Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOTERAPI SYSTEM SYARAF

RENAL DAN KASDIOVASKULER

Dosen pengampu:
Meta Kartika Untari, M.Sc, Apt

Teori 1
Kelompok 3
Anggota:
Devi Lukvianasari (21154396A)
Eviana Kurniawati (21154398A)
Dessy Putri Dewayanti (21154399A)
Eka Wardanandri (21154400A)
Rizky Rozahana (21154401A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Definisi penyakit
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui
ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi
kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra
sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml
darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung
(5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks,
sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Gagal ginjal kronik (GGK) : ketidak mampuan ginjal untuk mempertahankan
keseimbangan dan itergritas tubuh yang mncul secara bertahap sebelum terjun ke fase
penurunan faal ginjal tahap akhir. Gagal ginjal kronik : penurunan semua faal ginjal
secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal
atau penurunan faal ginjal lebih atau sama dengan 3 bulan sebelum diagnosis ditegakkan.
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang
mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksin uremik) sehingga ginjal tidak dapat
memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit .Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung
dalam beberapa tahun.

2. Epidimiologi
Prevalensi PGK meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan
kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global
mengalami PGK pada stadium tertentu . Hasil systematic review dan metaanalysis yang
dilakukan oleh Hill et al, 2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%.
Menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab kematian
peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun
2010. Sedangkan di Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua
pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung. Penyakit ginjal kronis
awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala namun dapat berjalan progresif menjadi
gagal ginjal. Penyakit ginjal bisa dicegah dan ditanggulangi dan kemungkinan untuk
mendapatkan terapi yang efektif akan lebih besar jika diketahui lebih awal. Untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya ginjal untuk kesehatan secara menyeluruh dan
menurunkan frekuensi dan dampak penyakit ginjal dan problem kesehatan terkait,
diperingati World Kidney Day (WKD) atau Hari Ginjal Sedunia setiap hari Kamis pada
minggu kedua di bulan Maret. Peringatan ini dimulai sejak tahun 2006 dan tahun ini Hari
Ginjal Sedunia jatuh pada tanggal 9 Maret 2017 dengan tema “Penyakit Ginjal dan
Obesitas, Gaya Hidup Sehat untuk Ginjal yang Sehat (Kidney disease and obesity, healthy
lifestyle for healthy kidneys)”
3. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional
nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh
proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti
dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak
aktif lagi. Adanya peningkatan aktifitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas
tersebut. Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron, sebagian
diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor β(TFG-β). Beberapa
hal yan juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas Penyakit ginjal kronik
adalah albuminuria, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat variabiltas interindividual
untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulointerstitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang
ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron
yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik),
tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu
makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan
darah gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain
sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, saluran
pernafasan, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air
seperti hipo atau hipervolemia. Gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan
pasien sudah lebih memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara
lain dialisis atau tranplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
stadium gagal ginjal.
4. Manifestasi Klinik
Gagal ginjal kronik disertai sekelompok tanda dan gejala dengan atau tanpa
penurunan curah urin, tetapi selalu disertai dengan konsentrasi nitrogen urea dan kreatinin
serum yang meningkat. Riwayat penyakit sering sangat membantu, terutama jika terdapat
fungsi ginjal yang normal sebelum timbulnya kerugian yang terjadi secara mendadak.
Adapun manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada penyakit ginjal kronik :
a. Gangguan cairan dan elektrolit
Sementara massa nefron dan fungsi ginjal berkurang, ginjal menjadi tidak mampu
mengatur cairan, elektrolit dan sekresi hormon, sehingga dapat terjadi
hipernatremia dan hiponatremia, hiperkalemia dan hipokalemia, asidosis
metabolik, hiperfosfatemia dan hipokalsemia.
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan yang amat memberatkan pada seseorang yang
mengalami penyakit ginjal kronik. Hipertensi mengakibatkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, selain juga progresivitas penurunan
fungsi ginjal yang terus berlangsung.
Sering ditemukan dan dapat diakibatkan oleh meningkatnya produksi renin dan
angiotensin, atau akibat kelebihan volume yang disebabkan oleh retensi garam
dan air. Keadaan ini dapat mencetuskan gagal jantung dan mempercepat
kemerosotan GFR bila tidak dikendalikan dengan baik.
c. Kelainan Kardiopulmoner
Gagal jantung kongestif dan edema paru-paru terjadi akibat kelebihan
volume. Aritmia janung dapat terjadi akibat hiperkalemia. Perikarditis uremia
mungkin terjadi pada penderita uremia dan juga dapat muncul pada pasien yang
sudah mendapat dialisis.
d. Anemia
Anemia terutama terjadi akibat menurunnya sintesis eritropoietin pada ginjal.
Sediaan apus darah tepi mengungkapan anemia normokromik, normositik. Selain
itu waktu hidup eritrosit memendek pada penderita gagal ginjal.
e. Kelainan Hematologi
Selain anemia, pasien pada gagal ginjal memiliki waktu perdarahan yang lebih
lama dan kecenderungan untuk berdarah, meskipun waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, dan hitung trombosit normal. Mukosa gastrointestinal
adalah tempat yang paling lazim untuk perdarahan uremia.
f. Efek gastrointestinal
Anoreksia, mual, dan muntah terjadi pada uremia. Perdarahan gastrointestinal
sering ditemukan dan dapat diakibatkan oleh gastritis erosif dan angiodisplasia.
Kadar amilase serum dapat meningkat sampai tiga kali kadar normal karena
menurunnya bersihan ginjal.
g. Osteodistrofi ginjal
Hiperparatiroidisme menyebabkan osteitis fibrosa kistika dengan pola radiologik
yang klasik berupa resorpsi tulang subperiosteal (yang paling mudah dilihat pada
falangs distal dan falangs pertengahan jari kedua dan ketiga), osteomalasia dan
kadang-kadang osteoporosis.
h. Efek neuromuskular
Neuropati uremia terutama melibatkan tungkai bawah dan dapat menyebabkan
gejala “restless leg”, mati rasa, kejang dan foot drop bila berat. Penurunan status
jiwa, hiperefleksia, klonus, asteriksis, koma, dan kejang mungkin terjadi pada
uremia yang telah parah.
i. Efek imunologis
Pasien dengan gagal ginjal dapat sering mengalami infeksi bakterial yang berat
karena menurunnya fungsi limfosit dan granulosit akibat beredarnya toksin uremia
yang tidak dikenal.
j. Efek Dermatologis
Pruritus sering ditemukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis, selain itu juga
dijumpai adanya pucat, hiperpigmentasi dan ekimosis.
k. Obat
Banyak obat nefrotoksik dapat memperburuk fungsi ginjal dan harus dihindari
(NSAID, aminoglikosida). Dosis obat-obat mungkin terpaksa diatur pada pasien
dengan gagal ginjal.
5. Faktor resiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gagal ginjal kronis antara lain:
a. Utama :
 Diabetes
 Usia 65 tahun atau lebih
b. Tambahan
 Tekanan darah tinggi
 Obesitas
 Pasca Stroke
 HIV
 Kanker
 Kadar bilirubin darah meningkat
Dari faktor-faktor di atas, pasien dapat digolongkan menjadi :
a. 1 faktor risiko akut + 1 faktor risiko kronik utama
b. 1 faktor risiko akut + 2 faktor risiko kronik tambahan
c. 2 faktor risiko akut
Kelompok risiko rendah bila :
a. faktor risiko akut atau 1 faktor risiko kronik utama
b. Beberapa factor risiko kronik utama tanpa factor risiko akut.
c. Beberapa factor risiko kronik utama dan tambahan tanpa factor risiko akut.
1) Diagnosis Gagal Ginjal Kronik
 Sasarannya yaitu :
a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)
b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat di koreksi
c. Mengidentifikasi semua factor pemburuk faal ginjal (reversible factors)
d. Menentukan strategi terapi rasional
e. Meramalkan prognosis
 Pemeriksaan fisik diagnosis
Gambaran klinik mempunyai spectrum klinik luas dan melibatkan banyak dan
tergantung dari derajat penurunan faal ginjal dan lebih makin nyata bila pasien sudah
terjun ke fase terminal dari gagal ginjal terminal (GGT) dengan melibatkan banyak
organ seperti system hemopoiesis, saluran cerna yang lebih berat, saluran nafas, mata,
kulit, selaput serosa (pluritis dan perikarditis), system kardiovaskuler, dan
neuropsikatri.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik harus dapat mengungkapkan etiologi
GGK yang dapat dikoreksi maupun yang tidak dapat dikoreksi. Semua factor etiologi
yang mungkin dapat dikoreksi biasanya sulit terungkap pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik diagnosis tetapi informasi ini sangat penting sebagai panduan
pengejaran diagnosis dengan memakai sarana penunjang laboratorium dan
pemeriksaan yang lebih spesifik.
 Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK,
menentukan gangguan sistem, dan membantu menetapkan etiologi. Blood ureum
nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat, magnesium meningkat,
kalsium menurun, protein menurun. Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu (1)
memastikan dan menentukan derajat penurunan faal ginjal LFG, (2) identifikasi
etiologi, (3) menentukan perjalanan penyakit termasuk semua factor pemburuk faal
ginjal yang sifatnya terbalikan (reversible).
 Pemeriksaan penunjang diagnosis :
Foto polos perut, USG, Nefrotomogram, Pielografi retrograde, Pielografi
antegrade dan Micturatingcysto urography (MCU)

6. Tatalaksana Gagal Ginjal Kronik


Penanganan gagal ginjal kronik berdasarkan tingkat keparahannya untuk tingkat
keparahan Chronic Kidney disease atau CKD yang menentukan dari jenis penanganan
gagal ginjal kronik yang diberikan. Untuk beberapa kasus, biasanya kerusakan yang
terjadi di ginjal dan juga suatu sirkulasi tubuh yang bisa dihindari dengan cara minum
obat-obatan yang berguna dalam mengontrol dan mengendalikan tekanan darah serta bisa
membantu untuk menurunkan kadar kolesterol yang ada didalam darah. Selain itu,
penggunaan obat-obatan yang diberikan biasanya untuk mengendalikan dan juga untuk
membantu mencegah penyakit gagal ginjal kronik agar tidak berkembang sehingga tubuh
tidak mengalami kehilangan hampir semua dari fungsi ginjal.
Keadaan yang seperti ini biasanya sering disebut dengan gagal ginjal permanen
atau mengalami established renal failuer atau ERF. Setidaknya adalah 1 : 100 dari
pengidap penyakit gagal ginjal kronik stadium tiga yang mengalami penyakit gagal ginjal.
Pengidap dari penyakit gagal ginjal biasanya memerlukan perawatan yang lebih lanjut
untuk menggantikan fungsi dari ginjal. Pengobatannya adalah :
1) Penanganan gagal ginjal kronik dengan menjaga tekanan darah tinggi. Menjaga
tekanan darah tinggi akan membantu menghambat terjadinya perkembangan dari
kerusakan ginjal. Oleh karena itulah sangat penting untuk mengendalikan tekanan
darah yang bisa dilakukan, caranya adalah dengan merubah pola hidup semakin
lebih baik yang dilakukan dengan mengurangi makanan yang mengandung garam
dan mengendalikan berat badan. Tetapi jika perubahan ini masih belum cukup
membantu untuk mengontrol tekanan darah, kemungkinan Anda memerlukan
asupan obat-obatan anti hipertensi, misalnya seperti penghambat dari ACE. Obat
dari penghambat ACE yang bisa memberikan perlindungan tambahan bagi organ
ginjal dan selain itu juga berguna dalam membantu mengurangi tekanan darah
didalam tubuh dan juga bisa membantu mengurangi tekanan darah pembuluh
darah. misalnya adalah penghambat ACE adalah rampiril dan juga lisinorpil. Selain
itu juga, ada berbagai jenis obat anti-hipertensi yang sering disebut dengan
angiostenin-II receptor blocker atau ARB yang meliputi pada candarsatan,
aprosartan, irbersartan, dan losartan. Dan efek samping yang muncul dari
penggunaan obatobatan ini namun masih adalah misalnya adalah seperti pusing
kepala.
2) Penanganan gagal ginjal kronik dengan melakukan menjalani program diet. Diet
yang dilakukan adalah diet sehat dengan tetap memperhatikan kebutuhan tubuh
akan sumber nutrisi, gizi dan lainnya. Diet hanya untuk mengatur pola makan dan
mengatur asupan komponen gizi untuk menyeimbangkan tubuh.
3) Mengatur keseimbangan cairan elektrolit, mencegah penurunan massa tulang dan
kelemahan otot, memperbaiki gangguan irama jantung yang tidak seimbang
(aritmia), dang menghambat peningkatan lemak tubuh
4) Penanganan gagal ginjal kronik dengan memperbaiki keseimbangan fosfat dan
kalium. Kelebihan dari jumlah fosfat dan kalium didalam tubuh biasanya akan
langsung disaring oleh ginjal. Tetapi penumpukan dari fosfat dan kalium akan
terjadi di ginjal yang tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik. misalnya adalah
seperti mereka yang mengidap penyakit gagal ginjal kronik untuk stadium empat
dan juga lima. Oleh sebab itulah, penyakit gagal ginjal yang stadium menengah ke
atas sangat disarankan dalam mengurangi asupan makanan yang mengandung
fosfat dan kalium.
5) Penanganan gagal ginjal kronik dengan melakukan modifikasi terapi obat dengan
fungsi ginjal, banyak obat yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya
toksik dan dikeluarkan oleh ginjal misalnya digoksin aminoglikosid, analgesic,
opiat, amfoterisin dan ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan
sitostatik.
6) Keempat Gagal Ginjal Kronik Dan Pengobatannya dengan cara mengkonsumsi air
mineral, penyakit gangguan ginjal memiliki kaitan erat dengan asupan atau
konsumsi dari air mineral yang sangat dibtuhkan tubuh. Penanganan gagal ginjal
kronik yang selanjutnya adalah dengan merubah pola hidup lebih baik, misalnya
adalah :
a. Menurunkan berat badan jika Anda mengalami masalah obesitas atau
kelebihan BB.
b. Melakukan olahraga ringan dengan teratur
c. Berhentilah kebiasaan buruk merokok
d. Mengonsumsi jenis makanan yang sehat dengan gizi seimbang serta rendah
lemak
e. Mengkonsumsi air putih yang cukup, menghindari konsumsi jamu atau
herbal yang tidak jelas, Membatasi asupan dari minuman yang mengandung
alkohol tinggi
f. Membatasi asupan makanan yang mengandung garam tidak lebih dari 6
gram dalam sehari atau sekitar satu sendok teh dalam sehari
g. Terkecuali jika memang diresepkan oleh dokter, sebaiknya hindarilah
konsumsi obat anti inflamasi non-steroid misalnya adalah seperti ibuprofen.
h. General check-up untuk mengkontrol dan mencegah perburukan stadium
penyakit ini.

BAB II

PEMBAHASAN
A. KASUS
 Pasien G.A. 23 tahun masuk RS dengan keluhan sesak nafas sejak tadi malam,batuk
(+), lemah dan didiagnosa menderita CKD+anemia+hipertensi. Pasien sudah
menderita CKD sejak 2009. Pasien sering mengkonsumsi minuman suplemen.
 Tanda vital

B.
DATA Tanggal (Bulan Mei)
KLINIK
(Yang penting) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Tekanandarah 190/ 160/ 180/ 160/ 140/ 160/ 170/ 190/ 190/ 200/ 180/ 160/
(120/80 120 90 120 110 90 100 120 120 120 120 120 120
mmHg)

Nadi 84 84 84 80 84 80 96 86 84 88 88 84
(80-100x/mnt)

RR 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
(20-24x/mnt)

Suhu 37 36 36 36 36 36 36 36 36 38 37 36
(36,5-37,5o C)

UT (ml) 400 500 600

Sesak + + +

Batuk + + + +

Lemah + + + + + + + + + + + +

ANALISIS KASUS
 SOAP
Subyektif :
Nama pasien : pasien G A
Umur pasien : 23 tahun
Keluhan : sesak nafas sejak tadi malam, batuk (+), lemah dan didiagnosa menderita
CKD+anemia+hipertensi. Pasien sudah menderita CKD sejak 2009. Pasien juga
sering mengkonsumsi minuman suplemen.
Objektif

DATA Tanggal (Bulan Mei)


KLINIK
(Yang
penting) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Tekanandarah 190/ 160/ 180/ 160/ 140/ 160/ 170/ 190/ 190/ 200/ 180/1 160/ Tinggi
(120/80 120 90 120 110 90 100 120 120 120 120 20 120
mmHg)

Nadi 84 84 84 80 84 80 96 86 84 88 88 84 Normal
(80-
100x/mnt)

RR 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Normal
(20-24x/mnt)
Suhu 37 36 36 36 36 36 36 36 36 38 37 36 Normal
(36,5-37,5o
C)

UT (ml) 400 500 600

Sesak + + +

Batuk + + + +

Lemah + + + + + + + + + + + +

Parameter Kadar 3/5 4/5 4/5 7/5 7/5 11/5 11/5 11/5 12/5
normal (post pre post
op)
5/5

Hemoglobin 13,5-18 6,2 6,2 10,1 7,6 10,5 Rendah


g/dl

Leukosit 4000- 5600 7100 6500 7400 Normal


10000
/mm3

Trombosit (15- 8700 93000 95000 97000 Rendah


4
45).10 / 0
mm3

Hematokrit 40-54 % 16,5 25,9 20,5 27,1 Rendah

GDA 70-110 287 85 61 Rendah


mg/dl

Asam urat 3,4 – 7,0 8,5 5,5 Normal


mg/dl

GDP 60-110 71 Normal


mg/dl

GD2PP <125 82 Normal


mg/dL

Albumin 3,5-5,2 3,6 3,6 Normal


g/dl

Globulin 1,5-3,5 3,0 Normal


g/dl

BUN 8-20 66,1 33,4 109,9 59,4 120,9 115,3 57,0 Tinggi
mg/dl

Kreatinin 0,6-1,2 18,07 10,82 19,6 11,1 19,63 9,38 10,58 Tinggi
mg/dl

Na 135-145 127 125 Rendah


meq/l

K 3,6-5,5 5,3 7,0 Tinggi


mmol/l

Cl 97-103 93 95 Normal
mmol/L
pH 7,35 – 7,505 7,508 Terlalu
7,45
basa

pCO2 35 – 45 30,2 32,8 Normal


mmHg

pO2 80 – 100 60 74 Rendah


mmHg

Assessment

No Problem S,O Terapi DRPs Analisis


. medik
1 Gagal BUN tinggi, Starquin Obat tidak
(Ciprofloksasin) tepat ESO
ginjal kreatinin
Aminepron mengganggu
kronik tinggi, Na Indikasi obat fungsi ginjal
rendah, K D5 infus tepat
Indikasi obat
tinggi, pH
tepat
terlalu basa.

2 Hipertensi TD tinggi, Furosemide Obat kurang ESO


abnormal tepat hyperkalemia
pada pasien
volume
CKD
plasma Valsartan
Aturan Diganti 2 x
minum obat sehari pagi dan
Nifedipin
kurang tepat malam
Aturan Aturan minum
Concor minum obat diganti 1 x
(Bisoprololfumarat) kurang tepat
sehari
Obat kurang
Golongan β
tepat
Hytrin (Terazosin) bloker dapat
memperparah
Obat kurang asma
3 Anemia
tepat Efek samping
Hemoglobin
Neurodex berat timbulnya
rendah,
hipotensi
hematokrit
Neurobion 5000 ortostatik
rendah, Aturan
4 Asma Aturan minum
lemah minum obat diganti 1 x
O2 nasal kurang tepat sehari
pO2
Obat tidak
abnormal, Dosis terlalu
tinggi dan digunakan
sesak
ESO jantung
berdebar

Indikasi tepat

Planning
Terapi farmakologi
- Aminepron untuk mengatasi gagal ginjal kronik dimana tujuan terapi yang diharapkan
untuk memperlambat CKD dan meminimalisasi perkembangan komplikasi. Dengan
penambahan infus D5 cairan pengganti.
- Aturan pakai valsartan diubah menjadi 2x sehari yaitu pagi dan malam. Obat valsartan
golongan ARB yang efektif untuk pasien gagal ginjal kronik. Bila TD masih belum
mencapai tujuan maka dapat dipertimbangkan untuk penambahan obat golongan
CCB.
- Dosis nifedipin diturunkan, diminum 1x sehari. Menggunakan obat nifedipin karena
golongan obat CCB dimana cocok untuk pasien yang menderita hipertensi dengan
tekanan darah ˃130/80 mmHg.
- Dosis neurodex diturunkan menjadi 1x sehari untuk mengatasi anemia. Bila
menggunakan neurobion 5000 dosis terlalu besar dimana pasien menderita CKD.
- O2 nasal untuk mengurangi sesak nafas.

Terapi non farmakologi

- Diet rendah protein (0,6 sampai 0,75 g/kg/hari) dapat embantu memperlambat
perkembangan CKD pada pasien dengan atau tanpa diabetes.
- Modifikasi gaya hidup

KESIMPULAN
Pada kasus ini pengatasannya adalah dengan pemberian aminepron dan infus D5
untuk menghambat CKD dan mengurangi komplikasi. Hipertensi diatasi dengan pemberian
valsartan bila TD tidak tercapai tujuan ditambah dengan pemberian CCB (nifedipin).
Pemberian neurodex ditujukan untuk mengurangi gejala dan mencegah kambuhnya anemia.
Sesak nafas dapat diringankan dengan pemberian O2 nasal. Dilakukan monitoring
pemeriksaan klinis.
DAFTAR PUSTAKA

Surachtono, 2010, Gagal Ginjal Akut pada Sepsis, Anestesia & Critical Care, 28(3), 1-2.
1. Djarwoto B, Sja’bani M. Nutrisi pada Gagal Ginjal dalam Buku Naskah Lengkap Pertemuan
Ilmiah Tahunan 2000 Ilmu Penyakit Dalam FK UGM. Editor: Ahmad Husein Asdie. Medika FK

UGM Yogyakarta. Desember 2000. Hal 118-127.

2. Mansjoer A. Gagal Ginjal Kronik dalam Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi 3. Media

Aesculapius FKUI. Jakarta. 2004. Hal 531-534.

3. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Editor: Ani W Sudoyo.

Jilid I. Edisi 4. FKUI. Jakarta. Juni 2006. Hal 581-584

4. Wilson LM. Gagal Ginjal Kronik. Dalam buku Patofisiologi Konsep klinis Proses-proses penyakit.

Editor: Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. Edisi VI. EGC. Jakarta. 2006. Hal 912-945.

5. Brenner BM, Lazarus JM. Gagal Ginjal Kronik dalam Buku Ilmu Penyakit

Dalam Harrison. Volume 3. Edisi 13. EGC. Jakarta. 2000. Hal 1435-1442

6. Suhardjono. Penatalaksanaan Hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik dalam Buku Naskah

Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2001 FK UGM. Editor: Idrus Alwi, Siti

Setiati, dkk. Pusat Informasi dan Penerbitan Bag.Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. September

2001. Hal 179-190

7. Stein JH.MD. Gagal Ginjal Kronis dalam buku Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Editor:

dr.E.Nugroho. EGC. Jakarta.1998. Hal 180-184.

8. Rani AA.Prof.Dr.SpPD.Kgeh. Penyakit Ginjal Kronik dalam buku Panduan Pelayanan Medik Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi 2004. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RS Dr.Cipto

Mangunkusumo. Jakarta. 2004. Hal 149-150.

9. Tim dokter RS Mediros. Konsultasi Mencegah Gagal Ginjal. Didapat

dari www.sinarharapan.co.id . 2005.


10. Anonymous. Gagal Ginjal Kronik. Didapat dari www.medicastore.google.com. 2004.
11. Kapojos EJ. Gagal Ginjal Kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 3, jil. II, Balai
Penerbit FKUI: Jakarta, 2001
12. Burton JL. Penyakit Ginjal. Dalam Buku Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam untuk Pemula.
Binarupa Aksara. Jakarta. 1989. Hal 153-158.
13. Mubin AH.Prof.DR.Dr.SpPD.MSc.KPTI. Gagal Ginjal Kronik. dalam buku Panduan Praktis Ilmu
Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi. EGC Jakarta.2001. Hal 372-375.

Anda mungkin juga menyukai