Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasari oleh Undang-

Undang Nomor 22 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menyebutkan bahwa

desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah (pusat)

kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi

daerah ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan

umum dan daya saing daerah. Demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

terlaksananya pembangunan yang diharapkan, sangatlah perlu untuk

memperhatikan pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu tujuan

mendasar dari pembangunan suatu daerah.

Kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar di samping

pendidikan. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, hal yang fundamental

untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti

makna pembangunan. Kesehatan dapat juga dilihat sebagai komponen

pertumbuhan dan pembangunan yang vital sebagai input fungsi produksi agregat.

Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan sangat

penting dalam pembangunan ekonomi (Todaro, 2011: 445).

1
Untuk merencanakan pembangunan suatu daerah, bahkan suatu negara

sekalipun, seorang perencana harus merencanakan segala sesuatu dalam segala

aspek, terutama aspek ekonomi. Karena pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

adalah indikator utama yang digunakan sebagai indikator maju atau tidaknya

suatu daerah ataupun negara. Selain itu, agar tujuan perencanaan dapat tercapai

sesuai dengan harapan dan juga tepat sasaran, untuk merencanakan pembangunan

ekonomi dan mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah memerlukan data

statistik guna merencanakan strategi, mengambil keputusan dan evaluasi hasil

pembangunan yang telah dicapai sebelumnya.

Perencanaan pembangunan daerah bukalah perencanaan dari suatu daerah,

melainkan perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan pembangunan daerah

dapat dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta

dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung

jawab (Kuncoro, 2012: 3).

Peranan perencanaan pembangunan sangat penting sehingga menjadi bagian

tak terpisahkan sebagai suatu kebutuhan untuk menyusun rancangan kebijakan,

program dan kegiatan yang secara konsistensi menuju pada cita-cita yang

disepakati dan diharapkan bersama. Fungsi perencanaan diperlukan untuk

menjelaskan dan memberikan mekanisme pengambilan keputusan yang rasional

dan bertanggung jawab atas berbagai pilihan.

Pembangunaan kesehatan sangat penting untuk menciptakan sumberdaya

manusia yang berkualitas, yang akan berdampak positif terhadap pembangunan

serta pertumbuhan ekonomi sehingga pembangunan di bidang kesehatan ini harus

2
dapat dilakukan secara terencana, terarah, komprehensif dan berkelanjutan. Hal

ini diperlukan adanya perencanaan sebagai pedoman serta pemberi arah dalam

pelaksanaan pembangunan kesehatan.

Rencana strategis (Renstra) bidang kesehatan Kabupaten Jayawijaya dibuat

sesuai dengan visi pembangunan Kabupaten Jayawijaya yaitu “Terwujudnya

Masyarakat Jayawijaya yang Berkualitas, Berbudaya dan Mandiri”. Pada rincian

di bidang kesehatan menyebutkan kata berkualitas, dengan artian penyelenggaraan

pelayanan kesehatan di Kabupaten Jayawijaya memiliki standar kualitas yang

baik dan terkemuka di pegunungan tengah Papua. Pelayanan kesehatan yang

memadai, penyediaan sarana prasarana kesehatan yang baik, penyediaan

sumberdaya pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta didukung oleh partisipasi

masyarakat. Salah satu maksud Restra tersebut adalah untuk menjamin adanya

kosistensi perencanaan, pemilihan program, dan kegiatan prioritas oleh Dinas

Kesehatan sesuai dengan kebutuhan Kabupaten Jayawijaya di bidang kesehatan.

Hal ini juga bertujuan memberikan arahan bagi penyusunan dokumen

perencanaan tahunan lainnya dalam rangka singkronisasi program dan kegiatan di

bidang kesehatan dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Jayawijaya.

Perencanaan pembangunan di bidang kesehatan, baik dalam bentuk

program, kebijakan, maupun kegiatan akan sia-sia sebagai sebuah dokumen jika

tidak dikaitkan dengan penganggaranya. Karena anggaran merupakan bagian yang

sangat penting untuk merealisasikan rencana dan target-target pembangunan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Namun di sisi lain, keterbatasan anggaran semakin

menuntut adanya perencanaan yang matang agar pemanfaatan sumberdaya yang

3
tersedia benar-benar dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain agar

sasaran pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya benar-benar tercapai

sesuai dengan target. Oleh karena itu, fungsi perencanaan dan penganggaran

merupakan hal yang sangat penting (Fitry, 2012: 5).

Konsistensi perencanaan dan penganggaran penting diperhatikan karena

merupakan indikator dalam menilai kinerja pemerintah daerah. Hal ini sangat

mempengaruhi tercapainya visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijakan yang telah

direncanakan dalam dokumen perencanaan. Konsistensi perencanaan dan

penganggaran memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan pembangunan

untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, melalui program-program

kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Alur proses perencanaan dan penganggaran menurut sinkronisasi dari setiap

proses tahapannya, hal ini dapat dilihat dari Gambar 1.1.

Sumber: Undang-Undang No.25 Tahun 2004


Gambar 1.1 Alur Perencanaan dan Penganggaran

4
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 153 menyatakan bahwa

perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan

konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pengawasan. Begitu pula

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 pasal 2 ayat 4 menyatakan bahwa sistem

perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk mendukung koordinasi

antarpelaku pembangunan; menjamin tercapainya intergrasi, sinkronisasi, dan

sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah, maupun

antarpusat dan daerah. Dengan menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan

partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara

efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Permasalahan yang sering muncul

adalah dokumen perencanaan belum sepenuhnya digunakan sebagai acuan dalam

menyusun rencana kegiatan tahunan sehingga antara program dan kegiatan yang

direncanakan seringkali tidak konsisten dengan program dan kegiatan yang

dianggarkan. Idealnya jika program dan kegiatan yang direncanakan dengan yang

dianggarkan harus sama.

Pada prinsipnya, perencanaan dan penganggaran harus terpadu, konsistensi

dan sinkron satu sama lain. Hal ini dikarenakan penganggaran adalah media untuk

mewujudkan target-target kinerja yang direncanakan. Tanpa perencanaan, Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) cenderung tidak fokus dan bersifat reaktif

sehingga terjadi ketidak efektifan dan ketidakefisienan.

Begitu pula untuk mendukung pembangunan, di mana salah satu visi dan

misi Bupati Kabupaten Jayawijaya yang bertujuan agar terwujudnya masyarakat

5
yang sehat, maka untuk perlunya adanya perencanaan dan penganggaran yang

baik. Dengan kata lain bahwa perencanaan yang tersusun harus didukung oleh

penganggaran dan begitu pula dalam penyusunan anggaran harus konsisten dan

sinkron dengan dokumen perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa konsistensi antara perencanaan dan

penganggaran penting diperhatikan karena merupakan indikator dalam menilai

kinerja pemerintah daerah, maka perlunya konsistensi perencanaan dan

penganggaran sehingga pembagunan dapat terlaksana sesuai dengan yang

diharapkan. Hal ini yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti dengan

mengambil judul “ Analisis Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Studi

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, 2014”.

1.2 Keaslian Penelitian

Berbagai penelitian mengenai perencanaan dan penganggaran dengan topik

serta lokasi yang berbeda telah banyak dilakukan. Sebagai acauan dan sebagai

pembanding, berikut adalah uraian-uraian singkat mengenai penelitian-penelitian

yang relevan dengan penelitian ini.

1. Saifuddin (2007), meneliti tentang perencanaan dan penganggaran program

KIA pada Puskesmas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui

studi kasus yang bersifat deskriptif, berdasarkan pada proses perencanaan dan

penganggaran puskesmas di Kota Banjar. Tujuan umum penelitian ini untuk

mengetahui proses perencanaan dan penganggaran program KIA dikaitkan

dengan pelaksanaan SPM pada puskesmas di Kota Banjar. Tujuan khususnya

adalah untuk mengetahui proses analisis situasi, penentuan tujuan, identifikasi

6
kegiatan, dan penghitungan anggaran pada perencanaan dan penganggaran

program KIA di Puskesmas; mengetahui hasil perhitungan anggaran yang

dilakukan tim P2KT Puskesmas; menghitung jumlah anggaran berdasarkan

template UW SPM, dan memberi rekomendasi alternatif metode

penganggaran yang tepat untuk Kota Banjar.

2. Mulyanto (2009), meneliti tentang responsibilitas kebijakan perencanaan dan

penganggaran. Penelitian ini menggunakan Dokumen RKPD, PPAS, dan

APBD tahun 2008 dari aspek Pro Job, Pro Poor, dan Pro Growth di

Kabupaten Palopo, Semarang, Klaten, Nagan Raya, Aceh Jaya, Simalungun,

Malang, dan Probolinggo.

3. Blondal, et al. (2009), meneliti tentang Budgeting in Indonesia. Hasil

penelitiannya disimpulkan bahwa penekanan parlemen pada detail anggaran

menghambat keberhasilan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah

dan penganggaran kinerja, masih terjadinya negosiasi politik. Pada asumsi

ekonomi dan proyeksi keuntungan yang mendasari anggaran, keanggotaan

panitia anggaran di Indonesia dapat mempersulit peran pengawasan, banyak

kekuatan komisi anggaran berasal dari pengaturan informal, sebagai contoh,

keputusan akhir parlemen dilakukan dengan konsensus yang dicapai melalui

negosiasi informal dan diskusi antara berbagai pihak (kelompok) daripada

suara mayoritas, hal ini menghambat transparasi, dimana konsensus terjadi

tanpa sepengetahuan publik/masyarakat.

4. Adesopo (2011), meneliti tentang Inventing participatory planning and

budgeting for participatory local governance in Nigeria. Penelitian ini

7
bertujuan untuk mengusulkan pilihan pembuatan dan pelembagaan tata kelola

pemerintahan yang partisipatif, dan khususnya penganggaran yang partisipatif

dalam administrasi pemerintah lokal Nigeria. Penelitian ini juga bertujuan

untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi yang mendukung dan yang

diperlukan bagi perencanaan dan penganggaran.

5. Meldayeni (2011), meneliti tentang konsistensi perencanaan dan

penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dan komparatif. Penelitian ini ditujukan pada perencanaan

dan penganggaran dalam 4 tahun anggaran yaitu tahun anggaran 2007-2010.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen RPJMD

tahun 2006-2011, RKPD, KUA, PPAS dan APBD tahun 2007-2011. Dimana

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsistensi antara perencanaan

dan penganggaran bidang kesehatan di Kota Solok serta sebab-sebab apabila

terjadi ketidakkonsistenan; menganalisis pencapaian derajat kesehatan

masyarakat di Kota Solok; serta menyusun implikasi kebijakan yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan konsistensi perencanaan dan penganggaran

bidang kesehatan dalam pencapaian sasaran dan tujuan.

6. Fitry (2012), meneliti tentang konsistensi perencanaan dan penganggaran

bidang kesehatan di Kota Lubuklinggau. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan perpaduan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian ini menganalisis konsistensi antara perencanaan dan penganggaran

bidang kesehatan tahun 2010 di kota Lubuklinggau yang dilihat melalui

8
dokumen perencanaan dan penganggaran kota Lubuklinggau seperti RPJPD,

RPJMD tahun 2008-2013, RKPD tahun 2010.

7. Purnamasari dan Mahaeni (2013), meneliti mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi perencanaan dan penganggaran kesehatan Bersumber APBD

sebagai suatu kajian lieratur.

8. Astuti (2014), meneliti tentang jenjang karier kepuasan kerja PNS di

lingkungan Sekretariat Jenderal Kementrian. Penelitian ini menggunakan

pendekaan kuantiaif dengan pendekatan yang dilakukan melalui eksperimen

atau survei dengan menggunakan pertanyaan postpositivist untuk menguji

suatu teori (Creswell, 2003). Tempat penelitian di Biro Perencanaan dan

Anggaran, Kementerian Kesehatan pada bulan Agustus-Oktober 2013.

9. Kurniawati (2014), meneliti mengenai dinamika pelembagaan partisipasi

perempuan Desa Wonolelo Kabupaten Bantul dalam perencanaan dan

penganggaran daerah. Penelitian ini adalah penelitian secara kualitatif dengan

menggunakan metode studi kasus.

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitan

sebelumnya terletak dari daerah penelitian, tahun penelitian dan pada beberapa

penelitian-penelitian mengambil studi kasus pada bidang kesehatan sedangkan

pada penelitian yang dilakukan penulis ini adalah mengambil studi kasus pada

Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa konsistensi perencanaan dan

penganggaran penting diperhatikan karena merupakan indikator dalam menilai

9
kinerja pemerintah daerah, maka perlunya konsistensi perencanaan dan

penganggaran sehingga pembagunan dapat terlaksana sesuai dengan yang

diharapkan. Adapun hasil audit BPK mengenai realisasi anggaran, di mana

terdapat ketidakkonsistensian anggaran pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Jayawijaya, 2011. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk meneliti dengan

mengambil judul “Analisis Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran Studi

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, 2014”.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini fokus pada sejauh mana konsistensi perencanaan

dan penganggaran. Bila dilihat berdasarkan perumusan masalah di atas, maka

pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana konsistensi perencanaan dan

penganggaran yang terjadi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, 2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berisikan sasaran yang secara spesifik dengan apa

yang yang ingin dicapai penulis. Dengan mengacu pada perumusan masalah dan

pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah

untuk menganalisis baik atau tidaknya konsistensi perencanaan dan penganggaran

pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, 2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan masukan serta

bahan evaluasi untuk proses perencanaan dan penganggaran yang lebih baik

10
di Kabupaten Jayawijaya terlebih khusus pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Jayawijaya.

2. Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penulis yang ingin untuk

meneliti mengenai konsistensi perencanaan dan penganggaran.

1.7 Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan di Kabupaten Jayawijaya terlebih khusus pada

Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya. Perencanaan dan penganggaran menjadi

fokus penelitian ini dengan mengacu pada dokumen-dokumen perencanaan dan

penganggaran yang ada pada tahun 2014.

1.8 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan, memuat latar

belakang dilakukannya penelitian, keaslian penelitian, rumusan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka, berisi teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu. Bab

III Metode Penelitian, terdiri atas analisis data, jenis dan sumber data, dan

pengolahan data. Bab IV Analisis, terdisri atas deskripsi data, analsis mengenai

dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran. Bab V Simpulan dan Saran,

memuat simpulan, keterbatasan, dan saran.

11

Anda mungkin juga menyukai