Anda di halaman 1dari 5

Transfusi

Prosedur bedah memiliki persentasi yang tinggi dari kebutuhan transfusi darah, Transfusi darah
menurut sumbernya terbagi atas transfusi homolog dan transfusi autolog (autotransfusi). Kriteria
dalam pengumpulan darah autolog pada umumnya sama dengan pengumpulan darah homolog,
yaitu mencakup pengumpulan, penyimpanan, dan kebutuhan pengolahan darah. Pada transfusi
autolog juga dilakukan pengujian terhadap infeksi hepatitis, HIV, HTLV, dan sifilis,

Transfusi (Alogenik)

Perdarahan akut dapat menyebabkan deplesi volume dan kehilangan sel darah merah.
Pada orang normal, kehilangan volume darah ≤ 30 % dapat ditolereansi dengan mengembalikan
volume darah, selain itu kadar Hb 7 g/dL dan kadar Ht 20% - 21% masih dapat ditoleransi
dengan baik. Kehilangan darah > 30%, perdarahan yang terus berlanjut, atau adanya penyakit
penyerta membutuhkan membutkan transfusi darah. Indikasi utama transfusi adalah
mengembalikan fungsi utama darah untuk membawa oksigen, mengoreksi abnormalitas faktor
koagulasi. Sebenarnya meningkatkan volume intravaskular bukan merupakan indikasi transfusi
darah. Kondisi ini dapat diatasi dengan pemberian cairan intravena, kristaloid atau koloid. Akan
tetapi pada kasus pendarahan, darah mungkin merupakan pilihan utama untuk meningkatkan
kapasitas transport O2 sekaligus mengembalikan volume intravascular.

Keputusan untuk melakukan transfusi darah didasarkan atas beberapa parameter antara
lain yaitu berdasarkan estimasi kehilangan darah, keadaan hemodinamik pasien, respon pasien
terhadap terapi cairan serta mempertimbangkan perdarahan yang sedang berlangsung.

Kadar hemoglobin dan hematokrit awal merupakan indikator yang lemah dalam
memperkirakan jumlah darah yang hilang saat perdarahan akut. Sebagai contoh, seorang sehat
yang kehilangan 1000mL secara cepat menunjukan penurunnan hematokrit vena sebesar 3%
dalam 1 jam pertama, 5% dalam 24 jam, 6% dalam 48 jam, dan 7% dalam 72 jam
mengambarkan kemampuan tubuh dalam mengembalikan volume darah. Moleh karena dari itu
kadar hemoglobin dan hematokrit yang rendah saja dapat memperkirakan adanya kehilangan
darah dalam jumlah banyak, sehingga diperlukan resusitasi cairna secara agresif.
Secara teori fresh whole blood” lebih unggul dibandingan packed red blood cells (PRBC)
karena mempunyai faktor pembekuan dan platelet, mempunyai kadar 2,3-diphospoglycerate
(DPG) yang tinggi. PRBC lebih sering digunakan untuk mengembalikan kadar Hb, dimana 1 unit
PRBC mempunyai volume 250mL dan hematokrit sebanyak 60% -80%.

Pada situasi-situasi tertentu, kadang dibutuhkan transfusi darah segera sebelum uji
kompatibilitas terlaksana (ABO-Rh), skrining antibodi dan crossmatch. Untuk situasi dimana
terdapat keterbatasan waktu, perlu dilakukan beberapa uji yang dapat segera dilakukan

1. Fully Crossmatched Blood


Proses ini membutuhkan lebuh banyak persediaan darah untuk menyelesaikannya
dalam waktu 45-60 menit, sehingga tidak cocok untuk pasien akut yang tidak stabil.
Kemungkinan transfusi yang tidak sesuai adalah sekitar 0,05%

2. Type-Specific, Prtially Crossmathed Blood


Yang termasuk didalamnya adalah tipe ABO-Rh dan crossmatch fase immediate.
Uji crossmatch yang tidak lengkap memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya reaksi
hemolitik berat akibat golongan darah ABO. Uji dilakukan dengan menambahkan serum
pasien ke sel darah merah donor pada temperatur kamar, disentrifugasi dan melihat
apakah terdapat aglutinasi maksoskopik. Uji ini berlangsung selama 1-5
Type-Specific, Uncrossmathed Blood
Pengelompokan tipe darah pasien harus ditentukn saat awal masuk rumah sakit,
proses ini membutuhkan waktu yang singkat. Ketergantungan pada catatan medis atau
riwayat pasien menentukan pengelompokan darah harus diperhatikan dengan ketat.
Riwayat kehamilan atau transfusi darah meningkatkan risiko reaksi yang merugikan.
3. Type O, Uncrossmatched Blood (“Emergency Blood”)
Tipe darah ini dapat segera digunakan untuk pasien yang kehilangan darah secara
aktif. Baik diberikan dalam bentuk PRC untuk mengurangi jumlah plasma yang
mengandung immunoglobulin anti –A dan anti-B, yang dapat menyebabkan lisis darah
resipien. Jika 4 atau lebih unit darah tipe O diberikan, disarankan untuk melanjutkan
menggunakan darah tipe O dibandingkan menggantinya karena dapat meyebabkan lisis.
Darah Tipe O, Rh-negatif lebih diutamakan untuk wanita usia subur untuk mencegah
kemungkinan adanya penyakit Rh pada kehamilan berikutnya.
Koreksi platelet dan factor pembekuan dapat menggunakan platelet terkonsentrasi
dan fresh frozen plasma (FFP). Standar kadar platelet dewasa ± 3x 1011 platelet, dimana
akan membantu meningkatkan jumlah platelet sebanyak 30.000 – 60.000 / µ L . Jumlah
ini bisa didapatkan dalam 300mL unit platelet single-donor, atau 6-8 donor platelet
terkonsentrasi.
FFP harus diberikan dalam 10-15 mL/kg untuk mengoreksi abnormalitas
koagulasi, hal ini data mengebalikan faktor pembekuan sebanyak 25%. Rata-rata volume
satu unit FFP adalah 200-225mL, maka 4 units FFP dapat diberikan untuk orang dewasa
dengan berat badan 70kg.
Transfusi massive (> 10 unit dalam 24 jam) dapat mengakibatkan beberapa
komplikasi, terutama dalam hal metabolism. Berikut ini merupakan daftar komplikasi
yang dapat terjadi apabila transfusi dilakukan secara massive :

Komplikasi Penjelasan
Koagulopati Delusional thrombositopenia
Dilusi faktor pembekuan
Hypothermia-menyebabkan disfungsi platelet dan faktor
pembekuan
Hypocalcemia
Disseminated intravascular coagulopathy
Hypotermia Pemberian secara cepat cairan dingin
Berkurangnya Left-shifter oxyhemoglobin karena :
Hypothermia
pengiriman oksigen
 level 2,3-diphosphoglycerate
Alkalosis metabolik
Gangguan Potassium
Initily  K+ Sangat jarang (dapat terlihat pada transfusi
Delayed  K +
Sering (biasanya karena alkalosis metabolic yang terlambat)
Gangguan pH
Initial Asidosis Sekunder karena hipoperfusi yang mengakibatkan asidosis
metabolik laktat.
Delayed Alkalosis Sering (karena toksisitas citrate)
metabolik
Acute Respiratory Aktivasi respon sitokin proinflamasi
Akumulasi mikroagregat pada vasculature pulmonary
Syndrome
Immunosupresi Multifaktorial
Terutama berefek pada cell-mediated immunity
Volume overload Karena resusitasi volume yang over
Dicetuskan oleh “capillary leak syndrome”
Autotransfusi: autologos
Transfusi darah autologous (autotransfusi) artinya pasien menggunakan darahnya
sendiri.. Autotransfusi relatif lebih aman dari transfusi homolog. Selain itu, autotransfusi
mempunyai banyak manfaat, mencakup pengurangan risiko transmisi virus, menghindari reaksi
transfusi homolog, kasus golongan darah yang sangat langka, tersedianya darah yang hangat
dengan level 2,3-DPG yang normal, dengan begitu dapat memfasilitasi pengangkutan oksigen
hingga pada level jaringan, serta dapat digunakan pada situasi medis lain yang merupakan
kontraindikasi dari penggunaan darah homolog. Kerugian autotransfusi yaitu biaya yang lebih
mahal daripada darah alogenik atau homolog, peningkatan kompleksitas dari pemberian
transfusi, pengelolaan yang cermat, serta kemungkinan adanya kehilangan darah yang tidak perlu
jika operasi ditunda atau transfusi tidak diperlukan Umumnya, waktu pengumpulan darah
dilakukan 5-35 hari sebelum proses pembedahan atau transfusi akan dilaksanakan.
Meskipun banyak digunakan dalam operasi elektif, autotransfusi masih belum dapat
diterima dalam setting kasus trauma karena beberapa hal, diantarnya yaitu adanya komplikasi
infeksi, risiko aggrefasi, dan mencetuskan respon inflamasi dengan mengaktifkan faktor
pembekuan dan mediator inflamasi.
Pengolahan autotransfusi terdiri tiga fase, yaitu: fase pertama yang mengaplikasikan gaya
sentrifugal untuk memisahkan komponen darah dari cairan; fase pencucian yang mengeluarkan
stomata selular, plasma, trombosit, larutan antikoagulan, sel darah putih, faktor pembekuan yang
diaktifkan; dan fase terakhir yaitu fase kosong (darah akan dipompa ke dalam kantong reinfusi
Ada 2 bentuk autotransfusi. Pertama, dan yang paling sederhana dari kedua bentuk
tersebut, termasuk dalam kumpulan kantong darah, yaitu antikoagulan dan dikembalikan pada
pasien lewat filter. Teknik ini banyak digunakan untk mengumpulkan dan memasukkan kembali
darah dari chest tube drains pada trauma thoraks. Keuntungan utama dari teknik ini adalah
sederhana, cepat dan tidak bergantung pada peralatan yang mahal atau tenaga medis yang
terlatih. Kekurangan dari teknik ini adalah memasukkan kembali antikoagulan, mengaktifkan
faktor pembekuan, sitokin proimflamasi, aktivasi platelet dan kontaminasi bakteri.
Yang kedua, yang lebih sulit, teknik yang menggabungkan langkah pembersihan sel.
Teknik ini membutuhkan alat yang kusus dan tenaga medis yang terlatih, selain itu terdapat jeda
waktu yang tertunda anttara mengupulkan dan memasukkan kembali sel darah merah (20 menit).
Tahap pembersihan sel ini melepas antikoagulan dan produk berbahaya. Bakteri bisa dibersihkan
hingga 85% dengan penggunaan alat yang lebih modern.
Proses pembersihan ini ini juga melepas plasma normal dan platelet sehingga hanya sel
darah merah yang dikembalikan, hal ini dapat menyebabkan trombositopenia delusional dan
koagulopati. Kontaminasi bakteri merupakan kontraindikasi autotransfusi. Namun apabila tidak
terdapat kondisi yang mengancam nyawa dan tidak tersedia darah transfusi dari sumber yang
terkontaminasi dapat dilakukan. Pemberian antibiotic broad-spektrum disarankan diberikan
minimal 24 jam setelah pemberian autotransfusi. Darah yang terkontaminasi dengan sekresi
pancreas dapat berbahaya jika di masukkan kembali, meskipun telah dilakukan proses
pembersihan sel, dan membutuhkan pemeriksaan lanjut. Memasukkan kembali platelet yang
aktif, faktor pembekuan, dan mediator inflamasi mungkin berkontribusi dalam terbentuknya
koagulopati. Untuk mencegah koagulopati, memasukkan Whole Blood yang tidak dibersihkan
dibatasi sampai kurang dari 1,5L.

Subtitusi Sel Darah Merah


Penggantian darah yang ideal haruslah sesuai dan bebas dari efek samping, mempunyai
masa hidup yang panjang, dan karakteristik dari proses pengakutan oksigen harus dama dengan
darah yang normal.
Secara normal, molekul hemoglobin bersifat nefrotoksik dan cepat di bersihkan dari
peredaran darah. Sehingga membuatnya sulit untuk ditransfusi. Molekuk hemoglobin cross-
linking dengan berbagai metode kimia, mengurangi nefrotoksisitas dan meningkatkan kekuatan
intravascular. Namun, terdapat efek pressor yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan
masalah sistemik, hipertensi pulmoner dan hipoperfusi splanik.
Polimerasi hemoglobin mnejadi molekul yang lebih besar menghilangkan efek pressor ini
dan mengurangi nefrotoksisitas. Polimerasi, piridoksilat, dan hemoglobin bebas-stroma
merupakan generasi baru subtitusi sel darah merah yang mempunyai kapasitas pembawa oksigen
dan tekanan onkotik yang sama.

Anda mungkin juga menyukai