Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

A. Definisi
Bronkopneumonia adalah infeksi yang dimulai dari bronkiolus terminal, yang
tersumbat dengan eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang terkosolidasi
pada lobus-lobus didekatnya. (Wong, 2008:953)
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang ditandai dengan
gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare,
serta batuk kering dan produktif. (Hidayat, 2008:111)
Bonkopneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 2005:804).

B. Etiologi
Menurut Ningrumwahyuni (2009), penyebab bronkopneumonia yang biasa
dijumpai adalah faktor infeksi, yaitu:
1) Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa, Streptococcus pneumoniae
dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan Staphylococcus
aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif dengan
mortilitas tinggi.
2) Virus: Respiratory syncitial virus, adenovirus, cytomegalovirus, virus influenza.
3) Jamur: Histoplasmosis, Candida albicans
4) Aspirasi: Makanan, cairan lambung.
5) Inhalasi: Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
C. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui saluran
pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus
lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau
bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara
progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam
empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada perabaan
banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke
dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan
mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di
dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan
dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada
struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).

D. Faktor Resiko
1) Infeksi saluran nafas atas (ISPA)
2) Kekurangan nutrisi
3) Umur dibawah 2 bulan
4) Tidak mendapat ASI yang cukup
5) Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.

E. Tanda Dan Gejala (Ngantiyas, 2005:58)


1) Didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
2) Didahului dengan ISPA sampai beberapa hari
3) Suhu meningkat antara 39 – 40 C kadang disertai dengan kejang karena demam
4) Anak sangat gelisah
5) Dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung dan
sianosis disekitar mulut harus difikirkan pneumoni, batuk mula mula kering kemudian jadi
produktif.
6) Muntah dan diare
7) Mula-mula batuk kering, selanjutnya batuk produktif
8) Auskultasi torax adanya ronki basah nyaring, halus dan sedang
9) Bila sarang broncopneumoni menjadi satu (konfluens) mungkin Perkusi terdengar
keredupan dan suara nafas pada auskultasi terdengar mengeras.
10) Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi.
11) Tanpa pengobatan penyembuhan dapat terjadi setelah 2-3 minggu. (FKUI: 1230)
12) Retraksi dinding dada

F. Pencegahan
1) Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian
yang berpotensi penularan.
2) Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA
3) Membiasakan pemberian ASI
4) Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek.

G. Kompikasi (Ngantiyas, 2005:58)


1) Empisema
2) Otitis media akut
3) Atelektasis
4) Meningitis

H. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen Thoraks foto: Terdapat gambaran bercak-bercak infiltrate atau konsolidasi pada
foto posterio-anterior lateral pada satu lobus atau kedua lobus. Yang lebih sering terkena
adalah pada lobus inferior, lobus tengah dan lobus atas juga bisa terkena.
2) Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan peningkatan leukosit 15.000-40.000/mm3, LED
meningkat hingga 100mm/jam.
3) Pemeriksaan urin lengkap: urinnya biasa berwarna lebih tua, terdapat albuminuria ringan
karena suhu yang naik atau torak hialin.
4) GDA: menunjukkan hipoksemia atau asidosis metabolic

I. Penatalaksanaan
1) Klien diposisikan semifowler 45 derajat untuk inspirasi maksimal.
2) Pemberian oksigen 1-2 Liter/mnt.
3) Infus D10% : NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10mEq/500ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat
badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
4) Pemberian Aminofillin yaitu bronkodilator untuk melebarkan bronkus
5) Pemberian Antibiotik Penisillin secara intramuskular 2x600.000 unit sehari.
6) Penisillin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai klien tidak mengalami
sesak napas lagi selama tiga hari dan tidak ada komplikasi lain.
7) Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
8) Pengobatan simtomatis, Nebulezier, Fisioterapi dada.
9) Pemberian nutrisi yang adekuat

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Anak yang berumur kurang dari 4 tahun lebih rentan terkena bronkopnemonia
dari pada orang yang lebih tua. Sosial ekonomi yang rendah akan berpengaruh
pemenuhuan nutrisi yang baik dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.
b. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping
hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang disertai muntah dan
diare.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Bronchopenemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian
atas, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah terserang infeksi saluran nafas bagian atas. Anak yang menderita
pnemonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada anggota
keluarga yang lain.
f. Lingkungan
Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi buruk (kurang
cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh). Lokasi rumah sekitar pabrik, atau
pinggir jalan raya.
g. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pengkonsumsi rokok, kasur yang tidak pernah dijemur, kasur terbuat dari bahan
kapuk.
h. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pemenuhan nutrisi terganggu karena adanya mual yang disebabkan adanya penum pukan
sekret pada saluran nafas, mual, muntah, penurunan berat badan, nafsu makan menurun
dimana anak malas minum, diare

i. Hygiene perseorangan
Penurunan hygiene perseorangan karena anak demam sehingga tidak tidak dimandikan
atau diseka karena ibu takut anaknya kedinginan.
j. Aktivitas, istirahat dan bermain
Istirahat anak terganggu karena adanya sesak nafas, batuk dan demam.
k. Eliminasi miksi dan defekasi: tidak ada permasalahan namun bila sampai terjadi
dehidrasi dan demam maka produksi urine akan menurun.
l. Pemeriksaan fisik
1) TTV: nadi teraba cepat
RR meningkat
suhu meningkat 39C-40C
2) Kepala dan leher: bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat muncul ubun ubun
cekung, mata cowong, sclera: putih, konjungtiva merah muda, ada pernafasan
cuping hidung, sedikit serumen di hidung, mukosa bibir kering dan sianosis
disekitar mulut, kebersihan gigi, lidah biasanya terdapat bekas susu,
palatumnya sudah terbentuk, pada leher biasanya terdapat lipatan kulit, ada/tidak
pembesaran kelenjar tiroid.
3) Thorax : penggunaan otot bantu nafas (sternum cledomastoideus), dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, Bila sarang broncopneumoni menjadi satu
(konfluens) mungkin Perkusi terdengar keredupan dan suara nafas pada auskultasi
terdengar mengeras, retraksi dada sedang, batuk dengan atau tanpa sputum dan
terdengar ronki basah nyaring halus/ sedang/wheezing.
4) Perut: bising usus(+), pasien diare ada distensi abdomen dan turgor kulit.
5) Genetalia: bersih atau tidak pada daerah sekitar genetalia.
6) Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit lembab
karena sesak, turgor kulit mungkin menurun, akral hangat, CRT dapat > 2 detik,
dan pergerakkan dari pasien.
m. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Perkembangan biologis pada anak usia 3 tahun (toddler)
a) Perubahan proporsional (Pertumbuhan melambat selama masa toddler)
- Berat badan adalah 1,8 sampai 2,7 kg per tahun. Berat rata-rata pada usia 2 tahun
adalah 12 kg. berat badan menjadi 4x berat lahir pada usia 2 ½tahun.
- Kecepatan penambahan tinggi badan juga melambat. Penambahan tinggi yang
biasa adalah 7,5 cm per tahun dan terutama pada perpanjangan tungkai dan bukan
batang tubuh. Rata-rata anak usia 2 tahun adalah 86,6 cm.
- Kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat pada akhir masa bayi, dan
lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar dada pada usia 1 dan 2 tahun. Total
pertambahan lingkar kepala umumnya selama tahun kedua adalah 2,5 cm.
Fontanela anterior menutup antara usia 12 hingga 18 bulan.
- Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan melebihi lingkar kepala pada masa
toddler.
b) Perubahan sensoris
- Ketajaman penglihatan 20/40 dianggap bisa diterima selama masa
toddler. Persepsi yang dalam terus-menerus berkembang, tetapi karena anak
belum memiliki koordinasi motorik, bahaya yang masih terus adalah jatuh.
- Indra pendengaran, penciuman, pengecapan dan perabaan menjadi semakin
berkembang, saling terkoordinasi satu sama lain, dan berhubungan dengan
pengalaman lain.
c) Maturasi system
Sebagian besar system fisiologis relative matur pada akhir masa toddler.
Volume saluran pernafasan dan pertumbuhan struktur yang bersangkutan terus
bertambah selama masa kanak-kanak awal, mengurangi beberapa factor yang
membuat anak rentan mengalami infeksi secara sering dan serius pada masa bayi.
Struktur internal telinga dan tenggorokan terus memendek dan lurus, dan jaringan
limfoid tonsil dan adenoid terus bertambah besar. Akibatnya, sering terjadi otitis
media, tonsillitis, dan infeksi saluran nafas atas.
d) Perkembangan motorik kasar dan halus
- Motorik kasar
Pada usia 12 dan 13 bulan toddler sudah dapat berjalan sendiri dengan jarak
kedua kaki melebar untuk keseimbangan ekstra dan pada 18 bulan mereka
mencoba untuk berlari tetapi mudah jatuh. Pada usia 2 tahun toddler dapat
berjalan menaiki dan menuruni tangga, dan pada usia 2½ tahun mereka dapat
melompat, menggunakan kedua kaki, berdiri pada satu kaki selama satu atau dua
detik, dan melakukan beberapa langkah dengan berjinjit. Pada akhir tahun kedua
mereka dapat berdiri dengan satu kaki, berjalan jinjit, dan menaiki tangga dengan
berganti-ganti kaki.
- Motorik halus
Pada usia 12 bulan toddler mampu menggenggam sebuah benda kecil tetapi tidak
mampu melepaskan sesuai keinginanya. Menangkap atau melempar benda dan
menangkapnya kembali menjadi aktivitas yang obsesif pada usia sekitar 15 bulan.
Pada usia 18 bulan toddler dapat melempar bola dari tangan tanpa kehilangan
keseimbangan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus berlebih
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar dan kapiler
c. Kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan sekunder akibat dengan mual
dan muntah.
d. Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bekterimia/viremia

2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Ketidakefektifan Tujuan: Pasien 1) Jelaskan pada -Peradangan pada
bersihan jalan menunjukkan keefektifan orangtua parenkim paru
nafas bersihan jalan nafas setelah penyebab menyebabkan
berhubungan dilakukan ketidakefektifan produksi sekret
dengan mucus tindakan keperawatan bersihan jalan meningkat
berlebih dengan kriteria hasil: nafas - Mukolitik dapat
- RR normal (20-28 2) Lakukan mengencerkan sekret
x/menit) penguapan dan bronkodilator
- Ronkhi berkurang/tidak memakai alat dapat melebarkan
terdengar ronkhi berocare/nebu bronkus/jalan nafas.
- Sesak nafas lizer dengan - Meningkatkan
berkurang/tidak sesak lagi terapi mukolitik ekspansi paru
- Sputum berkurang, dan - Membantu masukan
kepekatan sputum bronkodilator O2, membunuh
berkurang. 3) Bantu pasien bakteri, melebarkan
untuk mengubah bronkus.
posisi
semifowler
4) Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat antibiotik,
brokodilator,oksi
gen.
2. Gangguan Tujuan: Pasien 1) Jelaskan pada - Gangguan
pertukaran gas menunjukkan perbaikan orangtua penyebab pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas setelah gangguan pertukaran disebabkan karena
pertukaran gas dilakukan gas. adanya penumpukan
berhubungan tindakan keperawatan 2) Tingkatkan tirah sekret
dengan dengan kriteria hasil: baring, batasi didalam alveoli.
perubahan - Pasien tidak sesak/sesak aktivitas dan bantu - Aktivitas dapat
membrane berkurang kebutuhan meningkatkan
alveolar dan - Tidak sianosis perawatan diri konsumsi oksigen
kapiler - Tidak ada retraksi dan sehari-hari sesuai dan dapat
tidak ada nafas cuping kebutuhan pasien. memperberat
hidung. 3) Pemberian gejala
- RR normal (20-28 oksigen sesuai - Terapi oksigen
x/menit). kebutuhan dapat mengkoreksi
hipoksemia yang
terjadi

3. Kekurangan Tujuan: Anak tidak 1) Jelaskan pada ibu - Masukan oral yang
cairan mengalami kekurangan tentang pentingnya adekuat dapat
berhubungan cairan setelah dilakukan masukan oral yang mengganti
kehilangan tindakan adekuat bagi anak kehilangan cairan
cairan aktif keperawatan dengan 2) Jelaskan dan akibat diare.
akibat kriteria hasil: anjurkan ibu untuk - ASI penting untuk
BAB leboih dari - Mukosa bibir lembab tetap memberikan mencegah
2 kali sehari - Mata tidak cowong ASI kekurangan
- Turgor kulit normal 3) Kolaborasi cairan,sebagai
(kembali dalam waktu < 2
dengan dokter dalam sumber nutrisi dan
detik)
pemberian cairan sebagai antibody
- Cairan IV
melalui IV sesuai
ketentuan untuk mengganti cairan
dehidrasi dan yang hilang karena
muntah. muntah agar terjadi
keseimbangan cairan.

4. Hipertermi Tujuan: Pasien mengalami 1) Jelaskan kepada - penyebab demam


berhubungan penurunan suhu setelah orang tua penyebab adalah proses infeksi
dengan reaksi dilakukan tindakan demam. yang terjadi di dalam
sistemik keperawatan dengan 2) Berikan kompres tubuh sehingga
bekterimia atau kriteria hasil : air hangat memicu terjadinya
viremia - Pasien panasnya turun 3) Anjurkan peningkatan suhu.
(36,5-37,5C) orangtua - Kompres air hangat
- Kulit tidak tampak memberikan pakaian mampu membantu
kemerahan tipis dan menyerap tubuh untuk
- Akral hangat keringat. mengeluaarkan panas
4) Kolaborasi dengan cara
dengan dokter untuk konduksi.
pemberian antibiotik - Pakaian tipis
dan antipiretik (10- mempercepat
15mg/kgBB) penurunan suhu
dengan cara radiasi.
- Membantu dalam
menurunkan panas,
membunuh bakteri.

K. Evaluasi

1. RR normal (20-28 x/menit), Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi, Sesak nafas


berkurang/tidak sesak lagi, Sputum berkurang, kepekatan sputum berkurang, warna
sputum putih.
2. Pasien tidak sesak/sesak berkurang, Tidak sianosis, Tidak ada retraksi dan tidak ada nafas
cuping hidung.
3. Mukosa bibir lembab, Mata tidak cowong, Turgor kulit normal (kembali dalam waktu < 2
detik)
4. Pasien mengalami penurunan suhu
Daftar pustaka

Capernito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. (2000). Alih bahasa: Monica
Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. (1999). Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimun. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk pendidikan kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (2005). alih bahasa
Huriawati, Hartanto. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (2008). Alih Bahasa: Andry
Hartono, dkk. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. (2008). Alih bahasa: Monica
Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC
2) Perkembangan psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan pada masa toddler adalah menguasai sensasi
autonomi sementara mengatasi sensasi ragu dan malu.
3) Perkembangan kognitif
Tahap pra operasional

Pathway Bronkopneumoni anak

Bersihan jalan Hipertermi


nafas tidak
efektif

Gangguan
pertukaran
gas

Kekurangan
volume cairan
LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

Oki miftakhurrizqi P1337420215105

Tingkat 2 C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2017

Anda mungkin juga menyukai