Anda di halaman 1dari 7

2/22/2018 MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL) | Management & Marketing Point of View

Home

MANAGEMENT & Kami membahas hal-hal menarik diseputar dunia manajemen dan dan
marketing dengan ringan disertai beberapa contoh kasus di sejumlah
industri seperti perbankan, tekstil, dunia pendidikan dan lain-lain

MARKETING POINT OF VIEW


Management Products Marketing Bisnis Motivasi

Gplus Facebook Twitter


MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL)

Terpopuler
Kita telah mengetahui bahwa, Bank sebagai LKI
MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA
(lembaga keuangan intermediasi) antara lain
(REPRICING MODEL)
mempunyai fungsi yang disebut sebagai
transformasi assets, yaitu membeli primary securities MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA
berupa surat berharga yang dikeluarkan oleh (MATURITY MODEL)
perusahaan atau pemerintah seperti obligasi
(bonds), saham (equities) dan surat-surat hutang URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
lainnya (notes) atau jenis-jenis assets yang lain. (bag 2 / 2)

Untuk membiayai kegiatan pembelian surat


PERDAGANGAN OBLIGASI
berharga tersebut, bank mengeluarkan apa yang disebut sebagai secondary securities seperti
deposito, tabungan serta produk-produk lain, yang tidak lain sebagai hutang kepada pihak URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
ketiga. (bag 1 / 2)
Dilihat dari karakteristik lembaga transformer, neraca LKI pada umumnya menunjukkan
jangka waktu assets yang berupa surat-surat berharga serta pinjaman lebih panjang dari PELUANG EMAS ITU BERNAMA KOMPLAIN
(bag 1/2)
jangka waktu liabilitasnya yang berupa deposito, tabungan serta rekening giro. Situasi
demikian itu disebut sebagai mismatch the maturities antara asset dan liabilitasnya dan itu
Improve Your Services – Service is the name of
berarti terciptanya risiko suku bunga, yaitu kerugian dapat terjadi apabila suku bunga the game !
berubah.
Suku bunga ada yang tetap (fixed rate) dan ada yang mengambang (variable rate). Suku Redesign – be creative, be innovative
bunga mengambang artinya tingkat bunganya akan di tentukan kembali secara periodik,
SIAPA KORBAN RISIKO
misalnya kredit dengan jangka waktu dua tahun dan bunganya akan ditinjau setiap 3 bulan
artinya meskipun kredit belum jatuh tempo namun kalau bunga pasar cenderung menurun,
PELUANG EMAS ITU BERNAMA KOMPLAIN
maka bunga kredit dapat diturunkan pada periode tiga bulanan. Dalam hal deposito satu (Bag 2/2)
tahun berbunga 5% maka selama jangka waktu tersebut bunganya tidak akan berubah
meskipun bunga pasar berubah. Pada saat jatuh tempo (due) tingkat bunganya akan ditinjau
Kategori
kembali bila deposito diperpanjang, naik turun atau tetap tergantung pada situasi saat due
tersebut. Selama satu tahun periode deposito tersebut bunganya tidak berubah (fixed) yaitu Bro Arief : Manajemen Perubahan (6)
5%, namun kalau ditinjau dalam kurun waktu 2 tahun maka bunganya akan menjadi Pak Koes :BUNGA RAMPAI MANAJEMEN
mengambang atau variable. Ini mengandung pengertian bahwa, pembedaan antara fixed dan RISIKO (5)
variable rate menjadi tidak berarti tanpa adanya ketentuan jangka waktunya secara jelas.
(Bessis, p.152). Follow These Interesting Sites

Ada beberapa system yang dapat dipakai untuk mengukur pengaruh perubahan suku Buku Catatan Ummu Astari

bunga terhadap pendapatan serta nilai ekonomisnya dalam suatu gap antara assets dan Lebih Jauh Tentang Arief W
liabilitas sebuah LKI. Salah satu system yang dipergunakan adalah Repricing Model. Kata Hati - Rasa Hati

REPRICING MODEL

http://bankingwithus.blogspot.co.id/2013/02/menghitung-risiko-suku-bunga-repricing_14.html 1/7
2/22/2018 MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL) | Management & Marketing Point of View

Repricing Model atau juga sering disebut sebagai funding gap merupakan suatu analisa
pendapatan serta biaya dana (pendapatan bunga neto) dalam satu periode tertentu dengan
menggunakan data historis atau nilai buku. Ada beberapa pengertian yang perlu difahami
untuk mempermudah pemahamannya, yaitu:

o Interest rate gap merupakan ukuran standar eksposur neraca terhadap risiko suku
bunga. Ada dua type gap yaitu:
ü Interest ‘variable rate gap’ dalam satu kurun waktu, adalah perbedaan antara
seluruh interest sensitive assets dan interest sensitive liabilities dalam neraca.
Suku bunga ditentukan ulang dalam periode tersebut; disini ada banyak
interest rate gap sesuai dengan banyaknya suku bunga yang berlaku.
ü Sedangkan interest ‘fixed rate gap’ adalah perbedaan antara nilai seluruh assets
dan liabilities dalam neraca dimana suku bunganya tetap selama periode yang
berlaku; disini hanya ada satu fixed rate gap. (Bessis, p.164,165)

o Rate Sensitivity adalah sensitivitas atau kepekaan terhadap perubahan suku bunga.
o Rate Sensitivity Asset (RSA) atau Rate Sensitivity Liability (RSL) adalah kepekaan asset
atau liabilitas dalam satu kelompok (bucket) yang ditentukan terhadap perubahan
suku bunga. Assets dan liabilitas tersebut dinilai ulang (repriced or changed) sesuai
atau mendekati bunga pasar untuk suatu kurun waktu tertentu dimasa depan.

Pada umumnya kelompok atau bucket yang dipakai bank-bank komersial untuk
penentuan penghitungan repricing gaps-nya adalah:

1. maturities satu hari,


2. lebih dari satu hari sampai dengan 3 bulan,
3. lebih dari 3 bulan sampai dengan 6 bulan,
4. lebih dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun,
5. lebih dari 1 tahun sampai dengan 5 tahun serta
6. di atas 5 tahun.

Dalam setiap kelompok di perbandingkan pengaruh perubahan suku bunga pada


assets dan liabilitasnya, misalnya pada kelompok 2 yaitu ‘lebih dari satu hari sampai
dengan yang berjangka waktu 3 bulan’, ada asset dan liabilitas apa saja dan semua
dilakukan penerapan suku bunga yang berlaku di pasar. Setelah di rekapitulasikan,
maka dihitung berapa bunga yang di terima dari pengembangan assetsnya dan
berapa bunga yang harus di bayarkan sebagai biaya dana. Dari perhitungan tersebut
akan terlihat apakah pendapatan bunga neto (net interest income) meningkat,
menurun atau tetap.

Pendekatan menggunakan repricing gap akan memudahkan penerapannya. Bank


menghitung gap untuk setiap maturity bucket dengan cara menghitung rate sensitivity
masing-masing asset (RSA) dan masing-masing liability (RSL) dari neracanya. Mari kita
lihat contoh repricing gap sebagai berikut:

Tabel A (milyar Rp)


                 Bucket                                Assets           Liabilities           Gap         Cummulative Gap
1)   1-hari                            30               40             -10            -10
2) >1 hari – 3 bulan            40               50             -10            -20
3) >3 bulan – 6 bulan         70               85             -15            -35
4) >6 bulan -12 bulan         90               70            +20            -15
5) >1 tahun-5 tahun            40               30            +10            -  5
6) >5 tahun                         10                 5            +  5               0

-      Apabila perubahan suku bunga terjadi pada instrumen yang berjangka


waktu antara 3 bulan – 6 bulan, maka yang akan terkena dampaknya
adalah bucket 3), di sini terlihat Asset = Rp70 milyar, Liabilitas =Rp 85
milyar dan negative gap Rp15 milyar. Dengan kenaikan suku bunga (i),

http://bankingwithus.blogspot.co.id/2013/02/menghitung-risiko-suku-bunga-repricing_14.html 2/7
2/22/2018 MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL) | Management & Marketing Point of View

menyebabkan kenaikan cost > kenaikan revenue dan ini merupakan


refinancing risk, yaitu risiko akibat kenaikan biaya saat dilakukan
penyesuaian suku bunga pasar lebih besar dibandingkan kenaikan
pendapatannya.

      Seandainya suku bunga naik 1%, maka


    ∆NII(3) = (- Rp15 milyar) × .01 = - Rp150,000,000.-. Ini artinya kenaikan suku
bunga 1% akan memengaruhi pendapatan neto (rugi sebesar Rp150 juta)
pada kelompok 3), sedangkan kelompok lainnya tidak terpengaruh. 

-   Situasi seperti ini (RSA < RSL) dapat dikatakan bahwa LKI tersebut memiliki
more rate sensitive liabilities than assets in this bucket. Sebaliknya bila 
      (RSA > RSL), LKI memiliki more rate sensitive assets than liabilities in that
particular bucket dan akan menimbulkan reinvestment risk yaitu penurunan
suku bunga akan menyebabkan penurunan pendapatan lebih besar
dibandingkan penurunan biaya dananya sehingga NII menurun.

Secara umum dapat dirumuskan  menjadi:

      Bila: 
      ∆NIIi = perubahan net interest income di dalam  ith bucket
GAPi = besarnya gap dalam Rp antara nilai buku dari RSAs dan RSLs in maturity bucket
i
  ∆Ri = perubahan suku bunga yang memengaruhi Assets & Liabilities di dalam ith
bucket, 
maka:

                                       ∆NIIi = (GAPi) ∆Ri = (RSAi – RSLi) ∆Ri

(RSA>RSL) a positive gap, maka LKI dalam kondisi reinvestment risk dan
rentan terhadap penurunan suku bunga.
(RSA<RSL) a negative gap, maka LKI dalam kondisi refinancing risk dan
rentan terhadap kenaikan suku bunga.
Dalam situasi suku bunga cenderung menurun usahakan RSA<RSL,
sedangkan bila kecenderungan suku bunga meningkat, usahakan
RSA>RSL.

Apabila kita menghadapi perubahan suku bunga yang menyangkut lebih dari satu bucket,
digunakan estimasi komulatif gap (CGAP). Umumnya komulatif gap menyangkut suku
bunga dalam kurun waktu 1 tahun. Dalam Tabel A di atas kita lihat pengaruh perubahan
suku bunga terhadap NII menggunakan CGAP sebagai berikut:

                             ΔNII(i) = (CGAP)ΔRi
                                         = (- Rp10) + (-Rp10) + (- Rp15) + (+Rp20) = - Rp15 milyar
                                         = (- Rp15 milyar)(0.01) = - Rp150 juta.

Sekarang marilah kita menerapkan RSA dan RSL pada neraca (proforma) berikut:

Tabel B (milyar Rp)


Asset                                                                Liabilities
  1. S-T kredit konsumsi (< th)                  60          1. Modal Equitas (fixed)              30
  2. L-T kredit konsumsi (2-th maturity)   25          2. Giro (Demand deposit)            40
  3. Tiga bulan T Bills                                40          3. Tabungan (Passbook savings) 40
  4. Enam bulan T Notes                             35          4. Deposito Tiga bulan (CD)       40
  5. Tiga tahun T Bonds                              70          5. Tiga bulan bankers accept.     20
  6. 10-tahun fixed-rate mortgages             50          6. Enam bulan comm.papers       60
  7. 30-tahun, floating rate mortgages                     7. Satu tahun time deposits          20

http://bankingwithus.blogspot.co.id/2013/02/menghitung-risiko-suku-bunga-repricing_14.html 3/7
2/22/2018 MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL) | Management & Marketing Point of View

        (bunga ditinjau setiap 9 bulan)           40           8. Dua tahun time deposits         70
                                                            ---------                                                         --------
320                                                               320

§ RSAs:
Dari proforma neraca tersebut diatas: pada 1-tahun RSAs bucket dapat dilihat:
- Short-term kredit konsumsi:Rp60, repriced dilakukan pada akhir tahun.
- Tiga bulan T-bills: Rp 40, repriced pada saat maturity, yaitu setiap3 bulan.
- Enam bulan T-notes: Rp 35, repriced pada saat maturity setiap 6 bulan.
- 30-tahun floating-rate mortgages: Rp 40, repriced (rate reset) setiap 9 bulan.
o Jumlah keempat items tersebut merupakan total satu tahun rate-sensitive assets
(RSAs) sebesar Rp (60+40+35+40) = Rp175 milyar.
o Sisa assets sebesar Rp (320-175) = Rp 145 tidak sensitive untuk   repricing
horizon satu tahun ---- artinya, perubahan dalam tingkat suku bunga tidak
akan memberikan pengaruh terhadap jumlah penerimaan bunga dari
pengembangan asset over the next year.

§ RSLs:
Cara perhitungan serta apa pengaruhnya terhadap satu bucket tertentu dalam RSLs sama
dengan yang dilakukan pada RSAs.
- 1-tahun RSLs bucketed: dari empat items satu tahun RSLs menghasilkan Rp ( Deposito
3 bl 40+banker acceptance 3 bl 20+commercial paper 6 bl 60+time deposits 1 th 20) =
Rp140 milyar.
- Sisanya sebesar Rp (320-140) = Rp180 milyar tidak sensitif terhadap perubahan suku
bunga untuk periode satu tahun.
- Equitas sebesar Rp 20 serta demand deposit (giro) sebesar Rp 40 dan tabungan di
klasifikasikan sebagai non-interest-paying karena tidak diberikan bunga atau diberikan
bunga relative kecil dan tidak terpengaruh bunga pasar.

Dari keempat repriced liabilities  Rp (40+40+20+60) = Rp140 milyar dan keempat  repriced
assets Rp(60+40+35+40)=Rp175 milyar, akan menghasilkan cumulative one-year repricing
gap (CGAP) sebagai berikut:

CGAP =
One-year rate-sensitive assets      –      one-year rate-sensitive liabilities

                                                     = RSAs – RSLs

                                                      = Rp175 m - Rp140 m = Rp35 milyar.

§ Gap ratio:
Adalah perbandingan antara CGAP dengan total assets:
                              
                                                                   CGAP
                                                   Total Assets

                                                      Rp 35 milyar   


                                                = ------------------- = 0.109 atau 10.9%
                                                      
                                                    Rp 320 milyar

Repricing gap berguna untuk mengetahui arah dari dampak perubahan suku bunga
terhadap Net Interest Income, yaitu melalui indikator-indikator sebagai berikut:
1. Arah dari  interest rate exposure,yaitu positif atau negatif CGAP
2. Besar kecilnya gap ratio untuk contoh kita one-year-and-less buckets as a
percentage of total assets: bank mempunyai 10,9% RSAs lebih besar dari
RSLs terhadap Total Asset.
 

http://bankingwithus.blogspot.co.id/2013/02/menghitung-risiko-suku-bunga-repricing_14.html 4/7
2/22/2018 MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL) | Management & Marketing Point of View

Ada dua kemungkinan situasi perubahan suku bunga:

 A. Perubahan suku bunga terhadap Assets (RSAs) sama besarnya dengan pada 
        Liabilities   (RSLs)

1. Bila CGAP (gap ratio) positif, net interest income (NII) akan meningkat kalau
suku bunga naik, karena kenaikan interest income > kenaikan interest expense.
2. Bila CGAP negatif, NII akan turun kalau i naik.
3. Semakin besar nilai CGAP, maka semakin besar pula kemungkinan untuk
perubahan NII (yaitu, semakin besar kenaikan atau penurunan dalam NII
sebagai akibat interest revenue relative terhadap interest expense). (Jadi
semakin besar CGAP ratio semakin besar pula perubahan NII).
                                                   
Kesimpulan: 1. Dalam situasi suku bunga naik, usahakan CGAP positif
            2. Dalam situasi suku bunga turun, usahakan CGAP negatif.

o Hubungan antara perubahan suku bunga dengan perubahan NII tersebut


dinamakan CGAP effect.

o Dari Tabel B di atas: Bila bunga naik 1% terhadap RSAs dan RSLs, maka perubahan
NII akan menjadi:

                  DNII = CGAP × D R


                              = Rp(175 milyar-Rp140 milyar = Rp 35 milyar) ×0,01
                              = Rp 350,000,000.-
ü Karena CGAP positif, perubahan bunga dan NII menunjukkan arah yang sama.
ü Sebaliknya, bila CGAP negatif, perubahan bunga dan NII menunjukkan arah
yang berlawanan (NII is negatively related to the change in interest rates).

B. Perubahan suku bunga dalam RSAs berbeda dengan pada RSLs

o Dalam praktek sehari-hari, lebih sering terjadi bahwa perubahan suku bunga
RSAs berbeda dengan perubahan suku bunga RSLs.
o Disamping CGAP effect, disini pengaruh perubahan suku bunga terhadap
NII di sebut sebagai spread effect.
ü Spread adalah perbedaan antara suku bunga RSAs dan RSLs
ü Spread effect adalah pengaruh perubahan dalam spread antara suku
bunga RSAs dan RSLs terhadap NII.

                      DNII = (RSA × D RRSA ) – (RSL × D RRSL )

      Bila i naik 1.2% pada RSAs dan 1% pada RSLs (spread = 0.2%) maka
            dari Tabel B akan terlihat sebagai berikut:

 ΔNII = (Rp175 x 1.2%) – (Rp140 x 1%) = Rp2,1 milyar – Rp1,4 milyar = Rp 0,7
milyar atau Rp700 juta.

Kalau menggunakan CGAP, maka perubahan suku bunganya memakai spread:


  ΔNII = Rp35 milyar x 0,2% = Rp700 juta (spread effect).

Bila spread semakin besar dan kenaikan suku bunga akan menyebabkan tambahan
pendapatan > tambahan pengeluaran (i revenue increases > i expens increases) maka
akan meningkatkan NII (NII >>>)
Bila spread semakin kecil dan kenaikan suku bunga akan menyebabkan tambahan
pendapatan < tambahan pengeluaran (i revenue increases < i expense increases), maka
akan menurunkan NII.

http://bankingwithus.blogspot.co.id/2013/02/menghitung-risiko-suku-bunga-repricing_14.html 5/7
2/22/2018 MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL) | Management & Marketing Point of View

Secara umum dapat dikatakan bahwa, the spread effect adalah pengaruh, tanpa
memperhatikan arah dari pergerakan suku bunga, akan menimbulkan korelasi positif
antara perubahan spread dan perubahan NII.

§ Bilamana spread meningkat, maka NII meningkat.


§ Bilamana spread menurun, maka NII menurun.
§ Bila CGAP effect dan spread effect berlawanan arah, maka perubahan NII
tidak dapat diprediksi tanpa mengetahui besarnya CGAP dan perkiraan
perubahan spread-nya.
Bank-bank Umum (Commercial banks) terutama yang masih berskala kecil,
sangat memperhatikan eksposur suku bunga, sehingga berusaha memperkecil gap
antara  RSAs dan RSLs.

Drs.Koeswardojo Soemonagoro MM,MBA


Dosen di Indonesia Banking School Jakarta
                                              Mantan Direktur Bank Bumi Daya.`   

Artikel Terkait:
k Koes %3ABUNGA RAMPAI MANAJEMEN RISIKO

MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL)


PERDAGANGAN OBLIGASI
URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO (bag 2 / 2)
URGENSI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO (bag 1 / 2)
SIAPA KORBAN RISIKO

0 comments:

Post a Comment

http://bankingwithus.blogspot.co.id/2013/02/menghitung-risiko-suku-bunga-repricing_14.html 6/7
2/22/2018 MENGHITUNG RISIKO SUKU BUNGA (REPRICING MODEL) | Management & Marketing Point of View

Newer Post Home Older Post

Copyright 2013 Management & Marketing Point of View | Design by Blogger Design3

http://bankingwithus.blogspot.co.id/2013/02/menghitung-risiko-suku-bunga-repricing_14.html 7/7

Anda mungkin juga menyukai