
seiring meningkatnya aktivitas vulkanik gunung tertinggi di Bali ini.

"Ini kan kami memantau terus, ada tren penggelembungan atau mengembang. Istilahnya inflasi,"
kata pria yang sudah 27 tahun kerja di PVMBG sebagai pemantau gunung. Namun, Kasbani belum
bisa membeberkan besaran penggelembungan Gunung Agung karena sedang dihitung dan
dilakukan pembandingan dengan pengamatan pada waktu sebelumnya. Penggelembungan diukur
dengan menggunakan lintasan IDM dan Telting serta pantauan satelit. Secara sederhana,
penggelembungan adalah terdorongnya gunung ke arah atas skibat aktivitas magma di perut
gunung.

"Jaraknya bisa meningkat, sudutnya juga karena ada sesuatu yang mendorong," kata Kasbani.
Tren Penggelembungan itu juga dibenarkan Sutopo. Hal ini dikatakan karena adanya pergerakan
magma ke atas. Pergerakan magma ini ditandai keluarnya uap air di kawah Gunung Agung.
Sutopo mengibaratkan Gunung Agung seperti balon yang tertekan energi dan terus mengembung.

“Kalau ada energi yang tersumbat, ibaratnya balon dikasih energi, maka dia akan ada
pengembungan,” ucapnya. (can/ful/tribunnews)
Gempa Sudah Terjadi di
Bali, Tanda-tanda Gunung
Agung Mau Meletus?
Jumat, 22 September 2017 14:17 WIB

TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Gempa susulan berkekuatan 2,7 Skala Richter (SR)


kembali terjadi di Bali. Dari laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
gempa terjadi pada pukul 13.22 Wita berpusat di 10 Km Tenggara Bangli-Bali dengan kedalaman
16 Km.

Getaran gempa juga sempat ramai diperbincangkan warganet di sosial media Facebook d wilayah
Denpasar, Kerobokan-Badung, hingga Gianyar.
Hingga berita ini diturunkan belum diketahui secara pasti terjadinya gempa tersebut apakah ada
kaitannya dengan aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem yang telah
ditetapkan dalam status siaga.

Sementara itu, dari LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG API METEOROLOGI


Cuaca cerah. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat. Suhu udara 18-29 °C dan
kelembaban udara 77-86 %.

VISUAL
- Gunung jelas hingga kabut 0-III. Asap kawah nihil.
Jumlah : 144, Amplitudo : 4-8 mm, S-P : 1-2.3 detik, Durasi : 10-24 detik)
- Tektonik Lokal
Jumlah : 5, Amplitudo : 7-8 mm, S-P : 5-7 detik, Durasi : 30-47 detik)

KESIMPULAN
Tingkat Aktivitas G. Agung Level III (Siaga)

REKOMENDASI
Masyarakat di sekitar G. Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, tidak
melakukan pendakian dan tidak berkemah di dalam area kawah G. Agung dan di seluruh area di
dalam radius 6 km dari kawah puncak G. Agung atau pada elevasi di atas 950 m dari permukaan
laut dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara, Tenggara dan Selatan-Baratdaya sejauh 7.5
km.
Lembata Kembali Digoyang
Gempa 4,9 SR, Durasi Lebih
Lama
Sefnat Besie
Rabu, 11 Oktober 2017 - 08:23 WIB

Gempa bumi tektonik susulan kembali mengguncang Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan
sekitarnya, Rabu (11/10/2017) sekitar pukul 07.10 WITA.Ilustrasi/SINDOnews

LEMBATA - Gempa bumi tektonik susulan kembali mengguncang Lembata, Nusa


Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya, Rabu (11/10/2017) sekitar pukul 07.10 WITA.
Gempa bumi berkekuatan magnitudo, 4,9 SR gempa kali ini dirasakan lebih lama dari
gempa kemarin.

Sesuai hasil analisa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG), pusat gempa
bumi berada di laut 29 km arah Barat Laut Kota Lewoleba Lembata. Pada koordinat 8.23
LS dan 123.37 BT di laut kedalaman 10 km. Sedangkan analisis peta tingkat guncangan
(shakemap) BMKG, dampak gempabumi ini menimbulkan guncangan pada II Skala
Intensitas Gempabumi BMKG (SIG-BMKG) atau III - IV skala intensitas Modified Mercally
Intensity (MMI) di wilayah LEMBATA.

"Kemudian berdasarkan informasi masyarakat yang diterima di BMKG getaran


gempabumi dirasakan II SIG-BMKG (III-IV MMI) di wilayah Lembata," kata Hasanudin,
Kepala Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang.

Dia menjelaskan, ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan jenis
gempa bumi tektonik akibat sesar aktif di sekitar Lembata hingga memicu terjadinya
gempa bumi. "Terkait dengan peristiwa gempa bumi Lembata yang baru saja terjadi,
hingga laporan ini disusun pada pukul 08.00 WITA, belum terjadi aktivitas gempabumi
susulan,” katanya.

Anda mungkin juga menyukai