Anda di halaman 1dari 24

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK DAUN SIRIH MERAH (Piper

Crocatum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI


DAN KADAR SGOT SGPT PADA MENCIT

PROPOSAL

Oleh
Husniya Faradisa
NIM 152210101054

BAGIAN FARMASI KOMUNITAS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal berjudul “Uji Toksisitas Subkronik Daun Sirih Merah ( Piper


Crocatum ) Terhadap Kadar SGOT Darah Mencit” telah disetujui pada:
hari, tanggal : Senin, 14 September 2017
tempat : Fakultas Farmasi Universitas Jember

Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pembimbing Anggota,

Ika Puspita Dewi, S.Farm. M.Biomed., Ema Rachmawati., S.Farm.,


Apt M.Sc., Apt.
NIP. 198406132008122001 NIP. 198403082008012003

ii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
terbesar setelah negara Brazil. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Indonesia nomor 381/Menkes/SK/III/2007 Spesies tumbuhan yang terdapat di
indonesi diperkirakan sekitar 30.000 , diantara 30.000 spesies ini yang
diketahui memilik khasiat sebagai obat yaitu 9.600 dan kurang lebih 300
spesies sudah digunakan sebagai obat tradisional. Keanekaragaman hayati
yang melimpah ini perlu untuk dilakukan penelitian, dikembangkan serta
dimanfaatkan dalam segala bidang, salah satunya dalam bidang obat
tradisional.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
61/MENKES/PER/2016, Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Penggunaan obat tradisional saat ini semakin hari
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin tingginya harga obat
modern dan terbatasnya daya beli masyarak sehingga masyarak cenderung
untuk menggunakan obat-obat tradisional sebagai pengganti obat-obat
modern. Menurut WHO ( World Health Organization ) negara yang
menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yaitu Afrika,
Asia dan Amerika Latin. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi di
Afrika menggunakan obat tradisional untuk pengobatan primer (WHO, 2008).
Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat
prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat
modern untuk penyakit tertentu diantaranya kanker serta semakin luas akses
informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia
.
Tanaman sirih merah merupakan salah satu tanaman obat yang
daunnya telah lama dikenal mempunyai khasiat obat untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Efek farmakologi sirih merah sebagai antioksidan dan anti
bakteri merupakan potensi yang mungkin dapat digunakan untuk penyembuhan
luka. (Manoi,2007). Kandungan senyawa yang terdapat pada daun tanaman
sirih merah ini yaitu flavonoid dan polifenol. Kedua senyawa ini berguna
sebagai antioksidan, antiflamasi dan antidiabetes. Sementara itu, senyawa
alkaloid sangat baik untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Rebusan
daun sirih merah yang diberikan pada mencit putih yang terkena diabetes juga
ternyata mampu menurunkan kadar gula. Hal ini merupakan salah satu bukti
bahwa sirih merah dapat digunakan sebagai pengontrol gula darah dalam tubuh
penderita diabetes mellitus. Kandungan karvakrol dalam sirih merah memiliki
manfaat sebagai desinfektan dan antijamur, sangat baik jika digunakan sebagai
obat kumur dan keputihan (Ningrum dan Murtie, 2013). Beberapa penelitian
tentang daun sirih merah sebagai obat telah dilakukan, yaitu sebagai
imunomodulator, memiliki sifat sebagai anti inflamasi, anti fungi, anti diare,
analgetik dan masih banyak lagi.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
007 tahun 2012, obat tradisional dapat diberikan izin edar apabila memenuhi
syarat-syarat tertentu antara lain memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditetapkan dan dapat dibuktikan khasiat serta kemampuannya. Pengujian
keamanan dari obat tradisional dapat dilakukan dengan uji klinik. Namun,
sebelum melakukan uji klinik, obat tradisional tersebut harus melewati uji
praklinik terlebih dahulu. Menurut PerKBPOM Nomor 13 Tahun 2014
tentang Pedoman Uji Klinik Obat Herbal, Uji Nonklinik adalah uji yang
dilakukan pada hewan coba untuk menilai keamanan serta profil
farmakodinamika produk yang diuji. Keamanan suatu produk obat tradisional
salah satunya dapat dilihat dari efek kerusakan pada jaringan yang disebabkan
karena konsumsi dari obat tersebut. Beberapa organ yang banyak diamati
untuk pengujian keamanan obat secara umum diantaranya organ pencernaan,
saraf, ginjal dan hati (BPOM 2014).

2
Hati merupakan organ paling besar dalam tubuh yang memiliki berat
sekitar 1,5 kg atau setara dengan 2% dari total tubuh manusia. Hepar
merupakan organ yang memiliki peran untuk filtrasi dan penyimpanan darah,
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan hormon, dan senyawa asing
pembentukan empedu, penyimpanan vitamin dan zat besi dan pembentukan
faktor koagulasi (Guyton, C. A. Dan E. J. Hall, 2011).
Kerusakan sel-sek hepar dapat ditimbulakan karena adanya paparan
zat asing dalam jumlah cukup besar sehingga hati tidak mampu untuk
metabolisme zat tersebut untuk diekskresikan ke luar tubuh. Kerusakan sel-
sel hati dapat ditandai dengan disekresikannya enzim aminotransferase yaitu
serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) dan serum glutamat
piruvat transaminase (SGPT). Selain itu kondisi histopatologi dari sel-sel
hepar juga dapat menjadi parameter pendukung kerusakan sel-sel hepar.
Berdasarkan beberapa hal diatas, dilakukan penelitian mengenai
pengaruh pemberian daun sirih merah secara subkronis terhadap gambaran
histopatologi hatidan kadar SGOT darah mencit.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah (Piper
Crocatum) pada kadar SGOT dan SGPT mencit?
2. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah (Piper
Crocatum) terhadap gambaran mikroskopis hati pada mencit ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dalam penelitian ini :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah (Piper
Crocatum) pada kadar SGOT, SGPT mencit?

3
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah (Piper
Crocatum) terhadap gambaran mikroskopis hati pada mencit ?

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberi informasi berupa pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah
(Piper Crocatum) tehadapa gambaran mikroskopis hatidan kadar SGOT
dan SGPT pada mencit
2. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai keamanan sedian
herbal dan juga sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut.
3. Mengasuh kemampuan, kreativitas dan keahlian mahasiswa pelaksana
dibidang pengujian aktivitas tanaman obat.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Tanaman Sirih Merah


2.1.1. Klasifikasi Tanaman Sirih Merah
Tanaman Sirih Merah dalam Integrated Taxonomic Information
System (2017) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Super divisi Embryophyta
Divisi Tracheophyta
Sub divisi Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superordo Magnolianae
Ordo Piperales
Famili Piperaceae
Genus Piper L.
Spesies Piper oratonum

5
2.1.1. Deskripsi Tanaman Sirih Merah
Tanamn sirih mempunyai ragam spesies diantaranya sirih gading,
sirih hijau, sirih hitam, sirih kuning, dan sirih merah.Daun sirih merah
(Piper crocatum) adalah salah satu tanaman obat potensial berkhasiat
untuk menyembuhkan berbagai penyakit (Andareto, Obi. 2015).

2.1.2. Morfologi Tanaman Sirih Merah


Tanamn sirih merupakan tumbuhan herba merambat dengan
permukaan daun berwarna merah keperakan dan mengilap saat
tertimpa cahaya. Berbatang bulat dan berwarna hijau keunguan.
Bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, bagian ujung daun
meruncing, tumbuh berselang-seling dari batangnya. Daun dengan
panjang hingga 20 cm, kaku dan tebal (Hidayt, syamsul. 2015).

2.1.3. Kandungan Kimia Sirih Merah


Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni
minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Kandungan
kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah
hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, karvakrol, eugenol, p-simen,
sineol, kariofilen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propanoid
(Sulistiyani dkk., 2007).

2.1.4. Khasiat Daun Sirih Merah


Jantung dan diabetes militus (Andareto, Obi. 2015).

Tumor dan kanker (Hidayat, syamsul. 2015).

6
2.2. Tinjauan Umum Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai (Anonim,1995). Soxhletasi adalah suatu metode / proses
pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga
semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari ekstraksi yaitu
cairan pelarut yang digunakan. Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak
adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat
atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari
bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung
sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total,
maka cairan pelarut yang dipilih yang dapat melarutkan hampir semua
metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan
dalam memilih pelarut adalah selektivitas, kemudahan bekerja dan proses
dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah, lingkungan, serta keamanan (Dirjen
POM, 2000).

2.3. Tinjauan Umum Toksisitas


Toksisitas adalah kemampuan suatu zat kimia dalam menimbulkan
kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat berada dalam
lingkungan. Secara umum toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut,
toksisitas subkronik dan toksisitas kronik. Uji toksisitas subkronis adalah uji
ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan
uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan . Uji toksisitas bertujuan untuk
mengetahui efek toksik dan menentukan batas keamanan suatu senyawa yang
terdapat dalam zat-zat kimia, termasuk dalam tumbuh-tumbuhan (Widyastuti,
2008).

7
Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi
efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang
yang diberikan secara oral pada hewan uji selama sebagian umur hewan,
tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan. Prinsip dari uji toksisitas
subkronis oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan
setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per
kelompok selama 28 atau 90 hari, bila diperlukan ditambahkan kelompok
satelit untuk melihat adanya efek tertunda atau efek yang bersifat reversibel.
Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap hari untuk
menentukan adanya toksisitas. Hewan yang mati selama periode pemberian
sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis (kaku) segera
diotopsi,dan organ serta jaringan diamati secara makropatologi dan
histopatologi. Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua hewan yang
masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan secara
makropatologi pada setiap organ dan jaringan. Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi (BPOM, 2014).

2.4. Tinjauan tentang Hepar


Hati merupakan organ paling besar dalam tubuh yang memiliki berat
sekitar 1,5 kg atau setara dengan 2% dari total tubuh manusia. Hepar
merupakan organ yang memiliki peran untuk filtrasi dan penyimpanan darah,
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan hormon, dan senyawa asing
pembentukan empedu, penyimpanan vitamin dan zat besi dan pembentukan
faktor koagulasi (Guyton, C. A. Dan E. J. Hall, 2011).
Hepar dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus dextra, lobus caudatus,
lobus sinistra dan quadratus. Memiliki lapisan jaringan ikat tipis yang disebut
kapsula Glisson, dan pada bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum. Daerah
tempat keluar masuk pembuluh darah pada hepar dikenal dengan nama hilus
atau porta hepatis. Pembuluh yang terdapat pada daerah ini antara lain vena
porta, arteri hepatica propia, dan terdapat duktus hepatikus dextra dan sinistra.

8
Vena pada hepar yang membawa darah keluar dari hepar menuju vena cava
inferior adalah vena hepatica. Sedangkan, pembuluh darah vena porta dan
arteri hepatica aliran nya menuju pada porta hepatica.

9
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian true experimental
laboratories tujuannya untuk mengetahui toksisistas subkronis ekstrak daun
sirih merah (Piper crocatum) terhadap gambaran hatidan kadar SGOT,
SGPT pada hepar mencit.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2017 – Januari 2018 yang
bertempat di Laboratorium Farmakologi Bagian Farmasi Klinik Komunitas
dan Laboratorium Fitokimia Bagian Biologi Fakultas Farmasi Universitas
Jember.

3.3. Penentuan Jumlah Sampel


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 kelompok
dosis. Masing-masing kelompok dosis minimal menggunakan 10 ekor mencit
yang terdiri dari 5 ekor hewan jantan dan 5 ekor hewan betina untuk setiap
kelompok dosis. Oleh karena itu pada penelitian kali ini digunakan 20 ekor
mencit jantan dan 20 ekor mencit betina.

3.4. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan adalah post test only control
group design. Hewan coba diberi perlakuan dengan cara peroral kemudian
dilakukan pengambilan darah untuk mengecek kadar SGOT dan SGPT serta
pembuatan preparat jantung. Pada penelitian terbagi menjadi 4 kelompok
yaitu kelompok normal, kelompok dosis 500 mg/kgBB, kelompok dosis 1000
mg/kgBB dan kelompok dosis 2000 mg/kgBB.

10
3.5. Bahan dan Alat Uji
3.5.1. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak


daun sirih merah (Piper crocatum), etanol 95%, reagen pengukuran
SGOT (80Mm TRIS Ph 7,8; 240 Mm IL-aspartat; >600U/I LDH; 12
Mm 2-oksaloglutarat; 0,18 Mm NADH2) dan SGPT (100Mm TRIS Ph
7,15; 500 Mm L-alanin; >1700U/I LDH; 15 Mm 2-oksaloglutarat; 0,18
Mm NADH2) serta larutan untuk pembuatan preparat hati( Formalin
10%, alkohol, parafin, xylol, dan Hematoxylin-Eosin).
3.5.2. Alat Uji

Alat yang digunakan antara lain maserator, rotary evaporator,


neraca analitik, timbangan hewan coba, spuit injeksi, sonde, alat bedah,
alat-alat gelas, fotometer, dan papan fiksasi.

3.6. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih galur BALB, sehat,
berkelamin jantan dan betina serta usia 6-8 minggu dengan berat 20-30 gram.

3.7. Variabel Penelitian


3.7.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis ekstrak daun sirih merah
yaitu 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB dan 2000 mg/kgBB.

11
3.7.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian adalah kadar SGOT dan SGPT serta
perubahan histologi hatimencit setelah pemberian ekstrak daun sirih
merah dengan dosis 500 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB dan 2000 mg/kgBB.

3.7.3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini meliputi berat badan hewan


coba, umur hewan coba, dan galur hewan coba.

3.8. Definisi Operasional Penelitian


Daun sirih merah yang digunakan untuk simplisia pada penelitian ini
berasal dari tanaman sirih merah (Piper crocatum) yang didapat dari
lingkungan masyarakat Jember. Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum)
dapat dikatakan tidak toksik apabila kadar SGOT dan SGPT serta gambaran
histopatologi hatimencit yang diberi perlakuan tidak berbeda signifikan
dengan kadar SGOT dan SGPT serta gambaran histopatologi hatimencit
dengan perlakuan normal.Darah diambil melalui sinus orbital mata,
kemudian kadar SGOT dan SGPT hewan coba diukur menggunakan
fotometer (Biolyzer 100).

3.9. Prosedure
3.9.1. Tahapan Persiapan
a. Preparasi simplisia
Daun sirih merah dideterminasi terlebih dahulu, kemudian dicuci
menggunakan air dan dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan. Setelah kering, daun sirih merah di kecilkan
ukurannya hingga menjadi serbuk menggunakan blender.

12
b. Pembuatan ekstrak daun sirih merah (Piper Crocatum)
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode soxhletasi, 500
gram serbuk daun sirih merah yang telah kering diekstraksi
menggunakan metode soxhletasi dengan pelarut etanol 96%.
Pelarut etanol 96% dimasukkan dalam labu alas bulat yang ada
di soxhlet (± 500 ml). Cairan pelarut etanol 96% dipanaskan
dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan
oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan pelarut
yang jatuh ke dalam labu soxhlet yang berisi daun sirih merah
dan jika cairan tersebut telah mencapai permukaan labu soxhlet,
seluruh cairan akan kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai
dengan cairan di labu soxhlet tidak berwarna atau sirkulasi telah
mencapai 16 kali. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan
pelarutnya dengan elektromanthel pada suhu 60ºC sehingga
didapatkan ekstrak kental.
c. Pembuatan Suspensi Ekstrak daun Sirih Merah (Piper crocatum)
dosis 500 mg/kgBB
Sebanyak 500 mg ekstrak daun sirih merah ditambah 0,5 Ml
tween 80 kemudian disuspensikan dalam CMC Na 1% ad 50 Ml
d. Pembuatan Suspensi Ekstrak daun Sirih Merah (Piper crocatum)
dosis 1000 mg/kgBB
Sebanyak 500 mg ekstrak daun sirih merah ditambah 0,5 Ml
tween 80 kemudian disuspensikan dalam CMC Na 1% ad 50 Ml
e. Pembuatan Suspensi Ekstrak daun Sirih Merah (Piper crocatum)
dosis 2000 mg/kgBB
Sebanyak 500 mg ekstrak daun sirih merah ditambah 0,5 Ml
tween 80 kemudian disuspensikan dalam CMC Na 1% ad 50 Ml

13
3.9.2. Perlakuan terhadap Hewan Coba

Sediaan uji ekstrak daun sirih merah diberikan pada hewan uji satu
kali sehari selama 28 hari. Pada penelitian ini digunakan 20 mencit
yang dibagi dalam 4 kelompok dan masing-masing terdiri dari 5 ekor
jantan dan 5 ekor betina. Setiap kelopok diletakkan dalam kandang
yang berbeda sesuai dengan jenis kelamin. Mencit diadaptasikan di
laboratorium selama 7 hari dengan tujuan menyesuaikan lingkungan
sekitar. Hewan coba dinyatak sehat jika tidak mengalami perubahan
berat badan yang signifikan. Hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok
yang terdiri dari kelompok normal dan kelompok perlakuan ( dosis 500
mg/kgBB, dosis 1000 mg/kgBB, dosis 2000 mg/kgBB). Masing-masing
mencit terdiri dari 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.

Pemberian dilakukan setiap hari selama 28 hari. Pada hari 1 dan


ke 29 hewan coba dilakukan pengambilan darah dari organ sinus orbital
mata,. Pengambilan darah digunakan untuk memeriksa kadar SGOT
dan SGPT hewan. Pengambilan organ hatidilakukan pada hari ke 29.
Pengambilan organ hatiini dilakukan untuk melihat warna dan berat
organ serta kondisi histologi jantung.

3.9.3. Pengukuran Kadar SGOT dan SGPT


Kadar SGOT dan SGPT diukur menggunakan sampel darah hewan
coba yang diambil dari sinus orbital mata menggunakan spuit injeksi
setelah hewan dianestesi. Sampel darah kemudian di sentrifugasi
dengan kecepata 3000 rpm selam 10 menit. Plasma darah dipisahkan
untuk analisis sampel darah.
Pengukuran kadar SOT, plasma darah diambil 50 ml dan kemudian
dicampurkan dengan reagen SGOT. Kemudian campuran plasma darah
dan reagen dianalisis menggunakan fotometer Biolyzer 100. Untuk
pengukuran SGPT, plasma darah diambil sebanyak 50 ml dan

14
kemudian dicampur dengan reagen SGPT, kemudian campuran plasma
darah an reagen dianalisis menggunakan fotometer Biolyzer 100.

3.9.4. Pembuatan Preparat Hepar


Pengambilan organ hatidilakukan pada 6 hewan setiap
kelompok ( 3 jantan dan 3 betina) dengan kadar SGOT dan SGPT yang
paling tinggi. Organ hatiyang telah diambil disimpan dalam buffer
fosfat formalin 10 % pada suhu kamar semalam, sampel didehidrasi
dalam etanol 95%. Organ hepar dibersihkan dengan xylen, dipotong
dengan tebal 4 mm, dideparafinasi kemudian dicuci kembali dengan air
dan diwarnai dengan Hematoxylin-Eosin (Tang dkk, 2013), kemudian
diperiksa dengan mikroskop perbesaran 400 kali.

3.10. Analisis Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar SGOT dan
SGPT pada msing-masing kelompok uji dan gambaran histologi hatimencit.
Kadar SGOT darah tikus dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov untuk
melihat distribusi data tiap kelompok. Apabila distribusi data normal maka
analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan
taraf kepercayaan 95%. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
bermakna sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan uji paired-T test untuk
tiap kelompok.

Hasil dari pemeriksaan preparat hati dianalisis menggunakan model


Scoring Histopathologi Manja Roenigk dengan parameter gambaran tanda-
tanda kerusakan sel seperti degenerasi dan nekrosis. Pengamatan dilakukan
di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali kemudian dianalisis
dengan uji statis

15
3.11. Skema Kerja
3.11.1. Skema Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah

150 gram Serbuk daun sirih merah diambil untuk diekstraksi kemudian
dimasukkan kedalam labu soxhlet

Pelarut etanol dimasukka kedalam labu alas bulat kemudian


dipanaskan hingga menguap

Pelarut etanol dikondesasikan hingga pelarut jatuh ke permukaan labu


soxhlet

Ekstraksi sempurna ditandai dengan cairan di labu soxhlet tidak


berwarna atau sirkulasi telah mencapai 16 kali

Ekstrak Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan


elektromanthel pada suhu 60ºC sehingga didapatkan ekstrak kental.

16
3.11.2. Skema Penelitian Toksisitas Ekstrak Daun Sirih Merah

20 ekor mencit jantan dan betina diadaptasikan selama 1 minggu

K1 K2 K2 K3
(Kelompok (Kelompok (Kelompok (Kelompok
normal) perlakuan 1) perlakuan 2) perlakuan 3)

Suspensi ekstrak Suspensi ekstrak Suspensi ekstrak


CMC Na 1% daun sirih dosis daun sirih dosis daun sirih dosis
500 mg/kg BB 1000 mg/kg BB 2000 mg/kg BB

Perlakuan setiap hari selama 28


hari secara per oral

Setelah 28 hari mencit diambil darahnya untuk mengukur kadar SGOT dan SGPT
serta dilakukan pengambilan organ jantung

Kadar SGOT dan SGPT Kerusakan Hati

17
3.11.3. Skema Pengukuran Kadar SGOT dan SGPT

Darah diambil melalui sinus orbital mata

Darah disntrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit

50 µl reagen SGOT Plasma Darah 50 µl reagen SGPT

Diambil 50 µl

Dicampur Dicampur

Diukur menggunakan ferometer Biolyzer 100

18
3.11.4. Skema Alur Pembuatan Preparat Hepar

Organ hatidimasukkan kedalam formalin 10 % selama 24jam

Organ hatidimasukkan dalam alkohol

Memasukkan organ kedalam xylol dan rendam dalam parafin cair

Organ hatidiiris dengan tebal 4 mm

Hasil irisan diambil dengan objek glas yang sudah dicoating dan
dikeringkan diatas hotplate

Hatiditetesi Hematoxylin Eosin selama4-10 menit kemudian dibilas


dengan air mengalir

Hasil diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali

19
3.12. Justifikasi Anggaran Biaya
Tabel 1. Anggaran Biaya

Harga
Justifikasi Harga
Material Kuantitas keseluruan
Pemakaian Satuan(Rp)
(Rp)
Penyimpanan
Vial 5 buah Rp. 1.000 Rp. 5.000
ekstrak
Alat
Sonde pemberian per 5 buah Rp. 3.000 Rp. 15.000
oral
Penghomogen
Erlenmeyer 2 buah Rp. 50.000 Rp. 100.000
an sediaan
Peralatan
Sarung Tangan 1 pack Rp. 47.000 Rp. 47.000
produksi
Peralatan 1 pack
Masker Rp. 25.000 Rp. 25.000
produksi
Daun Sirih
Bahan 1Kg Rp. 50.000 Rp. 50.000
Merah
Reagent Pereaksi - Rp. 50.000 Rp. 50.000
Biaya
Pembuatan
pembuatan - Rp. 150.000 Rp. 150.000
preparat
preparat
Biaya Sewa Sewa
2 lab Rp. 300.000 Rp. 600.000
Laboratorium Laboratorium
SUB TOTAL (Rp) Rp. 992.000

20
DAFTAR PUSTAKA

Andareto, Obi. 2015. Apotik Herbal di Sekitar Anda. Jakarta : Pustaka Ilmu
Semesta

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan


RI.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2014. Pedoman Uji Klinik Obat
Herbal. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2014. Pedoman Uji Toksisitas
Nonklinik Secara In Vivo. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan (Dirjen POM). 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Hidayat, syamsul. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta : AgriFlo

ITIS report. 2017.


https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_valu
e=506525#null (Diakses tanggal 8 Oktober 2017)

Guyton, C. A. Dan E. J. Hall, 2011. Textbook of Medical Physiology.


Philadelphia: Saunders Elsevier.

Keputusan Menteri Kesehatan Repunlik Indonesi. 2007. Kebijakan Obat


Tradisional Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan

Manoi, F. 2007. Sirih merah sebagai tanaman obat multifungsi.


http://litbang.deptan.go.id, diakses tanggal 5 November 2012.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi. 2012. Registrasi Obat


Tradisional. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia

21
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Registrasi Obat
Tradisional. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Sulistiyani, Arniputri, B. Retna. 2007 . Identifikasi Komponen Utama Minyak


Atsiri Sirih Merah. Biodiversitas Vol.8, No.2. Hal. 136-137.

Tang, Wenping, Shiming Li, Yue Lie, Mou-Tuang Huang. Chi Tang Ho. 2013.
Antidiabetic Activity of Chemical Profiled Green Tea and black Tea Extranct in A
Type 2 Diabetes Mice Model Via Different Mechanism. Journal of Functional
Food, 5, 1784-1793

Widyastuti, S., 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Iprih (Ficus Glabella Blume)
Terhadap Artemia salina Leach Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi.
Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

World Health Organization (WHO). 2008. Traditional edicine.


http://www.who.int./mediacentre/factsheet/fs134/en/ (diakses pada 20 september
2017)

22

Anda mungkin juga menyukai