Anda di halaman 1dari 13

Mate-matika 1 Modul

Ajar 1

PENDAHULUAN

Topik : Pengantar mata kuliah mate-matika 1 dan sistem bilangan riil


Substansi :  Gambaran tentang materi pada kuliah mate-matika 1 dan
ketentuan perkuliahan.

 Sistem bilangan riil meliputi garis bilangan, pertidaksamaan, nilai


mutlak.

Tujuan Pembelajaran : Dapat:


(1) menjelaskan tujuan pembelajaran
(2) memahami konsep sistem bilangan riil

Waktu : 3 sks (3 x 50 menit)

1
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

SISTEM BILANGAN

Sistem Bilangan riil

Kalkulus didasarkan pada pada sistem bilangan real dan sifat-sifatnya. Oleh sebab itu
penting untuk mengetahui konsep Sistem bilangan riil. Apakah bilangan riil dan bagaimana
sifat-sifatnya? Mari disimak berikut ini.

Sistem bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli, yaitu:


1, 2, 3, 4, 5, ...
Dengan bilangan asli ini kita dapat menghitung banyaknya buku yang dimiliki, jumlah mobil
yang melewati suatu jalan, banyaknya orang-orang dalam suatu ruang dan lain-lainnya.
Himpunan semua bilangan asli biasa dinotasikan dengan N. Jadi,
N = {1, 2, 3, 4, …}
Jika himpunan semua bilangan asli ditambahkan semua negatifnya dan nol, maka diperoleh
bilangan-bilangan bulat, yaitu:
…, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, …
Himpunan semua bilangan bulat disimbolkan dengan Z. Jadi,
Z = {…, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, …}
Namun bila kita berusaha mengukur besaran-besaran seperti panjang, berat dan arus listrik
maka bilangan bulat tidak memadai karena bilangan bulat tidak dapat memberikan ketelitian
yang cukup. Untuk keperluan ini maka dapat digunakan bilangan-bilangan rasional, seperti:
2 21 −18 −9 −18
, , , dan
5 57 47 1 15
Bilangan rasional didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan
𝑎
𝑏
dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠0.
Dengan demikian bilangan-bilangan bulat termasuk bilangan rasional juga. Bilangan bulat 5
10
merupakan bilangan rasional sebab 5 dapat ditulis sebagai . Himpunan semua bilangan
2

rasional biasa dinotasikan dengan Q.


Jadi,

2
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

a 
Q   , a, b  Z , b  0
b 
Bilangan rasional dapat menjadi ukuran dengan ketelitian yang cukup, namun masih tidak dapat
menjadi ukuran semua besaran, misalnya panjang sisi miring segitiga siku-siku dengan sisi 1.
Seperti yang ditunjukkan gambar berikut:

1 √2

1
Gambar 1.1. Panjang sisi miring dari segitiga siku-siku adalah bilangan irasional.

Panjang sisi miring dari segitiga siku-siku dengan panjang 1, yaitu √2, adalah bilangan
irrasional. Bilangan irrasional yang lain misalnya:
3
√3, √5 , √7, 𝑒 dan 𝜋
Sekumpulan bilangan rasional dan irrasional beserta negatifnya dan nol dinamakan bilangan-
bilangan real (bilangan nyata).

Garis Bilangan
Setiap bilangan real mempunyai posisi pada suatu garis yang disebut dengan garis bilangan
(real).

Himpunan semua bilangan real dinotasikan dengan R. Hubungan keempat himpunan N, Z, Q,


dan R dapat dinyatakan dengan N ⊂ Z ⊂ Q ⊂ R dan digambarkan dengan diagram berikut.

3
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

Ada berbagai jenis interval pada bilangan real. Interval terbuka (a,b) adalah himpunan semua
bilangan real yang lebih besar dari a dan kurang dari b. Jadi (𝑎, 𝑏) = {𝑥|𝑎 < 𝑥 < 𝑏}.
Sedangkan interval tertutup [a,b] adalah himpunan semua bilangan real yang lebih besar atau
sama dengan a dan kurang atau sama dengan b. Jadi [𝑎, 𝑏] = {𝑥|𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏}.
Beberapa interval lain ditunjukkan dalam daftar berikut.

Sifat urutan pada bilangan real.


Sifat-sifat urutan pada bilangan real dapat dibagi menjadi:
1. Trikotomi:
Jika x dan y adalah suatu bilangan, maka pasti berlaku salah satu dari x < y atau x > y
atau x = y

2. Ketransitifan:

4
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

Jika x < y dan y < z maka x < z


3. Penambahan:
𝑥 < 𝑦 ⇔ 𝑥 + 𝑧 < 𝑦 + 𝑧
4. Perkalian:
Jika z positif maka 𝑥 < 𝑦 ⇔ 𝑥𝑧 < 𝑦𝑧
Jika z negatif maka 𝑥 < 𝑦 ⇔ 𝑥𝑧 > 𝑦𝑧

Pertidaksamaan
Pertidaksamaan merupakan kalimat terbuka yang menggunakan relasi <, >, ≤ atau ≥.
Bentuk umum pertidaksamaan adalah sebagai berikut:

Ax  Dx 

B x  E  x 

Dimana A(x),B(x), C(x), dan D(x) masing-masing polinom.

Sebagai catatan, tanda < pada bentuk umum di atas berlaku pula untuk tanda ≤ , > atau ≥ .

Arti dari menyelesaikan suatu pertidaksamaan adalah mencari semua himpunan bilangan real
yang membuat pertidaksamaan tersebut berlaku. Himpunan bilangan real ini disebut juga
sebagai Himpunan Penyelesaian (HP). Cara menentukan HP adalah sebagai berikut:

1. Bentuk pertidaksamaan diubah menjadi :


P( x)
0
Q( x)

2. Faktorkan P(x) dan Q(x) menjadi faktor-faktor linier dan/ atau kuadrat.
3. Tentukan titik pemecah (pembuat nol faktor linear). Gambarkan titik-titik pemecah
tersebut pada garis bilangan, kemudian tentukan tanda (+, −) pertidaksamaan di setiap
selang bagian yang muncul

5
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

Contoh Soal:

Tentukan Himpunan Penyelesaian dari :

1. 13  2 x  3  5
13  3  2 x  5  3
16  2 x  8
8 x4
4 x8
HP= 4,8

2.  2  6  4x  8
 8  4 x  2
8  4 x  2
 2  4x  8

1
 x2
2
 1 
HP   ,2 
 2 

3. 2 x 2  5x  3  0
2x  1x  3  0
1
Titik Pemecah (TP) : x   dan x  3
2

 1 
HP:   ,3 
 2 
4. 2 x  4  6  7 x  3x  6
2 x  4  6  7 x dan 6  7 x  3x  6

6
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

2 x  7 x  6  4 dan  7 x  3x  6  6
9 x  10 dan  10 x  0
10
x dan 10 x  0
9
10
x dan x  0
9
 10 
HP=   ,   0,  
 9

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan :


 10 
HP= 0,
 9 

1 2
5. 
x  1 3x  1
1 2
 0
x  1 3x  1
3x  1  2 x  2  0
x  13x  1
x 3
0
x  13x  1
1
TP: -1, ,3
3

1 
HP=  ,1   ,3 
3 
x 1 x
6. 
2 x 3 x
x 1 x
 0
2 x 3 x

7
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

x  13  x   x2  x   0
2  x 3  x 
2x2  2x  3
0
2  x x  3
Untuk pembilang 2 x 2  2 x  3 mempunyai nilai Diskriminan (D) < 0, sehingga nilainya selalu
positif, Jadi TP : 2,-3
Pembilang tidak menghasilkan titik pemecah.

HP= ,3  2, 

Nilai mutlak
 x ,x 0
Definisi: x  
 x , x  0
Arti Geometris |x| : Jarak dari x ke titik 0(asal)

Sifat-sifat nilai mutlak:


1. x  x2
2. x  a, a  0   a  x  a
3. x  a, a  0  x  a atau x  a
4. x y  x2  y 2
x x
5. 
y y
6. Ketaksamaan segitiga
x y  x  y x y  x  y

Contoh:

Menentukan himpunan penyelesaian

1. 2x  5  3
Kita bisa menggunakan sifat ke-2
 3  2 x  5  3
 5  3  2x  3  5

8
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

 2  2x  8
1 x  4
HP= 1,4

2. 2x  5  3
kita bisa menggunakan sifat ke-4, karena kedua ruas sifatnya positif
 2 x  5  9
2

 4 x 2  20 x  16  0
 4 x 2  20 x  25  9
 2 x 2  10 x  8  0
 2 x  2x  4  0
TP : 1, 4

HP= 1,4
3. 2x  3  4x  5
Kita bisa menggunakan sifat 4
 2 x  3  4 x  5
2 2

 4 x 2  12 x  9  16 x 2  40 x  25
 12 x 2  28x  16  0
 3x 2  7 x  4  0
4
TP:  , -1
3
Jika digambar pada garis bilangan

 4 
HP=  ,     ,1
 3 
x
4. 7  2
2

9
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

x x
  7  2 atau  7  2
2 2
x x
  5 atau  9
2 2
 x  10 atau x  18
HP=  10,    ,18

5. 3 x  2  x  1  2
Kita definisikan dahulu
x  2 x  2  x  1 x  1
x2   x 1  
2  x x  2  x  1 x  1
Jadi, kita mempunyai 3 interval

I. Untuk interval x  1 atau  ,1


3 x  2  x  1  2
 32  x    x  1  2
 6  3x  x  1  2
 7  2 x  2
 2 x  9
 2x  9
9  9
 x  atau   , 
2  2
 9
Jadi HP 1=   ,    ,1
 2

Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil irisan kedua
interval tersebut adalah  ,1

10
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

Sehingga, HP 1=  ,1
II. Untuk interval  1  x  2 atau  1,2
3 x  2  x  1  2
 32  x   x  1  2
 6  3x  x 1  2
 5  4 x  2
 4 x  7
 4x  7
7  7
 x  atau   , 
4  4
 7
Jadi, HP2=   ,    1,2
 4

Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil irisan dua
 7
interval tersebut adalah  1, 
 4 
 7
Sehingga, HP2=  1, 
 4 
III. Untuk interval x  2 atau 2,  
3 x  2  x  1  2
 3x  2  x  1  2
 3x  6  x 1  2
 2 x  7  2
 2x  5
5 5 
 x  atau  ,  
2 2 
5 
Jadi, Hp3=  ,    2,  
2 

11
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil irisan dua
5 
interval tersebut adalah  ,  
2 
5 
Sehingga, HP3=  ,  
2 
HP= Hp1  Hp2  Hp3
 7 5 
Hp   ,1   1,    ,  
 4 2 
Untuk lebih mempermudah, masing-masing interval digambarkan dalam sebuah
garis bilangan

 7 5 
Jadi, HP=  ,    ,  
 4  2  

Soal Latihan

Cari himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut

x2
1.  1 x
4  2x
x  2 x 1
2. 
x2 x3
3. 2  x  3  2x  3
x 1  2 x  2  2
2
4.
5. 2x  3  4x  5

12
Mate-matika 1 Modul
Ajar 1

6. x  3x  2
7. x 1  x  2  2

13

Anda mungkin juga menyukai