BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan koi merupakan ikan hias yang sangat menarik sehingga banyak
penggemarnya. Ikan koi dikatakan sebagai ikan hias karena mempunyai warna
yang indah dan jenis yang bermacam-macam, sehingga ikan ini banyak digemari
orang sebagai ikan hias. Keberadaan ikan koi selain menjadi ikan hias, ikan koi
juga bisa dijadikan sebagai ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi para
pecinta ikan koi. Selain mempunyai warna yang indah, ikan ini dikagumi karena
2.1). Taksonomi ikan koi adalah sebagai berikut (Saanin, 1984, 1968) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Ikan koi termasuk dalam famili Cyprinidae yang mempunyai ciri – ciri
umum, badan ikan koi berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping
mulut terdapat dua sungut, yang kadang – kadang satu pasang di antaranya kurang
sempuna dan warna badan beragam (Susanto, 2007 dalam Lutfika, 2012).
Ikan koi digolongkan dalam 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada
kepala terdapat alat – alat seperti sepasang mata, sepasang hidung yang cekung
dan tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah – celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar, dan keseimbangan yang tampak dari luar, dan sirip untuk
sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium
makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumannya ini,
ikan koi mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang
menutupi makanan tersebut. Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga
batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan
getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik
Pada dasarnya ikan koi sebagian besar mempunyai bentuk seperti ikan
mas pada umumnya, hanya ikan koi yang mempunyai beberapa perbedaan
dibandingkan ikan mas biasa. Perbedaannya dari segi warna ikan koi mempunyai
warna yang lebih beragam, sedangkan pada ikan mas hanya mempunyai beberapa
macam warna saja dam ikan koi mempunyai jenis yang beragam, sedangkan ikan
Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan
hidup pada daerah perairan air tawar. Ikan koi umumnya dapat hidup pada
dingin, ikan koi mampu bertahan hidup pada suhu 2 – 3C°. Ikan koi merupakan
ikan yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu
hingga 5°C dalam tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan Koi stress
(James, 2002).
ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
ikan tersebut. Kualitas dari pakan ini ditentukan oleh kandungan nutrisi yang
lengkap mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pakan yang
rata-rata yang tinggi (gram), kadar protein tubuh tinggi, dan efisiensi pakan yang
Salah satu kendala dari pembenihan ikan koi adalah ketersediaan pakan.
dibutuhkan akan semakin banyak. Biaya pakan adalah biaya terbesar yang
dikeluarkan dari total biaya produksi suatu usaha pembenihan ikan koi. Salah satu
bentuk pakan yang diberikan adalah pakan alami. Salah satu pakan alami yang
disukai ikan terutama ikan hias adalah cacing Tubifex sp, karena pakan alami
mempunyai bau yang khas, warna yang menarik, dan merupakan pakan hidup
yang bergerak didalam air, sehingga menarik perhatian ikan untuk memakannya.
Cacing ini sering disebut sebagai cacing rambut karena bentuk dan ukurannya
seperti rambut dengan warna tubuh kemerah-merahan (Khairuman & Amri, 2008)
koi dalam pertumbuhannya, terutama pada benih ikan koi, karena pakan alami
berupa hewan sangat menarik perhatian larva untuk memakannya. Pakan alami
dari hewan yang dapat bergerak seperti cacing Tubifex sp, Artemia sp, Dhapnia
sp, Monia sp, dan jentik nyamuk, karena pakan tersebut selain memiliki jumlah
protein yang bagus untuk benih ikan, pakan alami juga memiliki bau yang khas
(Satyantini, 2008).
hidup baik hewan maupun tumbuhan. Pakan alami yang dihasilkan untuk pakan
ikan sangat bergantung dari kondisi lingkungan dan kualitasnya, maka dari itu
Ikan koi termasuk dalam jenis omnivora, yaitu ikan yang memakan
tumbuhan dan juga hewan. Ikan koi mencari makan dibagian permukaan dan
pertengahan perairan. Ikan koi biasanya diberi pakan berupa pelet, tetapi kadang
diberi pakan segar seperti wortel, selada, dan kacang polong. Setelah ikan
berumur empat hari harus mulai disediakan pakan karena cadangan makananya
yang berupa kuning telur hanya tersedia pada umur 1-4 hari. Pakan pertama yang
cocok untuk menjadi makanannya adalah Daphnia sp., Artemia sp., Moina sp.,
dan jentik nyamuk. Setelah koi berumur 20 diberi pakan cacing sutera atau
Tubifex sp. setelah koi sampai umur 90 hari, koi diberi pakan tambahan pelet
ukuran paling kecil hingga sedang yaitu ukuran D0 dan L1. Pemberian pakan ini
Cacing Tubifex sp. disebut juga cacing sutera. Jenis cacing ini sangat
digemari oleh berbagai jenis ikan hias dan benih-benih ikan. Di alam, jenis cacing
perairan yang dangkal (20-30 cm), dan airnya mengalir perlahan-lahan. Cacing
Tubifex sp. dapat ditemukan di parit, selokan kota, comberan, atau paceran.
(Mudjiman, 2004).
Tubifex sp. mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti
haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30-60 segmen atau ruas.
Tubifex sp. membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan dan
biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2,75
– 5, kandungan amoniak < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30˚C, dan pH air
antara 6 – 8 (Khairuman, A., 2010 dalam Lutfika, 2012). Selain itu, cacing tubifex
juga mempunyai kandungan protein yang tinggi sebagai pakan ikan (Tabel 2.1)
sehingga baik untuk pertumbuhan ikan, khususnya ikan koi. Kandungan nutrisi
kelamin jantan dan betina dalam satu tubuhnya. Cacing ini berkembangbiak
dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon, yaitu suatu segmen
yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjar epidermis dari salah satu
membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan
keluar dari kokon. Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari
menetas menjadi Tubifex mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam
setiap kokon sekitar antara 4-5 butir. Waktu yang dibutuhkan untuk proses
membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Jadi daur hidup cacing sutera dari telur
Cacing Tubifex sp. merupakan pakan alami yang bagus untuk ikan koi,
karena mempunyai kelebihan dapat menunjang dalam perbaikan warna pada ikan
koi. Selain itu cacing Tubifex sp. tidak hanya mempunyai kelebihan dalam
menunjang warna ikan koi, tapi juga cacing Tubifex sp. itu mempunyai harga yang
relatif murah, sehingga sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan pakan dalam
pemeliharaan ikan koi. Klasifikasi cacing Tubifex sp. Menurut (Chumaidi et al.,
1991) adalah :
Philum : Annelida
Classis : Oligochaeta
Ordo : Haplotanida
Familia : Tubificidae
Genus : Tubifex
Artemia sp. merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha
pembenihan ikan dan udang, karena kandungan nutrisinya baik. Akan tetapi di
perairan Indonesia belum ditemukan Artemia sp. sehingga sampai saat ini
buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan cukup tesedia untuk
benih ikan dan udang, namun Artemia sp. masih tetap merupakan bagian yang
esensial sebagai pakan benih ikan dan udang diunit pembenihan (Jusadi, 2003).
Cyste Artemia sp. yang masih dibutuhkan untuk pakan ikan di Indonesia
masal terhadap larva udang. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilakukan
pembudidayaan Artemia sp. di tambak secara lokal. Hasil budidaya Artemia sp.
produksi cyste Artemia sp. lokal yang berkualitas dan aman. Lebih jauh lagi,
sebagai makanan larva ikan. Oleh karena itu, kultur Artemia sp. dengan plankton
yang lain sebagai pakan alami lebih mudah dilakukan dalam suatu unit usaha
pada akhir minggu ketiga setelah penebaran. Hasil dari Cyste Artemia sp. yang
telah dipanen, kemudian cyste Artemia sp. sebanyak 4g direndam dalam air yang
bersalinitas tinggi atau dalam larutan air garam, dengan cara mencampurkan 20-
30g garam dalam 1 liter air tawar selama 24 jam dan diberi aerasi agar garam
larva karena toleransi salinitas yang tinggi. Artemia sp. dibutuhkan sebagai pakan
alami untuk berbagai macam larva ikan. Kebutuhan Artemia sp. sebagai pakan
benih sangat tergantung pada bentuk mulut dan laju pencernaan benih ikan. Benih
ikan memiliki laju pencernaan yang cepat dan kebutuhan nutrisi lengkap, semua
kebutuhan tersebut baru dapat dipenuhi oleh pakan alami terutama Artemia sp.
Artemia sp. mempunyai beberapa sifat yang unggul yaitu Artemia sp.
merupakan pakan alami yang mudah dalam penanganannya, karena tahan dalam
bentuk kista untuk waktu yang lama. Artemia sp. mudah beradaptasi dalam
mudah karena Artemia sp. makan dengan cara menyaring, dapat tumbuh dengan
baik pada tingkat penebaran tinggi, mempunyai nilai nutrisi tinggi (Tabel 2.1)
Artemia sp. dalam pemberian pakan. Artemia sp. sangat mudah untuk ditetaskan
menjadi larva sampai dewasa, tapi harga Artemia sp. tidak semurah pakan alami
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Classis : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Famila : Artemiidae
Genus : Artemia
2.7 Pertumbuhan
volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ini secara fisik dapat dilihat
dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada
adanya perubahan kandungan total energi tubuh dan periode waktu tertentu
(Gusrina, 2008). Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi bebas setelah
energi yang tersedia pada pakan untuk metabolisme standar, energi untuk proses
yang terjadi bersamaan proses tersebut dan tidak akan kembali. Pertumbuhan
seekor ikan dapat diukur dari bertambahnya panjang tubuh dan kenaikan berat
pertumbuhan di antaranya adalah jumlah dan ukuran pakan yang tersedia, suhu,
oksigen terlarut, umur, dan lain-lain. Jadi, untuk pertumbuhan diperlukan pakan
yang cukup, terutama pada ikan yang masih muda atau kecil yang sedang
mengalami proses pertumbuhan yang cepat. Selain jumlah pakan, faktor frekuensi
pemberian pakan setiap harinya dijaga dan diperhatikan (Fatmawati, 2002 dalam
Widiyanti, 2012).
ikan, umur, kondisi lingkungan, dan komposisi makanan. Semua faktor tersebut
2004).
waktu (hari). Jadi laju pertumbuhan spesifik dapat dilihat dan diamati setiap
harinya untuk mengetahui pertumbuhan dari ikan uji yang sedang diteliti. Laju
dengan pertambahan berat tubuh yang berasal dari pakan yang dikonsumsi. Jadi,
protein pada pakan tersebut. Apabila laju pertumbuhan spesifik rendah, berarti
laju pertumbuhan spesifik, tapi jika laju pertumbuhan spesifik tinggi, berarti
spesifik(Fitriah, 2004).
pakan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu efisiensi kotor dan efisiensi bersih.
pertumbuhan relatif dari jumlah energi yang tercerna, kadar energi tersebut
dihasilkan dari makanan yang dicerna setelah mengurangi kadar energi feses dan
hasil eksresi. Menurut NRC (1983) dalam Hariyadi et al. (2005), efisiensi pakan
bergantung pada cukupnya nutrisi dan energi pakan. Apabila pakan yang
adalah macam sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap komponen sumber nutrisi
dalam pakan ikan. Istilah yang biasa digunakan untuk mengetahui macam dan
jumlah sumber nutrisi dalam pakan ikan adalah kualitasnya. Untuk mengetahui
(Djarijah, 1995).
daging ikan disebut faktor konversi makanan. Di dalam praktek budidaya ikan
lebih umum disebut rasio konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR)
jumlah pakan yang diberikan dengan kapasitas lambung ikan tersebut dan
pakan, semua itu perlu diperhatikan karena ikan dalam kondisi lapar (Sari et al.
menyediakan energi non protein dalam jumlah yang cukup sehingga protein
protein dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran ikan, umur ikan,
kualitas protein, kandungan energi dalam pakan, suhu air, dan pemberian pakan
2.11 Sintasan
waktu dibandingkan dengan jumlah benih pada awal pemeliharaan dan dinyatakan
hidup (SR) yaitu prosentase jumlah benih ikan yang masih hidup pada akhir
maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang
telah dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya
sebagai sumber energi (Supriya et al. 2008 dalam Wijayanti, 2010). Salah satu
upaya untuk mengatasi rendahnya sintasan yaitu dengan pemberian pakan yang
tepat baik dalam ukuran, jumlah dan kandungan gizi dari pakan yang diberikan
kepadatan, kuantitas pakan dan penanganan serta faktor internal seperti umur dan
renang ikan juga mempengaruhi laju sintasan. Ikan yang kemampuan renangnya
terbatas. Maka dari itu ikan cenderung hanya memakan pakan alami yang berada
didekatnya (Melianawati & Imanto, 2004). Ikan juga cenderung memilih pakan
alami yang berukuran kecil, mudah ditangkap dan gerak dari pakan tersebut juga
wijayanti, 2010). Pemilihan pakan alami oleh ikan juga erat hubungannya dengan
ukuran bukaan mulut ikan tersebut, ketersediaan pakan alami dalam media
pemeliharaan ikan keaktifan berenang ikan, sifat gerak pakan alami serta
kandungan gizi pakan tersebut (Melianawati & Imanto, 2004). Contohnya ikan
karbohidrat relatif rendah (Afriyanto & Liviawaty, 2005 dalam Wijayanti, 2010).
perhatian dan penanganan yang serius. Salah satu permasalahannya terjadi akibat
pengotoran atau penambahan organisme atau zat-zat lain ke dalam air, sehingga
optimal bagi benih untuk hidup, berkembang, dan tumbuh sehingga diperoleh
air adalah memasukan zat yang bermanfaat (O2, air segar, dan sebagainya) ke
dalam wadah kultur dan mengeluarkan yang tidak bermanfaat bahkan merugikan
(feses, metabolit amoniak, CO2, dan sebagainya). Bentuk pengolahan air dalam
wadah kultur benih antara lain pemberian aerasi yaitu memasukan udara (salah
satu kandungannya adalah O2) ke dalam air sehingga O2 terdifusi ke dalam air dan
kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen / DO) dalam air menjadi meningkat
Kualitas penampilan dari ikan koi sangat dipengaruhi oleh kualitas airnya
juga, karena kualitas air merupakan faktor terpenting untuk pertumbuhan ikan koi.
Kualitas air untuk ikan koi harus selalu dijaga kebersihannya, dengan selalu
dirawat kondisi air yang ada pada kolam. Karena apabila kualitas air untuk ikan
koi terjaga dengan baik, akan berpengaruh pada kualitas dari ikan koi tersebut,
2.12.1 Suhu
metabolisme sel organisme air, terutama pada ikan. Peningkatan suhu akan
yang optimum bagi pertumbuhan ikan adalah suhu antara 20 – 30 ˚C. Kenaikan
suhu air akan berakibat pada jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun,
kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan air lainnya
terganggu dan suhu yang terlampau panas bisa mematikan ikan dan hewan air
Menurut Pamunjtak (2010) koi merupakan jenis ikan yang kuat. Koi
mampu bertahan hidup pada kondisi air yang kurang terjaga kualitasnya sekalipun
dan temperatur yang baik atau ideal untuk ikan koi adalah 24 - 29 ºC. Meskipun
ikan koi dapat hidup pada temperatur suhu tertentu, namun juga harus di
perhatikan bahwa perubahan suhu yang sangat drastis akan menimbulkan efek
yang tidak baik untuk ikan koi, seperti stress dan mengakibatkan fatal.
2.12.2 pH
merupakan tolak ukur untuk mengetahui kadar asam dan basa yang terkandung
dalam air. Secara umum pH pada perairan adalah kondisi asam atau basa yang
sedangkan pH di atas 7 menunjukkan air bersifat basa (James, 2002). Nilai wajar
pH ikan koi adalah antara 7 dan 8, yaitu netral sedikit basa. Kolam ikan koi
kebanyakan, nilai pH jarang di bawah 7 (menjadi asam), nilai pH pada kolam ikan
koi juga harus selalu diperhatikan, karena terkadang bisa juga terjadi keadaan di
luar dugaan.
organisme yang ada, maka aktivitas organisme akan terhambat. Kadar oksigen
yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, dan
tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan semakin kecil atmosfer, kadar oksigen
bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul
sel darah ikan yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen
dalam kadar mg per liter atau per million (ppm). Oksigen yang terlarut
mempunyai peranan penting dalam kelangsungan hidup ikan, khususnya pada air
kolam untuk ikan koi. Kebutuhan akan oksigen terlarut itu selain berpengaruh
pada ikan koi, tapi juga berpengaruh pada bakteri di kolam tersebut yang bekerja
ukur yang dinamakan disolved oxygen atau biasa di sebut DO meter (James,
2002).