Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat
pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum R-OH, dimana R
merupakan alkil, alkil tersubstitusi, atau hidrokarbon siklik (Siswoyo, 2009).
1. Primer, sekunder dan alkohol tersier: Dalam tiga jenis alkohol, gugus-OH
terikat pada atom karbon primer, sekunder dan tersier, masing-masing seperti
yang digambarkan di bawah ini:
(b) alkohol alilik: Dalam alkohol ini, gugus-OH terikat pada sebuah karbon
dengan hibridisasi sp3 di sebelah ikatan rangkap karbon-karbon, yaitu suatu
karbon alilik. Sebagai contoh
(Ismono, 2016).
Alkohol mempunyai ikatan yang mirip dengan air dan terdiri dari molekul
polar dimana atom hidrogen berikatan dengan aom oksigen yang elektronegatif,
sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul yang mengakibatkan
alkohol memiliki titik didih lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter,
yang bobot molekulnya sebanding Alkohol yang berbobot molekul rendah mudah
larut dalam air, sedangkan alkil halida padanannya tidak larut dalam air. Kelarutan
ini disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol, dan air (Fessenden, 1986).
Alkohol dapat dianggap hidrolisis dari alkana, maupun sebagai turuna dari air
H-OH. Sebagai turunan dari alkana maupun air, sifat alkohol dapat menyerupai
sifat air karena kesamaan gugus fugsi keduanya. rendah (C1-C5) mempunyai
sifat yang menyerupai sifat air karena gugus hidroksil (-OH) mengambil bagian
yang lebih besar dalam molekulnya, sedangkan alkoholyang lebih tinggi dari (C6
ke atas) terutama mempunyai sifat alkana, hanya sedikit larut dalam air, tetapi
mudah larut dalam pelarut organik. Sifat lain dari alkohol dapat di tentukan oleh
letak gugus hidroksil pada atom C, yang dikenal sebagai alkohol primer R-OH,
alkohol sekunder R2 CH-OH dan alkohol tersier R3 C-OH (Sahidin dkk, 2011)
Salah satu sifat Alkohol adalah sebagai zat amfoter, yakni dapat bertindak
sebagai asam (donor proton) atau sebagai basa (akseptor proton). Sifat asam dan
basa dari alkohol yang relatif sangat lemah ditunjukan oleh reaksi berikut.
a) Sebagai asam, alkohol dapat bereaksi dengan dengan larutan basa pekat
(OH–) dan basa kuat seperti NH2–.
C2H5OH + OH– → C2H5O– + H2O
C2H5OH + NH2– → C2H5O– + NH3
b) Sebagai basa, alkohol dapat bereaksi dengan asam kuat seperti HBr
CH3OH + HBr → CH3OH2+ + Br– CH3Br + H2O
Jenis reaksi pada alkohol tidak hanya melibatkan gugus –OH nya yang reaktif,
tetapi juga kerangka karbonnya (Ismono, 2016).
Alkohol merupakan asam atau basa yang sangat lemah. Dalam keadaan murni
pKa alkohol jauh lebih lemah daripada dalam air. Satu alasan alkohol murni
memiliki keasaman yang lebih rendah adalah karena alkohol memiliki tetapan
dielektrik yang lebih rendah, kurang polar, sehingga alkohol kurang mampu
mendukung ion dalam larutan membentuk molekul air (Fessenden, 1986).
Senyawa alkohol dan eter memiliki sifat fisis dan sifat kimia yang sangat
berbeda namun demikian keduanya merupakan isomer gugus fungsi. Untuk
membedakan kedua gugus fungsi tersebut (R-OH) dengan (R-O-R) dapat
dilakukan dengan mereaksikan keduanya dengan logam Na, seperti terlihat pada
contoh di bawah ini.
2CH3CH2OH + 2Na(s) → 2CH3CH3 ONa + H2(g)
Etanol natrium etoksida
CH3OCH3 + Na tidak dapat bereaksi
Dimetil eter
Alkohol akan bereaksi dengan logam natrium dan membebaskan gas
hidrogen. Sementara itu, jika ke dalam eter ditambahkan natrium maka tidak akan
terjadi reaksi (Ismono, 1896).
2. Fenol
Fenol ini cukup larut dalam air - sekitar 8 g fenol akan larut dalam 100 g
air. Kita jika mencoba untuk mengkocoknya maka kita akan mendapatkan
dua lapisan cair. Lapisan atas adalah larutan fenol dalam air, dan bagian bawah
satu air di fenol. Fenol agak larut dalam air karena kemampuannya untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan air (Ismono, 2016).
H–O-H
H-O-H5C6
C6H5-OH + Na C6H5-ONa + H2
Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil terikat pada suatu
karbon tak jenuh, memberi warna merah jambu, ungu, atau hijau bergantung
pada struktur pada fenol atau enol (Hidajati, dkk, 2017). Apabila fenol
direaksikan dengan Besi (III) klorida kadang-kadang dikenal sebagai besi
klorida, maka Besi (III) ion membentuk kompleks sangat diwarnai dengan
beberapa senyawa organik termasuk fenol. Warna kompleks bervariasi dari
senyawa ke senyawa. Reaksi dengan besi (III) klorida dapat digunakan
sebagai tes untuk fenol (Ismono, 2016).
Suatu hidrogen halida mengandung ikaran H-X yang sangat polar dan
dapatdengan mudah melepaskan H+ kepada ikatan pi suatu alkena. Hasil serangan
dari H+ adalah suatu karbokation antara, yang cepat bereaksi dengan ion negatif
halida dan menghasilkan alkil halida, karena serangan awal dilakukan oleh sebuah
elektrofil maka adisi HX kepada ebuah alkena disebut reaksi adisi elektrofilik
(Fessenden, 1986). Reaksi adisi seperti ini akan menghasilkan produk sesuai
dengan aturan markovnikov, tetapi dengan adanya hidrogen peroksida, maka
reaksi adisi pada HBr akan menghasilkan produk yang tidak mengikuti aturan
markovnikov (Siswoyo, 2009).
a. Alat-alat
b. Bahan-bahan
F. Alur Kerja
1. Kelarutan
0,5 ml etanol 0,5 ml n-butil alkohol
Tabung I Tabung II
Dikocok Dikocok
Dikocok Dikocok
Tabung V Tabung VI
Dikocok Dikocok
Dikocok Dikocok
2 ml etanol
3. Reaksi dengan natrium 2 ml 1-propanol
Tabung I Tabung II
Dimasukkan kedalam tabung
Dimasukkan kedalam tabung
reaksi
reaksi
Ditambah beberapa tetes
Ditambah beberapa tetes
indikator PP
indikator PP
Ditambah sepotong kecil logam
Ditambah sepotong kecil logam
natrium
natrium
Ditambah etanol secukupnya
Ditambah etanol secukupnya
Diamati dan di catat hasil
Diamati dan di catat hasil
pengamatan
Hasil pengamatan
Hasil
Tabung III
2 ml 2-propanol
5. ReaksiDimasukkan
fenol dengan air brom
kedalam tabung reaksi
Hasil
6. Reaksi fenol dengan Besi (III) klorida
Tabung I Tabung II
Hasil
Hasil
Tabung I
Butiran karbit
Percobaan yang telah dilakukan berjudul “Alkohol dan Fenol”. Tujuan dari
percobaan ini yaitu membedakan sifat-sifat antara alkohol dan fenol, dan
mengetahui jenis-jenis reaksi dan pereaksi yang dapat digunakan untuk
membedakan antara senyawa alkohol dan fenol. Percobaan kali ini terdiri
dari 7 percobaan.
1. Kelarutan
Percobaan pertama yang dilakukan adalah kelarutan, percobaan ini
digunakan untuk membedakan sifat fisika antara alkohol dan fenol, yaitu
sifat kelarutan. Prinsip dari percobaan ini yaitu alkohol dan fenol yang
sama-sama memiliki gugus hidroksil yang memungkinkan terjadinya
ikatan hidrogen antara molekul-molekul tersebut dengan senyawa lain
yang sejenis air, H-OH. Hal ini menyebabkan golongan-golongan senyawa
ini mempunyai kelarutan yang besar dalam air, terutama senyawa-senyawa
homolog yang rendah dari golongan tersebut. Senyawa yang akan diuji
yaitu etanol, n-butil alkohol, ter-butil alkohol, sikloheksanol, etilen glikol,
dan fenol yang didistribusikan ke dalam masing-masing tabung reaksi.
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Pada tahap ini pastikan alat-alat yang akan
digunakan telah bersih. Hal ini dilakukan agar tidak ada zat pengotor
dalam percobaan yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
Uji kelarutan yang pertama yaitu pada etanol. Sebanyak 0,5 ml
etanol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan air
sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada etanol reaksinya adalah
sebagai berikut.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu etanol larut dalam
air, etanol larut dalam air tanpa proses pengocokan, hal ini dikarenakan
etanol memiliki kelarutan yang besar dalam air karena rantai atom C
pendek yang dimilikinya. Pendeknya rantai atom karbon pada etanol ini
mempengaruhi kelarutannya dalam air, karena rantai atom karbon (gugus
alkil) pada alkohol memiliki sifat hidrofob (tidak suka air). Sehingga
semakin banyak aton karbon atau semakin panjang rantai atom karbon
(gugus alkil) pada alkohol akan mengganggu terbentuknya ikatan hidrogen
antara gugus hidroksi (O-H) pada alkohol dengan molekul air.
Gugus alkil (yang terikat dengan gugus O-H) pada alkohol akan
saling tolak menolak dengan molekul air untuk menstabilkan kembali
ikatan hidrogen antar molekul air, sehingga mengganggu sifat kelarutan
alkohol. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan alkohol dengan rantai
atom C yang lebih panjang sukar larut dalam air. Selain itu, rantai atom
karbon (gugus alkil) memiliki sifat non polar, sehingga panjang-
pendeknya rantai atom karbon tersebut akan mempengaruhi kelarutannya
dalam air yang bersifat polar.
Uji kelarutan yang kedua yaitu pada n-butil alkohol. Sebanyak 0,5
ml n-butil alkohol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada n-butil
alkohol reaksinya adalah sebagai berikut.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu n-butil alkohol larut
dalam air, n-butil alkohol larut dalam air lebih lama daripada etanol, pada
awal penambahan terjadi kekeruhan sementara kemudian setelah
pengocokan n-butil alkohol larut dalam air. Hal ini dikarenakan n-butil
alkohol memiliki rantai atom C yang lebih panjang daripada etanol. Rantai
atom karbon yang lebih panjang tersebut dapat mengganggu pembentukan
ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan air, karena menyebabkan
sifat hidrofilik berkurang sedangkan sifat hidrobik bertambah. N-butil
alkohol memilki kelarutan yang terbatas pada air yaitu sebesar 8,3
gram/100 ml, atau dapat dikatakan hanya sedikit larut. Selain itu, semakin
banyak atom C dalam senyawa alkohol alifatik akan meningkatkan sifat
ketidakpolaran, sehingga ketidakpolaran ini akan menyulitkan air sebagai
pelarut polar untuk melarutkan alkohol.
Uji kelarutan yang ketiga yaitu pada ter-butil alkohol. Sebanyak
0,5 ml ter-butil alkohol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada ter-butil
alkohol reaksinya adalah sebagai berikut.
C(CH2)3OH (l)+ H2O(l) → C(CH2)3OH (aq)
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu ter-butil alkohol
larut dalam air, hal ini dikarenakan ter-butil alkohol memiliki atom C
yang dikelilingi oleh tiga gugus metil yang dapat meningkatkan
kelarutannya dalam air. Adanya percabangan pada rantai karbon akan
meningkatkan kelarutan dalam air (Fessenden&Fessenden, 1986 : 261).
Ter-butil alkohol ini memilki kelarutan yang lebih tinggi daripada n-butil
alkohol, hal ini disebabkan oleh lebih kompak dan kurang hidrofobnya
gugus t-butil dibandingkan dengan gugus n-butil. N-butil alkohol memilki
kelarutan yang terbatas pada air yaitu sebesar 8,3 gram/100 ml, atau dapat
dikatakan hanya sedikit larut.
Uji kelarutan yang keempat yaitu pada sikloheksanol. Sebanyak
0,5 ml sikloheksanol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada
sikloheksanol reaksinya adalah sebagai berikut.
OH
(aq)+ H2O(l)
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sikloheksanol tidak
larut dalam air yang ditandai dengan keruhnya larutan. Hal ini
dikarenakan sikloheksanol memiliki atom C yang membentuk siklik,
sehingga menyebabkan lebih sulitnya larut suatu alkohol dalam air, karena
akan semakin meningkatkan sifat hidrobik pada alkohol.
Uji kelarutan yang kelima yaitu pada etilen glikol. Sebanyak 0,5 ml
etilen glikol yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan
air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok. Pada etilen glikol reaksinya
adalah sebagai berikut.
HOCH2 – CH2OH (l) + H2O (l) → HOCH2 – CH2OH (aq)
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu etilen glikol larut
dalam air, hampir mirip dengan etanol dimana etilen glikol memiliki 2
atom C, namun etilen glikol memiliki dua gugus hidoksi yang
menyebabkan ia mudah larut dalam air dengan membentuk ikatan
hidrogen. Dua gugus hidroksi yang dimiliki etilen glikol ini menyebabkan
ia membentuk ikatan hidrogen yang lebih banyak dengan molekul air,
sehingga kelarutannya hampir sama dengan etanol.
Uji kelarutan yang keempat yaitu pada fenol. Sebanyak 0,5 ml
fenol (berwarna merah kecoklatan) yang telah dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ditambahkan air sebanyak 2 ml yang kemudian dikocok.
Pada fenol reaksinya adalah sebagai berikut.
OH
(aq)+ H2O(l)
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu fenol tidak larut
dalam air yang ditandai dengan keruhnya larutan berwarna peach. Hal ini
dikarenakan fenol memiliki atom C aromatik dengan ikatan rangkapnya
sehingga menyebabkan lebih sulitnya larut suatu alkohol dalam air, karena
akan semakin meningkatkan sifat hidrobik pada alkohol, dan tidak dapat
terjadinya ikatan hidrogen dengan molekul air. Ikatan rangkap pada fenol
lebih memungkinkan terjadinya delokalisasi elektron sehingga dapat
mengalami resonansi. Resonansi tersebut menyebabkan ia mudah
terionisasi dalam air, sehingga meskipun tidak larut dalam air, fenol
memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada sikloheksanol.
Tingkat kelarutan alkohol dan fenol dalam percobaan ini yaitu :
etilen glikol> etanol ˃ter-btil-alkohol˃ n-butil alkohol˃
fenol˃sikloheksanol
2. Reaksi dengan Alkali
Pada percobaan ini bertujuan untuk membedakan sifat alkohol dan
fenol yang lainnya, yaitu sifat keasaman. Hal ini didasarkan pada alkohol
dan fenol yang bersifat asam lemah, namun fenol memiliki sifat yang lebih
asam daripada alkohol karena anion yang dihasilkan dan distabilkan oleh
resonansi, dengan muatan negatifnya didelokalisasi oleh cincin aromatik,
sedangkan alkohol yang memiliki sifat asam yang sangat lemah cenderung
dianggap memilki sifat netral. Pada percobaan ini dapat dibedakan sifat
dari kedua senyawa tersebut dengan mereaksikan dengan alkali. Alkohol
yang bersifat netral tidak dapat bereaksi dengan alkali. Sedangkan fenol
yang memiliki sifat asam lemah akan bereaksi dengan alkali yang bersifat
basa menghasilkan garam fenoksida.
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan alkohol dan fenol
dengan NaOH yang bersifat basa kuat, sehingga fenol yang bereaksi
dengan NaOH tersebut akan menghasilkan garam natrium alkoksida yang
bersifat basa kuat.
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Pada tahap ini pastikan alat-alat yang akan
digunakan telah bersih. Hal ini dilakukan agar tidak ada zat pengotor
dalam percobaan yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
Percobaan pertama yaitu mereaksikan 0,5 ml n-butil alkohol yang
telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan 5 ml NaOH 10% yang
kemudian dikocok. Reaksinya sebagai berikut.
OH
OH ONa
sikloheksanol
OH Cl
ZnCl2
(aq)+ HCl(aq) (aq)+
H2O(aq)
Ter-butil alkohol
ZnCl2
C(CH3)3OH (aq)+ HCl (aq) C(CH3)3Cl (aq) + H2O(aq)
Pada uji ini dapat dibedakan antara alkohol primer, sekunder
maupun tersier. Yaitu 1-butanol merupakan alkohol primer, 2-butanol dan
sikloheksanol merupakan alkohol sekunder , dan tersier butil alkohol
merupakan alkohol tersier.
5. Reaksi Fenol dengan Air Brom
Percobaan ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah
suatu senyawa merupakan senyawa fenol atau bukan, dapat digunakan
untuk membedakan antara fenol dan alkohol yaitu didasarkan pada fenol
yang dapat bereaksi dengan air brom dengan menghasilkan senyawa
bromofenol yang ditandai dengan perubahan warna larutan. Gugus
hidroksi (O-H) yang terikat pada gugus benzene pada fenol merupakan
pengarah orto-para, sehingga pada percobaan ini akan dihasilkan senyawa
bromofenol yang memiliki posisi orto-para terhadap gugus O-H pada
fenol. Senyawa bromofenol yang dihasilkan dalam percobaan ini dapat
berupa 2,4-tribromo fenol, 2,6-tribromo fenol atau 2,4,6-tribromo fenol,
dan dapat juga gabungan dari ketiganya dengan prosentase tertentu.
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Pada tahap ini pastikan alat-alat yang akan
digunakan telah bersih. Hal ini dilakukan agar tidak ada zat pengotor
dalam percobaan yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan 2 tetes
fenol,kemudian 10 tetes/ 0,5 ml air, kemudian ditambah air brom sambil
diguncang sampai warna kuning larutan tidak berubah lagi. Fenol yang
merupakan larutan berwarna merah kecoklatan berubah menjadi larutan
berwarna kuning setelah penambahan air. Kemudian setelah penambhan
air brom (berwarna kuning) dihasilkan larutan berwarna kuning pucat, dan
larutan jernih. Perubahan warna larutan menjadi kuning pucat menandakan
bahwa fenol dapat bereaksi dengan air brom membentuk 2,4,6-tribromo
fenol kelarutannya dalam air sangat rendah. Pada percobaan yang kami
lakukan dihasilkan larutan yang jernih yang menandakan 2,4,6-tribromo
fenol yang terbentuk prosentasenya sedikit.
Perubahan warna larutan yang berubah warna menjadi kuning
pucat menunjukkan bahwa fenol reaktif dengan air brom. Telah diketahui
bahwa fenol bersifat asam, sifat asam tersebut terjadi karena fenol
distabilkan oleh resonansi. Gugus Hidroksi(OH) dari fenol mengakibatkan
cincin benzena reaktif terhadap substitusi elektrofilik, sehingga dapat
menarik gugus lain contohnya Br untuk terikat pada gugus benzene.
Dengan reaksi sebagai berikut :
OH
Br Br
OH
OH
6
(aq) + 3HCl (aq)+ 3H+
Pada percobaan diatas terbentuk kompleks berwarna ungu, hal
tersebut karena gugus O-H pada fenol reaktif dan dapat mengalami
resonansi sehingga membentuk kompleks dengan besi. Pengujian
selanjutnya pada tabung 2 yang berisi resorsinol. Resolsinol (larutan
berwarna coklat) ditambahkan dengan air menghasilkan larutan berwarna
coklat, kemudian setelah ditambahkan larutan larutan Besi (III) klorida
(larutan berwarna kuning) larutan tetap berwarna coklat. Hal ini
menandakan bahwa resorsinol tidak bereaksi dengan besi(III)klorida, dan
tidak mengasilkan kompleks berwarna, hal ini disebabkan karena
meskipun resorsinol memiliki gugus fenolik seperti fenol, gugus fenolik
pada resorsinol tersebut kurang reaktif terhadap larutan Besi (III) klorida.
Tingkat kereaktifan resorsinol lebih rendah daripada fenol. Reaksinya
sebagai berikut.
HO OH
(aq )+ H2O(aq)+FeCl3(aq)
H H
Br C C Br
HC CH
(g) + Br2(aq) → Br Br (aq) + H2(g)
Gas asetilen
I. Kesimpulan
Alkohol memilliki kelarutan yang cukup besar dalam air, pada golongan
alkohol dengan rantai karbon pendek (1-3) mudah larut dalam air, semakin
panjang rantai atom karbon pada alkohol kelarutannya semakin berkurang.
Percabangan pada alkohol akan meningkatkan kelarutan. Sedangkan fenol
tidak larut dalam air.
fenol bersifat lebih asam daripada alkohol karena karena anion yang
dihasilkan dan distabilkan oleh resonansi, dengan muatan negatifnya
didelokalisasi oleh cincin aromatik, sedangkan alkohol yang memiliki sifat
memilki sifat netral, perbedaan ini dapat diidentifikasi dengan direaksikan
dengan alkali seperti NaOH
Semua golongan alkohol dapat bereaksi dengan logam, seperti logam Na dan
K.
Untuk membedakan sifat alkohol satu dengan alkohol lainnya, yaitu antara
alkohol primer,sekunder dan tersier dapat dilakukan dengan uji reagen lucas
Untuk mengidentifikasi apakah suatu senyawa merupakan senyawa fenol atau
bukan, atau untuk membedakan antara fenol dan alkohol dapat dilakukan
dengan mereaksikan dengan air brom, fenol yang dapat bereaksi dengan air
brom dengan menghasilkan senyawa bromofenol yang ditandai dengan
perubahan warna larutan.
Untuk membedakan alkohol dengan fenol dapat dilakukan dengan pengujian
dengan larutan Besi (III) klorida. Fenol yang dapat bereaksi dengan larutan
Besi (III) klorida dengan menghasilkan larutan dengan warna tertentu karena
terbentuknya kompleks dengan besi, sedangkan alkohol tidak bereaksi
Untuk mengidentifikasi apakah suatu senyawa yang berikatan rangkap dapat
dilakukan dengan uji air brom. Suatu senyawa yang memiliki ikatan rangkap
pada rantai karbonnya akan bereaksi dengan dengan air brom dengan ditandai
hilangnya warna pada air brom, dimana terjadi reaksi adisi alkena/alkuna.
J. Jawaban Pertanyaan
OH ONa
+ NaOH + H2O
Br Br
OH
Fessenden, R.J, dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik. Jilid 1, Edisi
Ketiga. Jakarta : Erlangga.
(..................................) (..................................)
LAMPIRAN FOTO
2. Gelas ukur 10 ml
digunakan untuk
mengukur
volume larutan
yang dibutuhkan
dengan tingkat
ktelitian 99 %
5 Pipet kaca
digunakan untuk
mengambil
larutan
6 Alkohol larutan
tidak berwarna
7 NaOH larutan tidak
berwarna
11 Fenol larutan
berwarna jingga
12 Naftol serbuk
berwarna hitam
13 2 Propanol larutan
tidak berwarna
14 Logam Na padatan
berwarna kuning
pucat
15 1 Propanol larutan
tidak berwarna
16 Reagen Lucas
larutan tidak
berwarna
17 Resonsinol larutan
berwarna coklat
18 Larutan aquades
tidak berwarna
19 Dimasukkan
aquades ke
dalam gelas ukur
untuk diukur
volumenya
sebanyak 2 ml
20 2 ml aquades
21 Hasil percobaan 1
tabung 1 larutan
tidak berwarna
22 Hasil percobaan 1
tabung 2 larutan
tidak berwarna
23 Hasil percobaan 1
tabung 3 larutan
tidak berwarna
24 Hasil percobaan 1
tabung 4 larutan
keruh berwarna
putih
25 Hasil percobaan 1
tabung 5 larutan
tidak berwarna
26 Percobaan 1 tabung
6 dimasukkan
larutan fenol
berwarna jingga
27 Hasil percobaan 1
tabung 6 setelah
ditambahkan 2
ml air dan di
kocok larutan
keruh berwarna
peach
28 Hasil percobaan 1
dari tabung
1,2,3,4,5 dan 6
29 Hasil percobaan 2
tabung 1 larutan
tidak berwarna
30 Hasil percobaan 2
tabung 2 larutan
tidak berwarna
31 Hasil percobaan 2
tabung 3 larutan
berwarna kuning
keemasan
32 Hasil percobaan 2
tabung 4 larutan
keruh berwarna
coklat
(terdapat endapan )
33 Hasil percobaan 2
dari tabung
1,2,3, dan 4
34 Hasil percobaan 3
tabung 1 yaitu
etanol + PP =
larutan tidak
berwarna
35 Hasil percobaan 3
tabung 1 yaitu
etanol + PP +
logam natrium +
etanol = larutan
berwarna ungu
36 Hasil percobaan 3
tabung 2 yaitu
etanol + PP =
larutan tidak
berwarna
37 Hasil percobaan 3
tabung 2 yaitu
etanol + PP +
logam natrium +
etanol = larutan
berwarna ungu
(++)
38 Hasil percobaan 3
tabung 3 yaitu
etanol + PP =
larutan tidak
berwarna
39 Hasil percobaan 3
dari tabung
1,2,3. Pada
tabung 1 larutan
berwarna ungu,
tabung 2 larutan
berwarna ungu
(++) , tabung 3
larutan berwarna
ungu (+++)
40 Hasil percobaan 4
dari tabung 1,2,3
dan 4. Pada
tabung 1 larutan
tidak berwarna,
tabung 2 larutan
keruh , tabung 3
larutan keruh
berwarna kuning,
dan tabung 4
larutan keruh
berwarna kuning
muda
41 Hasil percobaan 6
larutan berwarna
kuning muda
jernih
42 Hasil percobaan 7
dari tabung 1,2
dan 3. Pada
tabung 1 larutan
berwarna ungu,
tabung 2 larutan
berwarna coklat,
tabung 3 larutan
tidak berwarna
43 Karbit ditetesi
beberapa tetes air
dan gas di
alirkan dengan
selang menuju ke
tabung reaksi
44 Proses saat
penambahan gas
etilen ke dalam
tabung reaksi
dengan
menggunakan
selang
45 Hasil percobaan 8,
larutan yang
ditambahkan gas
etilen, larutan
berubah warna
dari larutan
kuning pudar
menjadi larutan
tidak berwarna.
Larutan yang
tidak
ditambahkan gas
etilan tetap
berwarna kuning
pudar