Ketika sebuah reaktor nuklir mengalami kerusakan yang bisa menyebabkan paparan
raadiasi keluar maka, lingkungan sekitarnya akan menghadapi kondisi darurat. Berikut ini adalah
beberapa fakta mengenai penyebab bahaya radiasi nuklir untuk manusia :
Ketika reaktor nuklir mengalami kerusakan maka akan mengeluarkan bahan yodium radioaktif
dan cesium
Semua bahan energi yang keluar dari lingkungan reaktor nuklir akan berbahaya untuk tubuh
karena bisa menyebabkan kerusakan sel-sel tubuh.
Nuklir bisa menyebabkan kerusakan DNA tubuh sehingga bisa menyebabkan perubahan sel
sehat menjadi sel kanker
Yodium yang radioaktif yang dikeluarkan oleh reaktor nuklir bisa menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid
Bahan cesium radioaktif yang dikeluarkan oleh reaktor bisa tinggal dalam lingkungan selama
lebih dari raturan tahun. Sehingga bahan-bahan ini akan menyebabkan efek kesehatan jangka
panjang.
Bahaya radiasi nuklir memang sangat besar untuk manusia dan juga lingkungan dunia.
Ketika terjadi kecelakaan atau kejadian dari sebuah reaktor nuklir maka bahaya bisa mengancam
manusia selama beratus-ratus tahun.Berikut ini beberapa ancaman bahaya radiasi nuklir :
Masalah kondisi pendarahan pada saluran pencernaan ini, juga sering diakibatkan oleh :
bahaya kopi
bahaya akibat terlalu banyak minum air putih
bahaya meletakkan HP di bawah bantal
3. Kulit Terbakar
Kulit terbakar menjadi salah satu efek yang sangat berbahaya dari radiasi nuklir. Kulit
akan menjadi merah dan terbakar seperti terkena api. Bagian kulit luar akan terus mengelupas
bahkan jika terkena air. Selain itu, juga bisa menyebabkan rambut rontok dan tidak bisa tumbuh
lagi.
bahaya etanol
bahaya diabetes
bahaya formalin
Program pengolahan limbah radioaktif itu ditunjukkan untuk menjamin agar tidak
seorang pun akan menerima radiasi melebihi nilai batas maksimal yang diizinkan.terhadap hal-
hal unik yang menguntungkan dalam rangka pengolahan limbah radioaktif.:
1. Sifat fisika zat radioaktif yang selalu meluruh menjadi zat stabil (tidak radioaktif lagi). Karena
terjadi peluruhan, maka jumlah zat radiaktif akan selalu berkurang oleh waktu. Sifat ini sangat
menguntungkan karena cukup hanaya menyimpan secara aman, zat radioaktif akan berkurang
dengan sendirinya.
2. Sebagian besar zat radiaktif yang terbentuk dalam keras reactor nuklir yang umumnya memiliki
waktu paro yang sangat pendek, mulai ordo beberapa detik hingga beberapa hari. Hal ini
menyebabkan peluruhan zat radioaktif yang sangat cepat yang berarti menjadi pengurangan
volume limbah yang sangat besar dalam waktu yang relative singkat.
3. Saat ini berasil dikembangkan beberapa jenis alat ukuran yang sangat peka terhaap radiasi.
Dalam ukuran ini keberadaan radioaktif sekekcil apapun selau dapat dipantau.[2]
1. Jenis-Jenis Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif berasosiasi dengan reaksi nuklir memiliki kategori yaitu limbah
komersil yang merupakan hasil dari operasi fasilitas listrik tenaga nuklir, dan limbah militer yang
merupakan hasil dari operasi reactor yang berasosiasi dengan pabrikasi senjata. Karena bahan
bakar dari reactor produksi plutonium diperlukan oleh senjata memiliki radiasi yang lebih lemah
dari pada nuklir yang digunakan di PLTN, limbah militer yang mengandung lebih sedikit produk
fisi dan reaktif limbah PLTN baik secara radiologis berbahaya dan memerlukan pembuangan
yang hati-hati.
PLTN mengunakan batang – batang bahan bakar dengan rentang usia setiap tiga tahun.
Tiap tahun sekitar seperi tiga batang bahan bakar yang habis dibuang dan disimpan dalam
lembah pendinginan, baik didalam lokasi reactor maupun di tempat lain . PLTN modern
umumnya membuang sekitar 30 ton bahan bakar yang teleh habis per reactor setiap
tahunnya.sedikit dari limbah ioni masih dapat didaur ulang dan kembali digunakan. Sebenarnya
daur ulang justru meningkatkan volume limbah radioaktif, namun seperti dalam kasus limbah
militer, limbah dari daur ulang limbah sebelumnya ini lebih lemah dalam jangka panjang. Walau
begitu limbah dari daur ulang juga harus dibuang dengan hati-hati.
Bahan bakar yang habis dari sebuah reactor mengandung uranium tak berguna dan
plutonium-239 yang teleh dibuat dengan pengeboman neutron saat proses fisi.campuran lain
limbah ini adalah cesium-137 dan strontium-90 yang merupakan produk fisi yang sangat
radioaktif dan berbahaya. Karana bahan bakar daur ulang mengandung plutonium, sesuai untuk
membuat senjata nuklir, terdapat pertimbanagan keamanan atas kemungkinan limbah ini direbut
oleh agen atau teroris yang tidak memiliki kapasitas senjata nuklir.selain kategori berdasrkan
sumber, limbah radioaktif juga dapat digolongkan berdasarkan isinya: limbah tingkat tinggi
mengandung 99,9% produk fisi non volatile, 0.5% uranium dan plutonium, semua aktinida yang
terbentuk oleh transmutasi uranium dan plutonium di reactor. Diantara aktinida ini adalah
neptunium dan americium. Limbah tingkat tinggi dapat berupa cairan dari daur ulang atau berupa
dari batang bahan bakar yang dibuang tanpa daur ulang.
Limbah wadah terdiri dari potongan padat zircaloy dan wadah baja tahan karat (tabung
dimana bahan bakar disimpan) serta structural lain nya rakitan bahan bakar yang tersisa setelah
inti akhir telah terlarut.
Limbah transuranik tingkat rendah adalah bahan zat padat atau didapatkan yang
mengandung plutonium atau pemancar partikel alfa berumur panjang lainnya dalam kosentrasi
yang diketahui atau didugari 10 lebih tinggi dari 10 nanocurie pergram dan tingkat radiasi
eksternal setelah pengemasan cukup rendah untuk memungkinkan penanganan langsung.
Sumber : http://www.faktailmiah.com
Gambar 10.1. penanganan limbah pada reactor nuklir.
Limbah transuranik tingkat sedang adalah bahan padat atau dipadatkan yang mengandung
bahan partikel alpha berumuran panjang atau berkosentrasi lebih dari 10 nano curie per gram dan
setelah pengemasan memiliki dosis permukaan antara 10 dan 1000 mrem/jam karena
pencemaran produk fisi.lembah tingkat rendah non transuranik adalah beraneka ragam yang
tercemar dengan isotop pemancar beta dan gamma tingkat rendah, namun mengandung kurang
dari 10 nanocurie aktifitas alpha berumur panjang per gram.[3]
Limbah radioaktif (LRA yang dihasilkan dari penggunaan tenaga nuklir, berdasarkan
konsentrasi dan asalnya dikelompokkan menjadi HLW (High Level Waste) dan LLW (Low
Level Waste). Sebagai contoh, Tabel 1 menunjukkan pengelompokan dan jenis LRA yang
dihasilkan, dan Gambar 1 menunjukkan asal dan jenis LRA.
1. Limbah uranium
Limbah uranium dihasilkan dari proses konversi dan fabrikasi bahan bakar serta dari
mesin sentrifugal pada saat proses pengayaan. Jenis limbah ini mempunyai waktu paro yang
sangat panjang walaupun aktivitas radiasinya rendah dan tidak dapat disimpan pada fasilitas
penyimpanan tanah dangkal.
Pemilihan dominan adalah penyimpanan bawah tanah. Masih ada metode lain yang
diajuakan para ilmuan nuklir. Metode rongga batang larutan, dimana larutan kimia digunakan
untukmenggali rongga dalam media yang sesui, seperti garam batu. Metode matriks lubang
bor dimana pada sederetan lobang yang ukuran deameter besaryang d bor dalam media geografis
hingga kedalaman 2 kilometer berdiameter untuk membentuk kisi-kisi lubang, limbah padat
kemudian dikemas kedalam lubang ini dan disegel. Metode pelelehan batuan diajukan untuk
menangani limbah cair yang tidak dapat memadat, dimana limbah dituang didalam rongga
bawah tanah yang dibuat lewat ledakan bawah tanah. Metode hidrofraktura juga diajukan
untuk limbah yang berbentuk cairan. Dimana limbah dirubah menjadi semacam semen(grout).
Grout ini dipompakan didalam tekanan tinggi kedalam landas sedalam 1 kilometer. Tekanan
operasi menyebabkan landas ini retak dan lembah mengisi retakan dan memadat. Prosedur ini
telah digunakan selama bertahun-tahun dalam bidang perminyakan. Metode es
kutub mempermalukan limbah yang dilelehkan lewat batu es (walaupum metode ini akan
memerlukan teknologi baru); atau limbah harus diletakkan diatas permukaan es atau ditanamkan
kedalam es. Maanfaatnya adalah jark yang jauh dari populasi dan perbandingan termal yang
baik.kerugiannya adalah transportasi yang ekstensif dan kesulitan dalam pengambilan kembali.
Metode ini tidak menarik untuk dipilaih karena terlalu banyak paktor yang tidak diketahui
sehingga masih banyak memerlukan penelitian yang lebih jauh. Metode disposisi samudera,
dimana proses yang sama dengan metode es kutub dilakukan pada zona subduksi dan parit laut
dalam atau dearah endapan cepat lain.[7]
1. Pengelolaan Limbah Radioaktif
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran, Bab VI Pengelolaan Limbah Radioaktif Pasal 23, Pengelolaan limbah
radioaktif dilaksanakan oleh Badan Pelaksana. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
Pasal 5 dan penjelasannya ditentukan bahwa Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) adalah
instansi pengelola limbah radioaktif. Selain itu, limbah radioaktif juga diatur dalam Peraturan
pemerintah No. 27 tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Dengan demikian,
BATAN merupakan satu-satunya institusi resmi di Indonesia yang melaksanakan pengelolaan
limbah radioaktif. BATAN memiliki satu Pusat yang khusus bertugas dalam pengelolaan limbah
radioaktif yaitu Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR). Bagi industri atau rumah sakit yang
menghasilkan limbah radioaktif dapat mengirim limbahnya ke PTLR. Pengelolaan limbah
radioaktif di Indonesia diawasi pelaksanaannya oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN)
Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan untuk meminimalkan dosis radiasi yang diterima
masyarakat umum <10-1 dosis radiasi maksimum yang diperkenankan bagi pekerja didaerah
radiasi. Batasan dosis radiasi dari ICRP (International Commission for Radiation
Protection) adalah semua penduduk tidak akan menerima dosis rata-rata 1 rem per orang dalam
30 tahun.[8]
Pada dasarnya kegiatan pengelolaan limbah radioaktif meliputi tahapan :
1. Pengangkutan Limbah
Pengangkutan limbah meliputi kegiatan pemindahan limbah radioaktif dari lokasi piha
penghasil limbah menuju ke lokasi pengelolaan limbah. Kegiatan pengangkutan harus memenuhi
syarat-syarat keamanan dan keselamatan sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Perijinan Pengangkutan Limbah didapat dari
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Sarana dan prasarana yang dipakai pada kegiatan pengangkutan limbah antara lain :
1. Alat angkut: truck, fork lift, crane, hand crane dan sebagainya
2. Transfer Cask / Kanister
3.
4. Alat monitoring
5. Tanda bahaya radiasi dan tanda bahaya lainnya
6. Sarana keselamatan kerja dan sarana lain yang diperlukan
2. Pra olah (Pre treatment)
Pra olah adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pengolahan agar limbah memenuhi
syarat untuk dikelola pada kegiatan pengelolaan berikutnya.
1. Limbah cair yang tidak bisa dibakar diolah dengan cara evaporasi untuk mereduksi volumenya.
Konsentrat hasil evaporasi dikungkung dalam shell beton dengan campuran semen. Bila limbah
cair bersifat korosif maka limbah diolah secara kimia (chemical treatment) sebelum
disementasi.
2. Limbah padat termampatkan, proses reduksi volumenya dilakukan dengan cara kompaksi.
Limbah padat dimasukkan dalam drum 100L untuk dikompaksi, selanjutnya dimasukkan dalam
drum 200L Setelah pengisian batu koral, hasil kompaksi selanjutnya disementasi dalam drum
200L.
3. Limbah padat tak terbakar dan tak termampatkan pengolahannya
dimasukkan secara langsung dengan cara sementasi dalam shell beton
350L/950L. Proses imobilisasi atau proses kondisioning dilakukan dengan
menggunakan shell beton 350 liter, 950 liter, drum beton 200 liter dan drum 200 liter dengan
bahan matriks campuran semen basah.
4. Limbah gas, dilakukan penyaringan menggunakan filter sebelum dibuang
ke udara, selanjutkan filter
Untuk menunjang kegiatan proses pengolahan ini diperlukan suatu
koordinasi kerja yang terpadu diantara tenaga yang terdiri dari proses, penunjang
sarana, keselamatan, laboratorium dan administrasi.
4. Penyimpanan sementara
Penyimpanan sementara (Interim Storage) dilakukan sebelum dan sesudah
limbah diolah danmerupakan transit sebelum dikirim ke penyimpanan lestari. Tujuannya
adalah memungkinkan peluruhan berlangsung.
5. Penyimpanan Lestari
Penyimpanan lestari dari limbah secara aman adalah tujuan akhir dari pengelolaan limbah
radioaktif dan banyak fihak didunia belum dapat menemukan pembuangan lestari yang dapat
diterima oleh semua pihak.
Penyimpanan lestari dapat mengambil lokasi di samudra, sungai, danau, daratan atau
dalam bumi. Pembuangan di dalam perut bumi merupakan cara yang termurah, sekaligus
memberi perisai yang aman.