Anda di halaman 1dari 6

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Saatnya Beralih Ke Transportasi Alternatif?

M. Ramy Dhia Humam - 135060500111051

Transportasi dan Taman Nasional sangat erat terkait. Transportasi menurut KBBI adalah: pengangkutan
barang oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi. Sementara menurut PP
No.108 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Taman
Nasional adalah KPA yang mempunyai Ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi..
Transportasi dapat mempengaruhi kualitas pengalaman pengunjung, bahkan pada tingkat keberlanjutan
taman nasional. Maka masalah transportasi menuntut pendekatan dari berbagai aspek mulai dari
manajemen sampai aspek lingkungan.

Dalam The Habitat Agenda yang dirilis oleh PBB di chapter IV tentang Sustainable Human
Settlements development in an urbanizing world, topik tentang Sustainable transport and
communication system merupakan salah satu isinya. Dalam topik tersebut, PBB merumuskan
pentingnya membuat jaringan transportasi yang berkelanjutan, karena transportasi merupakan
kunci dalam perpindahan manusia dan barang untuk akses ke pendidikan, pasar, maupun pusat
ekonomi. Namun sektor transportasi jugalah penyumbang terbesar dari penggunaan energi
yang tidak terbarukan dan juga polusi. Pengembangan sistem transportasi yang mengurangi
jumlah perjalanan yang tidak diperlukan, alternatif moda selain kendaraan bermotor, dan
penggunaan energi yang terbarukan diperlukan . PBB juga menjabarkan poin-poin aksi (action)
yang bisa dilakukan untuk mencapai itu. Dari 7 poin aksi yang ada, ada 3 poin yakni poin d, e, f
yang paling bisa diterapkan secara arsitektural:

d. Promote and implement disincentive measures that discourage the increasing growth of
private motorized traffic and reduce congestion, which is damaging environmentally,
economically and socially, and to human health and safety, through pricing, traffic
regulation, parking and land-use planning and traffic abatement methods, and by
providing or encouraging effective alternative transport methods, particularly to the
most congested areas;
e. Provide or promote an effective, affordable, physically accessible and environmentally
sound public transport and communication system, giving priority to collective means of
transport with adequate carrying capacity and frequency that support basic needs and
the main traffic flows;
f. Promote, regulate and enforce quiet, use-efficient and low-polluting technologies,
including
fuel-efficient engine and emissions controls and fuel with a low level of polluting
emissions and impact on the atmosphere and other alternative forms of energy;
Pada Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang memiliki area yang sangat luas yakni seluas 502,8
km2 dan terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang
dan Kabupaten Probolinggo tentunya memiliki banyak akses yang dapat ditempuh untuk menuju ke
lokasi dengan berbagai moda transportasi. Berikut adalah daftar akses jalan beserta moda
transportasinya:

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari sekian banyak moda transportasi yang bisa
digunakan untujk menuju kawasan TN-BTS, moda transportasi dengan kendaraan bermotor
seperti mobil off-road (Jeep), dan taksi masih mendominasi. Padahal dalam The Habitat Agenda
PBB di atas, moda transportasi tersebut yang ingin dikurangi pemakaiannya karena
mengkonsumsi bahan bakar fosil yang besar dan kapasitas angkutnya tidak banyak (tidak
seperti kereta atau bus). Fasilitas bus/shuttle yang bisa mengangkut pengunjung langsung ke
kawasan TN-BTS tanpa berpindah-pindah moda transportasi pun belum tersedia. Daftar
tersebut belum memasukan kendaraan-kendaraan pribadi yang dibawa oleh pengunjung
terutama pengunjung dari Kota/Kabupaten sekitar TN-BTS.

Jika melihat pada pengelolaan taman nasional di Amerika misalnya, National Park Service (NPS)
sudah mulai memfokuskan pada sistem transportasi alternatif untuk menjawab permasalahan-
permasalahan lingkungan dan sosial yang diakibatkan oleh ketergantungan penggunaan
kendaraan pribadi sebagai akses utama menuju taman nasional. Contohnya pada Taman
Nasional Yosemite, ada fasilitas shuttle bus gratis menuju taman nasional yang tentunya
menjadi opsi menarik bagi pengunjung sebagai alternatif daripada membawa kendaraan
pribadi.

Menurut penelitian yang dilaukan Dave D. White, An Interpretive Study of Yosemite National Park
Visitors’ Perspectives Toward Alternative Transportation in Yosemite Valley, perubahan orientasi
transportasi ini mengubah pandangan pengunjung terhadap pengalaman menyusuri taman nasional,
selain juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan karena polusi yang berkurang.
Fasilitas sistem transportasi seperti shuttle bus tersebut juga harus memperhatikan zoning pada taman
nasional yang mengatur boleh tidaknya penambahan sarana prasarana di wilayah tertentu. Karena
berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan no. P56/Menhut-II/2006, yang memungkinkan untuk
dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi,
penelitian dan pendidikan adalah pada Zona Pemanfaatan. Dalam hal ini, TN-BTS sudah sesuai dengan
Permen tersebut karena hanya pada Zona Pemanfaatan yang dibangun perkerasan jalan, sedangkan
pada Zona Inti dan Zona Rimba, jalan tidak diberi perkerasan dan dibiarkan asli (tanah atau pasir).

Selain sistem transportasi, moda transportasi alternatif yang lebih hemat lingkungan juga merupakan
sasaran dari UN-Habitat. Saat TN-BTS masih didominasi oleh penggunaan mobil off-road yang sangat
boros konsumsi kendaraan fosil, taman-taman nasional di Amerika sudah mulai mengganti kendaraan
berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik atau Plug-in Electric Vehicles (PEVs). Contohnya pada
Rocky Mountain National Park, melalui kerjasama antara program Clean Cities dari Kementrian Energi
dengan Natioal Park Service (NPS), taman nasional ini sudah mulai menyediakan PEVs untuk para ranger
yang bertugas, serta menyediakan dua stasiun pengisian baterai (charging station) untuk PEVs. Selain
sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, ini juga sebagai edukasi untuk
masyarakat tentang energi terbarukan. Sementara untuk medan-medan sulit, mobil off-road berbahan
bakar fosil diganti dengan mobil off-road berbahan bakar gas yang lebih ramah lingkungan.
Namun dalam dimensi yang lebih luas, tentunya terdapat beberapa keadaan yang berbeda antara taman
nasional di Amerika dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sistem pengelolaan taman-taman
nasional di Amerika lebih terpusat di bawah NPS, sedangkan TN-BTS memiliki badan otoritas sendiri. TN-
BTS juga memiliki Visi Misi Pemberdayaan Masyarakat salah satunya lewat usaha penyewaan
transportasi seperti kuda dan mobil off-road, sehingga tidak akan se-leluasa taman-taman nasional di
Amerika untuk mengkonversi moda transportasinya. Namun prinsip-prinsip seperti kerjasama pihak-
pihak tertentu (misalnya dengan kementrian ESDM) bisa diterapkan.
Referensi:

UN Documents. The Habitat Agenda: Chapter IV: C. Sustainable human settlements development in an
urbanizing world. http://www.un-documents.net/ha-4c.htm#C-7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.108 Tahun 2015

Peraturan Menteri Kehutanan no. P56/Menhut-II/2006,

“Akses Jalan dan Transportasi Menuju TN-BTS”.


http://www.eastjava.com/books/bromo/ina/physical_cond.html [diakses 22 Oktober 2016]

National Parks Move Forward on Sustainable Transportation in Partnership with Clean Cities. 2015.
http://energy.gov/eere/articles/national-parks-move-forward-sustainable-transportation-partnership-
clean-cities. [diakses 11 November 2016]

White Dave D. An Interpretive Study of Yosemite National Park Visitors’ Perspectives Toward Alternative
Transportation in Yosemite Valley. 2007.

Anda mungkin juga menyukai