Negara Republik Indonesia. Pancasila tentu tidak boleh berubah jati dirinya menjadi
sebuah ideologi yang bersifat tertutup yaitu seperti agama karena sangat
membahayakan bangsa dan negara. Oleh karena itulah, ideologi Pancasila harus tetap
menjadi suatu ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis.
Suatu ideologi dikatakan terbuka dan dinamis yaitu apabila suatu ideologi tersebut
bisa dan dapat menerima dan mengembangkan pemikiran-pemikiran baru atau dengan kata
lain dapat menerima penafsiran baru tanpa harus takut kehilangan jati dirinya.
Pemikiran-pemikiran baru tersebut tentu harus tetap berada dalam koridor serta
tidak bertentangan dengan nilai dasarnya. Ideologi yang seperti inilah yang dapat
kita sebut sebagai ideologi yang bersifat demokratis. Dalam kedudukannya sebagai
ideologi yang bersifat demokratis, Pancasila tentu harus bisa menerima pemikiran
atau penafsiran baru dalam rangka pengembangannya agar nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya agar bisa terwujud secara optimal. Pancasila disamping
menerima penafsiran atau pemikiran baru, tentu juga harus mampu mendorong
penafsiran-penafsiran atau pemikiran baru agar selalu terjaga kerelevanannya dengan
perkembangan zaman. Karena apabila suatu ideologi tidak dapat menerima atau
mendorong suatu pemikiran atau penafsiran baru, maka ideologi yang seperti itulah
disebut sebagai ideologi tertutup.
Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila tentu bersifat abadi, tetapi dalam pengaplikasian atau
penjabarannya harus bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan dan dinamika
masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis
tentu bisa menerima atau mengakomodasi pemikiran/penafsiran yang berasal dari luar
sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dasarnya tersebut karena hal itu dapat
memperkaya tata kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara.
a) Nilai-nilai Dasar
Nilai dasar yang dimaksud disini yaitu nilai yang terkandung dalam kelima butir
sila yang ada dalam Pancasila. Nilai dasar ini merupakan suatu hakikat dari sila-
sila Pancasila yang bersifat universal yang didalam nilai tersebut mengandung
tujuan, cita-cita dan nilai yang baik dan benar. Nilai-nilai ini sebagaimana kita
ketahui jelas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Jadi tidaklah keliru Pembukaan UUD
1945 merupakan suatu norma dasar yang menjadi sumber hukum tertinggi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilaiyang terdapat dalam Pembukaan UUD
1945 itulah kemudian dijabarkan dalam berbagai Pasal-pasal UUD 1945 yang mengatur
lembaga-lembaga negara, hubungan antar penyelenggara negara disertai tugas dan
wewenangnya.
b) Nilai Instrumental
Nilai ini merupakan suatu bentuk penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
Ideologi Pancasila agar lebih bersifat kekinian dan sesuai dengan tuntutan zaman.
Bentuk-bentuk penjabaran nilai ini adalah dalam bentuk kebijakan, arahan, strategi,
ssasaran serta lembaga pelaksanaannya. Contoh nilai ini yaitu: Undang-Undang,
Keppres, Peraturan Pemerintah dll.
c) Nilai Praksis
Nilai praksis ini merupakan penjabaran nilai instrumental secara lebih konkret
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya pengamatan praksis ini maka
akan diketahui apakah penjabaran nilai Pancasila ini sudah sesuai atau tidak dengan
perkembangan zaman, IPTEK dan dinamika masyarakat.
Walaupun ideologi Pancasila bersifat terbuka dan dinamis, tentu ada beberapa hal
atau batas-batas yang tidak boleh dilanggar antara lain:
a) Stabilitas nasional yang dinamis
b) Larangan terhadap Ideologi Marxisme, Leninisme, Komunisme
c) Mencegah berkembangnya paham liberal
d) Paham Atheisme.
e) Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan masyarakat
f) Penciptaan norma-norma baru yang harus melalui konsensus di masyarakat.
5. Dimensi-Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Dinamis
Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, Pancasila sudah barang tentu
memiliki kekuatan yang sangat tergantung pada kualitas dari dimensi-dimensi yang
dikandungnya. Dimensi-dimensi tersebut antara lain:
1) Dimensi Realitas, yaitu bahwa ideologi Pancasila benar-benar merupakan
pencerminan dari realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Pancasila ini dirumuskan dari pengkolaborasian dari nilai luhur yang terdapat dalam
agama dan budaya bangsa Indonesia. Sehingga dapat kita katakan Pancasila merupakan
hasil kristalisasi dari nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
2) Dimensi Idealisme, yaitu bahwa kualitas idealisme yang ada dalam Pancasila mampu
memberikan harapan, optimisme dan motivasi kepada para pendukungnya, sehingga
gagasan yang terkandung di dalamnya bukan hanya sekadar konsep tetapi suatu saat
dapat diwujudkan secara konkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3) Dimensi Fleksibilitas, yaitu Pancasila harus bersifat luwes, fleksibel,
dinamis, dan selalu terbuka terhadap penafsiran-penafsiran baru agar tetap bisa
mengantisipasi tuntutan zaman tanpa hanyut atau hilang dalam arus perubahan.
Seorang sejarawan yaitu Ahmad Syafii Ma�arif mengatakan bahwa �Sebagai dasar negara
dan ideologi politik, Pancasila memang harus bersifat lentur dan terbuka untuk
selalu dikaji ulang, asal semuanya itu dilakukan secara jujur dan bertanggung
jawab�.
Aula, Ahdi Harfian. 2012. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN DINAMIS. (Diakses
dari http://harfian17.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html, pada 27 Januari 2015).
http://yrd-starttolearn.blogspot.com/2011/02/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html
2. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasr, cita-cita, dan logos berarti ilmu pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-
hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita yang merupakan dasar, pandangan/
paham.
Nilai-nilai dasar ideologi Pancasila dijabarkan dalam norma dasar yang terkandung
dan tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, nilai dasar tidak boleh berubah, yang dapat
berubah adalah nilai-nilai instrumentaly ang merupakan pengamalan pengembangan dan
pengayaan. Pelaksanaan nilai nilai instrumental dan nilai praksis harus tetap
mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.
5. Pancasila sebagai Ideologi yang Dinamis
Pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat dinamis. Artinya, mampu menyesuaikan
diri terhadap perkembangan, dengan menerima masuknya nilai baru.
Menurut Alfian, suatu ideologi dikatakan sebagai terbuka dan dinamis, apabila
memiliki tiga dimensi, yaitu sebagai berikut.
a Dimensi Realitas
Nilai-nilai ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup di dalam
masyarakat. Menurut Alfian,kelima nilai dasar Pancasila mereka temukan dalam
suasana atau pengalaman kehidupan masyarakat desa kita yang bersifat kekeluargaan,
kegotongroyongan atau kebersamaan.
b Dimensi Idealitas
Memiliki makna bahwa suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai
dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut Sastrapetadja, ideologi selain memberi penafsiran atau pemahaman atas
kenyataan, juga mempunyai sifat firturistik, yaitu memberi gambaran akan masa
depan.
c Dimensi Fleksibilitas
Mengandung pengertian, bahwa ideologi memiliki keluwesan yang memungkinkan bahkan
merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya,
tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.
Menurut Alfian, dimensi fleksibilitas suatu ideologi hanya mungkin dimiliki oleh
ideologi yang terbuka atau ideologi yang demokratis. Karena, ideologi yang terbuka
atau demokratis justru mempertaruhkan relevansi kekuatan pada keberhasilannya
merangsang masyarakat untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-
nilai dasar yang terkandung di dalamnya.
Rochimudin. 2014. Perbedaan Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup. (Diakses dari
http://belajarnegara.blogspot.com/2013/03/perbedaan-ideologi-terbuka-dan-
ideologi_2996.html, pada 27 Januari 2015).