Anda di halaman 1dari 19

Landasan Ilmu

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

TUGAS KELOMPOK
Antropologi Pendidikan

Oleh Kelompok 1:
Rosiana Fitria 16138154
Yusuf Fornando 16138158

i
ii

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PASCASARJANA (S2) FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
i

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang antropologi dan manfaatnya untuk pendidikan.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Padang, Maret 2018

Penulis
ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................... i

Daftar Isi...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi ................................................................... 4


B. Pengertian Kebudayaan ................................................................... 7
C. Hubungan Antropologi Dengan Pendidikan ................................... 10
D. Manfaat Antropologi Dalam Pendidikan ........................................ 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-
perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju
ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat turut mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan,
tingkah laku termasuk pada hidupnya. Didalam masyarakat akan terlihat
dengan jelas masyarakat yang mendapat pengaruh perubahan sosial budaya dan
masyarakat yang tidak mendapat pengaruh.Perubahan-perubahan masyarakat
dapat mengenai nilai-nilai sosial norma-norma sosial, pola-pola perilaku
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang interaksi sosial.
Para sosiolog mengklasifikasikan masyarakat statis dan masyarakat
dinamis, masyarakat statis dimaksudkan masyarakat yang sedikit sekali yang
mengalami perubahan dan berjalan lamabat. Masyarakat yang dinamais adalah
masyarakat- masyarakat yang mengalami berbagai perubahan secara cepat.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia dewasa ini merupakan gejala
yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat kebagian-bagian dunia
lain dengan komunikasi yang modren.
Perubahan dalam masyarakat memang telah terjadi dari zaman dahulu.
Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat
sehingga membingungkan manusia untuk mengahadapinya, yangs ering
berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi
karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau pun
diselingi keadaan dimana pun mengadakan reorganisasi unsur-unssur struktur
masyarakat yang terkena perubahan. Berdasarkan hal tersebut, perlulah kiranya
menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya di era
globalisasi.

1
2

Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh


Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun
tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin
sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua
potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu
yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran,
pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta
kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin
dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal
dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal dilakukan
melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarga. Dalam
masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan
sebagai satu keseluruhan.
Kebudayaan tidak dibawa manusia sejak kelahirannya. Secara faktual,
dan sebagaimana tersurat dalam definisi yang dikemukakan Koentjaraningrat,
kebudayaan dapat menjadi milik diri manusia sehingga menjadi
karakteristiknya yang esensial dibanding dengan hewan hanyalah melalui
belajar. Di pihak lain, bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan sedikit banyak
merupakan himpunan dari pola-pola budaya yang diperlukan dalam rangka
mempertahankan eksistensi suatu masyarakat Wahyudin Dinn ( 2008: 2-28 ).
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan percobaan yang
terpisah dengan kajian yang sistrmatis mengenai praktek pendidikan dalam
prespektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah
merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam
membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar
kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data
yang didapat di lapanga oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan
hanya mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
3

menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu


keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun akan membahas secara
lengkap tentang landasan antropologi dalam pendidikan di masa yang
terdahulu sampai saat ini. Tujuannya agar pendidikan di Indonesia tetap
memahami keanekaragaman budaya setempat dan tidak menghilangkan nilai
luhur, norma, serta etika dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
B. Tujuan Penulisan
Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup mereka,
dalam penjelasan diatas bahawa antropologi lebih banyak membahas tenatang
kebudayaan, dari segi makna, isi dan sifatnya. Sehingga dalam penulisan
makalah ini ingin mengenal lebih jauh keterkaitan antropologi dalam
mempengaruhi dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Antropologi
Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup mereka.
Antropologi mempunyai dua cabang utama yaitu antropologi yang mengkaji
evolusi fisik manusia dan adaftasinya terhadap lingkungan yang berbeda-
beda; dan antropologi budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaa
yang masih ada maupun kebudayaan yang sudah punah, secara umum
antropologi budaya mencakup antropologi bahasa yang mengkaji bentuk-
bentuk bahasa; arkeologi yang mengkaji kebudayaan-kebudayaan yang sudah
punah, eteologi yang mengkaji kebudayaan yang hidup yang dapat diamati
secara langsung, pembahasan dalam makalah ini adalah hubungan pendidikan
dengan antropologi budaya dalam pengertian terakhir.
Antropologi muncul sebagai ilmu yang lebih dari seabad yang lalu
ketika berkembang gagasan yang didorong oleh semangat explorasi,
arkeologi, geologi, dan lebih-lebih oleh kemunculan darwinisme. Tokoh-
tokoh pelopor antropologi pada umumnya yang dikenal antara lain :
1. EB. Taylor (1832-1917) yang pertama membuat definisi kebudayaan :
sebagai "kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan lain-lain kecakapan
dan kebiasaan yang diperolehmanusia sebagai anggota masyarakat"
(1958)
2. B. Malinowski (1884-1942) yang melahirkan teori fungsional,
Masyarakat dilihat sebagai totalitas fungsional. Seluruh adat istiadat dan
kebiasaan serta praktik harus difahami dalam totalitas konteksnya dan
dijelaskan dengan melihat fungsinya bagi anggota masyarakat yang
bersangkutan (1922).
3. Redcliffe-Brown (1881-1995) yang melahirkan teori fungsionalisme
struktural. Masyarakat beserta struktur sosialnya dipandang sebagai
organisme yang sama dengan anatomi tubuh. Tubuh bisa sehat, tapi bisa

4
5

sakit oleh sebab-sebab tertentu. Boleh jadi ada organ-organ tertentu yang
terganggu fungsinya (1952).
4. Claude Levi Strauss ( lahir 1908) pendiri teori strukturalisme dan penemu
metode analisis unsur-unsur kebudayaan dengan metode kuliner. Suatu
metode yang terdiri dari tiga jenis: Mentah-dimasak-fermentasi
(peragian). Untukmemahami sistem pemikiran pada masyarakat pada
cerita rakyat, dianalisis dengan sudut pandang oposisi biner (laki-laki dan
perempuan, matang-mentah, bumi-langit, atas-bawah dan sebagainya)
(lih, Ivan Baal, 1970).
Meskipun antropologi merupakan cabang ilmu yang termuda diantara
ilmu-ilmu ssosial, antropologi telah melampui ilmu-ilmu sosial lainnya dalam
rentngan subjek metter dan metodologinya. Bila sarjana ilmu sosial lain
mengkaji aspek-aspek terntu dari kebudayaan, para antropolog berusaha
menghubungkan semua aspek itu terhadap kebudayaan sebagai suatu
keseluruhan; sementara sarjana ilmu sosial lainnya memusatkan perhatian
kebudyaan maju dari masyarakat industi (Barat) tertentu, antropolog
berpaling kepengkajian semua kebudayaan lampau dan sekarang, sederhana
dan maju, bila sarjana sosial lain membicarakan rentangan (stretches) tertentu
dimasa lalu, antropolog mengkaji keseluruhan sejarah umat manusia sebagai
bidang kajiannya. Diatas semuanya, antropolog menyadarkan kita akan
keragaman kebudayaan umat manusia dan pengaruh yang dalam dari
pendidikan (cultural Conditioning) terhadap prilaku dan kepribadian
manusia.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi
lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu
antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan
antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi
spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan. Seperti halnya
6

kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha


menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya
dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia khususnya dalam dunia pendidikan.
Pendidikan mencakup setiap proses, kecuali bersifat genetis, yang
menolong membentuk fikiran, karakter atau kapasitas fisik seseorang. Proses
tersebut berlangsung seumur hidup, karena kita harus mempelajari cara
berfikir dan bertindak yang baru dalam setiap perubahan besar dalam hidup
kita. Dalam arti sempit adalah penanaman pengetahuan, keterampilan dan
sikap pada masing-masing generasi dengan menggunakan perantara-
perantara seperti sekolah yang sengaja diciptakan untuk tujuan tersebut.
Isitilah pendidikan berarti disiplin ilmu (termasuk psikologi, sosiologi,
sejarah, dan filosofi pendidikan) yang subjeknya pendidikan dalam arti kedua
diatas.
Antropologi sebagai suatu disiplin ilmu yang amat luas cakupannya,
maka tidak ada seorang ahli Antropologi yang mampu menelaah dan
menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah maka antropologi
dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing-
masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan
kemampuanya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian-bagian
tertentu dalam antropologi.
Dengan demikian, spesialsiasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai
dengan perkembangan ahli-ahli antropologi dalam mengarahkan studinya
untuk lebih memahami sifat-sifat dan hajat hidup manusia secara lebih
banyak. Dalam hubungan ini ada antropologi ekonomi, antropologi politik,
antropologi kebudayaan, antropologi agama, antropologi pendidikan,
antropologi perkotaan, dan lain sebagainya. Grace de Raguna, seorang filsuf
wanita di tahun 1941 menyampaikna pidatonya dihadapan American
Philosophical Association Eastern Division, bahwa antropologi telah
memberi lebih banyak kejelasan tentang sifat manusia daripada semua
pemikiran filsuf atau studi para ilmuwan di laboratorium (Haviland,1988).
7

B. Makna Kebudayaan
Kebudayaan berarti semua cara hidup (Ways of Life) yang telah
diperkembangkan oleh anggota-anggota suatu masyarakat. Dengan
Kebudayaan tertentu dimaksudkan totalitas cara hidup yang dihayati oleh
totalitas masyarakat tertentu, yang terdiri dari cara berfikir, cara bertindak,
dan cara merasa yang dimanifestasikan, umpamanya dalam agama, hukum,
bahasa, seni, dan kebiasaan-kebiasaan, serta dalam budaya materi, seperti
papan, sandang, dan peralatan. Dari persefektif lain kita bisa memandang
suatu kebudayaan sebagai prilaku yang dpelajari dan dialami bersama
(fikiran, tindakan dan perasaan) dari suatu masyarakat tertentu termasuk
artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti bahwa prilaku tersebut disampaikan
(transmitted) secara sosial, bukan diwariskan secara genetis, dialami bersama
dalam arti diperaktekan baik oleh seluruh anggota masyarakat atau beberapa
kelompok dalam suatu masyarakat.
Kebudayaan suatu masyarakat secara sederhana mencakup cara tidur
dan makan, cara mencuci dan berpakain, cara pergi bekerja. Kebudayaan
mencakup pula cara kiata bertindak juga dirumah dan ditempat kerja.
Demikian juga dengan bahasa yang kita pakai, nilai kepercayaan yang kita
anut, juga barang dan jasa yang kita beli dan cara kiata membelinya. Juga cara
kita menemuai teman dan orang asing, cara kita mengawasi anak-anak dan
cara kita bereaksi.
Membedakan antara kebudayaan dengan masyarakat (society). Sebuah
masyarakat adalah suatu penduduk lokal yang bekerjasama dalam jangka
waktu yang lama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu; sebuah kebudayaan
adalah cara hidup dari masyarakat tersebut, atau hal-hal yang mereka fikirkan,
rasakan, dan kerjakan seperti yang dikatakan oleh F.Keesing: “secara
sederhana dapat diungkapkan, kebudyaan meletakkan fokusnya pada adat-
adat kebiasaan suatu masyarakat; masyarakat meletakkan fokusnya pada
orang-orang yang meletakan adat kebiasaan itu”. Kebanyakan masyakat-
masyarakat yang besar bersifat multi budaya atau jamak. Mereka cendrung
pemuja beberapa atau banyak sub-budaya.
8

a. Isi Kebudayaan
Gejala kebudayaan dapat ditata dalam sejumlah cara. Gejala
kebudayaan dapat diklasifikasikan, sebagai kegiatan-kegiatan yang
dipelajari dan dialami, seperti menjalankan mobil, berpacaran, pergi
menonton teater; gagasan yang dipelajari dan dialami seperti
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sikap bermusuhan
terhadap komunisme; dan artefak yang diperoleh dan dialami secara
sosial, seperti mobil dan pencakar langit, gejala kebudayaan boleh pula
diklasifikasikan sbagai teknologi (alat-alat yang digunakan oleh sebuah
kebudayaan untuk memanipulasi dunia kebendaan), organisasi sosial
(kegiatan-kegiatan institusi-institusi yang terlibat dalam prilaku antara
anggota-anggota satu sama lain) dan idiologi (pengetahuan kebudayaan,
nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan).
Satu diantara klasifikasi yang terbaik yang dikenal adalah
pembagian tiga (triad) dari R.Linton, universals, spesialities dan
alternatives.
1) Universals adalah apa saja yang merupakan pemikiran-pemikiran,
perbuatan-perbuatan, perasaan-perasaan dan artefak-atefak yang
umu dikenal/biasa bagi semua orang dewasa dalam suatu
masyarakat. Kedalamannnya tercakup antara lain bahasa,
perumahan, hubungan kekerabatan, pakaian dan berbagai
kepercayaan dan nilai-nilai.
2) Specialities adalah gejala-gejala yang dihayati hanya oleh anggota-
anggota kelompok sosial tertentu, seperti kelompok kerja terampil
dan golongan profesi.
3) Alternatives adalah gejala-gejala yang dihayati oleh individu
tertentu seperti para pendeta-pendeta pelukis-pelukis dan filosof-
filosof.
Terminologi antropologi bagi tingkat penyatuan yang dicapai oleh
kebudayaan adalah integrasi. Sebuah kebudyaaan adalah terintegrasii
sedemikian rupa sehingga pola-pola prilakunya saling dihubungkan.
9

Makin terintegrasi suatu kebudayaan makin bertalian satu sama lain.


Makin kurang terintegrasi suatu kebudayaan, makin banyak mereka
berfungsi secara independent. Pola perilaku yang berhubungan juga
membentuk pola yang berkaiatan, atau sub-sistem, dalam total sitem
budaya. Demikianlah, pola prilaku belajar membaca, mengangkat tangan
dalam kelas, memeriksa makalah, dan belajar di LPTK semuanya
termasuk kepada sub sitem pendidikan.

b. Sifat Kebudayaan
Kebudayaan yang berkembang di masyarakat memiliki beberapa
sifat sebagai berikut:
1) Kebudayaan bersifat organik dan super organik. Dikatakan bersifat
organik sebab ia berakar pada organ manusia, karena tanpa manusia
berbuat benda-benda tidak akan ada kebudayaan. Dikatakan bersifat
super organik, karena kebudayaan hidup terus melampui generasi
tertentu dan karena isinya lebih merupakan hasil karya manusia dari
pada unsur biologis.
2) Kebudyaan bersifat terlihat (Overat) dan tersembunyi (Covert).
Terlihat dalam bentuk tindakan-tindakan dan benda-benda, seperti
rumah, pakain, bentuk pembicaraan yang dapat diamati secara
langsung dan tersembunyi dalam aspek seperti sikap dasar terhadap
alam dan dunia mahluk halus, yang mesti di inteprestasikan
pengertiannya dari apa yang dikatakan dan dilakukan anggota-
anggotanya.
3) Kebudayaan ekspilsit dan implisit. Kebudayaan ekspilit terdiri dari
semua cara bertindak, seperti cara mengendarai mobil, bercinta dan
bermain baseball, yang dapat tergambar secara langsung dari orang-
orang yang melaksanakannya. Kebudayaan implisit terdiri dari hal-hal
tersebut tidak dapat diterangkan. Umpamanya, semua orang waras
dapat menggunakan bahasa budayannya, tetapi sedikit yang dapat
menjelaskan grammar dan sintaknya secara terinci.
10

4) Kebudayaan bersifat Ideal dan manifes. Kebudyaabn ideal terdiri dari


cara berbuat yang mereka yakini harus dilakukan atau bagaimana
mereka berkelakuan sesuai dengan kebudayaannya. Kebudayaan
manifes terdiri dari tindakan-tindakan aktual.
5) Kebudayaan bersifat stabil, tetapi juga berobah. Logis, sebenarnya
masing-masing kualitas termasuk yang lainnya, perobahan hanya
dapat dikukur terhadap elemen-elemen yang relatif stabil, dan
stabilitas terhadap elemen-elemen budaya yang berobah cepat.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan dapat diperoleh informasi
bahwa antropologi erat kaitannya dengan proses kebudayaan yang terjadi di
masyarakat.
C. Hubungan Antropologi Dengan Pendidikan
Antropologi Pendidikan apabila dihadirkan sebagai suatu materi
kajian, maka yang dikaji adalah penggunaan teori-teori dan metode yang
digunakan oleh para ahli antropologi serta pengetahuan yang diperoleh
khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat.
Dengan demikian, kajian materi Antropologi Pendidikan, bukan berutujuan
menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif antropologi. Meskipun
berkemungkinan ada yang menjadi ahli Antropologi Pendidikan setelah
memperoleh wawasan pengetahuan dari mengkaji Antropologi Pendidikan
Nilai-nilai budaya lama yang masih hidup ditengah masyarakat dan
memberi manfaat bagi kesejahteraan bersama seharusnya tetap dipelihara dan
tidak perlu buru-buru diganti sehingga menimbulkan 'culture shock' yang
merugikan masyarakat. Dalam hubungan ini kearifan lokal kiranya memang
perlu digalakkan. Pada masyarakat di tempat-tempat tertentu, senantiasa
ditemukan nilai-nilai budaya yang berharga dalam kehidupan bersama tetapi
oleh pengaruh budaya luar nilai-nilai budaya lokal yang sesungguhnya
banyak manfaatnya menjadi tergeser dan akhirnya hilang. Gotong royong.
Pella gandong (Ambon), Jum'at bersih (Lombok barat) adalah contoh-contoh
11

nilai budaya lokal yang seharusnya dipelihara dan tidak tergeser oleh budaya
luar
Setiap masyarakat telah menemukan bahwa penyampaian kebudayaan
mereka tidak dibiarkan terjadi secara kebetulan saja. Anggaplah bahwa anak-
anak menyerap kebudayaan ini dari berbagai pengalaman hidup sehari-hari,
namun assimilasi informal yang demikian tidak dapat menjamin bahwa anak-
anak menerima elemen-elemen budaya, yang tepat yang diyakini masyarakat
seharusnya yang mereka miliki, sekiranya mereka harus mengekalkan atau
membaharui kebudayaan tersebut. Oleh karena itu masyarakat mengawasi
pendidikan dari anggota-anggotanya. Semasa kanak-kanak setiap mereka
dididik secara formal, walaupun tidak perlu disebuah sekolah.
Pendidikan termasuk kedalam proses umum yang dikenal sebagai
enkulturasii pertumbuhan anak diinisiasikan kedalam hidup dari
masyarakatnya. Untuk mengetahui dinamika inkulturasi, karena inkulturasi
mempengaruhi pendidikan, kita harus menoleh ke antropologi. Pendidikan
merupakan hanya salah satu alat enkulturasi, pendidikan yang lain mencakup
keluarga, kelompok sebaya dan media massa masing-masing dengan nilai dan
tujuan-tujuannya sendiri. Demikianlah, walaupun pendidik mungkin ingin
menanamkan kualitas tertentu pada anak-anak, seperti berfikir bersih dan
pertimbangan bebas, namun pendidik terbatas kesanggupan berbuat demikian
karena kenyataanya badan-badan lain mungkin kadang berusaha memberi
informasi, tetapi kebanyakan TV memberi hiburan, sensai, iklan dan bujukan.
Pendidikan adalah untuk mengekalkan hasil-hasil prestasi
kebudayaan. Pendidikan pada dasarnya bersifat konservatif, namun sejauh
pendidikan bertugas menyiapkan pemuda-pemuda untuk menyesuaikan diri
terhadap kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan didalam dan diluar
kebudayaan, pendidikan telah merintis jalan untuk perobahan kebutuhan
kebudayaan.
Antropologi juga dapat memberi sumbangan kepada pendidikan
dengan cara mempelajari metode pendidikan kebudayaan-kebudayaan lain
baik yang sederhana maupun modern. Kajian lintas budaya mengenai
12

pendidikan akan memungkin para pendidik dari pengalaman kebudayaan-


kebudayaan lain dan memiliki sekolahnya sendiri lebih efektif. Kontribusi
utama yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan ialah
menghimpun sejumlah pengetahuan emperis yang sudah diverifikasi dengan
menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam
lingkungan sosial budayanya.
Pada dasarnya antropologi mestilah merupakan sebuah kajian sistemik,
tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam persefektif budaya, tetapi
juga tentang asumsi-asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek
pendidikan. Umpamanya, umumnya antropolog yang bekerja dibidang
pendidikan menganggap bahwa sekolah merupakan bentuk institusi
pendidikan yang paling diinginkan.
D. Manfaat Antropologi Dalam Pendidikan
Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik
harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga, budaya,
lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai landasan
dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa manfaat
diantaranya:
1. Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap
masyarakat (suku bangsa).
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai
dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita
terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia khususnya
Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan
karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta
memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang
menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan
permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
antropologi adalah ilmu yang mengakaji tentang kebudayaan atau kebiasaan-
kebiasaan yang muncul yang menjadi cara hidup individu atau kelomopok
sosial dalam bermasyarakat diantaranya cara berfikir, cara bertindak, dan cara
merasa yang dimanisfestasikan dalam (agama, hukum, bahasa, dan seni), dan
kebiasaan-kebiasaan dalam budaya materi berupa papan, sandang dan pangan.
Pendidikan yang mencakup setiap proses yang membentuk fikiran,
karakter, atau kafasitas fisik seseorang yang berlangsung seumur hidup.
Hubungannya anatara pendidikan dengan antropologi, yaitu bagaimana
antropologi memberi sumbangan kepada pendidikan dengan cara mempelajari
kebudayaan-kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat baik yang sederhana
maupun modern.
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Objek kajian antropologi adalah budaya. Kebudayaan adalah totalitas
kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral,
adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
orang sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila
pendidikan berubah akan akan dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak
bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat
besar. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin mampu ia
menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan
dikembangkan oleh manusia.
Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis

13
14

berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan antropologi. tujuan adanya


Antropologi Pendidikan untuk mencetak generasi yang berbudaya, untuk
mengenalkan muatan budaya bangsa yang bersumber dari budaya lokal,
nasional maupun global, untuk menstimulasi terciptanya budaya hasil inovasi,
untuk mentradisikan penghormatan terhadap anekaragaman budaya, untuk
mempertahankan budaya adiluhung, dan agar siap dan sanggup menerima
realitas budaya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Imron Manan. 1989. Antropologi Pendidikan. Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Ahmad Sugianto. 2013. Landasan Antropologi Pendidikan. Online.http://akhmad-


sugianto.blogspot.com/2013/09/landasan-antropologi-
pendidikan_24.html ). Diunduh 19 Feb 2018

Anda mungkin juga menyukai