Anda di halaman 1dari 14

Nama : Nadhil Zul Hazmi

NIM : 4116110023
Kelas : 1-JT

A.KONSEP KETUHANAN AGAMA NASHRANI


Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebut-an agama Kristen adalah
salah satu agama yang mengaku-aku monotheis-me, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen
adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan
Trinitas atau Tritunggal.
Nashrani berasal dari kata Nazharet yaitu tempat kelahiran Nabi ‘Isa ? . Sedangkan kata
Kristen berasal dari Kristus “ Juru Selamat “ yang merupakan sebutan yang dikarang secara
dusta oleh Saulus dan pa-ra pengikutnya.
Agama Kristen telah terpecah jadi puluhan agama baru, dari yang sifatnya besar dan
mendunia hingga yang lokal dan kurang populer. Se-tiap agama pecahannya pasti mengkafirkan
agama pecahan yang lainnya pula. Dan secara umum, agama Kristen terbagi menjadi tiga agama
baru, yang masing-masing memiliki gereja dan tokoh agama sendiri-sendiri. Ketiga agama
terbesar dari lingkup agama Kristen ini yaitu : Katholik, Or todox dan Protestan. Meskipun
mereka berbeda dalam tempat ibadah dan pimpinan spiritualnya, bahkan dalam injilnya, namun
mereka semua sepa kat dengan prinsip ajaran trinitas atau tritunggal.
Agama Katholik adalah agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-
orang umum, karena mereka mengaku-aku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi satu-
satunya di dunia. Disebut pu la dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka
mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-
lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau Kerasulan kare- na mereka mengaku-aku bahwa
yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid Nabi ‘Isa ? yang paling senior.
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara
bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tu-han Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut
bersama-sama de-ngan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi
Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani adalah
agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama Ortodox
meyakini bahwa Roh Qu-dus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini bahwa
Tu han Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.

B.Konsep Ketuhanan Agama Hindu

Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama


dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme,
panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui.
1. Monoteisme
Konsep monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada
duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta
menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama
Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahmana.
2. Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme.
Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal
tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap
benda apapun, ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan
istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi
alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun
berada pada setiap ciptaannya.
3. Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang
dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat.Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua
dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak
pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan
karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala
penyebab namun tidak memiliki penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak
pernah campur tangan.
4. Konsep Lainnya
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal, para sarjana
mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme,politeisme, dan monisme dalam ajaran agama
Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi objek
penelitian yang hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat
berbedanya sumber informasi.
Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni monoteisme.
Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat dalam agama Hindu
hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para sarjana dan tidak melihat tubuh
agama Hindu secara menyeluruh. Seperti misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep
politeisme namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan
bertentangan dengan ajaran dalam Weda.

C.Konsep Ketuhanan Agama Yahudi

Konsep ketuhanan agama yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme.
Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep tuhan yang mengambil
beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bida’ah dalam Judaisme. Dalam doa secara utuh
dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani:
"Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai
"Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal "
Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki
anak, yaitu Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Alloh
mematikannya selama 100 ta-hun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya itu, kitab
Taurat te-lah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair membawa bukti akan
keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya. Ketika itulahorang-orang Yahudi
mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi Musa datang kepada mereka membawa Taurat
dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rosul utusan Alloh, sedangkan Uzair datang
membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, ma ka Uzair lebih , lalu
mereka me-yakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada Musa sebagai anak Alloh, dan
mereka pun menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi (
Bani Isroil)
D.Konsep Ketuhanan Dalam Agama Buddha.
Agama Buddha menekankan Pragmatis, yaitu : Mengutamakan tindakan-tindakan cepat
dan tepat yang lebih diperlukan di dalam menyelamatkan hidup seseorang yang tengah gawat
dan bukan hal-hal lainnya yang kurang praktis, berbelit-belit, bertele-tele dan kurang penting.
Buddha tidak pernah menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam
semesta karena hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati.
Hal ini dapat kita lihat pada kisah, orang yang tertembak anak panah beracun, yang menolak
untuk mencabutnya sebelum dia tahu siapa yang memanahnya, kenapa panah itu ditembakkan,
dari mana anak panah itu ditembakkan. Pada saat semua pertanyaannya terjawab, dia sudah akan
mati lebih dahulu. (Cula-Malunkyovada Sutta, Majjhima Nikaya 63)
Sutra tersebut mengajarkan kita memiliki pemahaman yang rasional, efektif, efisien, cerdas dan
bijaksana dalam kehidupan spiritual umat manusia agar tindakan cepat dan tepat segera
diutamakan, tanpa membuang-buang waktu lagi.
Dalam mengulas konsep tersebut kita tidak dapat melepaskan 4 (empat) rumusan Kebenaran,
yaitu :
1. Ada awal - Ada akhir
Kebenaran ini menjelaskan ada awal dalam proses pembentukan, pembuatan dan kejadian.
Seperti Pembuatan meja. Ada proses pengerjaan kayu-kayu dibentuk, dihubungkan dan
difinishing sehingga terbentuk meja kayu dengan empat pondasinya atau bentuk desain lainnya.
Ada Akhir dalam hal ini ada kehancuran, kelapukan. Jadi, dengan berjalannya proses waktu,
meja tersebut dapat rusak, hancur atau diolah lagi dalam bentuk lainnya. Seperti meja tersebut
dimakan rayap, dijadikan kayu bakar atau dijadikan pondasi. Maka pada saat bentuk berubah kita
mengatakan akhir keberadaan dari apa yang kita namakan meja tersebut.
2. Ada Awal - Tanpa Akhir
Kebenaran jenis ini, seperti Bilangan asli yang selalu diawali dengan angka 1 dan angka
selanjutnya tanpa batas. Kita tidak dapat mengakhiri pada angka tertentu. Meskipun
penghitungannya angka tersebut sudah sedemikian besar.
3. Tanpa awal - Ada akhir
Kebenaran jenis ini, contohnya adalah keberadaan kehidupan manusia. Apabila kita telusuri awal
keberadaan manusia kita tidak akan menemukan suatu jawaban yang pasti. Pada saat kita
menarik kebelakang. Orang pasti memiliki ayah dan ibu. Ayah dan Ibu pun memiliki ayah dan
ibunya lagi. Terus kita tarik baik dari sisi ibu maupun dari sisi ayah kita tidak akan menemukan
titik yang tepat. Meskipun dalam agama tertentu. Ada keberadaan awal manusia.
4. Tanpa awal - Tanpa akhir
Kebenaran jenis ini dapat kita lihat dalam Udana Nikaya :
“Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan,
Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita
dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

E.Konsep Ketuhanan Agama Shinto

Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari animisme dan dinamisme yaitu
suatu kepercayaan primitif yang percaya pada kekuatan benda, alam atau spirit. Tradisi Shinto juga
mengenal beberapa nama Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa
Jepang disebut dengan istilah Kami atau Kamisama.
Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu ”semua
benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit atu
kekuatan jadi wajib dihormati” . konsep ini memiliki pengaruh langsung didalam kehidupan
masyarakat Jepang.Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang pesat
di Jepang karena salahsatunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau Tuhan yang
bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati.
Agama Shinto terdiri dari empat kelompok yaitu :
1. Imperial Shinto (Kyūchū Shinto atau Koshitsu Shinto)
Shinto kelompok ini sangat eksklusif dan tidak umum ditemukan. Memiliki beberapa kuil saja
yang kalau tidak salah 5 buah di seluruh negeri. Nama kuil ini biasanya berakhir dengan nama
Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll. Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi
sebagai tempat untuk memuja Kami juga berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya
keluarga kerajaan.

2. Folk Shinto (Minzoku Shinto)


Mithyologi tentang Kojiki, cerita terbentuknya pulau Jepang dan cerita tentang dewa dewa lain
adalah ciri khas dari Shinto kelompok ini. Jadi Folk Shinto adalah kepercayaan Shinto yang
meliputi cerita tua, legenda, hikayat dan cerita sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah
Okayama, Jepang tengah adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati
tokoh utama dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro. Disamping itu Shinto kelompok ini juga
mendapat pengaruh yang kuat dari agama Buddha, Konfucu, Tao dan ajaran penduduk local seperti
Shamanism, praktek penyembuhan dll.
3. Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto)
Shinto kelompok ini mulai muncul pada abad ke 19 dan sampai saat ini memiliki kurang lebih 13
sekte. Dua diantara sekte ini yang cukup banyak pengikutnya adalah Tenrikyo atau Kenkokyo.
Keberadaan dari Sect Shinto ini cukup unik karena memiliki ajaran, doktrin, pemimpin atau
pendiri yang dianggap sebagai nabi dan yang terpenting biasanya menggolongkan diri dengan
tegas sebagai penganut monotheisme. Shinto golongan ini sepertinya jarang dibahas ataupun
kurang dikenal oleh kebanyakan orang. (asing) sehingga konsep monotheisme dari Shinto aliran
baru nyaris luput dari tulisan kebanyakan orang
4. Shrine Shinto (Jinja Shinto)
Saat ini hampir sebagian besar dari kuil yang ada di Jepang termasuk kelompok ini, yang semuanya
tergabung dalam satu organisasi besar yaitu Association of Shinto Shrines. yang menghimpun
sekitar 80 ribuan kuil di seluruh negeri. Jadi sepertinya dari semua kelompok Shinto yang ada,
kelompok terakhir inilah yang sepertinya paling mudah untuk diterima serta paling banyak
pengikutnya.
Konsep Tuhan dalam Agama Nashrani
Nashrani berasal dari kata Nazharet yaitu tempat kelahiran Nabi Isa. Sedangkan kata
Kristen berasal dari Kristus “ Juru Selamat “ yang merupakan sebutan yang dikarang secara dusta
oleh Saulus dan para pengikutnya.
Agama Nashrani atau yang lebih dikenal dengan agama Kristen termasuk salah satu
dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian
dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana
dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang
dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan
adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam Bahasa Yunani
hypostasis) Tuhan atau Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325)
yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I.
Agama Kristen terbagi menjadi tiga agama baru, yang masing-masing memiliki gereja dan
tokoh agama sendiri-sendiri yaitu : Katholik, Ortodox ,dan Protestan. Agama Katholik adalah
agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-orang umum, karena mereka
mengaku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi satu-satunya di dunia. Disebut pula
dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari
Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau
Kerasulan karena mereka mengaku bahwa yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid
Nabi Isa yang paling senior.
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara
bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-
sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi. Adapun agama Ortodox yang disebut pula
sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen
Katholik pada tahun 1054 M.
Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan
mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak. Sedangkan agama
Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena
menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Disebut Protestan karena
sikap mereka yang memprotes Gereja lama atau kaum Katholik. Mereka menyebut dirinya dengan
Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang hanya mau mengikuti Injil semata. Terkadang
mereka disebut dengan Kristen saja. Agama Protestan di antara agama yang melarang membuat
patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap meyakini ajaran trinitas
yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.
Secara garis besar, inti kepercayaan umat Kristen adalah Tritunggal, kepercayaan bahwa
Allah itu tiga pribadi yang adalah satu: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.Sebellius
(meninggal pada tahun 215) mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Esa, Bapa, Anak dan Roh
Kudus adalah modalitas atau cara menampakkan diri Tuhan Allah Yang Esa itu. Semula, yaitu di
dalam P.L Tuhan Allah menampakkan diri-Nya di dalam wajah atau modus Bapa, yaitu sebagai
pencipta dan pemberi hukum. Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan dirinya di dalam wajah
Anak, yaitu sebagai juru Selamat yang melepaskan umatNya, yang dimulai dari kelahiran Kristus.
Hingga kenaikanNya ke Sorga. Akhirnya Tuhan Allah sejak hari pentekusta menampakkan
diriNya di dalam wajah Roh Kudus, yaitu sebagai Yang Menghidupkan. Jadi ketiga sebutan tadi
adalah suatu urut-urutan penampakan Tuhan di dalam sejarah (Hadiwijono, 2007).
Beberapa umat Kristen modern telah berbicara tentang tiga pikiran, jiwa atau kekuatan yang
semuanya adalah bagian dari Allah yang sama dan berada dalam keadaan harmonis: Allah Bapa
mengasihi Allah putra dengan Roh Kudus sebagai kekuatan yang mempersatukan mereka. Umat
Kristen lain berpendapat bahwa akan lebih mudah dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai
tiga peran: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus(Keene,
2006). Dengan demikian, konsep keesaan Tuhan dalam agama Kristen belum jelas dan masih
diperdebatkan di antara umat Kristiani sendiri.
Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad
II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan
Bapa. Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Maria
disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik.
Konsep ketuhanan agama Kristen secara kesuluruhan adalah tidak masuk akal, bahkan
masing-masing tokoh agama mereka memiliki penafsiran yang berbeda tentang Trinitas ini. Sehingga
banyak yang menyebut konsep Trinitas sebagai teka-teki yang tidak pernah terjawab atau rahasia
yang tidak pernah terungkap tuntas.

Lebih jauh daripada itu, keyakinan mereka terhadap Trinitas bila dihubungkan dengan
keyakinan adanya dosa warisan, yaitu dosa yang mesti ditanggung seluruh anak-anak Adam karena
Adam dan Hawa telah memakan buah terlarang di syurga, kemudian untuk menebus dosa warisan
ini maka Yesus Tuhan Anak diturunkan ke dunia untuk menebusnya dengan cara disalib. Tapi, ketika
Yesus hendak disalib, dia berkata, “Tuhan kenapa Engkau tinggalkan daku.”

Keanehan pertama, yaitu apabila Tuhan adalah penentu segalanya, dan pahala serta dosa pun
Tuhan pula yang menentukan, kenapa Tuhan tidak mampu menghapus dosa Adam dan
mema’afkannya tanpa mengorban-kan Anak-Nya. Keanehan lainnya adalah apabila Yesus memang
diturunkan ke dunia untuk menebus dosa manusia, kenapa ia mesti mengatakan: “Tuhan kenapa
Engkau tinggalkan daku.”

Keganjilan lainnya dapat dilihat dalam silsilah Yesus, masing-masing Injil mengemukakan
silsilah yang berbeda-beda. Di Injil Matius, bahwa Yesus adalah keturunan Salomo Putera Daud. Tapi
di Injil Lukas disebutkan bahwa Yesus adalah keturunan Natan Putera Daud. Bahkan dalam satu Injil
banyak dijumpai pertentangan yang mustahil untuk dikumpulkan. Seperti dalam Injil Matius disebutkan
bahwa Yesus memiliki setidak-tidaknya tiga predikat, yaitu: Anak Manusia, Hamba Allah dan Anak
Allah. Dalam Injil Markus disebutkan setidak-tidaknya empat predikat bagi Yesus, yaitu: Anak Allah,
Anak Manusia, Tuhan, dan Raja Yahudi. Dalam Injil Lukas disebutkan setidak-tidaknya tiga predikat:
Keturunan Manusia, Anak Allah dan Raja Yahudi. Dalam Injil Yohanes disebutkan setidak-tidaknya
dua predikat: Manusia biasa dan Anak Tunggal Allah (Anonim, 2013).
B. Konsep Tuhan dalam Agama Yahudi

Konsep ketuhanan agama Yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme.
Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep Tuhan yang mengambil
beberapa bentuk misalnya Trinitas dianggap bida’ah dalam Judaisme. Dalam doa secara utuh
dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani:
"Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai
"Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal "
Allah disini disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas.
Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Istilah Allah sehingga terkait dengan
kenyataan sebenarnya, dan bukan hanya proyeksi dari jiwa manusia. Allah dijelaskan dalam
pengertian seperti: "Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama
dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah."
Pada kenyataannya umat Yahudi termasuk kaum Musyabbihah, yaitu kaum yang
menyerupakan Allah dengan makhluk, sebagaimana tersebut dalam Kitab Taurat pada Kitab
Kejadian Pasal I Allah berkata : “Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti
serupaan dari Kami.” Sehingga apa saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh
Allah. Bahkan dalam keyakinan orang-orang Yahudi, Allah bisa mengalami keletihan dan
kecapaian sehingga perlu beristirahat, sebagaimana tersebut dalam Taurat pada Kitab Kejadian
Pasal II : "Allah menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Di
beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan yang Dia ker jakan.”
Demikian umat Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model kaum
Musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang me reka sifatkan. Bahkan tidak
hanya meyakini keserupaan Allah dengan makhluk, mereka pun mensifati Allah ta’ala dengan
sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti : kikir, miskin, bisa diperdaya dan lain-lain.
Sebagaimana firman Allah SWT ( Qs. Al-Maidah : 64 )
َ ُ ‫ت ْال َي ُهود ُ َيد‬
‫ّللاه َم ْغلُولَة‬ ‫َوقَالَ ه‬
“Orang-orang Yahudi berkata : “Tangan Allah terbelenggu ( yakni kikir )"
Dalam tafsir dari ‘Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid, Adh-Dhohhak, Ibnu ‘Abbas dan
lain-lainnya mengatakan : “Mereka tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa
tangan Allah terikat, tetapi mereka hendak mengatakan : “Kikir, menahan apa yang ada di sisi-
Nya. Maha tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar.” Maka Allah
pun membantah ucapan mereka dalam firmannya QS. Al-Maidah : 64
“Tangan mereka itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka
telah katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terbentang, Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia
kehendaki."
Orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Allah dengan makhluk, tetapi juga
mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah SWT. Namun pada
saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Alloh.
ُ‫ُُوأ َ ِحبَّا ُؤ ُه‬
َ ِ‫اءُللا‬
ّ َ‫ارىُنَحْ نُُُأ َ ْبن‬
َ ‫ص‬َ َّ‫ُُوالن‬ ِ َ‫َوقَال‬
َ ‫تُُا ْليَ ُهو ُد‬
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata : “Kami adalah anak-anak Alloh dam
kekasih-kekasih-Nya.” ( Qs. Al-Maidah : 18 )

Bahkan mereka menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah sedangkan
manusia selain bangsa Yahudi mereka yakini berasal dari tanah setan atau tanah najis. Oleh karena
itu mereka menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan yang layak memimpin dunia, sedangkan
bangsa-bangsa lainnya mereka yakini sebagai bangsa-bangsa budak yang harus mengabdi kepada
mereka. Bertolak dari pemikiran yang buruk ini lahir-lah doktrin Zionisme dengan protokolatnya
guna mewujudkan mimpi orang-orang Yahudi.

‫ارى‬
َ ‫ص‬ َ ‫َوقَالُواُُْلَنُيَ ْد ُخ َلُُا ْل َجنَّةَُُإِلَُُّ َمنُك‬
َ َ‫َانُُ ُهوداُُأ َ ْوُُن‬
“Mereka berkata : “Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang
beragama Yahudi atas Nashrani.” ( Qs. Al-Baqoroh : 111 )

Dalam ayat yang lain Alloh menyatakan :


“Katakan : “Bila khusus hanya untuk kalian saja negeri Akhirat yang ada di sisi Alloh,
bukan untuk manusia yang lain, maka inginkanlah kematian bila kalian memang orang-orang
yang benar !” Mereka sekali-kali tidak akan pernah menginginkan kematian itu selama-lamanya
karena kesalah-an-kesalahan yang telah mereka perbuat, dan Alloh Maha Mengetahui ter hadap
orang-orang yang berbuatan zhalim.” ( Qs. Al-Baqoroh : 94 – 95 )
Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Allah memiliki
anak, yaitu Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Allah
mematikannya selama 100 tahun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya itu, kitab Taurat
telah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair membawa bukti akan keberadaan
dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya.
Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi
Musa datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rasul
utusan Allah, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan
hafalannya, maka Uzair lebih , lalu mereka meyakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada
Musa sebagai anak Allah, dan merekapun menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari
perbuatan syirik kaum Yahudi/ Bani Israil (Anonim, 2013).

3. Konsep Tuhan dalam Agama Buddha


Agama Budha menekankan Pragamatis, yaitu mengutamakan tindakan-tindakan cepat dan
tepat yang lebih diperlukan di dalam menyelamatkan hidup seseorang yang tengah gawat dan
bukan hal-hal lainnya yang kurang praktis, berbelit-belit, bertele-tele dan kurang penting. Buddha
tidak pernah menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam semesta karena
hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati (Anonim, 2008).
Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama samawi
dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali
ke surga ciptaan Tuhan yang kekal (Anonim, 2012), tetapi konsep didalam agama Buddha
bahwasannya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari tuhan, melainkan
karena hukum sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan akhir dari hidup
manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana
batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan
dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa-dewi yang dapat membantu, hanya
dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai.
Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak
mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta atau bergantung kepada Tuhan sang pencipta dalam
usaha mencapai pencerahan, sang Buddha Gautama adalah pembimbing atau guru yang
menunjukkan jalan menuju nirwana ) serta selama hidupnya Buddha Gautama tidak pernah
mengajarkan cara-cara menyembah kepada Tuhan maupun konsepsi ketuhanan meskipun dalam
wejangannya kadang-kadang menyebut Tuhan, ia lebih banyak menekankan pada ajaran hidup
suci, sehingga banyak para ahli sejarah agama dan sarjana teologi Islam mengatakan agama
Buddha sebagai ajaran moral belaka.jika diperhatikan dalam perkataan atau khotbah-khotbah
Buddha Gautama dan soal jawabnya dengan kelima temannya di Benares, ia tidak percaya kepada
Tuhan-Tuhan yang banyak, dewa-dewa, dan berhala-berhala yang dipuja dan disembah
sepertihalnya dalam agama Hindu, bahkan penyembahan demikian dicela dalam ajaran Buddha
dan oleh sang Buddha Gautama itu sendiri. Akan tetapi ketuhanan Brahma, tetap diakui oleh
Buddha Sidharta Gautama, ia tetap mengakui Brahma sebagai Tuhannya.
Dalam salah satu ucapannya Buddha Gautama pernah mengatakan: “biarkan Tuhan
menjadikan segala sesuatu, dan manusia hendaklah memelihara kesucian ciptaan Tuhan, kesucian
yang sempurna itulah dia Tuhan. Kesucian demikian harus terdapat pada tiap-tiap manusia” dan
didalam kitab Tipitaka ia juga mengatakan: “ ketahuilah para bikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak
dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para bikkhu, apabila
tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak
akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab
yang lalu. Tetapi para bikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak
tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Ungkapan di atas adalah pernyataandari sang
Buddha yang terdapat dalam sutta pitaka, udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam agama Buddha. Ketuhanan yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatan
Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya : “suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelma, tidak
diciptakan dan yang mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa
aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk
apa pun. Tetapi dengan adanya yang mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia
yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan
cara bermeditasi. Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat
bahwa konsep ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep ketuhanan yang
diyakini oleh agama-agama lain.
Dalam mengulas konsep tersebut kita tidak dapat melepaskan 4 (empat) rumusan
Kebenaran, yaitu :
1. Ada awal - ada akhir
Kebenaran ini menjelaskan ada awal dalam proses pembentukan, pembuatan dan kejadian.
2. Ada awal - tanpa akhir
Kebenaran jenis ini, seperti bilangan asli yang selalu diawali dengan angka satu dan angka
selanjutnya tanpa batas. Kita tidak dapat mengakhiri pada angka tertentu. Meskipun
penghitungannya angka tersebut sudah sedemikian besar.
3. Tanpa awal - ada akhir
Kebenaran jenis ini, contohnya adalah keberadaan kehidupan manusia. Apabila kita telusuri awal
keberadaan manusia kita tidak akan menemukan suatu jawaban yang pasti. Pada saat kita menarik
kebelakang. Orang pasti memiliki ayah dan ibu. Ayah dan Ibu pun memiliki ayah dan ibunya lagi.
Terus kita tarik baik dari sisi ibu maupun dari sisi ayah kita tidak akan menemukan titik yang tepat.
Meskipun dalam agama tertentu. Ada keberadaan awal manusia.
4. Tanpa awal - tanpa akhir
Kebenaran jenis ini dapat kita lihat dalam Udana Nikaya : “Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu
yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Wahai para
Bhikkhu, apabila tidak ada yang dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, yang
mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan dari sebab yang lalu.
Oleh karena ajarannya yg tentang ketuhanan yang tidak bekitu banyak diuraikan dan di
jelaskan , maka sepeninggalan Buddha, patung Buddha sendiri telah menjadi sembahan yang
utama bahkan juga sisa peninggalannya seperti abu mayatnya, potongan kukunya, rambutnya yang
tersimpan dalam stupapun telah dipuja dan disembah. Padahal Buddha Gautama mencela
penyembahan kepada patung dan berhala tetapi penganut Buddha sendiri sepeninggalannya telah
menempatkan patung-patungnya didalam candi, kuil dan stupa untuk disembah (Jirhanuddin,
2010).
Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Buddha Gautama sendiri tetap menuhankan
brahma semata, ia tidak menyakini ketuhanan yang lain hanya Buddha Sidharta Gautama tidak
menjelaskan dan menerangkan tentang dasar-dasar bagaimana cara beriman dan menyembah
kepada tuhan dalam agamanya.

4. Konsep Tuhan dalam Agama Hindu


Agama Hindu mempunyai konsepsi ketuhanan yang bersifat polytheistis yang
dimanifestikan dalam jumlah dewa-dewa yang di sebutkan dalam kitab-kitab wedha sebanyak 32
dewa yang mempunyai fungsi masing-masing. Dewa-dewa tersebut dipandang sebagai tokoh
simbolis dari satu dewa pokok yaitu Brahma.
Dalam kitab suci Hindu, sifat-sifat Tuhan dilukiskan sebagai Ynag Maha Mengetahui dan
Maha Kuasa. Dia merupakan perwujudan keadilan, kasih saying dan keindahan. Dalam
kenyataannya, Dia merupakan perwujudan dari segala Kwalitas terberkati yang senantiasa dapat
dipahami manusia. Dia senantiasa siap mencurahkan anugerah, kasih dan berkah-Nya pada
ciptaan-Nya (Purnami, 2012).
Swāmī Harshānanda (2000) dalam bukunya yang berjudul Deva-Devi Hindu menyatakan
bahwa konsep Tuhan Hindu memiliki dua gambaran khas, yaitu tergantung pada kebutuhan dan
selera pemuja-Nya. Dia dapat dilihat dalam suatu wujud yang mereka sukai untuk pemujaan dan
menanggapinya melalui wujud tersebut. Dia juga dapat menjelmakan Diri-Nya di antara mahluk
manusia untuk membimbingnya menuju kerajaan Kedewataan-Nya. Dan penjelmaan ini
merupakan suatu proses berlanjut yang mengambil tempat dimanapun dan kapanpun yang
dianggap-Nya perlu.
Kemudian ada aspek Tuhan lainnya sebagai Yang Mutlak, yang biasanya disebut sebagai
“Brahman”; yang berarti besar tak terbatas. Dia adalah Ketakterbatasan itu sendiri. Namun, Dia
juga bersifat immanent pada segala yang tercipta. Dengan demikian tidak seperti segala yang kita
kenal bahwa Dia menentang segala uraian tentang-Nya. Telah dinyatakan bahwa jalan satu-
satunya untuk dapat menyatakan-Nya adalah dengan cara negative: Bukan ini! Bukan ini!
Untuk pertama kali difinisi tentang Tuhan dijumpai dalam kitab Brahma Sūtra I.1.2
(Pudja, 1999), lengkapnya berbunyi demikian :
Janmādyasya yatah.2.
Artinya :
(Brahman adalah yang maha tahu dan penyebab yang mahakuasa) dari mana munculnya asal mula
dan lain-lain, (yaitu pemeliharaan dan peleburan) dari (dunia ini).
Kitab Brahma Sūtra merupakan sistematisasi dari pemikiran kitab-kitab Upanisad.
Dalam Brahma Sūtra ditemukan nama-nama aliran pemikiran Vedānta. Bādarāyana, yang
dianggap sebagai penyusun Brahma Sūtra atau Vedānta Sūtra, bukanlah satu-satunya orang yang
mencoba men-sistematisir gagasan filsafat yang terdapat dalam Upanisad, walaupun mungkin
merupakan karya yang terakhir dan terbaik. Semua sekte di India sekarang ini menganggap karya
beliau sebagai otoritas utama dan setiap sekte baru pastilah mulai dengan memberikan ulasan baru
pada Brahma Sūtra ini – dan rasanya tak akan ada sekte yang dapat didirikan tanpa berbuat
demikian (Vireśvarānanda, 2002).
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak
berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta
keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia.
Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain: Brahman (asal muasal dari
alam semestea dan segala isinya), Purushottama atau Maha Purusha, Iswara(dalam
Weda), Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa), Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi
Kemulan), Dhata (yang memegang atau menampilkan segala sesuatu), Abjayoni(yang lahir dari
bunga teratai), Druhina (yang membunuh raksasa), Viranci (yang
menciptakan), Kamalasana (yang duduk di atas bunga teratai), Srsta (yang
menciptakan),Prajapati (raja dari semua makhluk/masyarakat), Vedha (ia yang
menciptakan), Vidhata (yang menjadikan segala sesuatu), Visvasrt (Ia yang menciptakan
dunia), Vidhi (yang menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili) (Anonim, 2008).
5. Konsep Tuhan dalam Agama Shinto
Shinto adalah kata majemuk dari “shin” dan “to”. Arti kata “shin” adalah “roh” dan “To”
adalah “jalan”. Jadi “Shito” mempunyai arti “jalannya roh”, baik roh-roh yang telah meninggal
dunia maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao”
dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedangkan kata
“Shin” atau “Shen” identic dengan kata “Yin” dalam taoisme tang berarti gelap, basah, negative
dan sebagainya (Arifin, 1997).
Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari animisme dan dinamisme yaitu
suatu kepercayaan primitif yang percaya pada kekuatan benda, alam atau spirit. Tradisi Shinto juga
mengenal beberapa nama Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa
Jepang disebut dengan istilah Kami atau Kamisama. Kamisama ini bersemayam atau hidup di
berbagai ruang dan tempat, baik benda mati maupun benda hidup. Pohon, hutan, alam, sungai,
batu besar, bunga sehingga wajib untuk dihormati. Penamaan Tuhan dalam kepercayaan Shinto
bisa dibilang sangat sederhana yaitu kata Kami ditambah kata benda.Tuhan yang berdiam di
gunung akan menjadi Kami no Yama, kemudian Kami no Kawa (Tuhan Sungai), Kami no Hana
(Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan tertingginya adalah Dewa Matahari (Ameterasu Omikami) yang
semuanya harus dihormati dan dirayakan dengan perayaan tertentu (Ali, 1998).
Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu
”semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit
atau kekuatan jadi wajib dihormati” . konsep ini memiliki pengaruh langsung di dalam kehidupan
masyarakat Jepang. Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang pesat
di Jepang karena salah satunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau Tuhan yang
bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati.
Agama Shinto terdiri dari empat kelompok yaitu :
1. Imperial Shinto (Kyūchū Shinto atau Koshitsu Shinto)
Shinto kelompok ini sangat eksklusif dan tidak umum ditemukan. Memiliki beberapa kuil saja
yang kalau tidak salah 5 buah di seluruh negeri. Nama kuil ini biasanya berakhir dengan nama
Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll. Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi
sebagai tempat untuk memuja Kami juga berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya
keluarga kerajaan.
2. Folk Shinto (Minzoku Shinto)
Mithyologi tentang Kojiki, cerita terbentuknya pulau Jepang dan cerita tentang dewa-dewa lain
adalah ciri khas dari Shinto kelompok ini. Jadi Folk Shinto adalah kepercayaan Shinto yang
meliputi cerita tua, legenda, hikayat dan cerita sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah
Okayama, Jepang tengah adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati
tokoh utama dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro. Disamping itu, Shinto kelompok ini juga
mendapat pengaruh yang kuat dari agama Buddha, Kongfucu, Tao dan ajaran penduduk lokal
seperti Shamanism, praktek penyembuhan dll.
3. Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto)
Shinto kelompok ini mulai muncul pada abad ke 19 dan sampai saat ini memiliki kurang lebih 13
sekte. Dua diantara sekte ini yang cukup banyak pengikutnya adalah Tenrikyo atau Kenkokyo.
Keberadaan dari Sekte Shinto ini cukup unik karena memiliki ajaran doktrin, pemimpin atau
pendiri yang dianggap sebagai Nabi dan yang terpenting biasanya menggolongkan diri dengan
tegas sebagai penganut monotheisme. Shinto golongan ini sepertinya jarang dibahas ataupun
kurang dikenal oleh kebanyakan orang (asing) sehingga konsep monotheisme dari Shinto aliran
baru nyaris luput dari tulisan kebanyakan orang.
4. Shrine Shinto (Jinja Shinto)
Saat ini hampir sebagian besar dari kuil yang ada di Jepang termasuk kelompok ini, yang semuanya
tergabung dalam satu organisasi besar yaitu Association of Shinto Shrines yang menghimpun
sekitar 80 ribuan kuil di seluruh negeri. Jadi sepertinya dari semua kelompok Shinto yang ada,
kelompok terakhir inilah yang paling mudah untuk diterima serta paling banyak pengikutnya
(Bunce, 1995).

Referensi
Anonim, 2008. Konsep Ketuhanan dalam Agama Budha. http://www.siddhi-
sby.com/index.php/artikel/artikel-dharma/9-konsep-ketuhanan-dalam-agama-
buddha diakses pada 11 Maret 2015.
Anonim, 2008. Konsep Ketuhanan dalam Agama
Hinduhttps://grelovejogja.wordpress.com/2008/10/17/konsep-ketuhanan-dalam-agama-
hindu/diakses pada 11 Maret 2015.
Anonim, 2013 Konsep Ketuhana Agama Yahudi. http://bulansabit-
kembar.blogspot.com/2013/08/konsep-ketuhanan-agama-yahudi.html diakses pada 11
Maret 2015.
Anonim, 2013, Konsep Ketuhanan dalam
Agama.http://dedyyulfris.blog.com/2013/03/10/konsep-ketuhanan-dalam-agama
diakses pada 11 Maret 2015.
Ali, H.A. Mukti, 1998. Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: PT.Hanin Dita Offset.
Arifin, H.M, 1997. Menguak Misteri Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon Press.
Bunce, William K. 1995. Religion in Japan (Buddhism, Shinto, Christianity). Charles E. Tuttle
Company: Rutland.S
Hadiwijono, Harun. 2007. Iman Kristen. Jakarta: Gunung Mulia.
Harshananda, Swami, 2000. Deva-Devi Hindu. Surabaya: Paramita
Jirhanuddin, 2010. Perbandingan Agama. Palang Karaya: Pustaka Pelajar.
Keene, Michael. 2006. Kristianitas. Jogyakarta: Kanisius.
Nyoman Purnami, 2012. Konsep Ketuhanan dalam Agama
Hindu.http://www.mangpur.blogspot.com/2012/02/konsep-ketuhanan-dalam-agama-
hindu.htmldiakses pada 11 Maret 2015
Pudja, I Gede, 1999. Theologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya: Paramita.
Suta Pitaka, 2012. Konsep Tuhan dalam Agama
Budha.http://sutapitaka.blogspot.com/2012/06/konsep-tuhan-dalam-agama-
buddha.html diakses pada 11 Maret 2015
Vireśvarānanda, Swami, 2002. Brahma Sutra. Surabaya : Paramita.

Anda mungkin juga menyukai