Anda di halaman 1dari 8

BAB IX

STOIKIOMETRI

9.1. Tujuan Percobaan


Menentukan reaksi stoikiometri.
9.2. Tinjauan Pustaka
Sebagian besar ilmu kimia dibangun oleh konsep-konsep abstrak seperti lambang
unsur dan molekul, teori atom dan ikatan kimia. Salah satu konsep yang diperlukan dalam
mempelajari kimia adalah konsep stoikiometri termasuk didalamnya konsep persamaan
reaksi, konsep ini merupakan jembatan untuk mempelajari seluruh konsep kimia.
Stoikiometri merupakan kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi
kimia.
Reaksi kimia adalah adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi
terbentuk dari beberapa zat aslinya yang disebut pereaksi (Winarni, 2013).
Dalam bahasa Yunani, kata stoicheion berarti unsur-unsur. Dari literatur, artinya
mengukur unsur-unsur. Istilah ini umumnya digunakan lebih luas, yaitu meliputi
bermacam pengukuran yang lebih luas dan meliputi perhitungan zat dan campuran kimia
(Petrucci, 2011). Stoikiometri adalah studi tentang komposisi kuantitatif dari zat-zat dan
perubahan kuantitatif yang terjadi pada reaksi kimia (Achmad dan Lubna, 2014).
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyataka bahwa
tidak terjadi kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri
biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia (Zul, 2009).
Berikut ini beberapa hukum kimia:
1. Hukum Lavoiser (Hukum Kekekalan Massa)
“Pada setiap reaksi kimia, massa zat-zat yang bereaksi adalah sama dengan massa zat-
zat hasil reaksi”. Dalam versi modern Hukum Kekekalan Massa berbunyi “Dalam
setiap reaksi kimia tidak dapat dideteksi perubahan massa”.

97
98

2. Hukum Proust (Hukum Perbandingan Tetap)


“Perbandingan massa unsur-unsur suatu senyawa murni selalu terjadi unsur-unsur
yang sama, yang tergabung dalam perbandingan tertentu pembentuk suatu senyawa
selalu tetap”.
3. Hukum Dalton (Hukum Perbandingan Berganda)
“Bila dua unsur dapat membentuk dua macam senyawa, maka massa yang sama dari
salah satu unsur di kedua senyawa tersebut, maka massa unsur lain dalam kedua
senyawa tersebut berbanding sebagai bilangan sederhana (kecil dan bulat)” (Achmad,
dkk, 2014).
4. Hukum Gay-Lussac (Hukum Penyatuan Volume)
“Volume gas-gas yang terlibat dalam suatu reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang
sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.
5. Hukum Avogadro
“Pada suhu dan tekanan yang konstan, volume gas dengan massa tertentu berbanding
lurus dengan temperaturnya (Riyanto, 2009). Pada hukum Avogadro juga didapatkan
bahwa semua volume diukur pada suhu dan tekanan yang sama (Ramakshirna, 2014).
Dari tahun 1803, John Dalton, seorang guru sekolah di Inggris, menggunakan kedua
hukum dasar tentang kombinasi kimia yang baru saja dijelaskan sebagai dasar dari
suatu teori atom. Teorinya melibatkan asumsi:
1. Tiap unsur kimia tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak bisa dihancurkan
dan dibagi, yang disebut atom. Selama perubahan kimia, atom tidak bisa diciptakan
dan juga tidak bisa dimusnahkan.
2. Semua atom dari suatu unsur mempunyai massa (berat) dan sifat yang sama, tetapi
atom-atom terdiri dari suatu unsur berbeda dengan atom-atom dari unsur yang lain,
baik massa (berat) maupun sifat-sifatnya yang berlainan.
3. Dalam setiap senyawa kimiawi, atom-atom dari unsur yang berlainan melakukan
ikatan dengan perbandingan numerik yang sederhana. Misalnya, satu atom A dan
satu atom B (AB), satu atom A dan dua atom B (Ab2) (Petrucci, 2011).
Definisi mol :
1. Jumlah materi yang mengandung sejumlah partikel yang terkandung dalam 12g 12C
2. Satu mol materi yang mengandung 6,02 x 1023 partikel dalam satu mol
99

3. Sejumlah materi yang mengandung 6,02 x 1023partikel dalam satu mol (Takeuchi,
2006).
Rumus-rumus yang biasa digunakan dalam stoikiometri:
- Molaritas
Molaritas = banyaknya mol zat terlarut perliter
n ...................................................................................... (9.1)
M
V

Dimana M ialah molaritas, n banyaknya mol zat terlarut, dan V volume larutan dalam
liter.
- Bagian per sejuta (ppm)
Ini adalah sistem yang simpel untuk menunjukkan konsentrasi dari suatu larutan yang
amat terurai. Sistem ini menghasilkan jumlah bagian suatu larutan dalam 1 juta bagian
larutan dan dapat dinyatakan secara matematis sebagai
w
ppm   106 ................................................................... (9.2)
w  w0
Dimana w adalah jumlah gram zat terlarut dan w0 adalah jumlah gram zat pelarut.
Karena w biasanya amat kecil dibandingkan dengan w0, hal ini menjadikan
w
ppm   106 ..........................................................................(9.3)
w0
- Normalitas
Seperti molitas dan formalitas, normalitas sistem konsentrasi didasarkan pada volume
dari larutan. Hal ini didefinisikan sebagai:
Normalitas = jumlah ekivalen per liter larutan
atau
eq
N .....................................................(9.4)
V

Dimana N adalah normalitas, eq adalah jumlah ekivalen, dan V adalah volume larutan
dalam liter. Karena;
g
eq  ........................................................ (9.5)
BE
Dimana g adalah gram dan BE adalah berat ekivalen, yang menghasilkan
g
N .................................................. (9.6)
BE  V
100

Hasil persamaan tersebut dalam gram larutan adalah


g  N  V  BE ................................................ (9.7)
- Persentase berat (% berat)
Sistem konsentrasi ini umumnya dipergunakan untuk menyatakan perkiraan
konsentrasi dari reagen laboratorium. Sistem ini menunjukkan jumlah dari gram zat
terlarut per 100 g larutan. Secara matematis hal ini dinyatakan sebagai berikut:
w
P  100 .......................................... (9.8)
w  w0
Dimana P adalah persen berat zat terlarut, w adalah jumlah gram zat terlarut, dan w0
adalah jumlah gram zat pelarut
- Formalitas
Banyak senyawa menjalani penguraian atau pembentukan kompleks keyika dilarutkan
dalam suatu larutan. Sebagai contoh, sebuah elektrolit lemah asam asetat (CH3COOH,
atau HOAc) terurai secara perlahan menjadi ion-ion ketika dilarutkan dalam air. Dalam
banyak kasus, kimiawan menggunakan istilah formalitas (F) atau konsentrasi analitis
untuk mengindikasitotal konsesntrasi spesies yang muncul dari asam asetat.
Formalitas didefinisikan sebagai

F  n f ......................................................................... (9.9)
V
(Underwood, 1986)
Reaktan adalah zat apa saja yang mula-mula terdapat dan kemudian diubah melalui
reaksi kimia (Riyanto, 2009). Semakin tinggi konsentrasi molekul reaktan, semakin
sering molekul-molekul tersebut bertumbukan satu sama lain dan memiliki kesempatan
untuk bereaksi membentuk produk (Campbell, 2000).
Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil.
Reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk (Chang, 2005). Pereaksi
pembatas ialah zat yang bereaksi habis dan karena itu membatasi kemungkinan reaksi itu.
Pereaksi atau pereaksi-pereaksi lain dikatakan berlebihan, karena tertinggal sejumlah
yang tak bereaksi. Perhitungan yang didasarkan persamaan berimbang haruslah dimulai
oleh banyaknya pereaksi pembatas (Keenan, 1984).
Khusus untuk hukum perbandingan volume (hukum Gay-Lussac) dan hukum
Avogadro, keduanya bisa dikatakan sebagai materi pembelajaran kimia yang abstrak
101

sehingga perlu dikembangkan alat peraga dalam memahami kedua hukum ini, seperti
molymod (Sumiati, 2009).
Di dalam pengerjaan stoikiometri, terdapat suatu hal penting untuk diketahui yaitu
penyetaraan reaksi. Suatu persamaan reaksi dapat disetarakan dengan cara pemeriksaan
(inspeksi, inspection). Persamaan reaksi disetarakan agar jumlah atom atau mol atom di
ruas kiri dan ruas kanan persamaan. Cara ini bukan aturan, melainkan suatu panduan
karena tidak dapat diterapkan, tetapi mungkin cara ini diterapkan untuk beberapa reaksi.
- Menulis rumus yang benar untuk pereaksi dan produk reaksi.
- Pilih senyawa dengan jumlah atom terbesar dari unsur dalam pereaksi atau produk.
Unsur dalam pedoman ini bukan hidrogen, oksigen, atau ion poliatom. Setarakan
jumlah dalam senyawa ini dengan atom yang sama di ruas lain dengan memberi
koefisien di depan rumus unsur atau senyawa. Jika angka 2 ditempatkan di depan H2O
menjadi 2H2O, akan terdapat 4 H dan 2 atom O. Oleh karena itu, terdapat jumlah atom
yang sama di ruas lain dari persamaan. Jika tidak memberikan angka di depan rumus,
dianggap 1 koefisien.
- Setarakan ion poliatom yang tetap sama di kedua ruas persamaan reaksi. Ion poliatom
dapat disetarakan sebagai satuan tunggal. Dalam beberapa hal, perlu kembali ke
koefisien ditempatkan di muka senyawa pada panduan 2 dan mengubah untuk
menyetarakan ion poliatom. Dalam hal ini perlu mengatur koefisien di ruas lain
persamaan reaksi.
- Setarakan atom H kemudian atom O. Jika atom-atom ini terdapat dalam ion poliatom
yang sebelumnya disetaran, perlu dipertimbang lagi.
- Periksa semua koefisien apakah bilangan bulat dan kemungkinan perbedaan terkecil.
5 1
Jika koefisien atau 2 , semuanya dikalikan 2 sehingga menjadi 5. Koefisien-
2 2
koefisien harus diubah menjadi perbandingan paling kecil Jika harus diubah menjadi
paling kecil. Jika koefisien 6,9 3,12, dapat dibagi dengan 3 menjadi 2,3 1,4.
- Periksa tanda (−) di bawah atom atau ion kedua ruas persamaan reaksi agar
meyakinkan bahwa persamaan sudah setara (Achmad, 2014).
102

9.3. Tinjauan Bahan


A. Aquadest
- rumus kimia : H2O
- bentuk fisik : cair
- berat molekul : 18,02 g/mol
- pH :7
- titik didih : 100 °C
- titik leleh : 0 0C
- warna : tidak berwarna
B. Natrium Hidroksida
- rumus kimia : NaOH
- bentuk fisik : padat
- berat molekul : 40 g/mol
- pH : 13,5
- titik didih : 1388 °C
- titik leleh : 323 °C
- warna : putih
C. Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat
- rumus kimia : CuSO4.5H2O
- bentuk fisik : padat
- berat molekul : 249,69 g/mol
- pH : 3,5 - 4,5
- titik didih : 150 °C
- titik leleh : 110 °C
- warna : biru
9.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- batang pengaduk - Aquadest
- Beakerglass - larutan NaOH 0,25 M
- Botol Aquadest - larutan CuSO4.5H2O 0,25 M
- corong
- gelas arloji
103

- gelas ukur
- labu ukur (100 mL)
- pipet tetes
- pipet volume 10 mL
- spatula
- termometer
9.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi Bahan
- Membuat larutan natrium hidroksida 0,25 M sebanyak 100 mL
- Membuat larutan tembaga sulfat pentahidrat 0,25 M sebanyak 100 mL.
B. Standarisasi Larutan
- Mencampur 20 mL NaOH dengan 5 mL CuSO4 0,25 M
- Mengukur suhu larutan dengan menggunakan termometer
- Mencampur 10 mL NaOH 0,25 M dengan 15 mL CuSO4 0,25 M
- Mengukur suhu larutan dengan menggunakan termometer
- Mencampur 20 mL CuSO4 0,25 M dengan 5 mL NaOH 0,25 M
- Mengukur suhu larutan dengan menggunakan termometer
- Mencampur 10 mL CuSO4 0,25 M dengan 15 mL NaOH 0,25 M
- Mengukur suhu larutan dengan menggunakan termometer.
9.6. Data Pengamatan
Tabel 9.1. Data pengamatan stoikiometri antara NaOH dan CuSO4
Volume (mL) T
No. Warna
NaOH CuSO4 (°C)
1. 20 5 29 biru tua
2. 10 15 29 biru kehijauan
3. 5 20 29 biru kehijauan
4. 15 10 29 biru tua

9.7. Persamaan Reaksi


2 NaOH + CuSO4 Na2SO4 + Cu(OH)2........................ (9.10)
(Natrium hidroksida) (Tembaga sulfat) (Natrium sulfat) (tembaga oksida)
104

9.8. Pembahasan
Berdasarkan data pengamatan, suhu larutan berikasaran antara ± 29 0C. Hal ini
disebabkan karena pada saat preparasi, larutan dibiarkan terbuka terlalu lama sehingga
menyebabkan suhu larutan turun. Salah satu faktor yang mendukung terjadinya
penurunan suhu larutan adalah sifat dari bahan itu sendiri, yaitu NaOH dan CuSO4 yang
mudah menguap dan kedua zat kimia tersebut tidak memiliki sifat panas seperti H2SO4.
Selain itu, pada saat melakukan pengukuran suhu, larutan dibiarkan terbuka terlalu lama
sehingga menyebabkan larutan tersebut mudah menguap. Warna dan endapan yang
dihasilkan dari setiap larutan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena pada saat
standarisasi larutan pengambilan volume dari setiap larutan berbeda-beda.
9.9. Kesimpulan
Stoikiometri adalah studi tentang komposisi kuantitatif dari zat-zat dan perubahan
kuantitatif yang terjadi pada reaksi kimia. Stoikiometri sangat penting dalam kimia
modern. Bidang ini merupakan dasar dari analisis kuantitatif. Prosedur stoikiometri
digunakan dalam proses menghitung jumlah bahan baku yang diperlukan. Melalui
praktikum ini juga didapatkan pH NaOH sebanyak 13.
Dari praktikum ini didapatkan reaksi antara NaOH dan CuSO4
2NaOH + CuSO4 Na2SO4 + Cu(OH)2
(Natrium hidroksida) (Tembaga sulfat) (Natrium sulfat) (tembaga oksida)

Anda mungkin juga menyukai