Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun
di rumah . Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai
dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan
masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk
diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus pendapat
professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak
usia sekolah mengidap ADHD (1).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 %
sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk
mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan
keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di
beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa
negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50.
Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di
antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui
jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (2)

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat memahami tentang konsep Penyakit ADHD
2. Agar mahasiswa memahami Asuhan keperawatan ADHD

1
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian ADHD
Kelainan hiperaktivitas kurang perhatian (ADHD) sering tampak sebelum
usia 4 tahun dan dikarakteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan didak
perhatian, impulsif, hiperaktivitas. Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-
gejala menetap dengan masa dewasa (DSM-III-R, 1987)(3).
Gangguan hiperkinetik atau biasa disebut dengan hiperaktif adalah suatu
gangguan yang terjadi pada anak dan dapat timbul pada masa perkembangan
dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsive (3).
2. Prognosis
Perjalanan penyakit GDAH agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai
masa remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada
pubertas,atau hiperaktivitas mungkin menghilang, tetapi penurunan rentang
atensi dan masalah pengendalian impuls mungkin menetap.
Overaktivitas biasanya merupakan, gejala pertama yang menghilang dan
distrakbilitas adalah yang terakhir (3).
Remisi kemungkinan tidak terjadi sebelum usia 12 tahun, biasanya terjadi
antara usia 12 dan 20 tahun. Sebagian besar pasien dengan GDAH mengalami
remisi parsial dan rentan terhadap gangguan kepribadian antisosial dan
gangguan kepribadian lain dan gangguan mood. Masalah belajar seringkali
terus ada. Sekitar 15 sampai 20 persen kasus, gejala GDAH menetap sampai
masa dewasa. Mereka dengan gangguan mungkin menunjukan penurunan
hiperaktivitas tetapi tetap impulsif dan rentan terhadap kecelakaan.
Anak–anak dengan GDAH yang gejalanya menetap sampai masa remaja
adalah berada dalam risiko tinggi untuk mengalami gangguan konduksi. 50

2
persen anak–anak dengan gangguan konduksi akan mengembangkan
gangguan kepribadian antisosial di masa dewasanya (3).
Anak-anak dengan kedua GDAH dan gangguan konduksi juga berada
dalam risiko mengalami gangguan berhubungan dengan zat.
Hasil akhir GDAH pada masa anak-anak tampaknya berhubungan dengan
jumlah gangguan konduksi yang menetap dan faktor keluarga yang kacau.
Hasil yang optimal tampaknya dipermudah dengan menghilangkan agresi
anak dan dengan memperbaiki fungsi keluarga sedini mungkin (3).
3. Klasifikasi
a) Overaktivitas :Yaitu perilaku anak yang tidak mau diam yang
disebabkan kelebihan energi.
b) Hiperaktivitas : Yaitu pola perilaku overaktif yang cenderung ngawur
(tidak pada tempatnya).
c) Sindrom hiperkinetik : Yaitu semua bentuk hiperaktivitas parah, yang
menyertai jenis kelambatan lain dalam perkembangan psikologi,
misalnya sikap kikuk dan kesulitan bicara.Berbagai Tipe Hiperkinetik
atau GPPH/ADHD (3) :
1) Tipe sulit konsentrasi
2) Tipe hiperaktiv - impulsiv
3) Tipe kombinasi
4. Etiologi
Beberapa faktor penyebab hiperaktif secara umum (4):
1) Kondisi saat hamil & persalinan
2) Cedera otak
3) tingkat keracunan timbal yang parah
4) Lemah pendengaran
5) Faktor psikikis
Faktor penyebab hiperaktif :
1) Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia
gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan
persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir

3
dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok
dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif
2) Terjadinya perkembangan otak yang lambat
Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini banyak
dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di
otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi Beberapa studi
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-
prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
3) Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena
sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
4) Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari
orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun
pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
5) Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.
5. Manifestasi klinis
Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala
utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu :
a) Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari
kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh
terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya
terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal
ke hal yang lain.

4
b) Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan
bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-
manjat.Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan
suara berisik.
c) Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon.
Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang
tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan
dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala
impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk
menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela
pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai
diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri
misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi
untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat
diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain.
Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum
anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam
2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah. Beberapa tanda-tanda
ADHD/Hiperaktif, antara lain :

a. Hiperaktiviti
1) Kerap menggerakan tangan atau kaki atau menggeliang-geliut
di tempat duduk
2) Selalu meninggalkan tempat duduk ketika di kelas
3) Selalu berlari ke sana ke mari atau suka memanjat dan pada
kebanyakan masa kelihatan kekok
4) Kerap menghadapi masalah dalam bermain atau melakukan
aktivitas aktif sendiri
5) Selalu banyak bicara

5
6) Sering bergerak spontan atau kerap bertindak seolah-olah
“digerakkan oleh motor”
b. Tingkat konsentrasi pendek
1) Sering gagal dalam memfokuskan perhatian pada suatu hal
serta membuat kesalahan ketika membuat tugas sekolah atau
aktivitas-aktivitas lain
2) Selalu tidak mematuhi arahan dan gagal menyiapkan kerja
sekolah, kerja harian atau tugas
3) Kerap mengalami masalah untuk mengatur tugas dan aktivitas-
aktivitas
4) Kerap mengelak, tidak suka atau keberatan dalam melakukan
suatu tugas yang memerlukan perhatian yang lama (seperti
kerja sekolah atau kerja rumah)
5) Selalu kehilangan barang (misalnya pensil, pemadam, buku
atau tugasan sekolah, mainan dan sebagainya)
6) Perhatian mudah bertukar dari satu aktivitas ke satu aktivitas
lain
7) Mudah pelupa walaupun tidak sepatutnya jika mengikut usia
dan kemampuan
c. Tingkah laku impulsif
1) Selalu memberi jawaban sebelum pertanyaan lengkap diajukan
2) Kurang sabar dan menghadapi masalah ketika menunggu
giliran
3) Sering mengganggu atau mencela perbuatan atau aktivitas
orang lain
4) Sering membuat pertimbangan yang salah dan mudah
mengalami kemalangan
Ciri-ciri yang sering menyertai gangguan hiperkinetik adalah :
a. Kemampuan akademik tidak optimal
b. Kecerobohan dalam hubungan sosial
c. Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
d. Sikap melanggar tata tertib secara impulsif
e. Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar,
mendengarkan guru dan permainan.
f. Hiperaktivitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang
g. Impulsivitas, melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih
dahulu (4).

6
6. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi. Sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Diagnostic and statistic of
mental disorders, edisi keempat (DSM IV) menggarisbawahi gejala perilaku
spesifik yang dapat diobservasi pada ketiga area ini. Gangguan yang paling
sering dijumpai adalah kurang konsentrasi dan perilaku hiperaktif. Impulsif.
Meskipun begitu, beberapa anak menunjukkan satu pola predominan, yaitu
hiperaktif-impulsif atau kurang konsentrasi.Meskipun gejala kedua gangguan
ini sudah ada sebelum umur 7 tahun, diagnosis umumnya belum ditegakkan
sampai anak itu masuk sekolah., saat perilaku tersebut mengganggu fungsi
akademik dan sosial anak. Pada saat itu anak memasuki masa remaja, gejala
yang dapat diobservasi menjadi kurang jelas. Keresahan dan kegugupan
mengganti aktivitas berlebihan yang ada pada masa kanak-kanak (5).
Remaja dengan gangguan ini sulit menuruti dan mengikuti aturan dan
harapan mengenai perilaku yang biasanya dijumpai di kalangan pendidikan
dan pekerjaan. Konflik dengan atasan juga dijumpai. Gejala dapat
berlangsung terus sampai masa dewasa. Individu demikian dapat digambarkan
sebagai seseorang yang “maju terus”. Selalu sibuk dan tidak dapat “ duduk
diam “. Anak dengan gangguan ini dapat menunjukkan kurangnya koordinasi
sensorimotorik., kecerobohan, atau masalah dengan orientasi ruang/tempat.
Kesulitan dijumpai di sekolah dan di rumah. Suka mengacau, ledakan
kemarahan, dan aktivitas motorik tanpa tujuan sering menjengkelkan sesama
kelompok sebaya dan keluarga. Akibatnya, masalah sekunder seperti
pertentangan, gangguan alam perasaan dan kecemasan, serta masalah
komunikasi sering terjadi. Proses pembelajaran dapat terhambat karena
ketidakmampuan yang kronis untuk menyelesaikan tugas-tugas pendidikannya
(5).
Meskipun tidak ada faktor etiologi tunggal yang menimbulkan gangguan
perilaku yang kompleks ini, riwayat medis menunnjukkan insidens gangguan
ini lebih tinggi pada anak-anak yang dianiaya atau ditelantarkan, terpejan obat

7
prenatal, berat badan lahir rendah, keracunan timah, ensefalitis, dan retardasi
mental (5).
7. Akibat Yang ditimbulkan
a. Masalah ADHD/Hiperaktifitas (5) :
1) Masalah sosial.
Mereka kerap disisihkan dan tidak dihiraukan oleh rekan-rekan
sebayanya. Mereka juga kerap berhadapan dengan masalah
akademik.
2) Masalah keluarga.
Anak-anak ini kerap menimbulkan masalah kepada mereka yang
tinggal serumah dengan mereka atau mereka yang berinteraksi
dengannya sehingga menimbulkan kedaan tegang. Ibu bapak
sering salahkan diri kerena tingkah laku anak-anak mereka. Beban
rasa salah ini boleh menjadi ringan jika ibu bapak memahami
keadaan sebenarnya yang dialami oleh anak mereka.
b. Akibatnya Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) :
Akibatnya Bila Anak Menderita Gangguan Hiperkinetik
(GPPH/ADHD) :
1) Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik
2) Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua
3) Anak sulit didisiplinkan
c. Kondisi yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik
1) Gangguan tingkah laku
2) Gangguan sikap menentang
3) Depresi
4) Gangguan cemas
5) Kesulitan belajar
6) Retardasi mental
7) Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)
8) Gangguan pengendalian motorik (disorder of motor control)
9) Gangguan persepsi (disorder of perception /DAMP)
10) Autisme
8. Komplikasi
Apabila Gangguan Hiperkinetik (ADHD) tidak diobati maka akan :
Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan
akademik di lingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat mengakibatkan

8
perkembangan anak tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku di
kemudian hari (5).
9. Penatalaksanaan
Terapi & Manajemen hiperaktivitas
Penting adanya kebijaksanaan penatalaksanaan yang konsisten dan
melibatkan semua yang terlibat langsung dengan anak dengan pendekatan
umum. Ruangan marupakan hal yang penting karena sukar untuk menangani
anak seperti ini dalam lingkungan yang terbatas dan penuh. Orang tua harus
diberikan rumah yang cocok misal dengan lantai dasar disertai taman.
Agen farmakologis untuk GDAH adalah stimulan sistem saraf pusat,
terutama dextroamphetamine (Dexedrine), methylphenidate dan pemoline
(Cylert). Food and Drug Administration (FDA) mengijinkan
dextroamphetamine pada anak berusia 3 tahun dan lebih dan methylphenidate
pada anak yang berusia 6 tahun dan lebih. Anti depresan termasuk imipramine
(Tofranil), desipramine dan nortriptyline (Pamelor) telah digunakan untuk
mengobati GDAH dengan suatu keberhasilan. Antidepresan memerlukan
monitoring yang cermat pada fungsi jantung. Clonidine telah juga digunakan
dalam terapi GDAH dengan suatu tingkat keberhasilan terutama berguna pada
kasus dimana pasien juga menderita gangguan tik.
Penelitian terakhir terhadap anak-anak dengan GDAH dan gejala depresif
yang menggunakan methylphenidate dan desipramine secara bersama-sama
menemukan bahwa kombinasi tersebut meningkatkan kemampuan anak untuk
menggunakan strategi pelacakan visual (visual search) pada tugas kognitif
tertentu seperti membandingkan beberapa gambar dengan perbedaan yang
tersembunyi.
Psikoterapi : Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan
terapeutik yang menyeluruh pada anak GDAH dan biasanya hanya merupakan
satu segi dari regimen multimodalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi
perilaku, k0nseling orang tua dan terapi tiap gangguan belajar yang menyertai
mungkin diperlukan.

9
Hal utama dalam mengatasi hiperaktivitas anak adalah hubungan yang
baik antara orang tua & anak. Berikut ini beberapa kaidah bagi orang tua
dalam berinteraksi dengan anak :
1) Mengidentifikasi segi positif.
Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi positif,
sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah & sering
terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan
saudarasekandung atau teman sebayanya.Perlu disadari bahwa setiap anak
mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung.
Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat
berikut : jelas & tidak abstrak, sesuai syar’i, diawali dengan peraturan
mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika
menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan
tidak terlalu banyak.
2) Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan,
menyenang-kan hati anak tanpa keluar dari batas syar’i, konsisten yang
berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena
rengekan, disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian.
3) Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih
luas, misalnya di taman. Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak
bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh
beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu
jiwa pendidikan, dokter anak & psikoterapis.Beberapa cara yang bisa
dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak
mereka yang tergolong hiperaktif :
a. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
Kenali kelebihan dan bakat anak
b. Membantu anak dalam bersosialisasi Menggunakan teknik-teknik
pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya
memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak Memberikan ruang

10
gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya.
c. Menerima keterbatasan anak
d. Membangkitkan rasa percaya diri anak dan bekerja sama dengan guru di
sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
e. Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya
sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan
memberikancontoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak
melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang
pernah diberikan orang tua sebelumnya (6).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DO : hiperaktivitas, tidak mampu Gangguan Psikologis Keluyuran
berkonsentrasi dan mudah beralih
perhatian
DS : ibu pasien mengatakan anaknya
tidak bisa diam, sering berlari kesana
kemari, sering menggeliat-geliat ketika
duduk, banyak biacara, sulit
memusatkan perhatiannya, tidak sabaran
dalam menunggu sesuatu
2. DO : hiperaktivitas, sulit berkonsentrasi Gangguan Fungsi Ketidakefektifan
DS : ibu pasien mengatakan tidak
Kognisi Kontrol Impuls
anaknya bisa diam, banyak bicara, dan
sering memotong pembicaraan
3. DO : tidak mampu mempertahankan Gangguan Proses Hambatan Interaksi
konsentrasi dan mudah beralih perhatian Pikir Sosial
DS : ibu pasien mengatakan anaknya
banya bicara serta sering memotong
pembicaraan orang lain atau buru- buru
menjawab sebelum pertanyaan selesai
diajukan

11
3. Diagnosa Prioritas
4. Perencanaan NOC dan NIC
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Keluyuran b.d Keluyuran Yang Manajemen Manajemen
Gangguan Aman Perilaku : Perilaku :
1. Komunikasi
Psikologis Setelam dilakukan 1. komunikasi dua
harapan bahwa
tindakan keperawatan arah antara
pasien dapat tetap
selama 7 x 24 jam perawat dan klien
mengontrol
Diharapkan klien dapat membantu
perilakunya
mampu berpindah klien mengontrol
2. Konsultasikan
dengan aman dan dan menahan
dengan keluarga
dapat diterima secara perilakunya
dalam rangka
sosial walaupun tanpa dengan baik
mendapatkan
2. kolaborasikan
tujuan yang nyata
informasi
dengan keluarga
pada individu dengan
mengenai kondisi
untuk mengkaji
gangguan kognitif
kognisi dasar
kondisi kognisi
Dengan criteria hasil
pasien
pasien
: 3. Atur batasan
3. mencegah
1. Berpindah tanpa bersama pasien
terjadinya hal-hal
4. Tahan diri dari
membahayakan
yang tidak
mendebat atau
diri sendiri ( 1 ke 3
diinginkan
melakukan tawar
)
dengan
menawar pada
2. Duduk lebih dari 5
menbatasi
pasien untuk
menit pada satu
aktivitas bersama
menetapkan
waktu ( 1 ke 3 )
pasien
batasan perilaku
3. Menunjukkan 4. mencegah
5. Gunakan suara
aktivitas yang terjadinya
bicara yang lembut
bertujuan ( 1 ke 3 ) hiperaktivitas
dan rendah
6. Turunkan motivasi terhadap pasien

12
Ket : perilaku pasif- hindari cara
1 = Tidak pernah agresif dengan mendebat
7. Berikan
menunjukkan tetapi dengan
penghargaan
2 = jarang cara komunikasi
apabila pasien
menunjukkan terapeutik
dapat mengontrol 5. saat komunikasi
3 = kadang-kadang
diri dengan pasien
menunjukkan
usahakan
4 = sering Manajemen perilaku:
gunakan suara
menunjukkan Overaktivitas (Terlalu
yang lembut
5 = secara konsisten aktif) / Tidak
sehingga pasien
menunjukkan diperhatikan
1. Berikan dapat
lingkungan yang menerimanya
Tingkat
6. berikan motivasi
aman secara fisik
Hiperaktivitas
kepada pasien
dan terstruktur
Setelah dilakukan
2. Gunakan agar pasien dapat
tindakan keperawatan
pendekatan yang menghindari
selama 7 x 24 jam
tenang dan sesuai perilaku
diharapkan keparahan
fakta agresifnya
dari pola tidak 3. Pertimbangkan 7. reinforcment
perhatian atau perilaku dan sangat
implusivitas anak usia konsekuensi yang dibutuhkan oleh
1-17 tahun dapat diharapkan yang pasien
berkurang akan mampu
Dengan criteria hasil memberikan klien Manajemen
: kemampuan perilaku:
1. Tidak perhatian ( mengontrol diri Overaktivitas
1 ke 3 ) sesuai dengan (Terlalu aktif) /
2. Sulit tingkat kognisi dan Tidak diperhatikan
mendengarkan ( 1 kapasitas klien 1. lingkungan yang
4. Komunikasikan
ke 3 ) aman dapat

13
3. Sulit melakukan n aturan, perilaku membantu klien
tugas ( 1 ke 3 ) yang diharapkan untuk masa
4. Tidak mampu dan pemulihan
2. pendekatan yang
fokus dalam konsekuensinya
sesuai fakta
mengerjakan tugas jika dilanggar
membantu klien
( 1 ke 3 ) dengan
mengenali
5. Sulit Meyelesaikan menggunakan
kenyataan
tugas-tugas (1 ke bahasa yang
3. konsekuensi yang
3) sederhana
tepatdapat
5. Hindari
6. Kehilangan
mengontrol diri
argumentasi
barang-barang
klien
maupun tawar-
secara berkala ( 1 4. komunikasi
menawar
Ke 3 ) aturan yang tepat
mengenai batasan
7. Sangat mudah membantu klien
yang sudah
teralih (1 ke 3 ) dalam menaati
disepakati
8. Sulit untuk aturan
6. Berikan penguatan
5. menghindari
bertahan duduk (1
dimana staf
tawar menawar
ke 3)
(perawat) akan
agar klien tetap
9. Lari berlebihan (1
membantu klien
menyepakati
ke 3)
dalam menangani 6. penguatan
10. Memanjat
perilakunya secara perawat dapat
berlebihan (1 ke 3)
tepat membantu klien
11. Banyak bicara (1 7. Uji perilaku yang
menenagani
ke 3) diinginakan dan
perilakunya
12. Langsung usaha untuk 7. mengontrol diri
menjawab mengontrol diri dengan menguji
8. Peroleh perhatian
pertanyaan diri klien
klien sebelum
walaupun membuat klien
memulai interaksi
pertanyaan belum menaati aturan
verbal 8. perhatian klien
selesai ( 1 ke 3)

14
13. Sulit menunngu 9. Berikan intruksi/ dapat membuat
giliran (1 ke 3) penjelassan klien fokus
14. Mengganggu, dengan lambat perawatan
9. penjalasan
kasar, bising, saat gunakan bahasa
dengan bahasa
interaksi personal ( yang sederhana
sederhana
1 ke 3) dan konkrit
10. Minta klien untuk memudahkan
15. Sulit menjaga
memulai instruksi klien dalam
tangan untuk tetap
sebelum memulai menangkap
diam ( 1 ke 3)
tugas informasi
Ket :
11. Bagi instruksi 10. intruksi sebelum
1 = berat
dengan tugas
2 = besar
menggunakan memjdaahkan
3 = sedang
beberapa langkah klien melakukan
4 = ringan
yang banyak tuigas nya
5 = tidak ada 11. intruksi dengan
menjadi langkah-
langkah yang
langkah sedrhana
Tingkat delerium 12. Biarkan klien tepat bakalan
Setelah dilakukan untuk melakukan menjadi langkah
tindakan keperawatan satu instruksi yang baik
12. membiarkan
selama 7 x 24 jam sebelum diberikan
klien melakukan
diharapkan keparahan insruksi yangh lain
13. Berikan bantuan intruksi yang
dari gangguan yang
jika diperlukan tepat
berkembang pada
13. bantuan klien
dalam
kesadaran dan kognisi
dalam
meyelesaikan
selama periode waktu
menyelesaikan
tugas
yang singkat dan bisa
14. Berikan umpan tugasnya
kembali seperti 14. umpan balik
balik positif untuk
semula dan berkurang positif dapat
penyelesaian tugas
Dengan criteria hasil 15. Monitor dan atur memberi
: level aktivitas nsemngat kepeda

15
1. Aktivitas secara stimuli klien dalam
Psikomotorik (1 ke terhadap menyelesaikan
3) lingkungan tugas
2. Kesulitanmengikut 16. Pertahankan 15. memonitor dan
i perintah yang jadwal rutin yang mengatur level
kompleks (1 ke 3) melibatkan aktivitas yang
3. Kesulitan
struktur waktu sesuai dapat
mempertahankan
yang setimbang membantu klien
fokus (1 ke 3)
(Aktivitas fisik menstimuli
4. Kesulitan
dan nonfisik) dan lingkungan
mempertahankan
16. jadwal yang rutin
waktu yang tenang
percakapan (1 ke
17. Monitor status dan keadaan
3)
fisik klien yang yang tenang
Ket :
tampak membantu klien
1 = berat
menunjukkan untuk tetap
2 = cukup berat
overaktivitas mengikuti
3 = sedang 18. Diskusikan
perawatan
4 = ringan rasionalisasi 17. monitor status
5 = tidak ada penghargaan klien untuk
terhadap perilaku mengetahui over
yang diharapkan aktivitas klien
18. pengahargaan
kepada klien dan
dan rasional
orang-orang
tindakan yang
terdekat
19. Ajarkan teknik dilakukan pada
manajemen klien membuat
perilaku kepada klien memahami
orang terdekat perawatan
19. mengajari tehnik
klien
manajemen
Manajemen
perilaku pada
lingkungan:

16
Keselamatan keluarga klien
1. Identifikasi membantu untuk
kebutuhan keluarga
keamanan pasien mengatasi
berdasarkan fungsi perilaku klien
fisik dan kognitif
serta riwayat
perilaku masa lalu Manajemen
2. Identifikasi hal-hal
lingkungan:
yang
Keselamatan
membahayakan
1. mencari tahu
dilingkungan
kebutuhan pasien
3. Singkirkan bahan
serta riwayyat
berbahaya dari
perilaku masa lalu
lingkungan jika
2. menghindari
diperlukan
terjadinya hal-hal
4. Gunakan peralatan
yang tidak
perlindungan untuk
diinginkan
membatasi
3. menjaga
mobilitas fisik atau
lingkungan agar
akses pada situasi
tetap aman bagi
yang
pasien
membahayakan 4. misalnya dengan
5. Monitor
mengunci pintu
lingkungan
atau pagar rumah
terhadap terjadinya
agar pasien tidak
perubahan status
dapat keluar
keselamatan
masuk sesukanya
6. Bantu pasien pada
5. pantau selalu
saat perpindahan
kondisi
kelingkungan yang
lingkungan agar

17
lebih aman tidak
membahayakan
Teknik bagi pasien
6. temani selalu
menenangkan
pasien saat pasien
1. Pertahankan sikap
berpindah tempat
yang tenang dan
dari lingkungan
hati-hati
2. Pertahankan satu kelingkungan
kontak mata yang lainnya.
3. Berada disisi klien
4. Yakinkan
Teknik
keselamatan dan
menenangkan
keamanan klien
5. Identifikasi orang- 1. sikap yang
orang terdekat tenang dan hati-
klien yang bisa hati dapat
membantu klien membuat suasana
lebih tenang
2. selalu jaga
kontak mata
ketika
berinteraksi
dengan lien agar
menimbulka
teknik yang
menenagkan
3. selalu temani
klien saat klien
bermain
dilingkungan luar
untuk tetap
menjaga kondisi

18
klien
4. pastika
lingkungan di
sekitar klien tetap
aman untuk
menjaga
keselamatan
klien
5. minta bantuan
kepada orang-
orang terdekat
klien untuk tetap
selalu
memperhatikan
klien

2. Ketidakefektif Kontrol diri terhadap Latihan kontrol Latihan kontrol


an kontrol impuls impuls impuls
impuls b.d. Setelah dilakukan 1. pilih strategi 1. Mencari cara
gangguan tindakan keperawatan pemecahan pemecahan
fungsi kognisi selama x , pasien masalah yang tepat masalah yang
mampu menahan diri sesuai dengan tepat untuk
dari perilaku tingkat menemukan jalan
kompulsif atau perkembangan keluar.
2. Lakukan
impulsif. pasien dan fungsi
modifiksai atau
Dengan kriteria kognitif
2. gunakan rencana perubahan
hasil :
modifikasi perilaku guna
1. mengidentifikasi
perilaku, sesuai mendukung
perilaku impulsif
kebutuhan, untuk strategi
yang berbahaya ( 2 ke
mendukung pemecahan
4)

19
2. mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang
perasaan yang masalah yang telah di ajarkan
3. Dihhrapkan
mengarah pada sduah diajarkan.
3. ajari pasien untuk ppasien mampu
tindakan impulsif ( 2
melakukan berfikir mengenai
ke 4 )
tindakan “berhenti dampak positif
3. mengidentifikasi
dan berpikir “ dan negative
konsekuensi dari
sebelum bertindak tindakan yang
tindakan impulsif ( 2
secara impulsif. akan
ke 4 )
4. bantu pasien
dilakukannya
4. menghindari
mengidentifikasi
agar tidak
lingkungan yang
akibat dari suatu
membahayakan
berisiko tinggi ( 2 ke
tindakan serta
dirinya
4)
keuntungan atau 4. Membuat pasien
5. menghindari situasi
kerugiannya. mengetahui
yang berisiko tinggi 5. bantu pasien untuk
manfaat serta
( 2 ke 4 ) mengevaluasi hasil
kerugian dari
6. mengontrol impuls dari serangkaian
tindakan yang
( 2 ke 4 ) tindakan yang
akan
sudah dilakukan.
dilakukannya
6. sediakan dukungan
Ket : 5. Mengetahui hasil
positif terhadap
1 : tidak pernah hasil dari
usaha yang
menunjukkan tindakan yang
berhasil.
2 : jarang telah dilakukan
7. dukung pasien
menunjukkan apakh memiliki
untuk
3 : kadang – kadang mafaat positif
mempraktekkan
menunjukkan atukah manfaat
pemecahan
4 : sering negative
masalah dalam
6. Berikan pasien
menunjukkan
situasi sosial dan
pujian atau
5 : secara konsisten
interpersonal diluar
hadiah mengenai
menunjukkan

20
lingkungan tindakan positif
Kognisi terapeutik, yang yang telah
Setelah dilakukan diikuti dengan dilakukan pasien
7. Dorong pasien
tindakan keperawatan evaluasi hasil.
untuk tetap
selama x 24 jam,
melakukan
pasien mampu untuk Pembatasan setting
pemecahan
melaksanakan proses 1. gunakan
masalah dengan
mental yang pendekatan yang
kondisi yang
kompleks. sesuai dengan
sadar dan
Dengan criteria hasil fakta, bukan
melakukan
: pendekatan yang
evaluasi pada
1. Komunikasi jelas menghakimi.
2. Tetapkan batasan, hasil pemecahan
sesuai usia ( 1 ke 3
atau identifikasi masalah tersebut
)
2. Perhatian ( 1 ke 3 ) perilaku pasien
3. Konsentrasi ( 1 ke
yang tidak Pembatasan setting
3)
diinginkan 1. Jelaskan semua
4. Pemahaman
3. Komunikasikan
fakta yang terjdi
tentang makna
batasan dengan
padaklien namun
situasi ( 1 ke 3 )
istilah yang positif
tanpa tindakann
Ket :
( misalnya “ baju
yang
1 = sangat terganggu
tetap dipakai “ dari
menghakimi
2 = banyak terganggu
pada “ perilaku 2. Bersama pasien
3 = cukup terganggu
tersebut tidak tepat tentukan
4 = sedikit terganggu
“ ). pembatasan
5 = tidak terganggu 4. Diskusikan
perilaku untuk
perhatian pasien
mencegah adanya
mengenai tingkah
hiperaktivitas
lakunya. 3. Jelaskan
5. Diskusikan dengan
pembatasan
pasien, dengan
perilaku yang

21
cara yang tepat, telah di buat
( seperti ) apa dengan kata-kata
tingkah laku yang yang sederhana
diinginkan dalam dan lembut
4. Bicarakan kepada
situasi atau tatanan
pasien menganai
yang diberikan.
6. Berikan harapan tingkah laku
yang beralasan pasien dan
terkait dengan diskusikan
tingkah laku pasien apakah akan tetap
yang didasarkan seperti itu
pada situasi dan ataukan di rubah
5. Diskusikan
pasien.
7. Monitor pasien bersama pasien
mengenai mengenai tingkah
dilakukan atau laku yang tepat
tidak dilakukannya dilakukan pada
tingkah laku yang kondisi tertentu
6. Berikan harapan
diinginkan.
8. Modifikasi tingkah mengenai tingkah
laku yang laku yang
diharapkan dan dilakukan pasien
konsekuensinya agar pasie
sesuai kebutuhan, mengetahui
untuk alasan
mengakomodasi dilakukannya
perubahan yang tingkahlaku
beralasan dalam tersebut
7. Pantau selalu
situasi pasien.
9. Turunkan batasan tongkah laku
setting jika pasien pasien guna

22
menunjukkan mengetahui
tingkah laku yang tingkah laku yang
dinginkan. dilakukan pasien
8. Berikan harapan
tingkah laku
beserta
konsikuensinya
terhadap pasien
9. Berikan batasan
pada tingkah laku
yang ditunjukan
pasien
3. Hambatan Keterampilan Stimulasi Kognisi Stimulasi Kognisi
Interaksi Interaksi Sosial 1. Konsultasikan 1. Libatkan
Sosial b.d Setelah dilakukan dengan keluarga anggota keluarga
gangguan tindakan keperawatan dalam rangka melakukan peran
proses pikir selama, 7 x 24 jam membangun dasar dalam
diharapkan klien kognisi klien membangun
2. Tawarkan stimulasi
mampu mengontrol dasar kognisi
lingkungan melalui
Dengan kriteria hasil klien
kontak dengan
: 2. Pendekatan yang
banyak personil
1. Bekerja sama baik
3. Bicara pada klien
dengan orang lain 4. Stimulasi memungkinkan
(1 ke 3) perkembangan klien nyaman
2. Menunjukkan klien dengan dan sebagai
perhatian (1 ke 3) melibatkan dasar intervensi
3. Menunjukkan aktivitas untuk selanjutnya.
sikap yang tenang meningkatkan 3. Memberikan
(1 ke 3) pencapaian dan pengawasan dan
pembelajaran innteraksi yang
Ket : dengan memenuhi memadai dan

23
1 : tidak pernah kebutuhan hidup baik pada anak
5. Dorong
menunjukkan 4. Dengan
penggunaan
2 : jarang mestimulasi
program multi
menunjukkan perkembangan
stimulasi
3 : kadang – kadang klien dengan
6. Berikan stimuli
menunjukkan aktivitas mampu
sensori yang
4 : sering meningkatkan
terencana
menunjukkan 7. Berikan jeda untuk hubungan klien
5 : secara konsisten istirahat dengan orang
8. Berikan informasi
menunjukkan lain
per bagian bagian
5. Dengan adanya
kecil yang konkrit
program multi
9. Minta klien untuk
stimulasi dapat
mengulang
meningkatkan
informasi
pembelajaran
klien
6. Dengan adanya
sistem stimuli
yang terencana
dapat
memaksimalkan
kebutuhan klien
7. Dengan istirahat
dapat
memaksimalkan
aktivitas
selanjutnya
untuk klien
8. Penjelasan ysng
konkrit

24
dibutuhkan agar
klien dapat
memahami
setiap tindakan-
tindakan yang di
berikan
9. Pengulangan
intruksi oleh
klien diperlukan
untuk
mengetahui
sejauh mana
pemahaman
klien

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun
di rumah. Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai
dengan masa dewasa. ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-
kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh
para professional kesehatan mental. Konsensus pendapat professional
menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah
mengidap ADHD. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ADHD
antara lain : Keluyuran berhubungan dengan Gangguan Psikologis,
Ketidakefetipan Kontrol Implus berhubungan dengan Gangguan Fungsi
Kognisi dan Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan
Proses Pikir

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
dapat menunjang proses perkuliahan, kritik dan saran diperlukan untuk
membangun makalah ini.

26
27
DAFTAR PUSTAKA

1. Hull, David. (1989). Kesehatan anak : pedoman bagi orang tua.


Jakrta : ArcanSacharin, Rosa M. (1996). Prinsip keperawatan
pediatrik, Edisi 2 Jakarta : EGC
2. Kaplam & Sadock dkk. (1997). Sinopsis psikiatri; ilmu pengetahuan
perilaku psikiatri klinis, Jilid 2, Edisi 7. Jakarta: Bina Rupa Aksara
3. ownsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Di
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
4. Betz, Cecily L dan Sowden Linda. A.2002.Buku Saku Keperawatan
Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
5. Nurhayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
6. Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
MedikaArdi

28

Anda mungkin juga menyukai